Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KASUS

HORDEOLUM

Disusun Untuk Memenuhi Syarat


Mengikuti Program Pendidikan Profesi Dokter
Di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang

Diajukan Kepada :
dr. Sri Yunihartati, Sp.M

Disusun Oleh :
Rianti
20130310092

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
REFLEKSI KASUS

A. PENGALAMAN
Seorang wanita datang ke poli mata RSUD Tidar Magelang tanggal 30
Oktober 2018 dengan keluhan benjolan di kelopak mata kiri sejak 3 hari. Pasien
mengaku keluhan datang secara tiba-tiba . Awalnya terasa gatal, kemudian
benjolan terasa pegal, nyeri, mengganjal, kalau pagi terasa lengket karena kotoran
yang keluar dan mata jadi sulit dibuka. Ketika gejala muncul, pasien sering
mengucek sekitar kelopak matanya agar keluhan berkurang. Pasien telah
menggunakan obat tetes mata (c. Lyteer) tapi keluhan tidak membaik. Demam,
penglihatan kabur disangkal.
Pada pemeriksaan mata kanan, didapatkan palpebral superior dan inferior
terdapat masa menonjol ke luar, masa hiperemis, pus (-), nyeri (+)

B. MASALAH YANG DIKAJI


1. Bagaimanakah cara menegakkan diagnosis hordeolum?
2. Bagaimanakah terapi yang diberikan pada hordeolum eksterna?

C. ANALISIS
D.
DEFINISI
Hordeolum adalah peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar
meibom terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna.
Hordeolum yang lebih kecil dan lebih superficial adalah infeksi di kelenjar zeis atau
moll.
ANATOMI
Palpebra adalah lipatan tipis yang terdiri dari kulit, otot, dan jaringan fibrosa,
yang berfungsi melindungi struktur-struktur mata yang rentan. Palpebra superior dan
inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan melindungi bola mata
bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra
superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva palpebra)
Struktur palpebra :
1. Lapisan Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena
tipis, longgar, dan elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa
lemak subkutan.
2. Musculus Orbikularis Okuli
Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ottnya
mengelilingi fissura palpebra secara konsentris dan meluas
sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan ke pipi
dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal
sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah
bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita.
Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah musculus orbikularis okuli, berhubungan
dengan lapis subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapi jaringan
fibrosa padat yang disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus
terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata dengan kelenjar
Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak
bawah).
5. Konjungtiva Palpebra
Bagian posterior palpebra dilapisi selapis membran mukosa,
konjungtiva palpebra, yang melekat erat pada tarsus.
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi
tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula
Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang
bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah
modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata.
Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula
Meibom atau tarsal).
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior
palpebra. Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui
kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira
0,5 cm dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale
adalah fascia di belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara
tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita.
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra
superior dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus
inferior.
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior,
bagian otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks
orbita dan berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan
bagian yang lebih dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus
Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus
rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus
obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus
simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra.
Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V
(Trigeminus), sedang kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V
(Trogeminus).
ETIOLOGI
Sebagian besar hordeolum disebabkan oleh infeksi stafilokok. Bakteri Staphylococcus
aureus yang tedapat di kulit 90-95% ditemukan pada hordeolum. Bakteri lain yang
dapat menyebabkan hordeolum antara lain Staphylococcus epidermidis,
Streptococcus, dan Eschericia coli.

KLASIFIKASI
Hordeolum eksternum
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll
dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.
Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan
tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan
tidak memecah sendiri.

PATOGENENSIS DAN PATOFISIOLOGI


Infeksi bakteri staphylococcus aureus pada kelenjar yang sempit dan kecil,
biasanya menyerang kelenjar minyak (meibomian) dan akan mengakibatkan
pembentukan abses (kantong nanah) kearah dalam kelopak mata dan konjungtiva
yang disebut hordeolum internum.
Apabila bakteri staphylococcus aureus menyerang kelenjar zeis atau moll
maka akan membentuk abses kearah kulit palpebra yang disebut hordeolum
eksternum. Hordeolum eksternum timbul akibat blokade kelenjar zeis atau moll,
obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan
sekitarnya.
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi staphylococcus aureus, biasanya mengenai
kelenjar pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Stasis ini akan
mencetuskan infeksi sekunder oleh staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan
nanah dalam lumen kelenjar. Secara histology akan tampak gambaran abses, dengan
ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum internum terjadi akibat adanya
infeksi sekunder kelenjar meibom di lempeng tarsal.
Hordeolum memberikan gejala radang pada kelopak mata seperti bengkak,
mengganjal dengan rasa sakit, merah dan nyeri bila ditekan. Hordeolum internum
biasanya berukuran lebih besar disbanding hordeolum eksternum. Adanya
pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak mata sehingga
sulit di angkat. Pada pasien dengan hordeolum biasanya kelenjar preaurikular turut
membesar. Seringnya hordeolum membentuk abses dan pecah dengan sendirinya.

MANIFESTASI KLINIS
 Biasa berawal dengan kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi
kelopak mata.
 Mata mungkin berair, peka terhadap cahaya terang dan penderita merasa ada
sesuatu di dalam matanya.
 Biasanya hanya sebagian kecil di daerah kelopak yang membengkak, meskipun
ada seluruh kelopak membengkak.
 Di tengah daerah yang membengkak sering kali terlihat bintik kecil yang
berwarna kekuningan.
 Bisa terbentuk abses yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah.
 Untuk hordeolum interna terdapat gejala khusus seperti benjolan pada kelopak
mata yang dirasakan begitu sakit dan benjolan dapat membesar ke posterior
(konjungtiva tarsal) atau anterior (kulit).
 Sedangkan untuk hordeolum eksterna terdapat gejala spesifik seperti benjolan
yang dirasakan sakit pada kelopak di daerah margo palpebra, penonjolan
mengarah ke kulit palpebra dan kemungkinan terjadi lesi multiple
DIAGNOSIS BANDING
Blefaritis posterior
Blefaritis posterior adalah peradangan palpebra akibat disfungsi kelenjar
meibom. Kolonisasi atau infeksi strain stafilokok dalam jumlah memadai sering
disertai dengan penyakit kelenjar meibom dan bisa menjadi salah satu penyebab
gangguan fungsi kelenjar meibom.
Lipase bakteri dapat menimbulkan peradangan pada kelenjar meibom dan
konjungtiva serta menyebabkan terganggunya film air mata.Blefaritis posterior
bermanifestasi dalam aneka macam gejala yang mengenai palpebra, air mata,
konjungtiva, dan kornea.
Perubahan pada kelenjar meibom mencakup peradangan pada muara meibom,
sumbatan muara kelenjar oleh secret yang kental, pelebaran kelenjar meibom dalam
lempeng tarsus dan keluarnya secret abnormal lunak mirip keju bila kelenjar itu
dipencet.
Kalazion
Kalazion adalah radang granulomatosa kronik yang steril dan ideopatik pada
kelenjar meibom. Umumnya ditandai oleh pembengkakan setempat yang tidak terasa
sakit dan berkembang dalam beberapa minggu.
Awalnya dapat berupa radang ringan disertai nyeri tekan yang mirip
hordeolum, dibedakan dari hordeolum karena tidak ada tanda-tanda radang akut.
Kebanyakan kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang mungkin sedikit
memerah dan meninggi. Jika cukup besarm sebuah kalazion dapat menekan bola mata
dan menimbulkan astigmatisme.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Eversi (pembalikan) palpebra untuk memeriksa permukaan bawah palpebra
superior dapat dilakukan bersama slit lamp atau tanpa alat. Pemeriksaan ini harus
selalu dilakukan bila diduga ada benda asing. Setelah diberi anastesi lokal, pasien
duduk didepan slit lamp dan diminta melihat kebawah.
Pemeriksaan dengan hati-hati memegang bulu mata atas dengan jari telunjuk
dan jempol sementara tangan yang lain meletakkan tangkai aplikator tepat di atas tepi
superior tarsus. Palpebra dibalik dengan sedikit menekat aplikator kebawah, serentak
dengan pengangkatan tepian bulu mata.
Pasien tetap melihat kebawah dan bulu mata ditahan dengan menekannya pada
kulit di atas tepian orbita superior saat aplikator ditarik kembali. Konjungtiva tarsal
kemudian diamati dengan pembesaran. Untuk membalikannya, tepian palpebra
dengan lembut diusap kebawah sementara pasien melihat keatas.

PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari.
 Non farmakologi
o Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
o Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau
sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini
dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata
tertutup.
o Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan
infeksi yang lebih serius.
o Hindari pemakaian make-up pada mata, karena kemungkinan hal itu
menjadi penyebab infeksi.
o Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke
kornea.
 Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam
tidak ada perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah
hordeolum.
o Antibiotik topical
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-
10 hari. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus
hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.
o Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda
pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7
hari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan
clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin
500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.
 Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka
prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada
hordeolum.
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau
lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :
o Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak
lurus pada margo palpebra.
o Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase
seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan
salep antibiotik.

KOMPLIKASI
Penyulit hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang
jaringan ikat longgar palpebra di depan septum orbita dan abses palpebra.

PROGNOSIS
Hordeolum biasanya sembuh spontan dalam waktu 1-2 minggu. Resolusi lebih
cept dengan penggunaan kompres hangat dan di tutup yng bersih. Hordeolum interna
terkadang berkembang menjadi chalazion, yang mungkin memerlukan steroid topical
atau itralesi atau bahkan insisi dan kuretasi.
DOKUMENTASI

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. P
Usia : 78 th
Alamat : Jenggolo
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Tanggal periksa : 30 oktober 2018

II. ANAMNESIS
Keluhan utama
Benjolan di kelopak mata sejak 3 hari yang lalu.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke poli mata RSUD Tidar Magelang tanggal 30
Oktober 2018 dengan keluhan benjolan di kelopak mata kiri sejak 3
hari. Pasien mengaku keluhan datang secara tiba-tiba . Awalnya terasa
gatal, kemudian benjolan terasa pegal, nyeri, mengganjal, kalau pagi
terasa lengket karena kotoran yang keluar dan mata jadi sulit dibuka.
Ketika gejala muncul, pasien sering mengucek sekitar kelopak
matanya agar keluhan berkurang. Pasien telah menggunakan obat tetes
mata (c. Lyteer) tapi keluhan tidak membaik. Demam, penglihatan
kabur disangkal.

Riwayat penyakit dahulu


 Riwayat keluhan serupa (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat dm (-)
 Riwayat trauma (-)
 Riwayat mondok (-)
 Riwayat operasi (-)
 Riwayat alergi (-)

Riwayat penyakit keluarga


 Riwayat keluhan serupa (-)
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat alergi (+)

III. KESAN
 Kesadaran : Baik
 Keadaan Umum : Compos Mentis

IV. PEMERIKSAAN SUBYEKTIF


Pemeriksaan Oculi Dextra (OD) Oculi Sinistra (OS)
Visus Jauh 6/6 6/6
Refraksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Visus Dekat Tidak dilakukan Tidak dilakukan

V. PEMERIKSAAN OBYEKTIF
Pemeriksaan OD OS Penilaian
1. Sekitar Mata Kedudukan alis Kedudukan alis Simetris, scar
(Supersilia) baik, scar (-) baik, scar (-) (-)
2. Kelopak Mata
Pasangan N N Simetris
Gerakan N N Gangguan
gerak membuka
dan menutup
(-), spasme (-)
Lebar rima 11 mm 11 mm Normal 9-13
mm
Kulit N Pada palpebral Hiperemi (-),
superior dan edema (-),
inferior terdapat massa (-)
masa menonjol
ke luar, masa
hiperemis, pus
(-), nyeri (+)
Tepi kelopak N N Trikiasis (-),
entropion (-),
ekstropion (-)
3. Apparatus Lakrimalis
Sekitar glandula N N Dakriosistitis
lakrimalis (-)
Sekitar sacus N N Dakriosistitis
lakrimalis (-)
Uji flurosensi - - Tidak
dilakukan
Uji regurgitasi - - Tidak
dilakukan
Tes Anel - - Tidak
dilakukan
4. Bola Mata
Pasangan N N Simetris
Gerakan N N Tidak ada
gangguan gerak
(saraf dan otot
penggerak bola
mata normal)
Ukuran N N Makroftalmus
(-),
mikroftalmus
(-)
5. TIO N N Palpasi
konnsistensi
kenyal, simetris
6. Konjungtiva
Palpebra superior Cobble stone Cobble stone Hiperemis (-),
(+) (+) hordeolum (-),
cobble stone (-)
Forniks Cekung, dalam Cekung, dalam Cekung, dalam
Palpebra inferior N N Hiperemis (-),
hordeolum (-),
cobble stone (-)
Bulbi Hiperemis (+) Hiperemis (+) Injeksi
konjungtiva (-),
injeksi
perikornea (-),
corpal (-),
hiperemis (-)
7. Sklera Ikterik (-), Ikterik (-), Ikterik (-),
perdarahan (-) perdarahan (-) perdarahan (-)
8. Kornea
Ukuran 12 mm 12 mm
Kecembungan N N Lebih cembung
dari sklera
Limbus N N Arkus senilis
(-), injeksi
perikornea (-)
Permukaan N N Licin (+), jernih
(+)
Uji flurosensi - - Tidak
dilakukan
Placido - - Tidak
dilakukan
9. Camera oculi anterior
Ukuran N N Dalam
Isi N N Hifema (-),
hipopion (-)
10. Iris
Warna Coklat Coklat Coklat
Pasangan Simetris Simetris Simetris
Bentuk Bulat Bulat Bulat, reguler
11. Pupil
Ukuran 4 mm 4 mm Pada ruangan
dengan cahaya
cukup, 3-5 mm.
Bentuk Bulat Bulat Isokhor
Tempat Sentral Sentral Sentral
Tepi Regular Regular DBN
Reflek direct + + DBN
Reflek indirek + + DBN
12. Lensa
Ada/tidak Ada Ada DBN
Kejernihan Jernih Jernih DBN
Letak Sentral, Sentral, DBN
belakang iris belakang iris

VI. KESIMPULAN PEMERIKSAAN


OD OS
DBN Palpebra superior : terdapat masa
menonjol ke luar, masa hiperemis,
pus (-), nyeri (+)
Palpebra inferior : terdapat masa
menonjol ke luar, masa hiperemis,
pus (-), nyeri (+)

VII. DIAGNOSIS BANDING


 OS hordeolum interna
 OS blefaritis
 OS kalazion

VIII. DIAGNOSIS KERJA


OS Hordeolum eksterna

IX. TERAPI

X. PROGNOSIS
 ad Visum : bonam
 ad Sanam : bonam
 ad Vitam : bonam
 ad Comesticam : bonam

DAFTAR PUSTAKA

1. Vaughan, Daniel G. Oftalmologi umum Edisi 17. Jakarta : EGC. 2013


2. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Jakarta : FKUI. 2010
3. James, Bruce. Oftalmologi Edisi 9. Jakarta : Erlangga : 2009
4. Guyton, Arthur C. Textbook of medical physiology.Ed 11. Pennsylvania:
Elseiver; 2006
5. Mailangkay, H.H.B dkk. Editor. Ilmu penyakit mata untuk dokter umum dan
mahasiswa kedokteran. Edisi 5. Jakarta : Sagung Seto. 2010

6. Loewenstain, John I. Ophthalmology. New York : medical publiching division.


2005.
7. Kanski, Jack J. Clinical Ophthalmology. Sydney : Butterworth Heinemann.
2004.

Anda mungkin juga menyukai