Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu media yang digunakan manusia dalam
berkomunikasi. Manusia tidak akan lepas dari proses penggunaan bahasa dalam
kehidupansehari-hari. Bahasa digunakan dalam setiap kehidupan untuk
mempermudah proses berkomunikasi. Penggunaan bahasa tidak mengenal usia, dari
orang tua hingga anak kecil, harus menggunakan bahasa untuk menyampaikan apa
yang ingin disampaikannya. Selain itu, bahasa dapat juga diekspresikan melalui
tulisan, tanda gestural, danmusik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi
nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi
gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah
sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang
mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian
tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Kesantunan berbahasa ini sangat berkaitan erat dengan lingkungan dimana
seseorang tinggal, karena bahasa yang digunakan dapat dinilai santun atau tidaknya
tergantung pada norma yang dianut di lingkungan tempat ia tinggal.Sehingga norma
yang ada di lingkungan tersebut menjadi faktor utama penentu kesanantunan dalam
berbahasa, tidak menutup kemungkinan norma yangada di sunda sesuai dengan norma
yang ada di jawa. Penentu kesantunan ini sangat penting diketahui dan dipahami oleh
masyarakat yang ada di sekitarnya agar kesantunan dalam berbahasa dapat terjaga dan
tetap dilestarikan oleh masyarakat pemakai bahasa.
Seorang anak biasanya mengucapkan kata-kata yang mereka dapatkan dari
lingkungan mereka.Hal ini biasa disebut pemerolehan bahasa. Menurut Marjusman
Maksan (Yaniarti, 2011), „pemerolehan bahasa adalah proses penguasaan bahasa
yang dilakukan oleh seseorang (bukan cuma anak-anak) secara tidak sadar, implisit,
dan informal.‟Hal ini berarti pembelajaran bahasa tidak ada gurusecara resmi
melainkan anak meniru secara alami yang dikatakan oleh orang tuanya dan penerapan
bahasa yang ditentukan oleh norma di lingkungan tempat dia tinggal.
Pada saat ini alat komunikasi semakin canggih, budaya dan cara pergaulan di
masyarakat juga sudah mulai banyak yang berubah, cara bersosial, dan bertutur.
Pergaulan yang semakin jauh dari kesopanan, tuturan yang jauh dari kesantunan pada
anak usia remaja semakin banyak. Kurangnya kesantunan remaja yang khususnya
anak sekolah pada saat ini harus menjadi perhatian kita, terutama dalam bertindak
tutur terhadap orang yang lebih tua.
Pada masa pandemik ini anak akan berada di rumah sebagai orang tua harulah
memberi contoh yang baik terhadap anak tentunya agar, selama pandemik ini anak
akan berubah menjadi lebih baik dengan di ajarkan langsung sopan santun, tutur
Bahasa yang baik dan benar.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara mengajarkan anak agar lebih menghormati orangtua dan yg
lebih tua?
2. Bagaimana cara mengajari anak agar meminta maaf pada saat dia melakukan
kesalahan?
3. Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak menjawab ulang pada saat di
marahi atau menggunakan menggunakan kata-kata kasar?
4. Bagaimana cara mengajarkan anak agar sering mengucapkan kata "tolong"
dan "terimakasih" pada saat meminta bantuan?
5. Bagaimana cara mengajarkan anak agar sopan pada saat makan, baik tidak
mengecap ataupun berbicara pada saat mengunyah makanan?
6. Bagaimana cara mengajarkan anak untuk menghormati sesama?
7. Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak rasis terhadap orang lain?
8. Bagaimana cara membangun karakter anak agar perlunya menghargai upaya
seseorang?
9. Bagaimana cara mengajarkan anak dalam berahasa dan berbicara?
BAB II

ISI

A. Landasan Teori
Sudah sebaiknya kita memiliki perilaku kesopanan sebagai konsep yang tegas
seperti gagasan etika dan tingkah laku sosial yang sopan yang terdapat dalam budaya.
Melalui sikap kesopanan orang dapat dikatakan memiliki sifat bijak, pemurah,
simpatik, dan rendah hati. Sudah saatnya kita menyadari jika partisipan interaksi
merupakan norma-norma dan prinsip-prinsip yang ada di dalam masyarakat luas.
Kesantunan berkaitan dengan budaya dan nilai yang bersifat relatif di suatu
masyarakat. Suatu tuturan dapat dikatakan sopan, akan tetapi di tempat lain bisa saja
dianggap menjadi tidak sopan. Sebaiknya kita hrus paham dan bisa menempatkan diri
dengan sadar dimana kita berkomunikasi. Manusia merupakan makhluk sosial, oleh
sebab itu, sudah seharusnya setiap manusia paham akan tata cara berinteraksi dalam
kehidupan sehari-hari.
Markhamah dan Atiqa Sabardila (2013:153) menyatakan bahwa kesantunan
merupakan suatu cara yang dilakukan penutur saat berkomunikasi supaya penutur
tidak merasa tertekan, tersudut, dan tersinggung. Kesantunan berbahasa dalam hal ini
berupaya untuk menjaga harga diri pembicara maupun pendengar. Penggunaan bahasa
yang santun saat berkomunikasi akan membuat mitra tutur dan lawan bicara merasa
dihormati, nyaman, dan tidak menimbulkan kesalah pahaman.
Menurut Leech (dalam Jumanto, 2017: 87) mengkaji kesantunan berkaitan
dengan bidal percakapan Grice (1975). Bidal-bidak percakapan dari Grice ini sering
dilanggar atau tidak dipatuhi dalam interaksi sosial. Akibat banyaknya pelanggaran
yang terjadi, Leech mengaukan dua prinsip kesantunan untuk menghindari ujaran
yang berpotensi mengancam bahkan merusak muka. Dua prinsip kesantunan tersebut,
yaitu : (a) meminimalkan ungkapan perasaan yang tidak santun, dan memaksimalkan
ungkapan perasaan yang santun, (b) memilih tuturan yang tidak merendahkan status
orang lain (harga diri), atau menghindari tuturan yang bisa membuat seseorang
kehilangan muka ( harga dirinya). Ada beberapa hal yang dirumuskan oleh Leech
yang tidak boleh dilakukan seorang penutur kepada petutur, yaitu: (a) jangan
menyuruh, (b) tidak boleh mengatakan hal buruk tentang petutur, (c) tidak boleh
mengungkapkan perasaan senang hati ketika petutur sedang bersedih, (d) jangan
menyerang pandanganpetutur, (e) tidak boleh memuji diri sendiri, atau membicarakan
tentang kekayaan, kekuatan diri sendiri secara terus-menerus.

B. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Rizky Amanda, Tahun 2020 yang berjudul
“Meningkatkan Nilai Kesopanan Anak dalam Berbahasa dan Berbicara di Tengah
Pandemi COVID19” Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif karena
dalam pelaksanaannya meliputi data, analisis dan interpretasi tentang arti dan data
yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yakni mencari dan
mengumpulkan data yang ada di lapangan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-
faktor, unsur-unsur bentuk, dan suatu sifat dari fenomena di masyarakat. (Nazir, 1998:
51).
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Angket atau KuesionerAngket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data
melalui formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
secara tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan
jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti
(Mardalis: 2008: 66)Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar
pertanyaannya dibuat secara 28berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan
berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang persepsi desain interior
dari responden.
2. Metode DokumentasiMetode dokumentasi yaitu pengumpulan data dimana
peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002: 158). Metode
ini digunakan untuk memperoleh data tentang jumlah pengunjung
perpustakaan UAJY.
C. Hasil
Hasil dari jawaban kuesioner yang di ajukan terhadap ke 2 orang tua yang
berbeda anak, sebagai berikut:
1. Orang tua pertama:
1) Nama Orang tua : Hendra Sukmana
2) Nama Anak : Rafif Sultan Abdurrahiim
3) Umur Anak : 13
4) Pendidikan Anak : SMP
5) Apakah selama di rumah anak sering menghormati orangtua dan yang
lebih tua : Ya
6) Bagaimana cara mengajarkan anak agar lebih menghormati orangtua
dan yg lebih tua selama di rumah : Memberikan contoh dan
mengingatkan anak
7) Bagaimana cara mengajari anak agar meminta maaf pada saat dia
melakukan kesalahan : Memberikan contoh dalam meminta maaf dan
mengingatkan anak
8) Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak menjawab ulang pada
saat di marahi atau menggunakan menggunakan kata-kata kasar :
Tersenyum dan istigfar
9) Apakah anak sering mengucapkan kata "tolong" dan "terimaksih" pada
saat meminta bantuan : Ya
10) Bagaimana cara mengajarkan anak agar sering mengucapkan kata
"tolong" dan "terimakasih" pada saat meminta bantuan : Memberikan
contoh mengucapkan kata "tolong" dan "terima kasih", serta
mengingatkan anak
11) Bagaimana cara mengajarkan anak agar sopan pada saat makan, baik
tidak mengecap ataupun berbicara pada saat mengunyah makanan :
Memberikan contoh cara makan yang baik dan mengingatkan anak
12) Bagaimana cara mengajarkan anak untuk menghormati sesama :
Memberikan contoh dalam menghargai sesama dan mengingatkan
anak
13) Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak rasis terhadap orang
lain : Memberikan contoh sikap tidak rasis dan mengingatkan anak
14) Bagaimana cara membangun karakter anak agar perlunya menghargai
upaya seseorang : Memberikan contoh menghargai orang lain dan
mengingatkan anak
15) Bagaimana cara mengajarkan anak dalam berahasa dan berbicara :
Memberikan contoh dalam berbahasa dan berbicara dengan baik, serta
mengingatkan anak
2. Orang tua kedua:
1) Nama Orang tua : Lisye Handayani
2) Nama Anak : Syamil Abdillah
3) Umur Anak : 14
4) Pendidikan Anak : SMP
5) Apakah selama di rumah anak sering menghormati orangtua dan yang
lebih tua : Ya
6) Bagaimana cara mengajarkan anak agar lebih menghormati orangtua
dan yg lebih tua selama di rumah : Orangtua berbicara yang baik dan
memberi contoh terlebih dahulu
7) Bagaimana cara mengajari anak agar meminta maaf pada saat dia
melakukan kesalahan : Memberikan contoh dan keteladanan dan sudah
dibiasakan sejak kecil
8) Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak menjawab ulang pada
saat di marahi atau menggunakan menggunakan kata-kata kasar :
Mengajaknya bicara ketika anak sudah tenang dan mengajak bicara
dengan baik-baik.
9) Apakah anak sering mengucapkan kata "tolong" dan "terimaksih" pada
saat meminta bantuan : Ya
10) Bagaimana cara mengajarkan anak agar sering mengucapkan kata
"tolong" dan "terimakasih" pada saat meminta bantuan : Memberikan
contoh, dimulai ketika orangtua meminta tolong dan mengucapkan
terimakasih
11) Bagaimana cara mengajarkan anak agar sopan pada saat makan, baik
tidak mengecap ataupun berbicara pada saat mengunyah makanan :
Memberikan contoh dan mengingatkan kembali jika mengecap pada
saat mengunyah makan
12) Bagaimana cara mengajarkan anak untuk menghormati sesama :
Memberikan teladan dan mengajarkanya sejak kecil dengan bercerita
tentang menghormati dan menyayangi sesama.
13) Bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak rasis terhadap orang
lain : Orangtua tidak melakukan rasis di rumah dengan contoh
sederhana tidak pilih kasih dan berkata-kata rasis terhadap keluarga
dan orang lain.
14) Bagaimana cara membangun karakter anak agar perlunya menghargai
upaya seseorang : Memberikan penghargaan terlebih dahulu terhadap
usaha dan hasil anak, sehingga anak terbiasa untuk bersikap
menghargai orang lain.
15) Bagaimana cara mengajarkan anak dalam berahasa dan berbicara :
Membiasakan sejak kecil berbahasa dan berbicara dan sering
mendengarkan anak-anak ketika mereka ingin sharing atau curhat.

