Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terciptanya masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana tercantum
dalam alinea keempat UUD 1945 merupakan cita-cita mulia bangsa Indonesia
sejak awal kemerdekaan. Program-program pembangunan yang dilaksanakan
selama ini selalu memberikan perhatian besar terhadap upaya pengentasan
kemiskinan karena pada dasarnya pembangunan yang dilakukan bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meskipun demikian, masalah
kemiskinan sampai saat ini terus-menerus menjadi masalah yang berkepanjangan.

Sebagian orang memahami istilah kemiskinan dari perspektif subyektif


dan komparatif, sementara yang lainya melihatnya dari segi moral dan evaluatif.
Sebagian besar konsepsi mengenai kemiskinan sering dikaitkan dengan aspek
ekonomi, institusional, dan struktural. Akan tetapi kemiskinan dalam arti
kebutuhan sosial dapat dipahami sebagai situasi kelangkaan pelayanan sosial dan
rendahnya aksesbilitas lembaga-lembaga pelayanan sosial seperti lembaga
pendidikan, informasi, dan kesehatan.

Berbicara mengenai pelayanan sosial di bidang kesehatan, kesehatan


merupakan hak dan investasi bagi semua warga negara termasuk masyarakat
miskin. Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan bab 2 pasal 2
mengatakan, pembangunan kesehatan diselenggrakan berdasarkan kemanusiaan
yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, manfaat usaha bersama, dan
kekeluargan, adil dan merata, perikehidupan dan keseimbangan, serta kepercayaan
akan kemampuan dan kekuatan sendiri. Pasal 3 juga menyebutkan bahwa
pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tersedianya


sumber daya manusia yang sehat, terampil dan ahli dalam satu program kesehatan.
Arti hidup sehat yang sangat penting telah menjadikan kesehatan sebagai
kebutuhan hidup manusia yang utama disamping kebutuhan hidup lainya (Depkes
RI, 2009). Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya
oleh orang per orang tetapi juga oleh keluarga, kelompok dan bahkan masyarakat.
Dalam rangka mewujudkan status kesehatan yang optimal, maka berbagai upaya
harus dilaksanakan, salah satunya adalah menyelenggrakan pelayanan kesehatan
(Pohan, 2007).
Pembangunan kesehatan mengacu kepada konsep “Paradigma Sehat”,
yaitu pembangunan kesehatan yang memberi prioritas utama pada upaya
pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan penyakit (preventif)
dibandingkan upaya penyembuhan atau pengobatan (kuratif) dan pemulihan
(rehabilitatif) secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pembangunan
kesehatan merupakan sebuah intervensi yang akan mendukung pembangunan
ekonomi, utamnya dalam pengentasan kemiskinan dan penanggulangan krisis
ekonomi. Gunnar Myrdal, seorang pakar ekonomi kesehatan mengatakan “people
sick becouse they are poor. They become poorer becouse they are sick, and they
become sicker becouse they are poorer” Pelayanan terhadap masyarakat
pengguna, termasuk orang miskin haruslah merupakan pelayanan yang optimal,
artinya pelayanan yang kualitasnya dapat dipertangunggjawabkan dan sesuai
dengan kebutuhan dan harapan pengguna pelayanan (Moenir, 2006).

