Anda di halaman 1dari 32

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAM UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :2 April 2018
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT: RSUD CENGKARENG JAKARTA BARAT

Nama : Valentine Febry Yohana Tanda Tangan


Nim : 112016343
……………………..
Dr. Pembimbing / Penguji : dr. Andhika Tiurmaida Hutapea, Sp.A
……………………..

IDENTITAS PASIEN :

Nama : By, Ny, NA


Tanggal lahir (Umur) : 26 Maret 2018 (0 hari)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Cengkareng
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan :-
Orang tua/Wali*

Ibu

Nama lengkap : Ny. NA Agama : Islam


Umur : 22 th Pendidikan : SMA
Suku Bangsa : Jawa Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Cengkareng

Hubungan dengan orangtua: Anak kandung/angkat/tiri/asuh*


*) coret yang tidak perlu

A. ANAMNESIS

1
Diambil dari : Allo anamnesis Tanggal: 26 Maretl 2018 Jam: 10.00 WIB

1. Riwayat penyakit
Keluhan utama: Berat bayi lahir rendah

Keluhan tambahan: -

Riwayat perjalanan penyakit (diisi secara lengkap, rinci, kronologis dan lengkap)
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 01.25 WIB, usia gestasi 35
minggu. Jenis kelamin laki-laki. Apgar score 8/9. Berat bayi lahir 1620 gram, panjang
badan 44 cm. GDS 82 mg/dl.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


-
3. Riwayat Penyakit Keluarga
-
4. Riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran
KEHAMILAN

Perawatan antenatal Ibu pasien teratur melakukan perawatan


antenatal selama kehamilan pasien
Penyakit kehamilan Ibu pasien selama kehamilan anak ini
menderita tekanan darah tinggi dan
keputihan.

PERSALINAN DAN KELAHIRAN

Rumah sakit/Rumah bersalin/Rumah


Tempat kelahiran
Lain-lain: ……
Dokter/Bidan/Dukun terlatih/tradisional
Penolong persalinan
Lain-lain: …
Spontan/Tindakan:
Cara persalinan
Penyulit/kelainan: -
Lebih bulan/cukup bulan/kurang bulan
Masa gestasi
G1P0A0, 35 Minggu
Ketuban Jernih, Bau khas
Kelahiran Jenis Kelamin: Laki-laki
Kelahiran : Tunggal
Presentasi Bayi : Letak Bokong
Berat Badan Lahir: 1620 gram
Panjang Badan lahir: 44cm
Lingkar kepala: 30cm Lingkar dada : 28cm
Langsung/tidak langsung menangis
Pucat/Biru/Kuning/Kejang :-
Nilai APGAR: 8/9

2
Skor Downe : 0
Kelainan bawaan: tidak ada
Pemeriksaan Fisik Tekanan Darah : -
Nadi : 152 x/menit
Pernapasan : 54 x/menit
Suhu : 36,5oC
1. Neurologi : Tidak ada kelainan
2. Respirasi : Irama reguler/ Pola napas
normal/ Suara napas normal / Napas
cuping hidung tidak ada / Jalan napas
bersih / Napas spontan
3. Sirkulasi : Tidak sianosis / Irama nadi
reguler / Intensitas nadi kuat / Tidak ada
edema
4. Gastrointestinal : Mulut: mukosa
lembab / Refleks hisap baik / Tidak ada
kelainan
5. Integumen : Warna kulit kemerah-
merahan / Tidak ada luka / Tidak ada
kelainan
6. Eliminasi : Defekasi = Anus ada / Urin
= Pengeluaran spontan
7. Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
tulang / Gerakan anak bebas
8. Genitalia : Normal
Pemeriksaan Penunjang Tanggal periksa : 26 Maret 2018
Pukul 02.40 WIB
GDS 82 mg/dl
Pukul 05.00 WIB
GDS 58 mg/dl
Pukul 06.00 WIB
GDS 38 mg/dl

B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 26 Maret 2018 Jam: 06.00 WIB

Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi : 130 x/menit
Tekanan darah : tidak dilakukan
Frekuensi napas : 54 x/menit
Suhu tubuh : 36,8ºC

3
PEMERIKSAAN LANJUTAN

Kulit : berwarna kemerahan, terdapat pengelupasan pada


beberapa bagian kulit, lanugo tipis pada punggung bayi

Kepala : Normocephal.tidak terdapat molding ataupun kelainan


yang disebabkan trauma lahir

Wajah
 Mata : kelopak mata terbuka, pupil simetris berwarna hitam,
tidak ada trauma pada mata
 Telinga : letak telinga sejajar dengan mata, normotia, pinna
bergelombang baik, terdapat lubang telinga.
 Hidung : bentuk normal, lubang hidung simetris, neonatus bernapas
melalui hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut
 Bibir : bentuk normal, mukosa lembab.
 Langit-langit : tidak ada celah pada langit-langit
 Lidah : ukuran normal, tidak ada hipersaliva, tidak ada kelainan
kongenital

Leher : Tampak pendek, gerakan baik, tidak ada kelainan


kongenital
Dada (thorax)
Inspeksi
Bentuk : normal, tidak ada kelainan bentuk dada secara umum
Buah dada : areola datar, tidak ada penonjolan
Gerakan dada : dinding dada bergerak bersama dengan dinding perut,
tidak ada retraksi pada inspirasi, gerakan dinding
dada simetris, laju napas normal 54 kali per menit.
Palpasi : Tidak ada fraktur
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Laju jantung 130 kali permenit, murmur -, gallop -, bunyi
napas bronkovesikuler.

Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih datar daripada dinding dada
Palpasi Dinding perut : supel
Hati : teraba 2 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa : teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri
Ginjal : tidak teraba membesar
Auskultasi : bising usus (+), normal

4
Anus dan rectum : tidak ada atresia ani, mekonium (+)

Genitalia : Testis menuju ke bawah, terdapat sedikit rugae

Tulang belakang : tidak ada kelainan bentuk tulang belakang

Ekstremitas : Pergerakan ekstremitas simetris, tonus baik, keadaan jari-


jari tangan dan kaki normal, CRT < 3 detik

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Inspeksi
Tampak abduksi paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak, simetris kanan dan kiri.

Pemeriksaan refleks neonatal primer

Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Refleks
Berkedip +
Tanda babinski +
Gallant +
Moro +
Neck righting +
menggenggam +
menghisap +.
Tonic neck +

Rooting +

Pemeriksaan usia kehamilan

5
Total skor : 28. Intepritasi : tingkat maturitas sesuai usia gestasi 35 minggu

Kurva Pertumbuhan Intrauterine : Kecil Masa Kehamilan

6
Data Antropometri
Berat Badan : 1640 g
Panjang Badan : 44 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 28 cm

Pemeriksaan Penunjang

7
Tanggal periksa : 26 Maret 2018 , Pukul : 06.00 WIB
GDS = 38 mg/dl

RINGKASAN (Anamnesis, PF dan PP)


Pasien By, Ny, NA lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 01.25 WIB,
usia gestasi 35 minggu, . Jenis kelamin laki-laki. Apgar score 8/9. Berat bayi lahir 1620
gram. GDS pada saat masuk ruang perawatan perina 38 mg/dl.

DIAGNOSA KERJA
Neonatus Kurang Bulan (NKB) 35 minggu, Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Berat Bayi Lahir Rendah + Hipoglikemia

PENATALAKSANAAN
Kebutuhan cairan 90 ml/kgBB/hari
 IVFD D10% (48) + Ca glukonas (2) → 6,4 ml/jam
 ASI 8 x 10-15 ml (OGT), bila tolerid infus stop
 Ampicilin inj. 2 x 82 mg (dosis 50 mg/kgbb/x, 2x /hari)
 Gentamisin inj. 8,2 mg/36 jam (5 mg/ kgbb/36 jam)

PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad Bonam
Ad fungtionam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : dubia ad Bonam

FOLLOW UP

1. Tanggal 27/3/18 , 06.00 WIB


S:-
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis.
HR : 130 x / menit
RR : 50 x / menit
S : 37,2oC
Status generalis :
Mata : CA -/- , SI -/-
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : pergerakan dada simetris, retraksi -, SN : bronkovesikular +/+, rhonki
-/-wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstrimitas: hangat (+), sianosis (-), CRT <3 detik

