LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama : M. Irvan Habibi
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 26 tahun
Agama : Islam
Alamat : Dusun II kenanga Gang Saudara, Percut Sei Tuan
Sumatera Utara
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Status Perkawinan : Menikah
No RM : 33.58.45
Tanggal Masuk : 26-07-2019
Tanggal Operasi : 01-08-2019
2. ANAMNESA
Keluhan Utama : Keluar Nanah Dari Lubang Pusar
Telaah :
Pasien datang dari poli spesialis bedah dan dirawat inap dengan keluhan
cairan dari lubang pusar sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya cairan hanya keluar
sedikit dan sekarang makin banyak sampai menetes. Cairan berwarna putih abu-
abu, sedikit kental, berbau sedikit amis. Daerah sekitar pusar berwarna
kemerahan dan teraba hangat. Demam disangkal, nyeri perut (+) didaerah pusar.
Kulit terlihat kemerahan di daerah pusar. Makan minum normal. BAB normal,
BAK normal.
32
Riwayat penyakit jantung disangkal.
Riwayat Operasi disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada keluarga atau teman sekitarnya yang mengeluh hal serupa.
Riwayat Alergi :
-
Riwayat Pengobatan:
-
Riwayat Psikososial :
- Merokok (-)
- Alkohol (-)
3. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Derajat kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 160 cm
Berat Badan : 63 kg
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Heart Rate : 92 x/menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,9 ⁰C
Keadaan Gizi
BB: 63 kg
TB: 160 kg
RBW = BB / (TB-100) X 100%
= 63 / (160-100) X 100%
= 105 %
Kriteria
•Kurus (underweight) : < 90%
•Normal (ideal) : 90 – 110%
33
•Gemuk (overweight) : > 110%
•Obesitas : > 120%
Kesan : Normoweight
IMT = BB / (TB/100)2
= 63 / (160/100)2 = 24,6 kg/m2
Kesan : Normoweight
Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 25,1 – 27,0
Kelebihan berat badan tingkat berat > 27,0
B1 (Breath)
Airway : Clear
RR : 20x/menit
SP : Vesikuler ka=ki
ST : Ronchi (-), Wheezing (-/-)
B2 (Blood)
Akral : Hangat
TD : 110/70 mmHg
HR : 92 x/menit
Gambaran EKG : Tidak Dilakukan EKG
B3 (Brain)
Sensorium : Compos Mentis, GCS= 15
Pupil : Isokor, ka=ki 3mm/3mm
RC : (+)/(+)
B4 (Bladder)
Urine Output : -
Kateter : Tidak Terpasang
34
B5 (Bowel)
Abdomen : Soepel
Inspeksi : Tampak cairan putih abu abu di lubang pusar,
distensi (-)
Palpasi : Hepar tidak teraba membesar, Lien tidak teraba
membesar, Nyeri tekan pada abdomen (+), tidak teraba massa.
Pusar teraba hangat, Kulit terlihat kemerahan di daerah
pusar.
Perkusi : Timpani pada sembilan kuadran abdomen.
Auskultasi : Peristaltik 8x/i
Puasa : (+)
B6 (Bone)
Ekstremitas atas : oedem (-)
Ekstremitas bawah : oedem (-)
35
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium 31-07-2019
Pukul 20:35 WIB
Darah Rutin
Hb : 13,9 g/dl (13,2 – 17,3g/dl)
HT : 40,1 % (40– 52 %)
Eritrosit : 4,9 x 106/µL (4,4 – 5,9 x 106/µL)
Leukosit : 13.690 / µL (4000 – 11.000 / µL)
Trombosit : 325.000/µL (150.000 – 450.000 / µL)
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil :6% (1-3 %)
Basofil :0 % (0-1 %)
Neutrofil : 72 % (53-75)
Limfosit : 15 % (20-45 %)
Monosit :7% (4-8 %)
Glukosa Darah
Glukosa darah sewaktu: 125 mg/dL ( <140 mg/dL)
Faal Hati
SGOT : 31 U/L (<40)
SGPT : 35 U/L (<40)
Faal Ginjal
Ureum : 63 mg/dL (20~40)
Kretinin : 1,10 mg/dL (0,6-1,0)
Asam Urat : 5,7 mg/dL (3,4~7,0)
36
37
Foto X-Ray
38
39
Kesan : Subcutaneal Fistel Umbilikal
40
41
Kesan : Cor/Pulmo dalam batas normal
42
5. RESUME
OS datang dari poli spesialis bedah dan dirawat inap dengan keluhan
cairan dari lubang pusar sejak 1 minggu lalu. Sebelumnya cairan hanya keluar
sedikit dan sekarang makin banyak sampai menetes. Cairan berwarna putih abu-
abu, sedikit kental, berbau sedikit amis. Daerah sekitar pusar berwarna
kemerahan dan teraba hangat. Demam disangkal, nyeri perut (+) didaerah pusar.
Kulit terlihat kemerahan di daerah pusar. Makan minum normal. Bab normal.
Bak normal.
Pemeriksaan Abdomen :
Inspeksi : Tampak cairan putih abu abu di lubang pusar,
distensi (-)
Palpasi : Hepar tidak teraba membesar, Lien tidak teraba
membesar, Nyeri tekan pada abdomen (+), tidak teraba massa.
Pusar teraba hangat, Kulit terlihat kemerahan di daerah
pusar.
