Anda di halaman 1dari 14

1

Buana Sains Vol 7 No 1: 33-42, 2007

KAJIAN POTENSI AIR DAN PENGEMBANGAN


SUMBERDAYA AIR DAS SEMBAYAT
(PENGEMBANGAN WILAYAH UTARA KABUPATEN
GRESIK)

Dian Noorvy Khaerudin


PS. Teknik Sipil, Fak. Teknik, Universitas Tribhuwana
Tunggadewi

Abstract
A study that was aimed to analyze the potency of surface water for water
resource development of the Gresik Regency was conducted by analyzing available
rainfall and water discharge data. Results of this study showed the occurrence of
water potency deficit and water shortage. Discharge of water from river flowing
through the Gresik Regency did not originally come from excessive rainfall but it
came from sea water flowing into the river at certain months, and from upstream
and midstream discharges of Bengawan Solo river. Climate affected conditions of
water resource potency which its main source is rainfall. Hence water supply could
not be relied only from rainfall. The existing surface water can only provide 50%
of the water need of the Gresik Regency for domestic uses and other 50% for
industrial purposes. The remaining water need should be sought from other sourves
such as drilling well, small basins and lakes.

Key words: discharge, rainfall, water balance

Pendahuluan aspek terkait, seperti kemiringan lahan


yang mempengaruhi aliran air,
Air merupakan kebutuhan manusia
yang esensial. Manusia membutuhkan
air untuk hidup. Air dalam hal ini
dimanfaatkan dan digunakan untuk
menjadi sarana bagi kelangsungan
hidup manusia. Seperti, untuk air
minum, pertanian, perikanan, listrik,
navigasi, pengenceran polutan,
industri dan masih banyak lagi.
Pemanfaatan air ini tidak lepas dari
pemanfaatan lahan yang menjadi
saling terkait sehingga didapatkan
suatu perencanaan konservasi tanah
dan air yang baik (Utomo, 1989).
Dalam pemanfaatannya air dan tanah
saling mengendalikan, yang di
dalamnya terdapat berbagai macam
2
pembangunan tampungan air untuk
pemanfaatan lahan, dan lain-lain
(Arsyad, 1989). Kekurangan air
pada musim kemarau mempunyai
beberapa penyebab, antara lain
kondisi geografis, kondisi
pemanfaatan lahan, kondisi geologi
yang mempunyai keterkaitan
pengaruh terhadap iklim, hujan,
kemampuan tanah, dan kualitas
serta kuantitas air (Zen, 1999).
Pengetahuan tentang potensi
sumberdaya air terutama air
pemukaaan di daerah pantai utara
relatif sedikit, dengan demikian
perlu dilakukan penelitian secara
komprehensif mengenai potensi
sumberdaya air permukaan dan
selanjutnya digunakan sebagai dasar
untuk pengembangan (Nippon Koei
Ltd, 2001).
D.N. Khaerudin/ Buana Sains Vol 7 No 1: 33-42, 2007

Bendung gerak Sembayat yang mungkin terjadi di masa datang


direncanakan dibuat untuk mengatasi (Asdak, 1995). Metode ini
masalah kekurangan air dan menggunakan prinsip hidrologi
kelebihan air di daerah aliran sungai stokastik yang berasumsi bahwa
ini. Daerah aliran sungai Sembayat setiap kejadian debit dalam debit
adalah wilayah utara Kabupaten historik akan berulang di masa yang
Gresik dan beberapa kecamatan akan datang dengan peluang yang
Kabupaten Lamongan. Rencana sama seperti peluang kejadian debit
pembuatan bendung gerak ini historiknya.
menggunakan beberpa alternatif yang Analisa harga ekstrim debit ini
memungkinkan untuk dapat dilakukan dengan perhitungan
terandalkan pada lima sampai sepuluh distribusi statistik. Unsur utama dalam
tahun mendatang. Masukan air untuk pengembangan sumberdaya air yaitu
bendung gerak Sembayat adalah dari curah hujan dan debit yang
bendung gerak Babat. Letak bendung merupakan variabel penting. Curah
gerak Sembayat di Desa Sukowati hujan yang jatuh di daerah aliran
Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik sungai sebagian besar akan
sekitar 29 km dari hulu muara melimpah menjadi air permukaan
sungai Bengawan Solo hillir. dan akhirnya menjadi debit air suatu
Penelitian berupa karakteristik daerah aliran sungai (Nandakumar,
hidrologi daerah Kabupaten Gresik 1997).
diperlukan untuk melihat bagaimana Curah hujan yang jatuh di
faktor iklim, tanah dan hujan dapat sekitar stasiun-stasiun hujan pada
mempengaruhi pengembangan suatu suatu daerah aliran sungai mempunyai
daerah dan pengembangan pengaruh yang berbeda-beda dalam
sumberdaya air, sedang dalam sisi ruang dan waktu terhadap debit air.
lain adanya sumber penampung air, Distribusi besaran curah hujan
sungai, yang dapat menjadi sumber tersebut sangat tergantung pada
penyedia air. Sehingga diperlukan topografi, morfologi, kemiringan, dan
penelitian mengenai potensi angin Muson yang mempengaruhi
ketersediaan air. Potensi yang iklim kepulauan Indonesia.
dimaksud adalah potensi sumberdaya Pendekatan, secara garis besar, yang
air yang telah ada sekarang dan digunakan untuk memperkirakan
apakah dapat memenuhi untuk masa potensi sumberdaya air terutama air
yang akan datang dengan proyeksi permukaan adalah secara kuantitatif
kebutuhannya. dengan melakukan kajian pada data
Tujuan kajian potensi yang tersedia baik data hujan, data
ketersediaan air untuk pengembangan debit dan lain sebagainya (Asaad et
sumberdaya air di Wilayah Utara al., 1997). Data yang terkumpul
Kabupaten Gresik adalah untuk kemudian diolah sesuai dengan
mengetahui karakteristik hidrologi kebutuhan.
secara global. Sasaran akhir agar Pendekatan pelaksanaan studi
dapat mengetahui potensi air merupakan kumpulan langkah-
permukaan di masa yang akan datang. langkah yang dilakukan serta dipakai
dalam melaksanakan dan
Bahan dan Metode menyelesaikan kajian. Metode ini
terdiri atas pengumpulan data,
Potensi air permukaan suatu daerah
pengolahan data, analisis, dan
aliran sungai pada masa yang akan
penarikan kesimpulan. Data utama
datang, dapat diperkirakan dengan
yang dimaksud adalah data yang
melakukan analisa harga ekstrim
diperlukan untuk mengkaji
debit
karakteristik hidrologi daerah sebagai
variabel penting dalam
memperkirakan potensi ketersediaan
air
35
D.N. Khaerudin / Buana Sains Vol 7 No 1: 33-42, 2007

untuk pemanfaatannya. Data itu adalah dan hujan bulanan rata-rata wilayah.
berupa data hujan dan data debit. Data Pengaruh hujan
pelengkap adalah data yang diperlukan terhadap
untuk menglengkapi kajian dan analisis evapotranspirasi perlu diketahui untuk
yang meliputi. data evapotranspirasi, data menganalisis sejauh mana pengaruh
topografi (elevasi), data tata guna lahan, iklim daerah terhadap potensi
data tampungan air yang sudah ada di sumberdaya air. Sumberdaya air yang
daerah kajian, data jumlah penduduk, dan dimaksud adalah hujan dengan suatu
data jumlah industri. Data-data yang besaran mm.
digunakan adalah data sekunder, yaitu data
yang dibuat oleh instansi dan digunakan Keseimbangan kebutuhan dan
untuk kajian. Dalam pengumpulan data ketersediaan air
ini juga
dilakuka sur k perusaha Untuk mengkaji permasalahan
penggun
n air
vei untue mengeta
an ketersediaan air, dilihat terlebih
pemakaian air pada perusahaan yang dahulu pola karakteristik hidrologi
tergolong perusahaan besar. daerah kajian, dan pola pembagian
tiap daerah yang sudah dilaksanakan
Pengolahan data pada saat sekarang. Dengan
mengetahui pola pembagian air
Pengolahan Data Hujan Tes eksisting, maka nantinya akan dapat
Konsistensi Data Hujan Korelasi direncanakan kebutuhan dan
antar Stasiun Pengukur Hujan. ketersediaan debit air pada daerah
Ukuran untuk menyatakan derajat kajian (Zen, 1999).
hubungan antara variabel dinamakan Metode Neraca Air (Water
koefisien korelasi. Analisa korelasi Balance) digunakan untuk
terkait dengan analisa regresi, karena membandingkan antara ketersediaan
bila suatu individu hasil pengamatan debit air yang ada dengan kebutuhan
ternyata memiliki kaitan erat dengan air industri dan domestik setiap
individu lain, maka dapat bulan. Analisa awal dalam studi ini
meramalkan nilai induvidu yang satu adalah membandingkan ketersediaan
dengan menggunakan nilai individu & kebutuhan air antara kebutuhan air
yang satunya lagi. eksisting dengan pola kebutuhan air
rencana. Sebagai tolak ukur awal,
Analisis hasil pengolahan data rencana pemberian air untuk industri
Analisis hasil pengolahan data dan domestik eksisting. Kemudian
diperlukan untuk mengetahui potensi untuk kebutuhan air masing- masing
ketersediaan air daerah kajian. dicobakan untuk kebutuhan air
Analisis ini menyangkut hubungan domestik 100%, industri 50%;
antara hujan, debit, topografi, iklim, domestik
yaitu sebagai dasar untuk 50%, industri 100%, dan domestik
mengetahui karakteristik hidrologi 50%, industri 50% dari jumlah total
global dan pengelolaan sumberdaya industri atau domestik. Sehingga dapat
air daerah kajian (Soewarno, 1995).. diketahui perencanaan tata ruang
Analisis yang dilakukan adalah wilayah daerah mendatang untuk
Analisis korelasi antar stasiun hujan domestik dan industri.
daerah kajian, korelasi antar stasiun
hujan, korelasi antara elevasi dan Hasil dan Pembahasan
hujan tahunan rata-rata wilayah,
korelasi antara evapotranspirasi Data hujan
Sejumlah stasiun paling sedikit lima
dengan pengamatan yang dapat
35
dipercaya dan kira-kira panjangnya
sama
36
D.N. Khaerudin/ Buana Sains Vol 7 No 1: 33-42, 2007

dalam wilayah iklim yang sama, Ternyata, semua data curah hujan
diseleksi sebagai stasiun pembanding. tersebut tidak mengalami
Data hujan tahunan, bulanan atau kecendrungan perubahan kemiringan
musiman ditambahkan secara gradien garis.
akumulatif untuk setiap stasiun, mulai Hal ini menunjukkan semua data
dengan pengamatan kalender terakhir. curah hujan yang terdapat di stasiun
Suatu rata-rata aritmatik dihitung pengukur hujan adalah konsisten
untuk semua stasiun dengan periode selama periode pengamatan. Artinya
kalender yang sama. Penambahan data-data pengamat curah hujan yang
akumulasi data dari stasiun yang akan ada disembilan stasiun pengamat
dicek terhadap stasiun pembanding curah hujan tidak mengalami
dihitung. Berdasarkan data yang perubahan akibat kondisi alat
terdapat di sembilan stasiun pengukur curah hujan ataupun
pengamatan curah hujan (Tabel 1) perubahan daerah aliran sungainya
dan berdasarkan data hasil dan data masih dapat digunakan
perhitungan perkiraan data hujan dengan hasil perhitungan perkiraan
hilang (Tabel 2), dilakukan analisis data hujan hilang tersebut.
kurva massa ganda.

Tabel 1. Data curah hujan tahunan


No Th. P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
1 198 155 130 102 166 120 180 102 125 19
2 199 171 41 44 154 41 143 54 42 14
3 0
199 3
177 5
139 5
109 4
155 5
109 8
122 4
153 5
131 93
11
4 1
199 541 555 850 1
151 8
132 0
157 0
174 8
136 61
13
5 2
199 5
109 1
109 6
63 9
119 089 1
118 6
115 5
117 74
8
6 3
199 8
122 693 3
73 2
145 9
151 1
120 083 699 4
14
7 4199 1198 4
153 4
183 9
184 6187 6212 9
137 3
173 68
17
8 5
199 6
135 9
111 1
104 3
168 9
119 1
189 299 251 31
16
9 6
199 993 572 169 7
106 2
101 597 3
93 5
118 65
12
10 7
199 9
183 5
193 0
193 3
114 4193 7
182 8
186 7
230 30
21
11 8
199 1
134 795 7
131 8
167 7
131 1
140 2
143 1
200 21
17
12 9
200 2
193 4
149 4
183 397 4
183 4
169 0
150 5
220 69
14
13 0
200 7
156 3
167 6
140 9
179 6
140 2
179 9
149 9
200 55
17
14 1
200 0
112 0
104 7
137 3
145 7
102 5
120 0
148 4
122 98
11
2 0 1 8 8 5 5 7 0 45
Keterangan:
P1 : Stasiun Ujung Pangkah (Kecamatan Ujung
Pangkah) P2 : Stasiun Panceng (Kecamatan Panceng)
P3 : Stasiun Sedayu (Kecamatan Sedayu)
P4 : Stasiun Sumengko (Kecamatan Duduk
Sampeyan) P5 : Stasiun Suci (Kecamatan Manyar)
P6 : Stasiun Tambak Ombo (Kecamatan Manyar)
P7 : Stasiun Mentaras ( Kecamatan Dukun)
P8 : Stasiun Lowayu (Kecamatan Dukun)
P9 : Stasiun Bunder (Kecamatan
Kebomas)
37
D.N. Khaerudin / Buana Sains Vol 7 No 1: 33-42, 2007

Tabel 2 korelasi antar stasiun hujan periode tahun 1989 – 2002


P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P 1,00
P 0,65 1,00
2
P 3
0,66 0
0,84 1,00
3
P 4
0,10 50,00 -0 1,00
4P 30,35 10,71 0,013
0,78 -0 1,00
5
P 0
0,49 5
0,54 00,56 0,074
0,44 0
0,56 1,00
6
P 8
0,02 2
0,56 9
0,60 -7 4
0,61 0
0,26 1,00
7
P 2
0,32 0
0,69 7
0,77 -0,085 3
0,75 7
0,31 0
0,77 1,00
8
P 7
0,45 1
0,47 00,51 0,190
0,35 8
0,52 7
0,74 4
0,17 00,40 1,00
9 1 1 5 6 7 3 9 4 0

Analisis elevasi dan curah hujan 1). Hal tersebut menunjukkan bahwa
Selanjutnya untuk mengetahui variasi elevasi di DAS Bengawan
pengaruh geografis terhadap curah Solo hilir sepanjang 61.868 km
hujan dilakukan analisis hubungan memberikan pengaruh terhadap
antara elevasi daerah dan curah hujan variasi curah hujan yang terjadi.
yang dapat dinyatakan secara linier, Daerah aliran sungai Bengawan Solo
artinya apabila elevasi semakin hilir sepanjang 61,868 km adalah
tinggi maka curah hujan yang suatu DAS yang datar dengan
terjadi juga akan semakin tinggi. kemiringan rata-rata daerah adalah 0
Berdasarkan penelitian dari sembilan – 2% saja. Di beberapa daerah
stasiun pangamat hujan yang tersebar mempunyai kemiringan yang besar
di DAS Bengawan Solo hilir sejauh karena adanya bukit-bukit dengan
61.868 km dengan periode elevasi yang tinggi, diantaranya di
pengamatan 14 tahun dari tahun 1989 daerah Kecamatan Panceng dan
– 2002, didapat nilai koefisien Kecamatan Ujung Pangkah.
regresi (b) adalah 3,39 dengan
koefisien determinasi sebesar
50,156% (Gambar

Gambar 1. Hubungan elevasi dan curah hujan


Analisis korelasi hujan dan debit Oktober ternyata merupakan nilai
Iklim dapat mempengaruhi kondisi korelasi terbesar yaitu 0,9630. Hal ini
curah hujan di daerah. Arah angin karena angin bergerak ke arah
dapat berpengaruh terhadap curah pegunungan di bagian Utara DAS
hujan yang terjadi dan dinyatakan Bengawan Solo hilir daerah kajian
dengan besarnya korelasi curah hujan 61,868 km, sehingga air hujan
di setiap stasiun terhadap debit air terbawa angin menuju daerah
sungai di Bengawan Solo hilir (pada pengunungan dan banyak berpengaruh
pengamatan di stasiun debit Babat). pada debit air sungai.
Korelasi antara curah hujan di stasiun
hujan Panceng Kecamatan (P2) dan
debit pada bulan

Tabel 2. Korelasi antar stasiun hujan periode tahun 1989 – 1995


P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P 1,00
P 0,55 1,00
2
P 5
0,64 0
0,85 1,00
3
P 9
0,54 40,36 0
0,72 1,00
4
P 2
0,02 4
0,57 3
0,71 0
0,50 1,00
5
P 0
0,32 8
0,34 1
0,68 5
0,84 0
0,51 1,00
6
P -4 1
0,31 00,30 5
0,13 8
0,48 0
0,18 1,00
7
P 0,35
0,00 6
0,72 2
0,73 5
0,39 8
0,82 5
0,51 0
0,79 1,00
8
P 2
0,35 6
0,14 7
0,42 3
0,83 1
0,37 8
0,77 -4 0
0,12 1,00
9 2 7 2 4 1 0 0,20 0 0
Tabel 3. Korelasi antar stasiun hujan periode tahun 1996 – 2002
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9
P 1,00
P 0,86 1,00
2P 10,88 00,83 1,00
3
P -6 -4 -0 1,00
4
P 0,22
0,95 0,07
0,84 0,23
0,88 -0 1,00
5
P 70,77 8
0,76 1
0,56 0,23
0,28 0
0,64 1,00
6
P 4
0,68 0
0,78 2
0,91 -5 2
0,73 0
0,37 1,00
P
7 0,69
8 0,64
3 0,75
9 -0,11 0,77
5 0,22
2 0,80
0 1,00
P9 0,623 0,713 0,509 0,248 0,661 0,740 0,532 0,495 1,000

Analisis evapotranspirasi dan hujan Berdasarkan perhitungan rata-rata


rata-rata curah hujan dan rata-rata
Evapotranspirasi untuk kajian ini evapotranspirasi potensial bulanan,
menggunakan hasil perhitungan maka dapat ditunjukkan bahwa daerah
dengan metode Pennman yang aliran sungai mempunyai perbedaan
dianalisiskan dapat lebih mewakili curah hujan dan evapotrasnpirasi
keadaan yang ada di lapangan dan yang besar, terutama pada bulan
digunakan pula angka koreksi kering yaitu pada bulan Mei hingga
Pennman untuk tanaman tinggi, September (curah hujan kering di
daerah kering dan luas. bawah 60 mm) (Gambar 2). Hal ini
menunjukkan bahwa pada bulan- memenuhi persediaan air selama
bulan tersebut daerah aliran sungai kurun waktu satu tahun dan hanya
dalam persediaan air berkurang, pada bulan Januari sampai Maret saja
kecuali untuk beberapa bulan yaitu yang surplus sedangkan bulan lainnya
pada bulan Desember hingga April mengalami defisit. Keadaan iklim
keadaan persediaan air tidak begitu mempengaruhi terutama untuk
mengalami kekurangan dan kondisi suhu udara daerah kajian hingga
ini berlaku selama keadaan mempengaruhi evapotranspirasi
lingkungan daerah tersebut tidak daerah kajian, dan hal ini perlu
mengalami perubahan. Apabila mendapatkan perhatian.
dicobakan untuk curah hujan andalan
80 %, curah hujan tidak dapat

Gambar 2. Hubungan evapotranspirasi dan curah hujan

Hubungan hujan, limpasan, dan base (Gambar 3). Aliran dasar yang terjadi
flow menjadi semakin berkurang dengan
Hubungan antara limpasan, curah berkurangnya curah hujan atau
hujan, dan base flow diperlukan terjadinya defisit hujan pada bulan
untuk mengetahui potensi Mei dan September tersebut,
sumberdaya air dengan keseimbangan sehingga persediaan air di dalam
air, yang di dalamnya terdapat unsur- tanah akan semakin menurun. Hal ini
unsur jenis tanah, koefisien dibuktikan pula dari data PIAT,
pengaliran dan, besarnya penyerapan bahwa rata-rata potensi sumber air
(infiltrasi). Keseimbangan air, tanah rata-rata hanya berkisar antara
0,007 – 0,012 m3.
limpasan dan base flow, untuk
pengamatan hubungan ini
Hubungan hujan dan debit
menggunakan formula Mock (1993).
Berdasarkan perhitungan, dapat Hubungan curah hujan wilayah, debit
diketahui bahwa potensi sumberdaya air sungai di stasiun pengamat Babat
air di bawah permukaan mengalami dan kualitas ruang yang
defisit dari bulan Mei hingga dapat
September
diekspresikan dalam persamaan linier peresapan tanah (seepage) atau oleh
dan persamaan ini merupakan transpirasi bila terdapat vegetasi.
keseimbangan air di daerah aliran Berdasarkan hasil perhitungan
sungai. Berdasarkan persamaan tersebut dapat dianalisis bahwa
diperoleh nilai intersepsi sebagai base daerah kajian mempunyai nilai
flow 48,199 m3/det dan slope 0,056 koefisien aliran poros air yaitu
yang menunjukkan koefisien faktor berdasarkan tata guna lahan dan
kehilangan (Gambar 4). Menurut
kondisi kepadatan tanah serta kondisi
Fetter, 1994), pada daerah yang datar
iklim yang dapat dimungkinkan
hujan yang lebat tidak banyak
karena kehilangan akibat penguapan.
berdampak pada limpasan yang
Dan berdasarkan nilai base flow
mengalir. Hujan akan jatuh dan
yang bernilai ( - ) berarti semakin
mengalir, dan kehilangan yang
terjadi karena penguapan serta berkurang atau defisit kondisi
cadangan air di dalam tanah.

Gambar 3. Hubungan antara limpasan, curah hujan, dan base flow

Keseimbangan air jumlah dan jenisnya, maka di daerah


Berdasarkan ilustrasi penggambaran wilayah utara Kabupaten Gresik
keseimbangan kebutuhan dan dapat dikembangkan untuk beberapa
ketersediaan debit air minimum di lagi industri jenis sedang.
atas, dinyatakan bahwa kebutuhan air Pertimbangan diberikan pula untuk
industri pada kondisi eksisting kebutuhan air pengolohan limbah
apabila mendapatkan pasokan dari industri yang tidak terlalu
debit air permukaan (sungai membutuhkan jernih air. Sumber
Bengawan Solo hilir) mempunyai untuk kebutuhan air industri dapat
peluang untuk dapat dikembangkan pula diambil dari air tanah. Kebutuhan
lagi. Perhitungan debit kebutuhan air air domestik diperoleh dari debit air
industri diambil rata-rata untuk Bengawan Solo, namun untuk hingga
semua jenis industri. Dengan melihat prediksi setelah tahun 2010 perlu
industri yang telah ada sekarang, dicarikan alternatif penyediaan air.
Pengolahan air dengan PDAM
secara
ekslusive selama tahun eksisting 2003 debit air permukaan dengan kualitas
– 2005 ini sangat membantu dalam yang baik dan dengan memanfaatkan
menyediakan air. Tahun 2010 air bawah permukaan.
diharapkan untuk dapat
memanfaatkan

Gambar .4 Hubungan antara hujan dan debit

Proyeksi kebutuhan dan ketersediaan 50% kebutuhan air industri di


air Kabupaten Gresik wilayah
Berdasarkan analisa keseimbangan air
dengan beberapa asumsi, yaitu
dengan maksud untuk dapat
terpenuhinya kebutuhan air, maka
dapat diberikan beberapa asumsi
sebagai berikut:
1. Kebutuhan air domestik 50%
dan kebutuhan industri 50%
(Asumsi I )
2. Kebutuhan air domestik 100%
dan kebutuhan industri 50%
(Asumsi II)
3. Kebutuhan air domestik 50%
dan kebutuhan industri 100%
(Asumsi III)
Kemudian dengan perhitungan sisa
ketersediaan air didapat ketersediaan
air yang masih bisa mencukupi untuk
bulan-bulan selanjutnya adalah
pada asumsi I yaitu mengasumsikan
jumlah penduduk yang berjumlah
50% dari jumlah kebutuhan air
domestik dan 50% jumlah kebutuhan
air industri. Hal itu menunjukkan
bahwa ketersediaan air dari sumber
air permukaan dapat menyediakan
50% kebutuhan air domestik dan
utara, sehingga kekurangannya
dapat diperoleh dari sumber lain
seperti sumur bor, tampungan
waduk kecil atau telaga dan lainnya.
Pengembangan sumberdaya air
dengan melihat kondisi tersebut
dapat dibantu dengan rencana
pembuatan bendung Sembayat yang
akan dibuat dan dioperasikan 2004 –
2007 mendatang.

Kesimpulan
Potensi sumber air yang dapat
dimanfaatkan di daerah studi
diambil dari 3 sumber, yaitu: air
hujan, air sungai dan air tanah.
Potensi sumber air yang berasal
dari hujan ditampung dalam
tampungan-tampungan berupa
waduk dan telaga-telaga yag ada
di daerah kajian. Air sungai, yaitu
berupa limpasan dan debit sungai.
Terjadinya defisit potensi air dan
terjadinya kekurangan air mulai
bulan Mei sampai September.
Hujan mengalami surplus hanya
pada bulan Januari sampai Maret
saja. Hal ini dapat dikatakan
persediaan air dari
potensi hujan tidak dapat diandalkan. hilir adalah tidak mencukupi.
Debit air sungai yang melewati Sehingga perlu untuk memperoleh
Kabupaten Gresik bukan hanya tambahan atau alternatif pemenuhan
berasal dari limpasan air hujan kebutuhan air mengingat daerah
(proses water balance), tetapi berasal tersebut berpotensial untuk dapat
dari pasang air laut yang masuk ke dikembangkan menjadi daerah
sungai Bengawan Solo pada bulan- industri dan perdagangan.
bulan tertentu dan berasal dari
limpahan debit hulu dan tengah
sungai Bengawan Solo. Debit air Daftar Pustaka
Bengawan Solo memberikan hasil Arsyad, S. 1989. Konservasi Tanah dan Air.
rata- rata 391,7 m3/det. Bogor: IPB Press
Iklim berpengaruh berhadap Asaad Y., Shamseldin, K.M., O’Conner,
kondisi potensi sumberdaya air, yang G. And Liangm, C. 1997. Methods
sumber utamanya dari hujan. Hal ini for Combining
dibuktikan dengan analisis hubungan Asdak, C. 1995. Hidrologi dan
antara evapotranspirasi dan hujan, Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
korelasi antara hujan bulanan dengan Yogyakarta: Gajah Mada Pressq
debit bulanan, serta kondisi Fetter, C.W. 1994. Applied
topografinya yaitu, hubungan antara Hidrogeology. Third Edition. Prentice
– Hall, Inc. A Simon and Schuster
elevasi dengan curah hujan rata-rata
Company Englewood Clitts, New –
maksimum daerah tahunan daerah Jersey.
kajian. Hujan termasuk pada hujan Mock. F.J. 1973. Land Capability
tidak lebat. Kondisi potensi sumber Appraisal Indonesia. Water
air di Kabupaten Gresik Utara, Availability Appraisal. Report
berupa waduk/embung, telaga, air Prepared For The Land Capability
tanah. Waduk atau embung Appraisal Project., Food and
mempunyai kapasitas tampung saat Agricultural Organization of The
ini yang paling kecil adalah 9 m3 United Nations., Bogor Indonesia.
Embung Wadeng Kecamatan Sidayu Nandakumar, N. 1997. Uncertanly in
dan yang paling besar adalah 777,4 Rainfall – Runoff Model Simulators
m3 Embung Lowayu di Kecamatan and The Implications for Predicting
Dukun. Air tanah di Kabupaten the Hydrologic Effect of Land-Use
Gresik Utara banyak terdapat di Change. Journal of Hydrology.
kecamatan Dukun yang memang Nippon Koei Ltd. 2001. Comprehenship
Development and Management Plant
daerah tersebut memenuhi kriteria
(CDMP) Studi for Bengawan Solo
adanya potensi air tanah, yaitu River Basin Under and Lower River
diantaranya: daerah pegunungan, Improvement Project.
daerah bergelombang, dan daerah Soewarno. 1995. Hidrologi, Aplikasi
dataran dengan morfologi dan litologi Metode Statistik Untuk Analisis Data.
tertentu. Kebutuhan industri Bandung: Penerbit Nova
diperkirakan sebesar 0,95 m3/det/unit Utomo, W.H. 1989. Konservasi Tanah
dan banyaknya unit industri rata-rata di Indonesia (Suatu Rekaman dan
di daerah sebanyak 350 unit. Analisa). Jakarta: W. Rajawali
Kebutuhan air domestik diperkirakan Zen M. K. 1999. Studi Keseimbangan
sebesar 20 lt/or/hr. Apabila menjadi Air dan Prediksi Potensi Air Tanah
kebutuhan total antara kebutuhan Terhadap Kebutuhan Air Bersih di
industri dengan kebutuhan air Kotamadya Bandar Lampung. Tesis
domestik, maka ketersediaan air yang Rekayasa Pertambangan Hidrogeologi
hanya berasal dari sumber air ITB Bandung.
permukaan Bengawan Solo

Anda mungkin juga menyukai