8
Status neurologis :

Refleks hisap (-), Refleks menelan (-)

Pemeriksaan Penunjang :

GDS : 45 mg/dl

A: BBLR + Hipoglikemia

P : ASI 8x 20-25 ml (OGT/oral)


Infus stop
Antibiotik stop

2. Tanggal 28/3/18 , 06.00 WIB


S:-
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis.
HR : 140 x / menit
RR : 58 x / menit
S : 36,8oC
Status generalis :
Mata : CA -/- , SI -/-
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : pergerakan dada simetris, retraksi -, SN : bronkovesikular +/+, rhonki
-/-wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstrimitas: hangat (+), sianosis (-), CRT <3 detik

Status neurologis :

Refleks hisap (+), Refleks menelan (+)

Pemeriksaan Penunjang :

GDS : 99 mg/dl

A: BBLR

P : ASI 8x 30 ml (oral)
Periksa Bilirubin total

9
3. Tanggal 29/3/18, 06.00 WIB
S:-
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis.
HR : 138 x / menit
RR : 50 x / menit
S : 37oC
Status generalis :
Mata : CA -/- , SI -/-
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : pergerakan dada simetris, retraksi -, SN : bronkovesikular +/+, rhonki
-/-wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstrimitas: hangat (+), sianosis (-), CRT <3 detik

Status neurologis :

Refleks hisap (+), Refleks menelan (+)

Pemeriksaan Penunjang :

Kimia darah
Fungsi hati
Bilirubin total 10,0 mg/dl
Bilirubin direk 0,2 mg/dl
Bilirubin indirek 9,8 mg/dl
A: BBLR

P : ASI ad libitum
Pulang

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Pendahuluan1

Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram (7lbs). Secara uum, bayi berat lahir
rendah dan dengan berat berlebih (≥3800 gram) lebih besar risikonya untuk mengalami masalah.
Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik ksejahteraan bayi.
Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi: Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan
Besar Masa Kehamilan (BMK), dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-
bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan, atau lebih bulan.

Klasifikakasi
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu:
1. Bayi Berat Lahir Rendah
2. Bayi Berat Lahir Cukup/Normal
3. Bayi Berat Lahir Lebih

Klasifikasi menurut gestasi atau umur kehamilan yaitu:


1. Bayi Kurang Bulan
2. Bayi Cukup Bulan
3. Bayi Lebih Bulan

Definisi

Masa gestasi atau umur kehamilan :


Masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid
terakhir.

Berat lahir : Berat bayi ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.
Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang
bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) :


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memandang masa gestasi
Bayi BBLR dibagi lagi menjadi 3 kelompok berdasarkan derajat:
a) Berat badan lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2499 gram.
b) Berat badan lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-1499 gram.
c) Berat badan lahir ekstrem rendah (BBLER) dengan berat lahir <1000 gram (Putra, 2012).

11
Bayi Berat Lahir Cukup/Normal :
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 - 4000 gram

Bayi Berat Lahir Lebih :


Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 4000 gram.

Bayi Kurang Bulan (BKB) :


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (< 259 hari)

Bayi Cukup Bulan (BCB) :


Bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37-42 minggu (259-293 hari)

Bayi Lebih Bulan:


Bayi yang dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu (294 hari)

Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Small for gestasional age/SGA”
Bayi dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut grafik Lubchenco.

Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Large for gestasional age/LGA”
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco.

Masalah
Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan Bayi
Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal.
Bayi kuramg bulan seing mempunyai masalah sebagai berikut.

1. Ketidakstabilan suhu
BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
 Peningkatan hilangnya panas
 Kurangnya lemak sub kutan
 Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
 Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan
untuk mengigil

2. Kesulitan pernapasan
 Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hialin)
 Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan refleks
menelan
 Thorals yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
 Pernapasan yang periodik dan apnea

3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi


 Refleks hisap dan telan yang buruh terutama sebelum 34 minggu

12
 Motalitas usus yang menurun
 Pengososngan lambung tertunda
 Pencernaan dan absropsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang
 Defisiensi enxim laktase pada brush border usus
 Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
 Meningkatnya risiko EKN (Enterokolitis nekrotikans)

4. Imaturitas hati
 Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
 Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K

5. Imaturitas ginjal
 Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
 Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik
 Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia atau
glikosuria ginjal

6. Imaturitas imunologis
Risiko infeksi tinggi akibat:
 Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
 Fagositosis terganggu
 Penurunan faktor komplemen

7. Kelainan neurologis
 Refleks hisap dan telan yang imatur
 Penurunan motalitas usus
 Apnea dan bradikardia berulang
 Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
 Pengaturan perfusi serebral yang buruk
 Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
 Retinopati prematuritas
 Kejang
 Hipotonia

8. Kelainan kardiovaskuler
 Parent ductus arterious (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi BKB
 Hipotensi atau hipertensi

9. Kelainan hematologis
 Anemia (onset dini atau lanjut)
 Hiperbilirubinemia
 Disseminated intravaskular coagulation (DIC)
 Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)

13
10. Metabolisme
 Hipokalsemia
 Hipoglikemia atau hiperglikemia

II. BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)

Definisi:
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir.

Klasifikasi:
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.

b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta,
kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.

Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak

14
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.

Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
 Faktor ibu
o Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
o Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
o Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >
o Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
 Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
 Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.

Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Gangguan cairan dan elektrolit
 Hiperbilirubinemia
 Sindroma gawat nafas
 Paten duktus arteriosus

15
 Infeksi
 Perdarahan intraventrikuler
 Apnea of Prematurity
 Anemia

Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan

Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil

2). Pemeriksaan Fisik

16
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o Berat badan <2500 gr
o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
 Tulang rawan telinga belum terbentuk.
 Masih terdapat lanugo.
 Refleks masih lemah.
 Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.

o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
 Tidak dijumpai tanda prematuritas.
 Kulit keriput.
 Kuku lebih panjang

3). Pemeriksaan penunjang


o Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain
o Pemeriksaan skor ballard
o Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan
o Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektrolit
dan analisa gas darah.
o Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan
kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom
gawat nafas.
o USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan kurang lebih

Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa

Pemberian vitamin K1 :

o Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau


o Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10
hari, dan umur 4-6 minggu)
2 Diatetik

17
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.

Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:

 Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama

 Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu.

18
 Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
 Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
 Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.

b. Berat lahir 1500-1749 gram


Bayi Sehat
o Berikan ASI peras dengan cangkir/sendok. Bila jumlah yang dibutuhkan tidak
dapat diberikan menggunakan cangkir/sendok atau ada resiko terjadi aspirasi ke
dalam paru (batuk atau tersedak), berikan minum dengan pipa lambung.
Lanjutkan dengan pemberian menggunakan cangkir/ sendok apabila bayi dapat
menelan tanpa batuk atau tersedak (ini dapat berlangsung setela 1-2 hari namun
ada kalanya memakan waktu lebih dari 1 minggu)
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (misal setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama
o Beri ASI peras dengan pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
IV secara perlahan.
o Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; tiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok apabila kondisi bayi
sudah stabil dan bayi dapat menelan tanpa batuk atau tersedak
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok,
coba untuk menyusui langsung.

19
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.

o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.

d. Berat lahir < 1250 gram (tidak tergantung kondisi)


o Berikan cairan intravena hanya selama 48 jam pertama
o Berikan ASI melalui pipa lambung mulai pada hari ke-3 dan kurangi pemberian
cairan intravena secara perlahan.
o Berikan minum 12 kali dalam 24 jam (setiap 2 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung

Suportif

20
(3)
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.

Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari

21
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.

2). Pemantauan setelah pulang


Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan
mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang
sebagai berikut :
o Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
o Hitung umur koreksi.
o Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
o Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST).
o Awasi adanya kelainan bawaan.

Prognosis BBLR

Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.

Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :

o Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama


kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga
berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus
cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang
lebih mampu
o Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama

22
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.

Tanda kecukupan pemberian ASI:


o BAK minimal 6 kali/ 24 jam.
o Bayi tidur lelap setelah pemberian ASI.
o BB naik pd 7 hari pertama sbyk 20 gram/ hari.
o Cek saat menyusui, apabila satu payudara dihisap → ASI akan menetes
dari payudara yg lain.
o Suhu bayi stabil.
o Toleransi minum oral baik → terutama ASI.
o Ibu sanggup merawat BBLR di
rumah.