Pemeriksaan Penunjang :
Lab :
Eosinofil :6% (1-3 %)
Leukosit : 13.690 / µL (4000 – 11.000 / µL)
Limfosit : 15 % (20-45 %)
6. RENCANA TINDAKAN
Persiapan Operasi
- Persetujuan operasi tertulis
- Periksa tanda vital dan keadaan umum
- Puasa > 6 jam
- Cek obat dan ala anstesi
Tindakan : Fistulektomi
43
Anesthesi : General Anastesi
PS-ASA :I
Posisi : Supine
Pernapasan : Terkontrol dengan ventilator
Medikasi
Profopol : 100 mg IV
Rokuronium : 50 mg IV
Atropin : 0,75 mg IV
Neostagmin : 1,5 mg IV
Maintenance
RL : 1000 ml
Pernapasan
O2 : 3 L/menit
Jumlah Cairan
PO : RL 100 cc
DO : RL 900 cc
Perdarahan
Kassa Basah : 5 x 2 = 10 cc
Kassa 1/2 basah : 5 x 5= 25 cc
Suction : jumlah cairan suction – cairan bilasan = 200 cc
Jumlah : 235 cc
44
EBV : 63 x 70 = 4.410 cc
EBL : 10 % = 441 cc
20 % = 882 cc
30 % = 1.323 cc
Durasi Operatif
Lama Anestesi = 11.30 – 12.37 WIB
Lama Operasi = 11.35 – 12.37 WIB
45
9. PERAWATAN POST OPERASI
Operasi berakhir pukul : 12.37 WIB
Setelah operasi selesai pasien di observasi di Recovery Room.
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dipantau selama 2 jam, yaitu
selama 15 menit pada 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada 1 jm
berikutnya.
Pasien boleh pindaah keruangan bila alderrete score > 9
o Pergerakkan :2
o Pernafasan :2
o Warna Kulit :2
o Tekanan Darah :2
o Kesadaran :2
46
LAPORAN ANESTESI
47
48
49
50
Jam 11.30 11.45 12.00 12.15 12.30
12.45 3L
O2O
N2O
1,2L
Halothan
Sevoflure
nce
Ethrane
Infus RL
Pentothal 1 1
Depol
Non 2
Depol
Analgetik
Neurolapt
Lain-lain 3 4
R N T Keterangan :
D
2 2 1) Pemberian
8 8 propofol pada
0 awal anestesi
2 2 merupakan obat
4 0 anestesi umum
0 yang bertujuan
2 1
memberikan
0 8
efek hipnotik
0
1 1 1 pada pasien.
6 8 6 Propofol
0 0 merupakan obat
1 1 1 anestesi
2 6 4 intravena yang
0 0 hanya memiliki
1 1
khasiat
4 2
farmakologi
0 0
hipnotik murni
1 1
yang cepat
2 0
dengan waktu
0 0
1 8 pemulihan yang
0 0 cepat.
0
8 6
0 0 51
6 4
0 0
2
0
2) 15 menit kemudian terjadi penurunan tekanan darah akan tetapi masih dalam
ambang batas normal. Maka dari itu tidak diberikan obat vasokonstriktor.
3) Pada akhir operasi pasien mengalami sulit sadar akibat pengaruh obat anestesi
propofol dan diberikanlah terapi reversal yaitu neostigmin dan atropin sulfat
dengan perbandingan 3 : 3. Diberikan terapi reversal dengan tujuan sebagai
antirelaksan otot depolarisasi. Prostigmin bersifat kompetitif terhadap atracurium
dan efek kolinergik muskarinik dapat dicegah dengan pemberian atropine.
Gambaran Operasi
52
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil kunjungan pra anestesi baik dari anamnesa, pmeriksaan fisik akan
dibahas masalah yang timbul, baik dari segi medis, bedah maupun anestesi.
53
1) Bagaimana memperbaiki keadaan umum pasien sebelumm dilakukannya
anastesi dan operasi ?
2) Kenapa pada pasien ini dilakukan tekni General Anastesi bukan teknik
Regional Anastesi ?
3) Mengapa diberikan fentanyl 100 mcg pada saat premedikasi?
4) Kenapa pada pasien ini tidak diberikan Ranitidin dan Ketorolac?
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Anestesi umum adalah subtansi yang dapat mendepres susunan saraf pusat
(SSP) secara reversibel sehingga kehilangan rasa sakit (sensibilitas) di seluruh
tubuh, reflek otot hilang, dan disertai dengan hilangya kesadaran.
Tujuan anestesi umum adalah hipnotik (hilangnya kesadaran), analgesik
(Hilangnya perasaan sakitt), dan relaksasi (relaksasi otot-otot).
Anestesi umum dapat digunakan melalui injeksi, inhalasi, atau melalui
gabungan injeksi dan inhalasi. Anestesi umum inhalasi yang sering digunakan
adalah halotan, isofluran, sevofluran, desfluran, diethyl eter, dan nitrous oksida.
Anestesi injeksi yang baik memiliki sifat-sifat tidak mengiritasi jaringan, tidak
menimbulkan rasa nyeri pada saat diinjeksi, asorbsinya cepat, waktu induksi,
durasi dan masa pulih dari anestesia berjalan mulus, tidak ada tremor otot,
memiliki indeks terapuetik yang tinggi, tidak bersifat toksik, minimalisasi efek
samping pada organ tubuh seperti saluran pernafasan dan kardiovaskuler, cepat
54
dimetabolisme, tidak bersifat akumulatif, dapat dikombinasikan dengan obat lain
seperti relaksan otot, analgesik, dan sudah diketahui antidotnya.
Sebelum dilakukan anestesi umum, harus dilakukan penilaian pada pasien
yang mencakup beberapa hal yaitu status kesehatan pasien, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium serta menentukan klasifikasi status fisik menurut The
American Society of Anaesthesiologist (ASA).
Teknik anastesi dengan GA digunakan jika terdapat kontraindikasi pada
teknik RA misalnya terdapat peningkatan inrakranial dan adanya penyebaran
infeksi disekitar vertebra.
55