KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAM UKRIDA
Hari / Tanggal Ujian / Presentasi Kasus :2 April 2018
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
RUMAH SAKIT: RSUD CENGKARENG JAKARTA BARAT
IDENTITAS PASIEN :
Ibu
A. ANAMNESIS
1
Diambil dari : Allo anamnesis Tanggal: 26 Maretl 2018 Jam: 10.00 WIB
1. Riwayat penyakit
Keluhan utama: Berat bayi lahir rendah
Keluhan tambahan: -
Riwayat perjalanan penyakit (diisi secara lengkap, rinci, kronologis dan lengkap)
Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Maret 2016 pukul 01.25 WIB, usia gestasi 35
minggu. Jenis kelamin laki-laki. Apgar score 8/9. Berat bayi lahir 1620 gram, panjang
badan 44 cm. GDS 82 mg/dl.
2
Skor Downe : 0
Kelainan bawaan: tidak ada
Pemeriksaan Fisik Tekanan Darah : -
Nadi : 152 x/menit
Pernapasan : 54 x/menit
Suhu : 36,5oC
1. Neurologi : Tidak ada kelainan
2. Respirasi : Irama reguler/ Pola napas
normal/ Suara napas normal / Napas
cuping hidung tidak ada / Jalan napas
bersih / Napas spontan
3. Sirkulasi : Tidak sianosis / Irama nadi
reguler / Intensitas nadi kuat / Tidak ada
edema
4. Gastrointestinal : Mulut: mukosa
lembab / Refleks hisap baik / Tidak ada
kelainan
5. Integumen : Warna kulit kemerah-
merahan / Tidak ada luka / Tidak ada
kelainan
6. Eliminasi : Defekasi = Anus ada / Urin
= Pengeluaran spontan
7. Muskuloskeletal : Tidak ada kelainan
tulang / Gerakan anak bebas
8. Genitalia : Normal
Pemeriksaan Penunjang Tanggal periksa : 26 Maret 2018
Pukul 02.40 WIB
GDS 82 mg/dl
Pukul 05.00 WIB
GDS 58 mg/dl
Pukul 06.00 WIB
GDS 38 mg/dl
B. PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal: 26 Maret 2018 Jam: 06.00 WIB
Tanda-tanda vital
Frekuensi nadi : 130 x/menit
Tekanan darah : tidak dilakukan
Frekuensi napas : 54 x/menit
Suhu tubuh : 36,8ºC
3
PEMERIKSAAN LANJUTAN
Wajah
Mata : kelopak mata terbuka, pupil simetris berwarna hitam,
tidak ada trauma pada mata
Telinga : letak telinga sejajar dengan mata, normotia, pinna
bergelombang baik, terdapat lubang telinga.
Hidung : bentuk normal, lubang hidung simetris, neonatus bernapas
melalui hidung, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Mulut
Bibir : bentuk normal, mukosa lembab.
Langit-langit : tidak ada celah pada langit-langit
Lidah : ukuran normal, tidak ada hipersaliva, tidak ada kelainan
kongenital
Abdomen
Inspeksi : dinding perut lebih datar daripada dinding dada
Palpasi Dinding perut : supel
Hati : teraba 2 cm di bawah arkus kosta kanan.
Limpa : teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri
Ginjal : tidak teraba membesar
Auskultasi : bising usus (+), normal
4
Anus dan rectum : tidak ada atresia ani, mekonium (+)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Inspeksi
Tampak abduksi paha, dan fleksi pada sendi anggota gerak, simetris kanan dan kiri.
Pemeriksaan
Hasil Pemeriksaan
Refleks
Berkedip +
Tanda babinski +
Gallant +
Moro +
Neck righting +
menggenggam +
menghisap +.
