Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KESEHATAN REPRODUKSI DAN KELUARGA BERENCANA

“ISU KESEHATAN PEREMPUAN PADA KASUS KEHAMILAN


EKTOPIK”

DOSEN PEMBIMBING

Dwi Hendriani, SKM., M.Kes

Oleh :

Nur Amida Novita Asria

NIM. P07224219026

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan


sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Atas berkat
rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Kesehatan Reproduksi
dan Keluarga Berencana”. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul “Isu Kesehatan
Perempuan pada Kasus Kehamilan Ektopik”. Penulis tentu menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah
ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.

Muara Jawa, 31 Mei 2020

Nur Amida Novita Asria

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................1

KATA PENGANTAR...................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...........................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah......................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1 Kasus Nyata Kehamilan Ektopik...............................................................7

2.2 Tanggapan Para Ahli Terkait Kehamilan Ektopik.....................................9

2.3 Tanggapan Penulis Terkait Kehamilan Ektopik.......................................12

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan...............................................................................................14

3.2 Saran.........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Millenium Development Goals (MDGs) merupakan suatu program


yang berasal dari World Health Organization (WHO). Salah satu target yang
ingin dicapai oleh MDGs adalah memperbaiki Angka Kematian Ibu (AKI).
MDGs memiliki target untuk mengurangi AKI menjadi 102/100.000
kelahiran hidup. AKI di Indonesia mengalami penurunan yang terjadi pada
tahun 1992 hingga tahun 2007, namun sejak tahun 2007 terjadi peningkatan
kembali. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia yang diterbitkan pada
tahun 2013, AKI di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup.

Penyebab kematian ibu adalah penyulit-penyulit yang terjadi didalam


kehamilan. Salah satu penyulit yang terdapat didalam kehamilan adalah
perdarahan antepartum. Terdapat beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
terjadinya perdarahan antepartum, diantaranya adalah perdarahan yang terjadi
pada trimester pertama kehamilan.

Perdarahan yang terjadi pada trimester pertama kehamilan dapat


disebabkan beberapa keadaan seperti abortus, mola hidatidosa dan kehamilan
ektopik. Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi diluar rongga
uteri danmerupakan keadaan kegawatdaruratan yang dapat menyebabkan
kecacatan dan kematian ibu. Kehamilan ektopik yang berakhir dengan ruptur
atau abortus disebut sebagai kehamilan ektopik terganggu.

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar rongga


uteri (American College of Nurse Practitioners, 2015). Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Felin, dkk (2015) di salah satu rumah sakit di Amerika
Serikat didapatkan data bahwa 89% kehamilan ektopik yang terjadi di rumah
sakit tersebut berimplantasi di tuba fallopi. Implantasi dapat meningkatkan
terjadinya vaskularisasi di tempat tersebut, sehingga berpotensial
menimbulkan terjadinya ruptur organ, perdarahan masif, infertilitas, hingga

4
kematian. Kehamilan ektopik dapat terjadi pada individu yang mengalami
penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang
panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device),
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang
memakai progestin, dan tindakan aborsi (Manuaba, 2010)

Menurut badan kesehatan dunia selama tiga bulan pertama kehamilan,


kehamilan ektopik merupakan penyebab utama kematian ibu terutama di
negara industri dan paling sering terjadi di negara berkembang. Di sebagian
besarEropa dan Amerika Utara, kejadian kehamilan ektopik meningkat
sebesar tiga kali lipat selama 30 tahun terakhir dan saat ini diperkirakan
sebesar 2% kelahiran hidup. Sebuah studi di Norwegia, diketahui bahwa
insiden kehamilan ektopik meningkat dari 1,4% menjadi 2,2% kelahiran
hidup. Di Inggris dan Wales, kejadian kehamilan ektopik meningkat dari
0,3% menjadi 1,6% dari kelahiran hidup. Demikian pula, di Amerika Serikat,
insiden kehamilan ektopik meningkat dari 1,9 % menjadi 2,3% kelahiran
hidup

Kehamilan ektopik terjadi 1-2% dari seluruh kehamilan. Di negara


maju perdarahan yang terjadi akibat kehamilan ektopik terganggu
menyumbang 4-10% dari total kematian ibu. Data di Amerika mendapatkan
bahwa kejadian kehamilan ektopik mencapai 2% dari total kehamilan.
Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan Provinsi pada tahun
2013, di wilayah Jawa Barat 2,7 % penyebab kematian ibu disebabkan oleh
perdarahan antepartum yang diantaranya mencakup kehamilan ektopik.