Cara menghangatkan bayi


Cara Petunjuk penggunaan
Kontak kulit  Untuk semua bayi
 Untuk menghangatkan bayi dalam waktu singkat atau
o
menghangatkan bayi hipotermi (32-36,4 C) apabila cara lain
tidak mungkin dilakukan.
KMC  Untuk menstabilkan bayi dgn berat badan <2.500 g, terutama
direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan bayi dengan
berat badan <1.800 g.
 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan napas berat)
 Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat yang tidak dapat
merawat bayinya.
Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dengan berat 1.500 g atau lebih.
 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan tindakan, atau
menghangatkan kembali bayi hipotermi.
Inkubator Penghangatan berkelanjutan bayi dengan berat <1.500 g yang tidak

16

23
dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat  Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
 Tidak untuk bayi sakit berat.

Jumlah cairan yang dibutuhkan bayi (ml/Kg)


Umur (hari)
Berat (g)
1 2 4 5+
>1500 60 80 100
3 120 150
<1500 80 100 120 140 150

Jumlah ASI untuk bayi sehat berat 1250-1499


Umur (hari)
Pemberian
1 2 3 4 5 6 7
Jumlah ASI tiap 3 jam (ml/kali) 10 15 18 22 26 28 30

Kebutuhan cairan elektrolit bayi (ml/kg)


Berat badan (g) <1000 1000 - <1500 1500 – 2500 >2500
120 cc
Hari I D5% 100 cc D7,5% 80 cc D10% 80 cc D10%
140 cc
Hari II D5% 120 cc D7,5% 100 cc D10% 90 cc D10%
170 cc
Hari III D5% 130 cc D7,5% 110 cc D10% 100 cc D10%
Hari >IV 200 cc 140-150 cc 130-150 cc 120-150 cc
Pembuatan cairan D7,5% = 93 cc (D5%) + 7 cc (D40%) = 100 cc D7,5%.

III. Hipoglikemia
Definisi
Belum ada definisi yang dipakai secara universal untuk hipoglikemia. Sampai saat ini
belum ada cukup bukti yang dapat menjelaskan berapa kadar gula darah yang dikatakan
hipoglikemia. Beberapa peneliti merekomendasikan kadar gula darah yang berbeda-beda untuk
dipertahankan pada periode neonatus untuk mencegah kerusakan perkembangan otak. Kadar
normal gula darah bervariasi tergantung beberapa faktor seperti usia gestasi, berat lahir,

24
cadangan dalam tubuh, status makanan, kemampuan untuk menggunakan energi dan ada atau
tidak adanya penyakit dalam tubuh. Sampai saat ini belum ada bukti yang konkrit yang
menunjukkan hubungan keluaran jangka panjang yang buruk dengan batasan kadar gula darah
dan durasi hipoglikemia.
Definisi hipoglikemia berdasarkan Operatinal Threshold adalah konsentrasi kadar gula
plasma atau whole blood dimana klinisi harus mempertimbangkan intervensi berdasarkan bukti-
bukti terbaru yang ada di literatur. Konsentrasi kadar plasma gula darah ini <45 mg/dL.10
Definisi lama hipoglikemia menggunakan kadar glukosa <30 mg/dL dalam 24 jam pertama dan
<45 mg/dL setelah 24 jam pada bayi (kontroversial). Sesudah itu, hipoglikemia didefinisikan
dengan kadar serum glukosa <40-45 mg/dL pada bayi prematur dan cukup bulan (kontroversial).
Saat ini banyak institusi menggunakan kadar serum glukosa <45-50 mg/dl (beberapa
menggunakan <60 mg/dL) dalam 24 jam pertama dan <50-60 mg/dL setelahnya. Pada bayi
dengan hiperinsulinemia nilai <60 mg/dL dipertimbangkan sebagai hipoglikemia. Yang terbaik
adalah mengikuti tata laksana masing-masing institusi.11 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
menggunakan kadar gula darah <47 mg/dl sebagai definisi hipoglikemia.

