Pramuka merupakan sebutan bagi anggota Gerakan Pramuka, yang meliputi; Pramuka
Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20
tahun) dan Pramuka Pandega (21-25 tahun). Kelompok anggota yang lain yaitu
Pembina Pramuka, Andalan Pramuka, Korps Pelatih Pramuka, Pamong Saka Pramuka,
Staf Kwartir dan Majelis Pembimbing.
Kepramukaan adalah proses pendidikan di luar lingkungan sekolah dan di luar
lingkungan keluarga dalam bentuk kegiatan menarik, menyenangkan, sehat, teratur,
terarah, praktis yang dilakukan di alam terbuka dengan Prinsip Dasar Kepramukaan dan
Metode Kepramukaan, yang sasaran akhirnya pembentukan watak, akhlak, dan budi
pekerti luhur. Kepramukaan adalah sistem pendidikan kepanduan yang disesuaikan
dengan keadaan, kepentingan, dan perkembangan masyarakat, dan bangsa Indonesia.
Sejarah
Gerakan Pramuka atau Kepanduan di Indonesia telah dimulai sejak tahun 1923 yang
ditandai dengan didirikannya (Belanda) Nationale Padvinderij Organisatie (NPO) di
Bandung.[1] Sedangkan pada tahun yang sama, di Jakarta didirikan (Belanda) Jong
Indonesische Padvinderij Organisatie (JIPO).[1] Kedua organisasi cikal bakal
kepanduan di Indonesia ini meleburkan diri menjadi satu, bernama (Belanda)
Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) di Bandung pada tahun 1926.[1]
Kenyataan bahwa kepanduan itu senapas dengan pergerakan nasional, seperti tersebut di
atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder Muhammadiyah" yang pada 1920
berganti nama menjadi "Hizbul Wathan" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan
oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam Afdeling Padvinderij"
yang kemudian diganti menjadi "Syarikat Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal
dengan SIAP, Nationale Islamietische Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong
Islamieten Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO)
didirikan oleh Pemuda Indonesia.
Hasrat bersatu bagi organisasi kepanduan Indonesia waktu itu tampak mulai dengan
terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu Indonesia" merupakan federasi
dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP, NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi, akibatnya pada 1930
berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang dirintis oleh tokoh dari Jong Java
Padvinders/Pandu Kebangsaan (JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij);
PK-Pandu Kebangsaan).
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat Persaudaraan
Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All Indonesian Jamboree". Rencana ini
mengalami beberapa perubahan baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan,
yang kemudian disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia
Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23 Juli 1941 di
Yogyakarta.
Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan penyerangan dan Belanda
meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi rakyat Indonesia, termasuk gerakan
kepanduan, dilarang berdiri. Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap
dilakukan. Bukan hanya itu, semangat kepanduan tetap menyala di dada para
anggotanya. Karena Pramuka merupakan suatu organisasi yang menjunjung tinggi nilai
persatuan. Oleh karena itulah bangsa Jepang tidak mengizinkan Pramuka di Indonesia.
Masa Republik Indonesia
Kongres yang dimaksud dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945 di Surakarta
dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia. Perkumpulan ini didukung oleh
segenap pimpinan dan tokoh serta dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu
pemerintah RI mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepanduan yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan No.93/Bag. A,
tertanggal 1 Februari 1947.
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan Belanda.
Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu diadakan api unggun di
halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta, senjata Belanda mengancam dan
memaksa Soeprapto menghadap Tuhan, gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang
membuktikan cintanya pada negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki
Belanda, Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya
perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu Puteri Indonesia
(PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru, yaitu memberi
kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupakan kembali bekas
organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu kesempatan bahwa Pandu Rakyat
Indonesia bukan lagi satu-satunya organisasi kepanduan di Indonesia dengan keputusan
Menteri PP dan K nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan
pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah kepanduan
di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1 Februari 1947 itu berakhir
sudah.
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah keputusan
Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil organi-sasi kepanduan menga-
dakan konfersensi di Ja-karta. Pada saat inilah tepatnya tanggal 16 September 1951
diputuskan berdirinya Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepanduan putera, sedangkan bagi organisasi
puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI (Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan
POPPINDO (Persatuan Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia, dalam
perjalanan ke Australia.
Seminar Tugu ini meng-hasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat dijadikan acuan
bagi setiap gerakan kepanduan di Indonesia. Dengan demikian diharapkan ke-
pramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun kemudian pada bulan Novem-ber
1958, Pemerintah RI, dalam hal ini Departemen PP dan K mengadakan seminar di
Ciloto, Bogor, Jawa Barat, dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
Gerakan Pramuka lahir pada tahun 1961, jadi kalau akan menyimak latar belakang
lahirnya Gerakan Pramuka, orang perlu mengkaji keadaan, kejadian dan peristiwa pada
sekitar tahun 1960.
Dari ungkapan yang telah dipaparkan di depan kita lihat bahwa jumlah perkumpulan
kepanduan di Indonesia waktu itu sangat banyak. Jumlah itu tidak sepandan dengan
jumlah seluruh anggota perkumpulan itu.
Peraturan yang timbul pada masa perintisan ini adalah Ketetapan MPRS Nomor
II/MPRS/1960, tanggal 3 Desember 1960 tentang rencana pembangunan Nasional
Semesta Berencana. Dalam ketetapan ini dapat ditemukan Pasal 330. C. yang
menyatakan bahwa dasar pendidikan di bidang kepanduan adalah Pancasila. Seterusnya
penertiban tentang kepanduan (Pasal 741) dan pendidikan kepanduan supaya
diintensifkan dan menyetujui rencana Pemerintah untuk mendirikan Pramuka (Pasal 349
Ayat 30). Kemudian kepanduan supaya dibebaskan dari sisa-sisa Lord Baden Powell
(Lampiran C Ayat 8).
Ketetapan itu memberi kewajiban agar Pemerintah melaksanakannya. Karena itulah
Pesiden/Mandataris MPRS pada 9 Maret 1961 mengumpulkan tokoh-tokoh dan
pemimpin gerakan kepanduan Indonesia, bertempat di Istana Negara. Hari Kamis
malam itulah Presiden mengungkapkan bahwa kepanduan yang ada harus diperbaharui,
metode dan aktivitas pendidikan harus diganti, seluruh organisasi kepanduan yang ada
dilebur menjadi satu yang disebut Pramuka. Presiden juga menunjuk panitia yang terdiri
atas Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Menteri P dan K Prof. Prijono, Menteri
Pertanian Dr.A. Azis Saleh dan Menteri Transmigrasi, Koperasi dan Pembangunan
Masyarakat Desa, Achmadi. Panitia ini tentulah perlu sesuatu pengesahan. Dan
kemudian terbitlah Keputusan Presiden RI No.112 Tahun 1961 tanggal 5 April 1961,
tentang Panitia Pembantu Pelaksana Pembentukan Gerakan Pramuka dengan susunan
keanggotaan seperti yang disebut oleh Presiden pada tanggal 9 Maret 1961.
Ada perbedaan sebutan atau tugas panitia antara pidato Presiden dengan Keputusan
Presiden itu.
Masih dalam bulan April itu juga, keluarlah Keputusan Presiden RI Nomor 121 Tahun
1961 tanggal 11 April 1961 tentang Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka. Anggota
Panitia ini terdiri atas Sri Sultan (Hamengku Buwono IX), Prof. Prijono, Dr. A. Azis
Saleh, Achmadi dan Muljadi Djojo Martono (Menteri Sosial).
Panitia inilah yang kemudian mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, sebagai
Lampiran Keputusan Presiden R.I Nomor 238 Tahun 1961, tanggal 20 Mei 1961
tentang Gerakan Pramuka.