Banyak faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan


ektopik terganggu diantaranya adalah usia ibu saat mengandung, paritas,
riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, riwayat operasi, penyakit ginekologi
seperti penyakit radang panggul, keadaan endometrium yang tidak baik,
merokok dan penggunaan kontrasepsi. Dari semua faktor risiko yang ada
faktor usia, paritas dan riwayat medik yang mencakup riwayat operasi atau
penyakit ginekologi memiliki peranan yang cukup besar terhadap kejadian
kehamilan ektopik terganggu. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan

5
J. Bauyer di Perancis terdapat hubungan antara usia dengan kehamilan
ektopik terganggu, sedangkan berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan
oleh Pramila Pradhan di Nepal menunjukkan terdapat hubungan antara
penyakit radang panggul kronis dengan kehamilan ektopik terganggu dan
hasil penelitian yang dilakukan Ridha di Sumatera Utara, terdapat hubungan
antara usia, paritas dan riwayat operasi dengan kehamilan ektopik terganggu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa contoh kasus nyata dari kehamilan ektopik?


2. Apa tanggapan para ahli terkait kehamilan ektopik?
3. Apa tanggapan penulis terkait kehamilan ektopik?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui contoh kasus nyata dari kehamilan ektopik


2. Untuk mengetahui tanggapan para ahli terkait kehamilan ektopik
3. Untuk mengetahui tanggapan penulis terkait kehamilan ektopik

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kasus Nyata Kehamilan Ektopik

Berita kurang menyenangkan baru saja datang dari istri komedian Denny


Cagur, Shanty Widihastuti. Melalui akun instagram pribadinya, Shanty
mengabarkan dirinya harus menjalani operasi pada bagian rahim karena
kandungannya mengalami kelainan. Wanita kelahiran 10 Januari 1984 itu harus
menjalani operasi untuk pengangkatan janin yang tumbuh di luar rahim atau
disebut kehamilan ektopik. Shanty menjalani operasi pengangkatan pada Senin
siang ini (24/12).

Menurut keterangan dari unggahan Santi Widihastuti di snapgramnya, usia


kandungannya sudah mencapai 1 minggu namun karena kehamilannya itu berada
di luar rahim, janinnya harus dikeluarkan melalui operasi agar tak membahayakan
nyawa. Sebenarnya kehamilan ektopik seperti yang dialami oleh istri Denny
Cagur itu merupakan kasus yang terjadi dari 1 dari 50 kehamilan. Kehamilan itu
juga sebagai salah satu penyebab kematian ibu pada triwulan pertama kehamilan.

Melalui akun instagram pribadinya, Shanty mengabarkan dirinya harus


menjalani operasi. "Temen-temen terima kasih untuk semua perhatiannya, DM
penuh dengan pertanyaan, sakit apa? Lagi hamil? Kenapa? Dan banyak lagi
pertanyaan lainnya. Alhamdulillah 1 minggu lalu saya test pack ternyata bergaris
2 tandanya saya hamil. Tapi ternyata belum rejeki saya karena saya mengalami
hamil etopik lagi dan terpaksa harus diangkat. InsyaAllah besok siang rencananya
akan dilakukan operasi laparascopy.  Mohon doanya untuk kelancaran operasinya,
terima kasih banyak semuanya," tulis Shanty pada 20 Desember 2018.

Selain mengabarkan kondisi kesehatannya, Shanty juga memberikan


sedikit penjelasan mengenai kehamilan ektopik yang dialaminya.  "Buat yang
tanya kehamilan ektopik itu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang

7
berkembang di luar rahim, biasanya di dalam tuba falopi. Situasi ini
membahayakan nyawa karena dapat menyebabkan pecahnya tuba falopi jika
kehamilan berkembang. Perawatannya harus dilakukan dengan cara operasi atau
melalui obat-obatan," tulisnya lagi.

Shanty juga menjelaskan bahwa kelahiran ektopik berbeda dengan


kehamilan anggur.  "Hamil anggur dan hamil ektopik memiliki bentuk embrio
yang berbeda. Hamil anggur memiliki bentuk embrio atau bakal janin yang
berbentuk seperti anggur, sedangkan hamil ektopik bentuk embrionya sama
dengan kehamilan normal. Namun letaknya saja yang tidak berada di dalam
rahim," tambahnya.

Unggahan Shanty pun mengundang sejumlah reaksi dari para pengikutnya


di instagram @shantydenny. Salah satunya dari sebuah akun yang bercerita
memiliki pengalaman yang sama dengan dirinya.  Menanggapi hal tersebut,
Shanty pun berharap bisa terus semangat untuk kembali memiliki anak. Salah
satunya dengan cara program bayi tabung.

"Alhamdulillah semoga saya bisa program dan berhasil seperti teman-teman yang
lainnya yang mengalami hal yang sama seperti saya. Semangattttt. Perjuangan
seorang ibu tak akan kenal lelah," tulis Shanty.(*)

Sumber : Widiyaputri, Fadhila Auliya. 2018. Berita Kesehatan: Istri Denny Cagur
Alami Kehamilan di Luar Kandungan atau Kehamilan Ektopik. Dipublish pada
hari Selasa, 25 Desember 2018 Pukul 11.25 WIB di
https://nakita.grid.id/read/021274983/berita-kesehatan-istri-denny-cagur-alami-
kehamilan-di-luar-kandungan-atau-kehamilan-ektopik?page=all

8
2.2 Tanggapan Para Ahli Terkait Kehamilan Ektopik 

Menurut Dokter Umum lulusan FK Universitas Trisakti, Dr. Hendriks


Sirait, janin yang tumbuh di luar rahim itu tidak akan berkembang hingga
usia kehamilan sembilan bulan. Beberapa minggu saja berada di perut,
saluran tuba bisa pecah hingga bisa menimbulkan perdarahan hebat. Kondisi
ini akan membahayakan nyawa si ibu. Umumnya penanganan kehamilan
ektopik dilakukan dengan operasi. Pada kasus-kasus tertentu bisa atasi
menggunakan obat-obatan methotrexate (obat yang menghambat
pertumbuhan sel). Jadi, segera periksakan ke dokter kandungan jika muncul
keluhan terlambat haid (hasil tes urin positif), perdarahan melalui vagina, dan
nyeri di daerah perut.

Menurut dr Muh Anggit Nugroho SpOG dokter di RS Dirgahayu


Samarinda, hamil di luar kandungan dikenal juga sebagai kehamilan ektopik.
Terjadi ketika sel telur yang sudah dibuahi menempel di daerah selain
rahimImplantasi embrio terjadi di luar rahim, misalnya di ovarium atau
indung telur, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen. Banyak faktor risiko
kehamilan ektopik. Di antaranya, karena penggunaan kontrasepsi spiral dan
pil progesteron. Namun, salah satu penyebab kehamilan ektopik yang paling
umum terjadi adalah kerusakan saluran tuba falopi, misalnya karena ada
peradangan atau inflamasi. Kerusakan tersebut menghalangi sel telur yang
telah dibuahi sehingga kesulitan masuk ke saluran ke rahim. Akhirnya, telur
melekat dan tumbuh di dalam saluran tuba. Jika sudah pernah mengalami
kehamilan ektopik, pada kehamilan selanjutnya, ada risiko tinggi terjadi
kehamilan ektopik lagi. Angka kekambuhan bisa sebesar 15 persen setelah
kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30 persen setelah
kehamilan ektopik kedua. Kalau perdarahan masuk ke rongga abdomen dan
merangsang peritoneum (selaput rongga perut), nyerinya akan menyeluruh.
Nyeri diakibatkan ruptur atau dinding tuba berintensitas tinggi dan terjadi
secara tiba-tiba, penderitanya bisa pingsan. Operasi untuk mengangkat
sebagian atau keseluruhan saluran telur yang pecah, lalu dibersihkan hingga

9
tak ada jaringan yang tertinggal. Prosedur ini biasanya dilakukan melalui
operasi lubang kunci atau laparoskopi, maupun dengan laparotomi atau bedah
terbuka.

Menurut dr Marihot Pasaribu SpOG, dosen Fakultas Kedokteran


Universitas Mulawarman, perempuan yang memiliki riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya bisa mengalami kehamilan ektopik di kehamilan
berikutnya. Sebab kehamilan ektopik terjadi karena bedah atau operasi di tuba
ovarium, steril tuba, kelainan tuba, infertilitas, infeksi genital, merokok,
abortus, seks multi partner dan riwayat sebelumnya.Pada prinsipnya faktor
risiko yang ada pada kehamilan ektopik sama dengan penyebab yang terjadi.
Sedangkan untuk gejalanya, sama seperti kehamilan pada umumnya.
Biasanya perempuan mengalami keluhan sakit perut, pusing atau lemas, dan
gejala lainnya. Kadang disertai rasa nyeri. Tetapi bila sudah ada gangguan
pada kehamilan ini, biasanya keluhan disertai dengan perdarahan dari jalan
lahir. Seperti keguguran dan nyeri hebat di pinggul dan perut bawah.
Kehamilan ektopik menyebabkan pecahnya tempat kehamilan. Sehingga
terjadi perdarahan intra abdominal bila lambat dideteksi. Dan membuat
keadaan shock karena perdarahan. Ini disebut kehamilan ektopik
terganggu.Kehamilan ektopik membahayakan bagi ibu dan janin. Jika hanya
salah satu tuba dan ovarium yang bermasalah maka tak mengganggu
kesuburan perempuan.Untuk pengobatan dilakukan operasi laparotomi.
Kehamilan ektopik tidak selalu berakhir dengan kegagalan kehamilan. Pada
sebagian perempuan kehamilan bisa berhasil. Tetapi tetap memiliki risiko
tinggi terhadap berbagai kemungkinan dari gangguan yang ditimbulkan
akibat dari hamil ektopik,

Menurut dr Winarni Risanto SpOG,  Dokter Spesialis Obgyn RS


Islam Yogyakarta PDHI. Wanita dapat mengalami kehamilan ektopik apabila
kehamilan tersebut terjadi di luar rahim (uterus). Di mana sel telur yang telah
dibuahi oleh sel sperma akan melakukan implantasi (perlekatan) di luar
rahim, seperti di saluran telur (tuba fallopi), indung telur (ovarium), leher
rahim (servik), bahkan di rongga perut (cavum abdomen). Dengan prevalensi

10
kejadian tersering pada saluran tu ba (95-96 persen). Beberapa faktor yang
dapat meningkatkan angka kejadian kehamilan ektopik, diantaranya riwayat
kehamilan serupa sebelumnya. Angka kekambuhan sebesar 15 persen setelah
kehamilan ektopik pertama dan meningkat sebanyak 30 persen setelah
kehamilan ektopik. Penggunaan kontrasepsi spiral dan pil KB, kehamilan
ektopik meningkat apabila ketika hamil, masih menggunakan kontrasepsi
spiral (3 – 4 persen). Pemeriksaan USG dapat melihat di mana lokasi
kehamilan seseorang, baik di rahim, saluran tuba, indung telur, maupun di
tempat lain. Selain pemeriksaan USG, dapat juga dilakukan pengukuran kadar
hormon ß-hCG. Hormon ß-hCG cukup sensitif untuk kadar 1-20 mIu/mL dan
positif pada lebih dari 99 persen kehamilan ektopik.Oleh karena kehamilan
ektopik dapat mengancam nyawa, deteksi dini dan pengakhiran kehamilan
adalah tata laksana yang disarankan. Pengakhiran kehamilan dapat dilakukan
melalui pemberian obatobatan atau dengan pembedahan yang terbukti memi
liki angka keberhasilan yang tinggi daripada dengan obat-obatan. Deteksi dini
dan penanganan yang cepat kehamilan di luar kandungan akan membe rikan
angka kesembuhan yang tinggi

Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo Kehamilan ektopik atau


kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus. Sebagian besar
wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20-40 tahun
dengan umur rata-rata 30 tahun, frekuensi kehamilan ektopik yang berulang
dilaporkan berkisar antara 0%-14,6%. apabila tidak diatasi atau diberikan
penanganan secara tepat dan benar akan membahayakan bagi sipenderita
Pada pemeriksaan biasanya untuk kehamilan ektopik terganggu jenis akut
keluhan yang disampaikan adalah haid yang terlambat untuk beberapa waktu
disertai nyeri perut bagian bawah, penderita tampak kesakitan, pucat dan pada
pemeriksaan ditemukan tanda-tanda syok serta perdarahan dalam rongga
perut. Pada pemeriksaan ginekologi ditemukan servik yang nyeri bila
digerakkan dan nyeri raba.

11
12
2.3 Tanggapan Penulis Terkait Kehamilan Ektopik

Menurut saya, terkait kehamilan ektopik. Pengetahuan si ibu sangat


membantu untuk mengetahui ada atau tidaknya komplikasi selama kehamilan.
Meningkatkan pengetahuan kesehatan masyarakat terutama pada ibu hamil,
dapat dilakukan pada waktu pengawasan hamil di Puskesmas, Bidan Praktek
Mandiri, saat penyelenggaraan Posyandu, dan saat diadakannya pertemuan
atau kegiatan kegiatan di lingkungannya dan saat melakukan kunjungan rumah

Informasi memegang peranan besar , semakin banyak ibu memperoleh


informasi, maka semakin baik pula untuk menghindari terjadi komplikasi
kehamilan yang tidak diinginkan. Media massa merupakan sumber utama
untuk mengupdate ilmu dan posisi penting dalam masyarakat dan memiliki
potensi untuk dikembangkan

Penting untuk ibu hamil memperkaya pengetahuan dasar mengenai


kehamilan ektopik. Apalagi di zaman yang canggih ini, sangat mudah untuk
menngupdate ilmu, agar dapat memahami apa itu kehamilan ektopik dan
dapat mengenali tanda-tanda dan gejala kehamilan ektopik. Hal ini sangat
penting agar penanganan sedini mungkin dapat dilakukan sebelum terjadi
komplikasi-komplikasi yang tidak diinginkan. Ibu bisa mengupdate ilmu
melalui internet dengan sumber yang terpercaya.

Kehamilan ektopik bukanlah wewenang bidan. Namun, bidan


memiliki peran dalam membantu atau memberikan keterangan dan konseling
kepada klien. Bidan harus memastikan terlebih dahulu apakah klien
mengalami hamil ektopik atau tidak. Oleh karena itu, saat bidan melayani
klien harus memiliki wawasan yang luas dan berkompeten untuk
memudahkan mendeteksi dini apakah ada faktor penyulit dalam kehamilan si
ibu dan bisa menganamnesa keluhan keluhan yang ibu rasakan. Ketika ibu
mengeluh mengalami nyeri perut bagian bawah,perdarahan pervaginam. Maka
bisa dicurigai bahwa ibu mengalami kehamilan ektopik.

Bidan dapat memberitahukan kepada klien untuk melakukan


pemeriksaan penunjang lainnya dan tindakan lain ke fasilitas kesehatan yang

13
lebih berwenang. Selanjutnya Dokter akan melakukan pemeriksaan
dengan USG transvaginal untuk memastikan terjadinya kehamilan ektopik.
Tes lain yang dapat dilakukan adalah tes darah, guna mengukur kadar hormon
hCG dan progesteron. Pada kehamilan ektopik, kadar kedua hormon tersebut
cenderung lebih rendah dibandingkan kehamilan normal.

Jika bidan menemukan kasus kehamilan ektopik di BPM bisa


berkolaborasi dengan dr.SpOG. Nantinya akan ditangani di Rumah Sakit.
Ketika dokter telah mendiagnosis si ibu dengan kehamilan ektopik, maka
dokter dapat memberikan sebuah obat untuk menghentikan pertumbuhan
janin yang lebih lanjut, jika janin masih berukuran kecil. Apabila janinnya
dinilai sudah bertumbuh terlalu besar untuk ditangani dengan obat, maka
dokter dapat melakukan tindakan bedah untuk mengeluarkan janin tersebut

Kehamilan ektopik memang tidak bisa dicegah, tetapi risiko untuk


mengalami kondisi ini dapat diturunkan, yaitu dengan cara hindari perilaku
seks yang berisiko, misalnya bergonta-ganti pasangan seks dengan tidak
menggunakan kondom, hindari merokok, sejak sebelum hamil. Ibu hamil juga
dianjurkan untuk melakukan tes darah dan USG rutin. Selain untuk memantau
perkembangan kehamilan, pemeriksaan rutin dapat mendeteksi kehamilan
ektopik lebih awal, sehingga bisa segera ditangani.

14
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang terjadi di luar rongga


uteri. Kehamilan ektopik terjadi 1-2% dari seluruh kehamilan. Banyak faktor
risiko yang dapat menyebabkan terjadinya kehamilan ektopik terganggu
diantaranya adalah usia ibu saat mengandung, paritas, riwayat kehamilan
ektopik sebelumnya, riwayat operasi, penyakit ginekologi seperti penyakit
radang panggul, keadaan endometrium yang tidak baik, merokok dan
penggunaan kontrasepsi. Dari semua faktor risiko yang ada faktor usia,
paritas dan riwayat medik yang mencakup riwayat operasi atau penyakit
ginekologi memiliki peranan yang cukup besar terhadap kejadian kehamilan
ektopik terganggu.

Pada kehamilan ektopik janin yang tumbuh di luar rahim itu tidak
akan berkembang hingga usia kehamilan sembilan bulan. Beberapa minggu
saja berada di perut, saluran tuba bisa pecah hingga bisa menimbulkan
perdarahan hebat. Kondisi ini akan membahayakan nyawa si ibu. Cara
mendiagnosis kehamilan ektopik yaitu: pemeriksaan kadar progesteron
serum, pemeriksaan kadar beta hCG serial, pemeriksaan ultrasonografi
transvaginal, dan kuretase. Umumnya penanganan kehamilan ektopik
dilakukan dengan operasi melalui laparoskopi dan laparotomi.Pada kasus-
kasus tertentu bisa atasi menggunakan obat-obatan methotrexate (obat yang
menghambat pertumbuhan sel).

3.2 Saran

Dengan penyuluhan dan lebih memperhatikan serta rajin


memeriksakan kandungannya kepada petugas kesehatan baik itu dokter
maupun bidan, diharapkan kehamilan ektopik yang terjadi pada ibu - ibu
hamil dapat terdeteksi lebih dini.

15
DAFTAR PUSTAKA

D,Sri Cynthia, dkk. 2011. Tinjauan Kasus Kehamilan Ektopik Di Blu Rsup Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado Periode 1 Januari 2010 – 31 Desember 2011. “Jurnal
e-Biomedik (eBM).” 1.1 (2013): 40-44. Diakses pada tanggal 31 Mei 2020 Pukul
17.17 WITA melalui https://media.neliti.com/media/publications/67555-ID-
tinjauan-kasus-kehamilan-ektopik-di-blu.pdf
Kristianingsih,Ani and Anis Halimah. Hubungan Keterpaparan Asap Rokok
Dengan Kejadian Kehamilan Ektopik Di Rsia Anugerah Medical Center Kota
Metro Tahun 2016. “ Jurnal Kebidanan”. 4.1 (2018): 30-31. Diakses pada tanggal
31 Mei 2020 pukul 13.30 WITA melalui
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/kebidanan/article/viewFile/641/575

Nan. 2018. Hamil Ektopik Janin Tak Berkembang. Diakses pada tanggal 31 Mei
2020 Pukul 14.15 WITA melalui https://kaltim.prokal.co/read/news/336195-
hamil-ektopik-janin-tak-berkembang.html

NN.2016. Hamil Ektopik Tak Selalu Gagal. Diakses pada tanggal 31 Mei 2020
Pukul 14.00 WITA melalui https://kaltim.prokal.co/read/news/258973-hamil-
ektopik-tak-selalu-gagal

Prawirohardjo, S. 2015. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Ristanto,Winarni. 2015. Klinik Kesehatan- Waspadai Tanda dan Gejala Kehamilan


Luar Kandungan (Kehamilan Ektopik). Diakses pada tanggal 31 Mei 2020 pukul
15.00 WITA melalui https://republika.co.id/berita/koran/news-
update/15/12/03/nyrkgg16-klinik-kesehatan-waspadai-tanda-dan-gejala-
kehamilan-luar-kandungan-kehamilan-ektopik

Widiyanto.Juli and Pratiwi,Suci. 2011. Deskripsi Pengetahuan Ibu Hamil Tentang


Kehamilan Ektopik Di Poli Kebidanan Rsud Arifin Achmad Pekanbaru. ”Jurnal
Photon.” 2.1 (2011): 45–49. Diakses pada tanggal 31 Mei 2020 Pukul 17.30
WITA melalui file:///C:/Users/USER/Downloads/126-Article%20Text-169-1-10-
20171122.pdf

16
Widiyaputri, Fadhila Auliya. 2018. Berita Kesehatan: Istri Denny Cagur Alami
Kehamilan di Luar Kandungan atau Kehamilan Ektopik. Diakses pada hari
Minggu, 31 Mei 2020 Pukul 13.00 WITA melalui
https://nakita.grid.id/read/021274983/berita-kesehatan-istri-denny-cagur-alami-
kehamilan-di-luar-kandungan-atau-kehamilan-ektopik?page=all

17

Anda mungkin juga menyukai