Tonic neck +
Rooting +
5
Total skor : 28. Intepritasi : tingkat maturitas sesuai usia gestasi 35 minggu
6
Data Antropometri
Berat Badan : 1640 g
Panjang Badan : 44 cm
Lingkar kepala : 30 cm
Lingkar dada : 28 cm
Pemeriksaan Penunjang
7
Tanggal periksa : 26 Maret 2018 , Pukul : 06.00 WIB
GDS = 38 mg/dl
DIAGNOSA KERJA
Neonatus Kurang Bulan (NKB) 35 minggu, Kecil Masa Kehamilan (KMK)
Berat Bayi Lahir Rendah + Hipoglikemia
PENATALAKSANAAN
Kebutuhan cairan 90 ml/kgBB/hari
IVFD D10% (48) + Ca glukonas (2) → 6,4 ml/jam
ASI 8 x 10-15 ml (OGT), bila tolerid infus stop
Ampicilin inj. 2 x 82 mg (dosis 50 mg/kgbb/x, 2x /hari)
Gentamisin inj. 8,2 mg/36 jam (5 mg/ kgbb/36 jam)
PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad Bonam
Ad fungtionam : dubia ad Bonam
Ad sanationam : dubia ad Bonam
FOLLOW UP
8
Status neurologis :
Pemeriksaan Penunjang :
GDS : 45 mg/dl
A: BBLR + Hipoglikemia
Status neurologis :
Pemeriksaan Penunjang :
GDS : 99 mg/dl
A: BBLR
P : ASI 8x 30 ml (oral)
Periksa Bilirubin total
9
3. Tanggal 29/3/18, 06.00 WIB
S:-
O : Keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran Compos Mentis.
HR : 138 x / menit
RR : 50 x / menit
S : 37oC
Status generalis :
Mata : CA -/- , SI -/-
Cor : S1 S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : pergerakan dada simetris, retraksi -, SN : bronkovesikular +/+, rhonki
-/-wheezing -/-
Abdomen : distensi (-), bising usus (+) normal
Ekstrimitas: hangat (+), sianosis (-), CRT <3 detik
Status neurologis :
Pemeriksaan Penunjang :
Kimia darah
Fungsi hati
Bilirubin total 10,0 mg/dl
Bilirubin direk 0,2 mg/dl
Bilirubin indirek 9,8 mg/dl
A: BBLR
P : ASI ad libitum
Pulang
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan1
Berat badan merupakan salah satu indikator kesehatan bayi baru lahir. Rerata berat bayi
normal (usia gestasi 37 s.d 41 minggu) adalah 3200 gram (7lbs). Secara uum, bayi berat lahir
rendah dan dengan berat berlebih (≥3800 gram) lebih besar risikonya untuk mengalami masalah.
Masa gestasi juga merupakan indikasi kesejahteraan bayi baru lahir karena semakin cukup masa
gestasi semakin baik ksejahteraan bayi.
Menurut hubungan berat lahir/umur kehamilan, berat bayi baru lahir dapat
dikelompokkan menjadi: Sesuai Masa Kehamilan (SMK), Kecil Masa Kehamilan (KMK), dan
Besar Masa Kehamilan (BMK), dengan cara yang sama berdasarkan umur kehamilan saja bayi-
bayi dapat digolongkan menjadi bayi kurang bulan, cukup bulan, atau lebih bulan.
Klasifikakasi
Klasifikasi menurut berat lahir yaitu:
1. Bayi Berat Lahir Rendah
2. Bayi Berat Lahir Cukup/Normal
3. Bayi Berat Lahir Lebih
Definisi
Berat lahir : Berat bayi ditimbang dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir.
Pengukuran ini dilakukan di tempat fasilitas (Rumah Sakit, Puskesmas, dan Polindes), sedang
bayi yang lahir di rumah waktu pengukuran berat badan dapat dilakukan dalam waktu 24 jam.
11
Bayi Berat Lahir Cukup/Normal :
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 2500 - 4000 gram
Bayi Kecil Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Small for gestasional age/SGA”
Bayi dilahirkan dengan berat lahir (<10 persentil) menurut grafik Lubchenco.
Bayi Besar Untuk Masa Kehamilan disebut juga “Large for gestasional age/LGA”
Bayi yang dilahirkan dengan berat lahir > 10 persentil menurut grafik Lubchenco.