Bayi risiko tinggi yang memerlukan skrining


Normal kadar gula darah dipertahankan dengan glikogenolisis dan glukoneogenesis dari
berbagai sumber energi yang nonkarbohidrat. Hipoglikemia selalu timbul pada bayi dengan
gangguan gluconeogenesis yang disebabkan produksi insulin yang meningkat, perubahan
produksi hormon counter-regulatory atau cadangan yang tidak adekuat.12 Skrining untuk
hipoglikemia direkomendasikan untuk bayi risiko tinggi, yang dapat kita lihat pada tabel 1.

Tabel .1 Bayi risiko tinggi dimana skrining di rekomendasikan

 Bayi berat lahir rendah (< 2000 g)


 Bayi prematur ( < 37 minggu)
 Bayi KMK (Kecil Masa kehamilan): berat lahir < persentil 10
 Bayi dengan ibu diabetes
 Bayi BMK (Besar Masa Kehamilan): berat lahir > persentil 90
 Bayi dengan Rhesus hemolitik
 Bayi dengan ibu yang menggunakan terapi terbulatin, propanolol, labetolol, oral
hipoglikemik atau mendapat glukosa intrapartum
 Bayi yang secara morfologi menunjukkan pertumbuhan janin terhambat
25
 Bayi dalam kondisi sakit
 Bayi dengan nutrisi parenteral

Waktu skrining
Dari kepustakaan belum ada kejelasan kapan waktu dan interval yang optimal dalam
memonitor kadar gula darah. Kadar gula darah terendah terlihat pada saat usia 2 jam. Bayi
dengan ibu diabetes biasanya mengalami hipoglikemia asimtomatik lebih awal yaitu 1-2 jam
(berkisar antara 0,8-8,5 jam), sehingga dianjurkan untuk skrining lebih awal. Pada bayi prematur
dan kecil masa kehamilan (KMK) masih mempunyai risiko hipoglikemia sampai dengan usia 36
jam (berkisar antara 0,8-34,2 jam).
Pada tabel 2 dapat dilihat waktu skrining dan frekuensi pemantauan kadar gula darah pada
situasi yang berbeda.

Tabel 2. Waktu skrining dan frekuensi pemantauan kadar gula darah.


Keadaan Bayi Waktu untuk Skrining
1. Bayi risiko tinggi (tabel 1 no 1-8) 2,6,12,24,48,72 jam
2. Bayi sakit, sepsis, asfiksia, syok setiap 6 – 8 jam (bersifat individual)
3. Bayi berat lahir sangat rendah yang initial 72 jam: setiap 6–8 jam;
mendapat nutrisi parenteral setelah 72 jam dan bayi stabil: sekali sehari

Waktu pemberhentian skrining gula darah


Waktu pemberhentian skrining gula darah dilakukan pada:
 Bayi dengan risiko tinggi (Tabel 1.) : pada saat usia 72 jam
 Bayi dengan infus cairan intravena : bila nilai kadar gula darah 2x berturut-turut >50 mg/dl
dengan asupan makanan penuh secara oral setelah cairan intravena dihentikan.
 Bayi dengan kadar gula darah yang normal dengan pemberian minum oral: pertimbangkan
berisiko dan monitor dalam 24 jam.

Metode Skrining hipoglikemia pada neonatus

Metode pemeriksaan Glukosa

Bed Side Reagent Strips (glucose oxidase)

26
Walaupun sudah digunakan secara luas tetapi metode ini kurang akurat, khususnya pada kadar
gula darah 40-50 mg/dl dimana intervensi terapi sudah dibutuhkan. Metode ini sangat berguna
untuk tujuan skrining tetapi kadar yang rendah harus selalu dikonfirmasikan dengan analisis
pemeriksaan laboratorium. Walaupun demikian pengobatan dapat dimulai hanya berdasarkan
hasil Reagent Strips tanpa harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Kadar gula darah
(pengambilan dengan reagent strips) 10-15% lebih rendah dari kadar gula darah plasma
(pengambilan darah untuk pemeriksaan di laboratorium). Kadar glukosa dapat menurun 14-18
mg/dL per jam pada sediaan darah yang terlambat diperiksa. Sediaan yang diambil dari arteri
sedikit lebih tinggi dari sediaan yang diambil dari vena dan kapiler.

Diagnosis laboratorium

Metode ini sangat akurat glukosa dapat diukur dengan metode glucose oxidase (calorimetric)
atau dengan metode glucose electrode seperti yang digunakan di mesin analis gas darah dan
elektrolit). Sampel darah harus segera dianalisis untuk mencegah kesalahan kadar glukosa yang
rendah.

Gejala klinis
Gejala klinis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia: stupor, jitteriness, tremors, apatis
sianosis, kejang, apnoe, takikardi, lemah, high pitched cry, limpness, letargi, gangguan minum
dan eye rolling. Episode berkeringat, pucat, hipotermia dan henti jantung juga dilaporkan.1-3

Diagnosis

Hipoglikemia dengan gejala.

Berbagai penelitian mendapatkan bahwa hipoglikemia dengan gejala dapat mengakibatkan


kerusakan saraf dan gangguan perkembangan sehingga intervensi perlu dilakukan segera. Oleh
karena belum ada kadar absolut kapan intervensi harus dilakukan, bila kadar gula plasma darah
<47 mg/dL (2,6 mmol/L) intervensi segera dilakukan.

Hipoglikemia tanpa gejala.

27
Lukas dkk 16 mendapatkan bahwa kadar glukosa yang menetap di bawah 47mg/dL pada bayi
prematur dapat mengakibatkan efek jangka panjang. Duvanel dkk mengemukakan bahwa bayi
prematur yang KMK dengan kadar gula darah < 47 mg/dl mempunyai lingkaran kepala yang
lebih kecil dan angka perkembangan yang rendah. Stenninger dkk 16 mendapatkan bahwa bayi
dengan ibu diabetes yang mempunyai kadar gula darah <27 mg/dL (1,5 mmol/L) mengalami
gangguan disfungsi saraf pada usia 8 tahun walaupun bayi tersebut tidak mengalami gejala
hipoglikemia. Beberapa peneliti mengajurkan untuk melakukan intervensi bila kadar glukosa
<47 mg/dL (2,6 mmol/L) walaupun tanpa gejala.

Rumus Glucose Infusion Rate (GIR) pada neonatus

GIR (mg/kg/min):

a. Kecepatan cairan (mL/jam) x konsentrasi dekstrosa (%)


6 x berat badan (kg)
b Kecepatan cairan (mL/kg/hari) x konsentrasi dekstrosa (%)
144
c Kecepatan cairan (mL/kg/hari) x konsentrasi dekstrosa (%) x 0,07

Tata laksana hipoglikemia

1. Intervensi hipoglikemia tanpa gejala

Masukan per-oral: Pemberian ASI langsung ataupun expressed breast milk dapat digunakan.
Bila ASI tidak ada dapat digunakan susu formula. Bila ada kontraindikasi oral dapat
diberikan infus dekstrosa. Beberapa penelitian klinik secara acak pada bayi KMK dan SMK
(sesuai masa kehamilan) bahwa pemberian gula atau sukrosa pada susu (5g gula/100mL
susu) dapat meningkatkan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia.17 Suplementasi
dapat diberikan pada neonatus dengan kadar gula darah antara >25 - <47mg/dL tanpa gejala.

2. Intervensi hipoglikemia dengan gejala


Semua bayi hipoglikemia dengan gejala harus diterapi dengan cairan dekstrosa intravena.

28
Tata laksana hipoglikemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dapat dilihat pada Gambar 1.

Hipoglikemia yang berulang dan persisten


Hipoglikemia berulang dan persisten adalah kegagalan mempertahankan kadar normal
gula darah walaupun sudah mendapat infus glukosa dengan GIR 12mg/kg/min atau ketika
stabilitas tidak tercapai setelah 7 hari pengobatan. Pengobatannya selain dengan meningkatkan
GIR, obat tambahan dapat diberikan untuk hipoglikemia menetap dengan GIR >12mg/kg/min.
Obat yang digunakan dapat berupa hidrokortison (menurunkan utilisasi glukosa perifer),
diazoxide (mengurangi sekresi insulin), glucagon (meningkatkan glukoneogenesis dan
glikogenolisis). Jangan gunakan diazoxide dan glucagon pada bayi KMK.

Tata laksana hipoglikemia berulang dan persisten dapat dilihat pada gambar 2. Penyebab
hipoglikemia berulang dan persisten dapat kita lihat pada Tabel 3.

29
Tabel 3 Penyebab dan pemeriksaan hipoglikemia berulang dan
persisten

Penyebab hipoglikemia
persisten Pemeriksaan
Congenital hypopitutarism kadar insulin serum
Insufisiensi adrenal kadar kortisol serum
Hiperinsulinemia kadar growth hormone
Galaktosemia Amonia darah
Glycogen storage disorders Kadar laktat darah
Urine ketones and reducing
Maple syrup urine disease substances
Urine and sugar
Mitochondrial disorders aminoacidogram
Fatty acid oxidation defects kadar free fatty acid
Kadar galactose 1 phosphate
uridyl transferase

Gambar 2. Tata laksana Hipoglikemia Persisten

Pemantauan dan efek jangka panjang Hipoglikemia

Lucas dkk 16, menyatakan hipoglikemia dapat mengakibatkan keluaran jangka panjang yang
tidak baik. Duvanel dkk 15, menyatakan lingkaran kepala dan angka perkembangan yang
rendah pada bayi dengan hipoglikemia persisten.

31
Keluaran hipoglikemia dipengaruhi oleh lama dan durasi hipoglikemia, kecepatan aliran
darah serebral, dan pemakaian glukosa serebral. Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap
keluaran perkembangan saraf seperti : IQ, Arithmetic Profiency dan gangguan motorik.
Pemantauan mata dilakukan pada usia koreksi 1 bulan. Pemantauan pertumbuhan, mata dan
telinga pada usia koreksi 3,6,9,12,18 bulan. Pemantauan Neurodevelopment dilakukan oleh
psychologist. Pemeriksaan MRI dilakukan pada usia 4-6 minggu untuk melihat kerusakan
otak oleh karena hipoglikemia.

Rekomendasi
 Skrining Hipoglikemia rutin perlu dilakukan pada bayi dengan ibu diabetes, bayi
prematur (gestasi <37 minggu), bayi dengan KMK (berat lahir < persentil ke-10), bayi
dengan BMK (berat badan > persentil ke-90).
 Skrining pada bayi tanpa gejala dimulai pada usia 2 jam dan setiap 3-6 jam dengan
minum ASI tetap dipertahankan. Pemeriksaan gula darah diberhentikan bila kadar gula
darah dalam 12 jam > 47mg/dL(untuk bayi BMK dan bayi dengan ibu diabetes), dan
dalam 36 jam pada bayi prematur dan KMK.
 Bayi dengan gejala segera periksa gula darah
 Bayi berisiko dengan kadar gula darah >35mg/dL (1,8 mmol/L) setelah minum atau
berulang < 47mg/dL perlu diintervensi.
 Bayi dengan gejala segera terapi, bila kadar gula darah <47mg/dL dan perlu dicari
penyebabnya.
 Suplementasi minum oral diberikan pada bayi tanpa gejala bila kadar gula darah 36-47
mg/dL, periksa ulang setelah 1 jam untuk mengindentifikasi hipoglikemia persisten.
 Infus intravena direkomendasikan pada bayi hipoglikemia dengan gejala atau tanpa
gejala tetapi gagal terhadap respon suplementasi oral.

DAFTAR PUSTAKA

32
1. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2014
2. Manuaba, I. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta: EGC. 1997
3. Purwadianto. A. Kedaruratan Medik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 2000
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. Edisi 1. Jakarta: EGC.1998
5. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.
6. Azis, Abdud L. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, Edisi
III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya. 2006
7. Kosim, Sholeh. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2008
8. Suraatmaja, Sudrajat. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Sanglah, Denpasar.
9. Poesponegoro, Hardiono. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.Jakarta. 2005
10. Kaban RK. Skrining dan tatalaksana awal hipoglikemia pada neonatus untuk
mencegah komplikasi. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak Pendidikan
Berkelanjutan LXI. 2012

33

Anda mungkin juga menyukai