Gerakan Pramuka ditandai dengan serangkaian peristiwa yang saling berkaitan yaitu :
Pidato Presiden pada tanggal 9 Maret 1961 juga menggariskan agar pada peringatan
Proklamasi Kemerdekaan RI Gerakan Pramuka telah ada dan dikenal oleh masyarakat.
Oleh karena itu Keppres RI No.238 Tahun 1961 perlu ada pendukungnya yaitu
pengurus dan anggotanya.
Menurut Anggaran Dasar Gerakan Pramuka, pimpinan perkumpulan ini dipegang oleh
Majelis Pimpinan Nasional (MAPINAS) yang di dalamnya terdapat Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka dan Kwartir Nasional Harian.
Badan Pimpinan Pusat ini secara simbolis disusun dengan mengambil angka keramat
17-8-’45, yaitu terdiri atas Mapinas beranggotakan 45 orang di antaranya duduk dalam
Kwarnas 17 orang dan dalam Kwarnasri 8 orang.
Namun dalam realisasinya seperti tersebut dalam Keppres RI No.447 Tahun 1961,
tanggal 14 Agustus 1961 jumlah anggota Mapinas menjadi 70 orang dengan rincian dari
70 anggota itu 17 orang di antaranya sebagai anggota Kwarnas dan 8 orang di antara
anggota Kwarnas ini menjadi anggota Kwarnari.
Mapinas diketuai oleh Dr. Ir. Soekarno, Presiden RI dengan Wakil Ketua I, Sri Sultan
Hamengku Buwono IX dan Wakil Ketua II Brigjen TNI Dr.A. Aziz Saleh. Sementara
itu dalam Kwarnas, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menjabat Ketua dan Brigjen TNI
Dr.A. Aziz Saleh sebagai Wakil Ketua merangkap Ketua Kwarnari.
Gerakan Pramuka secara resmi diperkenalkan kepada seluruh rakyat Indonesia pada
tanggal 14 Agustus 1961 bukan saja di Ibukota Jakarta, tetapi juga di tempat yang
penting di Indonesia. Di Jakarta sekitar 10.000 anggota Gerakan Pramuka mengadakan
Apel Besar yang diikuti dengan pawai pembangunan dan defile di depan Presiden dan
berkeliling Jakarta.
Peristiwa perkenalan tanggal 14 Agustus 1961 ini kemudian dilakukan sebagai HARI
PRAMUKA yang setiap tahun diperingati oleh seluruh jajaran dan anggota Gerakan
Pramuka.
Tujuan Gerakan Pramuka
Gerakan Pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka:
Keanggotaan
Anggota Gerakan Pramuka[3] terdiri dari Anggota Muda, dan Anggota Dewasa. Anggota
Muda adalah Peserta Didik Gerakan Pramuka yang dibagi menjadi beberapa golongan
di antaranya:
Anggota yang berusia di atas 25 tahun berstatus sebagai anggota dewasa. Anggota
dewasa Gerakan Pramuka terdiri atas:
Tenaga Pendidik
Pembina Pramuka
Pelatih Pembina
Pembantu Pembina
Pamong Saka
Instruktur Saka
Fungsionaris
Gerakan Pramuka Indonesia memiliki 17.103.793 anggota (per 2011) [4], menjadikan
Gerakan Pramuka sebagai organisasi kepanduan terbesar di dunia.
Lambang
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Lambang Pramuka
Sifat
Berdasarkan resolusi Konferensi Kepanduan Sedunia tahun 1924 di Kopenhagen,
Denmark, maka kepanduan mempunyai tiga sifat atau ciri khas, yaitu:
Nasional
Internasional
Universal
Kepanduan dapat dipergunakan di mana saja untuk mendidik anak-anak dari bangsa apa
saja
Lagu
H. Mutahar salah seorang pejuang, penggubah lagu, dan tokoh Pramuka menciptakan
sebuah Hymne Pramuka bagi Gerakan Pramuka. Lagu itu berjudul Hymne Pramuka.
Hymne Pramuka menjadi lagu yang selalu dinyanyikan dalam upacara-upacara yang
dilaksanakan dalam Gerakan Pramuka.
Trisatya Pramuka
Dasadarma Pramuka
Tingkatan dalam kepramukaan adalah sebuah tingkatan yang ditentukan bagi kecakapan
yang dimiliki anggota pramuka. Kecakapan atau kemampuan itu disebut dengan Syarat-
syarat Kecakapan Umum atau SKU.
Untuk pramuka siaga siaga dan penggalang, masing-masing kelompok umur memiliki
tiga tingkata. Untuk penegak, memiliki dua tingkatan. Sementara pramuka Pandega
hanya memiliki satu tingkatan.
Dwisatya
Dwidarma
Sementara materi latihan Pramuka Siaga adalah sekumpulan standar kompetensi yang
harus dipenuhi oleh setiap anggota pramuka siaga. Materi-materi itu disiapkan dalam
dalam latihan pramuka yang diolah dengan sebuah permainan.
Materi yang dikemas dalam bentuk permainan ini mengandung unsur pendidikan serta
nyanyian yang menarik dan menyenangkan. Dalam pelaksanannya, materi latihan
materi latihan diharapkan bersifat modern, bermanfaat dan taat pada asas-asas.
Adapun beberapa materi pramuka siaga terbagi pada beberapa area di antara lain
adalah :
1. Pramuka Siaga Mula : Mengenal anggota keluarga, teman dalam satu barung,
dan mengenal teman dalam satu perindukan.
Untuk materi pramuka penggalang, kode kehormatan yang harus dihafal adalah :
Sebenarnya Trisatya dan Dasadarma ini juga digunakan untuk kelompok pramuka
Penegak dan Pandega pula.
Kelompok selanjutnya, adalah kelompok yang hampir sama ialah Penegak dan Pandega.
Penegak sendiri adalah sebuah golongan setelah pramuka Penggalang. Disebut pramuka
Penegak sendiri dikarenakan sesuai dengan kiasan pada masa Penegakan kemerdekaan
bangsa Indonesia.
Materi pramuka dasar yang harus dihafal oleh Penegak dan Pandega sendiri sama
halnya dengan Penggalang. Yakni Trisatya dan Dasadarma.
Namun selain keduanya, materi pramuka yang wajib diketahui oleh keduanya adalah
mengenai sejarah dan makna Gerakan Pramuka.
Sejarah dan makna kiasan lambang Gerakan Pramuka adalah materi pramuka yang
digunakan sebagai pelengkap pengetahuan umum kepramukaan. Maka sebagai sebuah
materi, sejarah dan makna lambang Gerakan Pramuka ini perlu dimengerti, dipahami
dan dihayati. Ya, tentu saja oleh setiap anggota pramuka yang menyadari nilai-nilai
kiasan sebagaimana terkandung di dalamnya.
Lambang Gerakan Pramuka adalah sebagai tanda pengenal bagi sebuah organisasi
Gerakan Pramuka yang sifatnya ini baku atau tetap. Lambang inilah yang sifat, keadaan,
nilai dan dan norma yang dimiliki oleh setiap anggota Gerakan Pramuka sesuai dengan
yang dicita-citakan.
Sebagaimana ditetapkan dalam dalam Anggaran Dasar Gerakan Pramuka pasal 48. Juga
pada Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka Bab VII pasal 120. Tentang lambang
Gerakan Pramuka adalah tunas kelapa.
Pencipta lambang ini adalah Sunardjo Atmodipuro, ia adalah seorang Andalan Nasional
yang juga menjadi Pembina Pramuka sertab bekerja di Departemen Pertanian. Sunardjo
Atmodipuro sendiri lahir pada pada tanggal 29 Pebruari 1909 di Blora dan meninggal
pada tanggal 31 Mei 1979.