Pelayanan kesehatan perorangan maupun pelayanan administratif,


penunjang seperti sarana dan prasarana harus mempertimbangkan ketiga hal
diatas. Ketiga karakteristik tersebut menekankan adanya keadilan dalam hal
memperoleh pelayanan (equity and acses), mutu pelayanan bagi pengguna agar
hasil yang diharapkan (kesembuhan) tercapai. Pembangunan sarana fisik telah
berhasil memperbaiki ketersediaan pelayanan kesehatan, walaupun jumlah
fasilitas pelayanan kesehatan primer meningkat terus dan merupakan pilihan
utama bagi sebagian penduduk, namun tingkat pemerataanya masih relatif rendah.
Kelompok penduduk miskin yang justru paling sedikit memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang tersedia.
Dalam UU No.23/1992 tentang kesehatan, ditetapkan bahwa setiap orang
berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga
dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatanya, dan
Negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi
penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin. Indonesia sejak tanggal 1 Januari
2014 sudah memiliki program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sebagai salah
satu wujud dari Jaminan Sosial Nasional yang diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Melalui program
ini, setiap warga negara bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang
komperhensif yang mencangkup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative
dengan biaya yang ringan karena menggunakan sistem asuransi. Dengan menjadi
peserta program JKN ini, pada saat berobat kita hanya perlu mengikuti prosedur
yang ditetapkan dan menunjukkan kartu kepesertaan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Pemerintah dalam implementasi SJSN
(Sistem Jaminan Sosial Nasional) membentuk dua Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) yaitu BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Berkaitan
dengan institusi BPJS Kesehatan, UU BPJS secara jelas menyatakan bahwa PT
Askes (Persero) akan bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan. Selanjutnya
semua program jaminan kesehatan yang diselenggarakan oleh Kementrian
Kesehatan, akan diambil alih oleh BPJS Kesehatan.
Berdasarkan peta jalan JKN dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 12
Tahun 2013, BPJS Kesehatan mengklasifikasi penggunanya ke dalam 2 kategori
besar, yaitu:
1. Non Penerima Bantuan Iuran (non-PBI) merupakan golongan masyarakat
mampu yang bisa membayar permi secara mandiri.
2. Penerima Bantuan Iuran (PBI) merupakan golongan masyarakat tidak mampu
yang perminya dibayarkan oleh negara.
Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi
fakir miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang
iuranya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Peserta
PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh Pemerintah dan diatur melalui
Peraturan Pemerintah. Dalam menjalankan program kesehatan BPJS Kesehatan
bekerjasama dengan berbagai fasilitas kesehatan seperti posyandu, rumah sakit,
dan puskesmas untuk mebuka pintu pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam
pelayanan BPJS, fungsi puskesmas akan dimaksimalkan menjadi penyelenggara
pelayanan kesehatan dasar sebagai kontak pertama pada pelayanan kesehatan
yang memiliki peran besar dan strategis. Pemberi pelayann kesehatan yang
bermutu baik dari dokter maupun tenaga medis lainya akan memberikan kepuasan
bagi diri pasien yang berefek pada keinginan pasien untuk kembali kepada
institusi yang memberikan pelayanan yang efektif. Pasien PBI atau non PBI yang
mendapatkan pelayanan di Puskesmas perlu diperhatikan apakah terjadi
kesenjangan pelayanan antara pasien PBI atau Penerima Bantuan Iuran dan non
PBI yang membayar iuran sendiri karena dalam Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan pada pasal 4 disebutkan bahwa setiap orang
mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya bidang
kesehatan. Adanya prinsip mutu pelayanan di Puskesmas sebagai FKTP perlu
untuk dilihat bagaimana analisis kepuasan yang dirasakan oleh peserta BPJS.
BPJS Kesehatan dimaksudkan untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi semua warga Indonesia tanpa kecuali. Semua warga wajib ikut program ini
agar terjadi pemerataan dalam pelayanan kesehatan. Puskesmas merupakan
lembaga pelayanan kesehatan yang mempunyai fungsi utama menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi masyarakat.
Sehubungan dengan itu dapatlah dinyatakan puskesmas adalah sisi pemberi
pelayanan kepada masyarakat dengan segala latar belakang sosial kulturnya.
Dalam mendukung pelaksanaan program JKN khusunya bagi pengguna BPJS
Kesehatan kategori PBI, Rumah Sakit atau Puskesmas memiliki peranan yang
sangat penting kepada masyarakat.
Pelayanan sosial di bidang kesehatan di Jawa Timur yang ada di salah satu
Puskesmas Kabupaten Jember yaitu Puskesmas Mayang, memberikan pelayanan
kepada masyarakat baik rawat inap maupu rawat jalan. Seiring meningkatnya
kesadaran pasien miskin untuk menggunakan pelayanan kesehatan ini, masih
banyak ditemukan pelayanan yang kurang memuaskan dan terkesan kurang peduli
terhadap pasien pengguna BPJS Kesehatan PBI. Berdasarkan studi pendahuluan
wawancara awal terhadap 10 pasien BPJS Kesehatan PBI, 7 diantaranya
mengeluhkan tentang pelayanan yang ada di Puskesmas Mayang. Diantaranya
masalah tenaga kesehatan puskesmas yang dikeluhkan kurang memberikan respon
terhadap keluhan pasien BPJS Kesehatan PBI, masalah kenyamanan, informasi
dan komunikasi petugas kesehatan yang dinilai kurang terhadap pasien BPJS
Kesehatan PBI.
Berdasarkan dari hal tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih
jauh tentang “Kualitas Pelayanan Kesehatan Puskesmas Mayang Berdasarkan
Persepsi Pengguna BPJS Kesehatan PBI.” Di Puskesmas Mayang Kabupaten
Jember.

1.2 Rumusan Masalah


Semakin memuaskan pelayanan yang diberikan kepada pasien, maka
persepsi masyarakat terhadap kualitas pelayanan puskesmas akan semakin baik,
sehingga masyarakat mempercayakan kesehatanya sepenuhnya kepada puskesmas
tersebut. Dari penjelasan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Bagaimana Kualias Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mayang yang ditujukan
kepada pasien BPJS Kesehatan PBI yang menjalani rawat inap?

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis kualitas pelayanan
kesehatan puskesmas berdasarkan persepsi pengguna BPJS Kesehatan PBI.

1.4 Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, dan tujuan penelitian
manfaat yang diharapkan bisa diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca
tentang kualitas pelayanan kesehatan puskesmas berdasarkan persepsi pengguna
BPJS Kesehatan PBI.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada pelaksana layanan
kesehatan BPJS Kesehtan dalam pemecahan masalah pelayanan terutama di
Puskesmas Mayang, Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai