Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI PADA LANSIA

KELOMPOK 3
1. ASEP DADAN F
2. BANI AZHAR A
3. EGA ARI A
4. NURLELA
5. TIA SRI MELIAWATI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS (REGULER)


STIKES KHARISMA KARAWANG
Jln. Pangkal Perjuangan Km.1 By pass Karawang 41316
2019
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI PADA LANSIA

A. PEMBAHASAN / KONSEP TEORI


1. PENGERTIAN
Hipertensi pada lansia didefinisikan dengan tekanan sistolik diatas 160 mmHg
atau tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Fatimah, 2010).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi
lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
Tingkat hipertensi dan anjuran kontrol (Joint National Commitle, U.S 1992)
Tekanan
Tekanan sistolik
Tigkat diastolik Jadwal kontrol
(mmHg)
(mmHg)
Tingkat I 140-159 90-99
Tingkat II 160-179 100-109 1 bulan sekali
Tingkat III 180-209 110-119 1 minggu sekali
Tingkat IV 210 atau lebih 120 atau lebuh Dirawat RS

2. KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1999):
1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan
/ atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
1) Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2) Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
3. ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada :
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya
hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi
2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
d. Kebiasaan hidup
e. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
f. Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)
g. Kegemukan atau makan berlebihan
h. Stress
i. Merokok
j. Minum alcohol
k. Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah penyakit-penyakit seperti
Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular akut, Tumor,
Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis, Aneurisma, Emboli
kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin, DM, Hipertiroidisme,
Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis. Selain itu dapat juga diakibatkan
karena Obat–obatan Kontrasepsi oral, Kortikosteroid

4. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan
dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak
diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan adanya “hipertensi palsu”
disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak dikompresi oleh cuff
sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
Patway hipertensi
5. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.
2) Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni (2001), manifestasi klinis beberapa pasien yang menderita
hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas,
Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap volume cairan ( viskositas )
dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko seperti hiperkoagulabilitas,
anemia.
2) BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi)
3) Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau
menjadi efek samping terapi diuretik.
4) Kalsium serum
tingkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
5) Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler ).
6) Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
7) Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
8) Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
9) Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
10) Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
11) EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi

7. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan
pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
1) Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c) Penurunan berat badan
d) Penurunan asupan etanol
e) Menghentikan merokok
b. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
a) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain.
b) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau
72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
c) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan
d) Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
c. Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a) Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada
subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh
subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan
somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b) Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk
mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita
untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan
pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien
dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
2) Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja
tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION
AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
a. Step 1: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
b. Step 2: Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca
antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator.
c. Step 3: Alternatif yang bisa ditempuh Obat ke-2 diganti Ditambah obat
ke-3 jenis lain
d. Step 4 : Alternatif pemberian obatnya Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat,
dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan

B. KONSEP KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Pengkajian secara Umum:
1) Identitas Pasien
Hal -hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: Nama, Umur,
Jenis Kelamin, Pendidikan, Pekerjaan, Agama, Status Mental, Suku,
Keluarga/orang terdekat, alamat, nomor registrasi.
2) Riwayat atau adanya factor resiko
a. Riwayat garis keluarga tentang hipertensi
b. Penggunaan obat yang memicu hipertensi
3) Aktivitas / istirahat
a. Kelemahan,letih,napas pendek,gaya hidup monoton.
b. Frekuensi jantung meningkat
c. Perubahan irama jantung
d. Takipnea
4) Integritas ego
a. Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau
marah kronik.
b. Faktor faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan).
5) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng,keju,telur)gula-
gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori.
a. Mual, muntah.
b. Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun).
6) Nyeri atau ketidak nyamanan :
a. Angina (penyakit arteri koroner /keterlibatan jantung
b. Nyeri hilang timbul pada tungkai.
c. Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya.
d. Nyeri abdomen.
Pengkajian Persistem :
a. Sirkulasi
1) Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler.
2) Episode palpitasi,perspirasi.
b. Eleminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau
obtruksi atau riwayat penyakit ginjal masa lalu.
c. Neurosensori :
1) Keluhan pusing.
2) Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan menghilang
secara spontan setelah beberapa jam).
d. Pernapasan
1) Dispnea yang berkaitan dengan aktifitas/kerja
2) Takipnea, ortopnea, dispnea noroktunal paroksimal.
3) Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum.
4) Riwayat merokok

2. DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Penurunan curah jantung
b. Nyeri akut
c. Risiko perfusi serebral tidak efektif
d. Intoleransi aktivitas

3. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil
1 Penurunan curah Setelah dilakukan 1. Pemantauan Tanda vital (I.02060)
jantung tindakan keperawatan a. Observasi
3x24 jam penurunan - Monitor tekanan darah
curah jantung tidak - Monitor nadi (frekuensi,
terjadi dengan kriteria kekuatan, irama)
hasil : - Monitor pernafasan (frekuensi,
- Berpartisipasi kedalaman)
dalam aktivitas - Monitor suhu tubuh
yang - Monitor tekanan nadi (selisih
menurunkan TDS dan TDD)
TD - Identifikasi penyebab perubahan
- Mempertahank tanda vital.
an TD dalam b. Terapeutik
rentang yang - Atur interval pemantauan sesuai
dapat diterima kondisi pasien
- Memperlihatka - Dokumentasi hasil pemantauan
n irama dan c. Edukasi
frekuensi - Jelaskan tujuan dan prosedur
jantung stabil pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

2 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Manajemen nyeri


tindakan keperawatan a. Observasi
2x24 jam nyeri akut - Identifikasi lokasi, karakteristik,
tidak terjadi dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intensitas nyeri
- Klien - Identifikasi skala nyeri
mengungkapk - Identifikasi respon non verbal
an tidak - Identifikasi faktor yang
adanya sakit memperberat dan memperingan
kepala nyeri
- Klien tampak - Identifikasi pengetahuan dan
nyaman keyakinan tentang nyeri
- TTV dalam - Monitir efek samping
batas normal penggunaan analgetik
b. Terapeutik
- Berikan teknik non farmakologis
untuk mengurangi rasa
nyeri(misalnya terapi musik,
terapi pijat, aromaterapi,
imajinasi terbimbing, kompes
hangat/dingin)
- Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan,kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
c. Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode,
pemicu nyeri
- Jelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
- Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu

2. Pemantauan nyeri (I.08242)


a. Observasi
- Identifikasi faktor pencetus dan
pereda nyeri
- Monitor kualitas nyeri (misalnya
tajam, tumpul, diremas-remas,
ditimpa benda berat)
- Monitor lokasi dan penyebaran
nyeri
- Monitir intensitas nyeri dengan
menggunakan skala
- Monitor durasi dan frekuensi
nyeri
b. Terapeutik
- Atur interval waktu pemantauan
sesuai dengan kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan

c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.
3. Teknik relaksasi (I.09326)
a. Observasi
- identifikasi penurunan tingkat
energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan
kognitif.
- Identifikasi teknik relaksasi yang
pernah efektif digunakan
- Periksa ketegangan otot,
frekuensi, nadi, tekanna darah,
dan suhu sebelumnya dan
sesudah latihan
- Monitor respon terhadap teknik
relaksasi
b. Terapeutik
- Ciptakan lingkungan tenang dan
tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang
nyaman, jika memungkinkan.
- Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan prosedur
teknik relaksasi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada suara lembut
dengan irama lambat dan
berirama
- Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan medis
lain, jika sesuai
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan, manfaat,
batasan, dan jenis relaksasi yang
tersedia (misalnya musik,
meditasi, nafas dalam, relaksasi
otot progresif)
- Jelaskan secara rinci intervensi
yang dipilih
- Anjurkan mengambil posisi
nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
- Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik yang dipilih
- Demonstrasikan dan latih teknik
relaksasi (misalnya nafas dalam,
peregangan atau imajinasi
terbimbing)
3 Risiko perfusi Setelah dilakukan 1. Pemantauan Tanda vital (I.02060)
serebral tidak tindakan keperawatan a. Observasi
efektif 2x24 jam resiko perfusi - Monitor tekanan darah
jaringan tidak terjadi - Monitor nadi (frekuensi,
dengan kriteria hasil : kekuatan, irama)
- TTV stabil - Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor tekanan nadi (selisih
TDS dan TDD)
- Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital.
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

4 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Manajemen energi (I.05178)


aktivitas tindakan keperawatan a. Observasi
2x24 jam intoleransi - Identifikasi gangguan fungsi
aktivitas tidak terjadi tubuh yang mengakibatkan
dengan kriteria hasil : kelelahan
- Monitor kelelahan fisik dan
- Meningkatkan emosional
energi untuk - Monitor pola dan jam tidur
melakukan aktifitas - Monitor lokasi dan
sehari-hari ketidaknyamanan selama
- Menunjukan melakukan aktivitas
penurunan gejala b. Terapeutik
intoleransi aktivitas - Sediakan lingkungan nyaman
dan rendah stimulus (misalnya
cahaya, suara, kunjungan )
- Lakukan latihan gerak pasif atau
aktif
- Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
- Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur, jika dapat berpindah atau
berjalan
c. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan aktivitas
secara bertahap
- Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

2. Manajemen program latihan (I.05179)


a. Observasi
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik
sebelumnya
- Identifikasi jenis aktivitas fisik
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktifitas
- Monitor tanda vital sebelum dan
setelah latihan
b. Terapeutik
- Motivasi untuk
memulai/melanjutkan aktivitas
- Motivasi menjadwalkan program
aktivitas fisik dari regular
menjadi rutin
- Berikan reinforcement jika
aktivitas sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan bersama
c. Edukasi
- Jelaskan manfaat aktivitas fisik
- Anjurkan teknik pernafasan yang
tepat selama latihan fisik
- Ajarkan teknik latihan sesuai
kemampuan
- Ajarkan menghindari cedera saat
aktivitas fisik
- Ajarkan latihan pemanasan dan
pendinginan yang tepat
3. Pemantauan Tanda vital (I.02060)
a. Observasi
- Monitor tekanan darah
- Monitor nadi (frekuensi,
kekuatan, irama)
- Monitor pernafasan (frekuensi,
kedalaman)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor tekanan nadi (selisih
TDS dan TDD)
- Identifikasi penyebab perubahan
tanda vital.
b. Terapeutik
- Atur interval pemantauan sesuai
kondisi pasien
- Dokumentasi hasil pemantauan
c. Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan,
jika perlu.

DAFTAR PUSTAKA
Doenges., 2003. Rencana Asuhan Keperawatan.EGC. Jakarta
Fatimah.,2010.Merawat manusia Lanjut usia.Trans Info media.Jakarta
Johnson, M.,et all. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Elsevier
Johnson, M.,et all. Nursing Interventions Classification (NIC) 6th Edition. Elsevier
Ma’rifatul Lilik Azizah.,2011.Keperawatan lanjut usia.Graha ilmu.Jogjakarta.
Price, Sylvia A and Lorink Willson. Pathofisiologi: Konsep Klinik Proses-proses
Penyakit.EGC : Jakarta.
R. Boedhi Darmojo, H. Hadimartono. (1999). Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan
Usia Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi 1. Definisi dan indikator diagnostik. Tim
pokja SDKI DPP PPNI.

Standar intervensi keperawatan indonesia, Edisi 1 cetakan II. Definisi dan tindakan
keperawatan. Tim pokja SDKI DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai