Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN EKSIPIEN FARMASI

Pengertian Eksipien:

Eksipien farmasi adalah zat tambahan yang digunakan pada suatu proses formulasi
obat, dengan tujuan untuk mengubah bahan aktif menjadi suatu sediaan farmasi yang sesuai
untuk diberikan kepada pasien, dengan cara meningkatkan stabilitas atau melindungi zat aktif
yang mudah rusak akibat pengaruh lingkungan atau fisiologi. Secara umum syarat eksipien
farmasi secara fisiologis tidak memberikan efek terapi ataupun efek samping, dan secara
fisikokimia harus kompatibel dengan zat aktif.

Eksipien untuk formulasi (Solid) :

a. Binder → Pengikat, contoh : PVP


b. Desintegran → Penghancur, contoh : Crospovidone
c. Glidan → meningkatkan sifat alir granul, contoh : Aerosil
d. Lubrikan → mencegah gesekan antar partikel, contoh : Mg Stearat
e. Antiadheren → mencegah agar tidak lengket pada punch, contoh : Na Lauril sulfat
f. Pengisi / diluent → sebagai matrix, contoh : dextrose, lactose, starch

Eksipien untuk formulasi (Liquid) :

a. Solvent / Co-solvent → pelarut / meningkatkan kelarutan, contoh : propylenglikol,


glycerol, etanol.
b. Preservative → mencegah tumbuhnya mikroba, contoh : methyl paraben, propyl
paraben, asam benzoat.
c. Buffering agent → menjaga kestabilan pH, contoh : carbonate, citrate, phosphate.
d. Antioksidan → mencegah oksidasi, contoh : BHT, BHA, asam askorbat, vitamin E
e. Pemanis → Meningkatkan penerimaan, contoh : sucrose
f. Survace active agent → menurunkan tegangan permukaan, contoh : emulgator
(surfaktan + lipid), suspending agent (CMC + tween / span)

Eksipien untuk formulasi (Semisolid) :

a. Basis (salep, pasta, gel) → pembawa, contoh : vaselin, adeps, lanolin, cera
b. Preservative → mencegah tumbuhnya mikroba, contoh : methyl paraben, propyl
paraben, asam benzoat.
g. Antioksidan → mencegah oksidasi, contoh : BHT, BHA, asam askorbat, vitamin E
c. Chellating agent → mengikat logam, contoh : EDTA.
d. Humectant → meminimalisir kehilangan air, contoh : PEG, gliserol.

Konsep dasar dari :

a. Modifikasi eksipien secara fisika?


Jawab :
Modifikasi menggunakan energi fisika untuk mengubah suatu atau salah satu
eksipien tanpa mempengaruhi sifat kimia / struktur. Energi fisika yang digunakan
dapat berupa energi panas, tekanan, gelombang, kelarutan, pengeringan, penguapan,
dll tetapi tidak mempengaruhi struktrur kimia / bukan akibat dari reaksi kimia.
Modifikasi eksipien secara fisika juga dapat disebut dengan eksipien koproses.
Koproses didasarkan pada konsep bahwa dua atau lebih eksipien akan
berinteraksi pada tingkat sub partikel dengan tujuan agar secara sinergis dapat
memperbaiki fungsi serta menutupi sifat-sifat yang tidak diinginkan dari suatu atau
salah satu eksipien. Koproses dilakukan untuk memodifikasi karakteristik eksipien
tersebut yang tidak bisa dicapai dengan pencampuran fisik sederhana, dan tanpa
perubahan kimia yang signifikan.
b. Modifikasi eksipien secara kimia?
Jawab :
Modifikasi eksipien secara kimia adalah suatu proses yang dilakukan untuk
dapat memberikan perubahan karakteristik pada suatu polimer menggunakan reaksi
kimia. Hasil modifikasi yang diharapkan adalah perubahan yang positif dengan
menghilangkan kekurangan yang dimiliki suatu eksipien sebelumnya. Karakteristik
akhir dari suatu modifikasi bergantung pada beberapa faktor, seperti reaksi
modifikasi, sifat alami dari gugus pensubstitusi, derajat substitusi, dan distribusi dari
gugus pensubstitusi. Modifikasi secara kimia biasanya meliputi reaksi asetilasi,
asilasi, esterifikasi, eterifikasi, oksidasi, dll.
c. Eksipien sambung silang / crosslink?
Jawab :
Metode crosslink adalah suatu metode modifikasi eksipien yang dilakukan
dengan cara membuatan ikatan tersambung silang yang menghubungkan rantai
polimer yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk suatu jejaring rapat dan
kaku. Metode ini melibatkan pembentukan ikatan kimia baik intermolekular maupun
intramolekular baru yang akan menghubungkan dua molekul dengan adanya agen
penyambung silang. Dalam metode modifikasi eksipien crosslink terdapat beberapa
metode yaitu : (a). Taut silang kovalen, (b) taut silang ionik.
Taut silang kovalen adalah proses taut silang yang dibentuk dengan ikatan
kovalen yang bersifat irreversibel. Dalam proses pembuatan dengan metode
termodifikasi secara kovalen ,reagen yang umum digunakan adalah dialdehid,
contohnya glioksal dan glutaraldehid.
Untuk mengatasi beberapa masalah pada metode taut silang secara kovalen,
seperti toksisitas dari reagen maka dilakukan modifikasi dengan cara ikatan reversibel
seperti taut silang ionik . Reagen yang digunakan adalah senyawa fosfat yaitu natrium
tripolifosfat.
d. Eksipien peningkat disolusi?
Eksipien peningkat disolusi adalah zat yang digunakan untuk
e. Eksipien utuk formulasi sediaan peptidan dan protein?
Eksipien formulasi sediaan peptida dan protein adalah eksipien yang
ditambahkan untuk menjaga konformasi struktur protein (primer, sekunder, tersier,
atau kuartener) dan mencegah terjadinya agregasi pada protein.

Contoh dan penjelasan modifikasi eksipien fisika, kimia, crosslink, disolusi, dan
protein:

a) Co-processed
1. Ludiflash (Manitol 90%: crosspovidone 5% : PVA 5%)
Tujuan dibuat coprocess → cepat terdisolusi, terasa lebut di mulut, dan
kompresibilitas yang baik.
Cara : Drum dryer (Coprocess dengan menggunakan energi fisika pemanasan) →
mirip spray drying.

- Manitol + crospovidone dibuat dispersi dengan menambahkan larutan PVA


- Setelah homogen masukan kedalam feeding mesin drum dryer
- Hasil berupa granul kering.

Hasil coprocess → Granul dengan bentuk spheris dan permukaan dengan


porositas yang tinggi sehingga memungkinkan penetrasi air yang banyak kedalam
tablet sehingga dapat dengan cepat terdisintegrasi, waktu disintegrasi berkisar
14,6 detik pada tenakan kompresi 10Kn. Nilai bulk dan tapped density
LUDIFLASH menunjukan nilai hausner ratio yang baik

2. Koprocess Starlac (Lactosa 88%; Pati jagung 15%)


Tujuan → pengisi dan penghancur pada formulasi tablet atau kapsul
Cara pembuatan : Spray Drying (Coprocess dengan energi pemanasan)
Starlac dibuat menggunakan metode koproses dengan bantuan pemanasan pada
spray drying. Pada pembuatannya, pertama tama laktosa dan pati jagung
ditimbang dengan seksama mengikuti rasio formula koproses yaitu laktosa :
maize starch (85% : 15%), kemudian ditambahkan air panas dengan suhu 60ºC
hingga terbentuk dispersi. Kemudian proses spray drying dilakukan dengan
memasukan dispersi pada chamber spray drying dengan kecepatan pemasukan
30-38,5 g/min, suhu udara panas saat masuk 140ºC, suhu udara keluar 60ºC.
Hasil spray drying berupa serbuk dengan kompaktibilitas yang baik, excellent
flowability, disintegrasi yang cepat tanpa tergantung pada kekerasan, sifat hidrasi
dan pemadatan yang tidak bergantung pada tipe atau level lubrikan.

3. Coprocessed Pregelatinisasi pati singkong dan MC

Tujuan → penyalut / coating

Cara : Coprocessed eksipien dengan roller drying (pemanasan)

Cara pembuatan PPS: Sejumlah pati singkong ditambahkan aquades kemudian


diaduk merata hingga terbentuk suspensi. Dalam wadah lain, air dimasak dengan
penangas listrik suhu (80°C) dengan perbandingan pati : aquades = 1:5. Kemudian,
suspensi pati dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam air mendidih sambil diaduk
cepat dan kuat hingga terbentuk massa jernih yang kental. Lalu, biarkan PPS yang
terbentuk hingga suhunya sama dengan suhu kamar.

Pembuatan Coprocess PPSMC:

Sejumlah metilselulosa disebar di atas wadah berisi aquades (berat air 20 kali berat
MC), diamkan selama 60 menit.

Setelah massa mengembang, kemudian diaduk dengan menggunakan homogenizer


kecepatan 500 rpm sampai homogen kurang lebih selama 10 menit.

Massa kental yang terbentuk kemudian dicampurkan sedikit demi sedikit dengan
massa kental PPS menggunakan homogenizer kecepatan 500 rpm.
Pengadukan dilakukan sampai diperoleh massa yang homogen atau selama 15 menit.
Massa homogen kemudian dikeringkan menggunakan double drum drier. Lapisan
tipis yang diperoleh dihaluskan dan diayak dengan pengayak berukuran 80 mesh.

Hasil :

- Kekutan Gel

Sedangkan kekuatan gel koproses PPS-MC 58,15 g/cm 2. Besar kekuatan gel eksipien
koproses PPSMC sangat dipengaruhi oleh PPS dan MC yang digunakan. Hal ini
dikarenakan PPS tidak memiliki kemampuan dalam membentuk gel sebab PPS tidak
mampu menyusun ikatan silang untuk membentuk struktur tiga dimensi yang dapat
memerangkap air di dalamnya .

- Distribusi Partikel

Karakteristik PPS MC Coproses PPS-MC


Distribusi ukuran 38,19% 47,26% 54,64%
partikel
Indeks kompresibilitas 29,33% 33,67% 21,67%
Laju alir 4,25 g/ - 4,38 g/detik
detik
Sudut istirahat 31,41 - 28,56°

- Daya Mengembang (Swelling index) eksipien koproses PPS-MC memiliki daya


mengembang yang leih baik dibandingkan PPS.

- Viskositas : MC memiliki viskositas yang sangat tinggi, sedangkan PPS memiliki


viskositas yang rendah. Pencampuran kedua bahan tersebut menghasilkan koproses
PPS-MC yang memiliki viskositas diantara viskositas kedua bahan.

b) Modifikasi Kimia
1. Selulosa Asetat (Penggantian gugus H dengan asetil CH3CO)
Tujuan : Selulosa larut air atau pelarut lainnya, Coating agent; extended-release
agent; pelarut tablet dan kapsul.
Cara : Modifikasi kimia (Esterifikasi : Asetilasi)
Dimana serbuk α-selulosa direaksikan dengan asam asetat glasial selama 3 jam
untuk melemahkan gaya intramolekul dan intramolekul berupa ikatan hidrogen
yang cukup kuat pada rantai lignoselulosa. Selanjutnya proses asetilasi dilakukan
dengan menggunakan asam asetat anhidrit dan asam sulfat pekat. Proses
hidrolisis menggunakan akuades dan asam asetat glasial, hasil campuran dicuci
dengan akuades hingga netral, lalu direndam dalam metanol. Hasil yang diperoleh
disaring dan dikeringkan, kemudian digerus menjadi serbuk. Diperoleh serbuk
putih selulosa asetat.
O CH3
OH O O
O
O
H3C O CH3 O
O
HO O
(CH3COOH) O O
OH H2SO4 O
selulosa CH3
O CH3

selulosa asetat

Karakterisasi :
- Penentuan kadar Asetil → ionisasi dengan NaOH
- derajat substitusi → menggunakan rumus :

- Identifikasi gugus fungsi dengan spektro FTIR


- Adanya serapan pada bilangan gelombang 1730 cm-1 yang merupakan
karakteristik dari gugus karbonil (-C=O) ester. Hal ini menunjukkan bahwa
secara kualitatif selulosa telah mengalami reaksi esterifikasi, sehingga produk
CA telah terbentuk.
Karakteristik :
- Kelarutan selulosa asetat sangat dipengaruhi oleh tingkat gugus asetil yang
terbentuk. Umumnya, larut dalam campuran aseton-air dengan berbagai rasio,
campuran diklorometana-etanol, dimetil formamida, dan dioksan.
- Fungsi → Coating agent; extended-release agent; pelarut tablet dan kapsul.

2. Metil Selulosa
Tujuan : Coating agent; emulsifying agent; suspending agent; disintegrant
tablet dan kapsul; pengikat pada tablet; peningkat viskositas.
Sintesis metil selulosa biasanya menggunakan reaksi alkilasi dengan agen
metil, yaitu reaksi sintesis Williamson yang merupakan reaksi penggantian
dengan gugus -OR yang biasa digunakan untuk sintesis eter.
Cara :
Proses sintesis metil selulosa dilakukan dengan cara melarutkan 5 g selulosa
kedalam 50% NaOH dan stirrer selama 24 jam. Campuran tesebut kemudian
ditambahkan akuades 100 mL (untuk variasi satu) dan (CH3)2CO (untuk
variasi dua). Setelah itu campuran direfluks pada suhu (60-70) dan di stirrer
selama 6 jam. Dilakukan penambahan CH2Cl2 sebagai agen metilasinya.
Setelah itu, dinetralkan dengan CH3COOH 10-50%. Campuran kemudaian
disaring, dicuci dengan akuades panas (suhu 80) dan disaring kembali. Residu
hasil penyaringan kemudian dikalsinasi pada suhu 50 selama 6 jam.
Karakterisasi :
Swelling index

CHITOSAN-GLUTARALDEHID

Metode pembuatan modifikasi-modifikasi eksipien :

Coprocess:

Macam macam sifat fungsional :

Laju alir serbuk

Sifat alir cairan

Kekuatan renggang

Viskositas

Kelarutan

Titik leleh

Anda mungkin juga menyukai