Masalah
Masalah lebih sering dijumpai pada Bayi Kurang Bulan dan BBLR dibanding dengan Bayi
Cukup Bulan dan Bayi Berat Lahir Normal.
Bayi kuramg bulan seing mempunyai masalah sebagai berikut.
1. Ketidakstabilan suhu
BKB memiliki kesulitan untuk mempertahankan suhu tubuh akibat:
Peningkatan hilangnya panas
Kurangnya lemak sub kutan
Rasio luas permukaan terhadap berat badan yang besar
Produksi panas berkurang akibat lemak coklat yang tidak memadai dan ketidakmampuan
untuk mengigil
2. Kesulitan pernapasan
Defisiensi surfaktan paru yang mengarah ke PMH (Penyakit Membran Hialin)
Risiko aspirasi akibat belum terkoordinasinya refleks batuk, refleks menghisap dan refleks
menelan
Thorals yang dapat menekuk dan otot pembantu respirasi yang lemah
Pernapasan yang periodik dan apnea
12
Motalitas usus yang menurun
Pengososngan lambung tertunda
Pencernaan dan absropsi vitamin yang larut dalam lemak berkurang
Defisiensi enxim laktase pada brush border usus
Menurunnya cadangan kalsium, fosfor, protein dan zat besi dalam tubuh
Meningkatnya risiko EKN (Enterokolitis nekrotikans)
4. Imaturitas hati
Konjugasi dan ekskresi bilirubin terganggu
Defisiensi faktor pembekuan yang bergantung pada vitamin K
5. Imaturitas ginjal
Ketidakmampuan untuk mengekskresi solute load besar
Akumulasi asam anorganik dengan asidosis metabolik
Ketidakseimbangan elektrolit, misalnya hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalemia atau
glikosuria ginjal
6. Imaturitas imunologis
Risiko infeksi tinggi akibat:
Tidak banyak transfer IgG maternal melalui plasenta selama trimester ke tiga
Fagositosis terganggu
Penurunan faktor komplemen
7. Kelainan neurologis
Refleks hisap dan telan yang imatur
Penurunan motalitas usus
Apnea dan bradikardia berulang
Perdarahan intraventrikel dan leukomalasia periventrikel
Pengaturan perfusi serebral yang buruk
Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE)
Retinopati prematuritas
Kejang
Hipotonia
8. Kelainan kardiovaskuler
Parent ductus arterious (PDA) merupakan hal yang umum ditemui pada bayi BKB
Hipotensi atau hipertensi
9. Kelainan hematologis
Anemia (onset dini atau lanjut)
Hiperbilirubinemia
Disseminated intravaskular coagulation (DIC)
Hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
13
10. Metabolisme
Hipokalsemia
Hipoglikemia atau hiperglikemia
Definisi:
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500
gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir.
Klasifikasi:
BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Prematuritas murni
Adalah masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai
dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut neonatus kurang
bulan sesuai untuk masa kehamilan.
Kelompok BBLR ini sering mendapatkan penyulit dan komplikasi akibat
kurang matangnya organ karena masa gestasi yang kurang.
b. Dismaturitas
Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya
untuk masa gestasi itu. Berarti bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin
dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
Hal ini disebabkan oleh terganggunya sirkulasi dan efisiensi plasenta,
kurang baiknya keadaan umum ibu atau gizi ibu, atau hambatan pertumbuhan dari
bayinya sendiri.
Epidemiologi
Prevalensi bayi berat lahir rendah (BBLR) diperkirakan 15% dari seluruh
kelahiran di dunia dengan batasan 3,3%-38% dan lebih sering terjadi di negara-negara
berkembang atau sosio-ekonomi rendah. Secara statistik menunjukkan 90% kejadian
BBLR didapatkan di negara berkembang dan angka kematiannya 35 kali lebih tinggi
dibanding pada bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. BBLR termasuk faktor
utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan disabilitas neonatus, bayi dan anak
14
serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya dimasa depan. Angka
kejadian di Indonesia sangat bervariasi antara satu daerah dengan daerah lain, yaitu
berkisar antara 9%-30%, hasil studi di 7 daerah multicenter diperoleh angka BBLR
dengan rentang 2.1%-17,2 %. Secara nasional berdasarkan analisa lanjut SDKI, angka
BBLR sekitar 7,5 %. Angka ini lebih besar dari target BBLR yang ditetapkan pada
sasaran program perbaikan gizi menuju Indonesia Sehat 2010 yakni maksimal 7%.
Etiologi
Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. Faktor ibu yang
lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler,
kehamilan kembar/ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR
Faktor ibu
o Penyakit : Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain
o Komplikasi pada kehamilan : Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti
perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm.
o Usia Ibu dan paritas : Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia < >
o Faktor kebiasaan ibu : Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok,
ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika.
Faktor Janin
Prematur, hidramion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom.
Faktor Lingkungan
Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-
ekonomi dan paparan zat-zat racun.
Komplikasi
Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain :
Hipotermia
Hipoglikemia
Gangguan cairan dan elektrolit
Hiperbilirubinemia
Sindroma gawat nafas
Paten duktus arteriosus
15
Infeksi
Perdarahan intraventrikuler
Apnea of Prematurity
Anemia
Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir
rendah (BBLR) antara lain :
o Gangguan perkembangan
o Gangguan pertumbuhan
o Gangguan penglihatan (Retinopati)
o Gangguan pendengaran
o Penyakit paru kronis
o Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit
o Kenaikan frekuensi kelainan bawaan
Diagnosis
Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka
waktu kurang lebih dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
1). Anamnesis
Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamesis untuk menegakkan mencari
etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR :
o Umur ibu
o Riwayat hari pertama haid terakir
o Riwayat persalinan sebelumnya
o Paritas, jarak kelahiran sebelumnya
o Kenaikan berat badan selama hamil
o Aktivitas
o Penyakit yang diderita selama hamil
o Obat-obatan yang diminum selama hamil
16
Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain :
o Berat badan <2500 gr
o Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan)
Tulang rawan telinga belum terbentuk.
Masih terdapat lanugo.
Refleks masih lemah.
Alat kelamin luar; perempuan: labium mayus belum menutup labium
minus; laki-laki: belum terjadi penurunan testis & kulit testis rata.
o Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan).
Tidak dijumpai tanda prematuritas.
Kulit keriput.
Kuku lebih panjang
Penatalaksanaan/ terapi
1 Medikamentosa
Pemberian vitamin K1 :
17
Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks
menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan
pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan
memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap
sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil
yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama :
o Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan
cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi
menghisap paling kurang sehari sekali.
o Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari
selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu.
Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan
keadaan bayi adalah sebagai berikut :
a. Berat lahir 1750 – 2500 gram
Bayi Sehat
o Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah
merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh;
setiap 2 jam) bila perlu.
o Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas
menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan
menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum.
Bayi Sakit
o Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan
minum seperti pada bayi sehat.
o Apabila bayi memerlukan cairan intravena:
Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi
stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-
tanda siap untuk menyusu.
18
Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh;
gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung :
Berikan cairan IV dan ASI menurut umur
Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi
telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar
berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila
keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk
menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak.
19
c. Berat lahir 1250-1499 gram
Bayi Sehat
o Beri ASI peras melalui pipa lambung
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; setiap 3 jam). Apabila bayi telah
mendapatkan minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri
tambahan ASI setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Bayi Sakit
o Beri cairan intravena hanya selama 24 jam pertama.
o Beri ASI peras melalui pipa lambung mulai hari ke-2 dan kurangi jumlah cairan
intravena secara perlahan.
o Beri minum 8 kali dalam 24 jam (setiap 3 jam). Apabila bayi telah mendapatkan
minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar, beri tambahan ASI
setiap kali minum
o Lanjutkan pemberian minum menggunakan cangkir/ sendok.
o Apabila bayi telah mendapatkan minum baik menggunakan cangkir/ sendok, coba
untuk menyusui langsung.
Suportif
20
(3)
Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal :
o Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi,
seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau
ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk.
o Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin
o Ukur suhu tubuh dengan berkala
o Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah :
o Jaga dan pantau patensi jalan nafas
o Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit
o Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang,
gangguan nafas, hiperbilirubinemia)
o Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya
o Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu
berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui.
Pemantauan (Monitoring)
1). Pemantauan saat dirawat
a. Terapi
o Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan
o Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2minggu
b. Tumbuh kembang
o Pantau berat badan bayi secara periodik
o Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10%
untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat
lahir <1500
o Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat
lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
- Tingkatkan jumlah ASI dengan 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180
ml/kg/hari
- Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar
jumlah pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
21
- Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian
ASI hingga 200 ml/kg/hari
- Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap
minggu.
Prognosis BBLR
Kematian perinatal pada bayi BBLR 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis
akan lebih buruk bila BB makin rendah, angka kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intrakranial,
hipoglikemia. Bila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, gangguan bicara, IQ rendah.
Pencegahan
Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah
yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan :
22
kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung
dengan baik
o Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi
sehat (20-34 tahun)
o Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan
pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan
akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil.
16
23
dapat dilakukan KMC.
Ruangan hangat Untuk merawat bayi dengan berat <2.500 g yang tidak
memerlukan tindakan diagnostik atau prosedur pengobatan.
Tidak untuk bayi sakit berat.
III. Hipoglikemia
Definisi
Belum ada definisi yang dipakai secara universal untuk hipoglikemia. Sampai saat ini
belum ada cukup bukti yang dapat menjelaskan berapa kadar gula darah yang dikatakan
hipoglikemia. Beberapa peneliti merekomendasikan kadar gula darah yang berbeda-beda untuk
dipertahankan pada periode neonatus untuk mencegah kerusakan perkembangan otak. Kadar
normal gula darah bervariasi tergantung beberapa faktor seperti usia gestasi, berat lahir,
24
cadangan dalam tubuh, status makanan, kemampuan untuk menggunakan energi dan ada atau
tidak adanya penyakit dalam tubuh. Sampai saat ini belum ada bukti yang konkrit yang
menunjukkan hubungan keluaran jangka panjang yang buruk dengan batasan kadar gula darah
dan durasi hipoglikemia.
Definisi hipoglikemia berdasarkan Operatinal Threshold adalah konsentrasi kadar gula
plasma atau whole blood dimana klinisi harus mempertimbangkan intervensi berdasarkan bukti-
bukti terbaru yang ada di literatur. Konsentrasi kadar plasma gula darah ini <45 mg/dL.10
Definisi lama hipoglikemia menggunakan kadar glukosa <30 mg/dL dalam 24 jam pertama dan
<45 mg/dL setelah 24 jam pada bayi (kontroversial). Sesudah itu, hipoglikemia didefinisikan
dengan kadar serum glukosa <40-45 mg/dL pada bayi prematur dan cukup bulan (kontroversial).
Saat ini banyak institusi menggunakan kadar serum glukosa <45-50 mg/dl (beberapa
menggunakan <60 mg/dL) dalam 24 jam pertama dan <50-60 mg/dL setelahnya. Pada bayi
dengan hiperinsulinemia nilai <60 mg/dL dipertimbangkan sebagai hipoglikemia. Yang terbaik
adalah mengikuti tata laksana masing-masing institusi.11 Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
menggunakan kadar gula darah <47 mg/dl sebagai definisi hipoglikemia.
Waktu skrining
Dari kepustakaan belum ada kejelasan kapan waktu dan interval yang optimal dalam
memonitor kadar gula darah. Kadar gula darah terendah terlihat pada saat usia 2 jam. Bayi
dengan ibu diabetes biasanya mengalami hipoglikemia asimtomatik lebih awal yaitu 1-2 jam
(berkisar antara 0,8-8,5 jam), sehingga dianjurkan untuk skrining lebih awal. Pada bayi prematur
dan kecil masa kehamilan (KMK) masih mempunyai risiko hipoglikemia sampai dengan usia 36
jam (berkisar antara 0,8-34,2 jam).
Pada tabel 2 dapat dilihat waktu skrining dan frekuensi pemantauan kadar gula darah pada
situasi yang berbeda.
26
Walaupun sudah digunakan secara luas tetapi metode ini kurang akurat, khususnya pada kadar
gula darah 40-50 mg/dl dimana intervensi terapi sudah dibutuhkan. Metode ini sangat berguna
untuk tujuan skrining tetapi kadar yang rendah harus selalu dikonfirmasikan dengan analisis
pemeriksaan laboratorium. Walaupun demikian pengobatan dapat dimulai hanya berdasarkan
hasil Reagent Strips tanpa harus menunggu hasil pemeriksaan laboratorium. Kadar gula darah
(pengambilan dengan reagent strips) 10-15% lebih rendah dari kadar gula darah plasma
(pengambilan darah untuk pemeriksaan di laboratorium). Kadar glukosa dapat menurun 14-18
mg/dL per jam pada sediaan darah yang terlambat diperiksa. Sediaan yang diambil dari arteri
sedikit lebih tinggi dari sediaan yang diambil dari vena dan kapiler.
Diagnosis laboratorium
Metode ini sangat akurat glukosa dapat diukur dengan metode glucose oxidase (calorimetric)
atau dengan metode glucose electrode seperti yang digunakan di mesin analis gas darah dan
elektrolit). Sampel darah harus segera dianalisis untuk mencegah kesalahan kadar glukosa yang
rendah.
Gejala klinis
Gejala klinis yang sering berhubungan dengan hipoglikemia: stupor, jitteriness, tremors, apatis
sianosis, kejang, apnoe, takikardi, lemah, high pitched cry, limpness, letargi, gangguan minum
dan eye rolling. Episode berkeringat, pucat, hipotermia dan henti jantung juga dilaporkan.1-3
Diagnosis
27
Lukas dkk 16 mendapatkan bahwa kadar glukosa yang menetap di bawah 47mg/dL pada bayi
prematur dapat mengakibatkan efek jangka panjang. Duvanel dkk mengemukakan bahwa bayi
prematur yang KMK dengan kadar gula darah < 47 mg/dl mempunyai lingkaran kepala yang
lebih kecil dan angka perkembangan yang rendah. Stenninger dkk 16 mendapatkan bahwa bayi
dengan ibu diabetes yang mempunyai kadar gula darah <27 mg/dL (1,5 mmol/L) mengalami
gangguan disfungsi saraf pada usia 8 tahun walaupun bayi tersebut tidak mengalami gejala
hipoglikemia. Beberapa peneliti mengajurkan untuk melakukan intervensi bila kadar glukosa
<47 mg/dL (2,6 mmol/L) walaupun tanpa gejala.
GIR (mg/kg/min):
Masukan per-oral: Pemberian ASI langsung ataupun expressed breast milk dapat digunakan.
Bila ASI tidak ada dapat digunakan susu formula. Bila ada kontraindikasi oral dapat
diberikan infus dekstrosa. Beberapa penelitian klinik secara acak pada bayi KMK dan SMK
(sesuai masa kehamilan) bahwa pemberian gula atau sukrosa pada susu (5g gula/100mL
susu) dapat meningkatkan kadar gula darah dan mencegah hipoglikemia.17 Suplementasi
dapat diberikan pada neonatus dengan kadar gula darah antara >25 - <47mg/dL tanpa gejala.
28
Tata laksana hipoglikemia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dapat dilihat pada Gambar 1.
Tata laksana hipoglikemia berulang dan persisten dapat dilihat pada gambar 2. Penyebab
hipoglikemia berulang dan persisten dapat kita lihat pada Tabel 3.
29
Tabel 3 Penyebab dan pemeriksaan hipoglikemia berulang dan
persisten
Penyebab hipoglikemia
persisten Pemeriksaan
Congenital hypopitutarism kadar insulin serum
Insufisiensi adrenal kadar kortisol serum
Hiperinsulinemia kadar growth hormone
Galaktosemia Amonia darah
Glycogen storage disorders Kadar laktat darah
Urine ketones and reducing
Maple syrup urine disease substances
Urine and sugar
Mitochondrial disorders aminoacidogram
Fatty acid oxidation defects kadar free fatty acid
Kadar galactose 1 phosphate
uridyl transferase
Lucas dkk 16, menyatakan hipoglikemia dapat mengakibatkan keluaran jangka panjang yang
tidak baik. Duvanel dkk 15, menyatakan lingkaran kepala dan angka perkembangan yang
rendah pada bayi dengan hipoglikemia persisten.
31
Keluaran hipoglikemia dipengaruhi oleh lama dan durasi hipoglikemia, kecepatan aliran
darah serebral, dan pemakaian glukosa serebral. Perhatian khusus perlu dilakukan terhadap
keluaran perkembangan saraf seperti : IQ, Arithmetic Profiency dan gangguan motorik.
Pemantauan mata dilakukan pada usia koreksi 1 bulan. Pemantauan pertumbuhan, mata dan
telinga pada usia koreksi 3,6,9,12,18 bulan. Pemantauan Neurodevelopment dilakukan oleh
psychologist. Pemeriksaan MRI dilakukan pada usia 4-6 minggu untuk melihat kerusakan
otak oleh karena hipoglikemia.
Rekomendasi
Skrining Hipoglikemia rutin perlu dilakukan pada bayi dengan ibu diabetes, bayi
prematur (gestasi <37 minggu), bayi dengan KMK (berat lahir < persentil ke-10), bayi
dengan BMK (berat badan > persentil ke-90).
Skrining pada bayi tanpa gejala dimulai pada usia 2 jam dan setiap 3-6 jam dengan
minum ASI tetap dipertahankan. Pemeriksaan gula darah diberhentikan bila kadar gula
darah dalam 12 jam > 47mg/dL(untuk bayi BMK dan bayi dengan ibu diabetes), dan
dalam 36 jam pada bayi prematur dan KMK.
Bayi dengan gejala segera periksa gula darah
Bayi berisiko dengan kadar gula darah >35mg/dL (1,8 mmol/L) setelah minum atau
berulang < 47mg/dL perlu diintervensi.
Bayi dengan gejala segera terapi, bila kadar gula darah <47mg/dL dan perlu dicari
penyebabnya.
Suplementasi minum oral diberikan pada bayi tanpa gejala bila kadar gula darah 36-47
mg/dL, periksa ulang setelah 1 jam untuk mengindentifikasi hipoglikemia persisten.
Infus intravena direkomendasikan pada bayi hipoglikemia dengan gejala atau tanpa
gejala tetapi gagal terhadap respon suplementasi oral.
DAFTAR PUSTAKA
32
1. Damanik SM. Klasifikasi bayi menurut berat lahir dan masa gestasi. Buku Ajar
Neonatologi. Edisi 1. Jakarta: IDAI. 2014
2. Manuaba, I. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta: EGC. 1997
3. Purwadianto. A. Kedaruratan Medik. Jakarta: Bina Rupa Aksara. 2000
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. Edisi 1. Jakarta: EGC.1998
5. IDAI. Asfiksia Neonatorum. Dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2004.
6. Azis, Abdud L. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bagian/SMF Kesehatan Anak, Edisi
III. RSU Dokter Sutomo. Surabaya. 2006
7. Kosim, Sholeh. Buku Ajar Neonatologi, edisi pertama. Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2008
8. Suraatmaja, Sudrajat. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. RSUP
Sanglah, Denpasar.
9. Poesponegoro, Hardiono. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Ikatan Dokter
Anak Indonesia.Jakarta. 2005
10. Kaban RK. Skrining dan tatalaksana awal hipoglikemia pada neonatus untuk
mencegah komplikasi. Kegawatan pada Bayi dan Anak. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Departemen Ilmu Kesehatan Anak Pendidikan
Berkelanjutan LXI. 2012
33