D. Pembahasan
Dari kuesioner tersebut di dapati bahwa setiap orang tua memberikan
pembelajaran yang berbeda-beda, pada anak yang bernama Rafif sang orang tua lebih
sering memberikan pembelajaran dengan cara memberi contoh dan mengingatkannya.
Sedangkan pada anak yang bernama Syamil orang tuanya bukan saja memberikan
contoh tetapi menjelaskan juga alasannya setiap sang orang tua menegur atau
melarang anaknya agar si anak lebih mengerti akan perbuatannya.
Di sini juga berbeda cara ajar Bapak dengan Ibu, contohnya pada saat anak
menjawab ulang pada saat di marahi atau menggunakan menggunakan kata-kata
kasar. Bapak lebih menanggapinya dengan tersenyum dan istighfar agar si anak tidak
menjawab pada saat di marahi. Sedangkan Ibu menanggapinya dengan cara
mengajaknya bicara ketika anak sudah tenang dan mengajak bicara dengan baik-baik.
Apalagi pada saat pandemi ini peran orang tua di rumah sangatlah penting
untuk mengubah sopan santun dan Bahasa yang di gunakan anak, yang di mana anak
sudah banyak mendengarkan Bahasa-bahasa lain yang di dapati di luar rumah. Tetapi
pada saat di rumah juga anak bisa saja menggunakan Bahasa yang tidak baik jika
orang tua tidak mengajarkannya atau menegurnya karena pada saat pandemi ini anak
tidak akan bermain keluar tapi mereka akan asik dengan gadgednya baik dia bermain
game online ataupun bersosial media, peran orang tua sangatlah penting untuk selalu
mengawasinya.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Peran orang tua pada masa pandemic ini sangatlah penting dalam
meningkatkan kesopanan anak dalam berbahasa dan berbicara karena selama di
rumah siapa lagi kalua bukan para orang tua yang mengajarkannya, apalagi selama di
rumah anak akan sibuk dengan gadged mereka sangatlah penting mengawasi sang
anak. Anak akan mudah meniru apa yang dia lihat dan sering dengar, peran orang tua
dalam memberikan contoh, pengajaran dan penjelasan sangatlah penting di berikan.
Mengajarkan anak juga tidak selalu harus menggunakan perlakuan kasar atau kata-
kata kasar agar anak lebih mudah mengerti, bukan hanya mudah mengerti bagi si anak
tapi agar si anak tidak menirunya juga.

B. Saran
Bagi para orang tua lebih sering memperhatikan anaknya dalam kesopanan
dan berbicara sang anak. Karena di rumah mereka sopan dan berbicara dengan baik,
tetapi di luar belum tentu, yang bisa di akibatkan oleh pergaulan sekitarnya.

Anda mungkin juga menyukai