Pengetahuan terkait lambang Gerakan Pramuka juga menjadi salah satu materi dalam
Syarat Kecakapan Umum (SKU). Yaitu dimulai dari SKU Siaga Mula, SKU Siaga
Bantu, SKU Siaga Tata serta SKU Penggalang Ramu.
Seperti itulah yang bisa kami ulas dari materi pramuka dasar untuk kelompok Pramuka
Siaga, Penggalang, Penegak dan Pembina. Semoga bermanfaat.
Macam-macam Simpul
Pramuka memang sudah tidak asing dengan kata Simpul namun
masih banyak anggota pramuka khususnya penggalang masih belum tau
bagaimanakah cara membuat simpul simpul tersebut.
Dalam tali temali, kita sering mencampur adukan antar tali, simpul dan ikatan. Hal ini
sebenarnya berbeda sekali. Berikut perbedaannya :
TALI = bendanya
SIMPUL = antara tali dengan tali
IKATAN = tali dengan benda lain (umpamanya dengan kayu dan sebagainya)
PEMELIHARAAN TALI
Pada jaman sekarang memang banyak tali tahan lapuk, umpamanya; tali plastic.
Akan tetapi tidak jarang pula, kita akan menemukan tali yang mudah sekali lapuk. Untuk
hal ini, kita perlu merawatnya dengan teliti.
Beberapa jenis tali yang digunakan umumnya pada kepramukaan
adalah tali yang terbuat dari bahan nylon, yang mempunyai kelemahan
dan kekurangan. Kelebihannya antara lain:
a. Ringan dan mudah diatur
b. Mudah dibuat simpul dengan kekuatan tarik yang merata
c. Mempunyai elastisitas yang tinggi dan meredan sentakan
d. Menyerap sedikit air
Agar tali tahan lama dan dapt dipergunakan untuk jangka waktu
yang panjang tali harus dan perlu diberi perlakuan khusus setelah
dipakai kegiatan. Lakukan beberapa langkah berikut untuk pemeliharaan
tali:
1. Kotoran/kerikil yang melekat pada tali dicuci dengan air dingin (tidak
tahan terhadap panas) dan dikeringkan di tempat yang tidak terkena
matahari langsung (diangin-anginkan).
2. Tali harus dijauhkan dari bahan-bahan yang merusak tali, misalnya; air
accu, oil, minyak, bahan-bahan kimia,dll.
3. Penyimpanan tali pada tempat/ruangan tertentu yang terhindar dari
cahaya matahari secara langsung, dan diusahakan sirkulasi udara lancar
dengan kelembaban rendah.
4. Tali disimpan dalam keadaan kering dan digantung dalam bentuk
lingkaran atau gulungan yang secara sederhana dan mudah diurai
kembali
Hasil bentukan dari tali, yaitu terdiri dari: simpul, ikat dan jerat. Simpul,
ikatan, maupun jerat yang baik dan benar adalah simpul, ikatan, dan
jerat yang dapat digunakan dengan kuat, tidak mudah lepas dan mudah
untuk dilepas kembali. Dan kita akan membahasnya satu persatu.
A. SIMPUL
Simpul merupakan hasil bentukan dari tali atau dua utas tali.
Macam-macam dari simpul yaitu:
1. Simpul hidup/ topi
Simpul hidup
Simpul hidup berfungsi untuk mengikat suatu benda akan tetapi untuk
melepasnya tidak susah biasanya di gunakan untuk mengikat
hewan cara membuat
Lingkarkan ujung tali pada benda yang hendak ditali dari sebelah bawah
benda(gambar 1)
Lintaskan ujung tali di belakang badan tali (gambar 2)
Lingkarkan ujung tali sekali lagi pada benda yang hendak ditali dari sebelah atas
benda (gambar 3)
Selipkan ujung tali sehingga sama dan sejajar dengan badan tali (gambar 4)
Tarik kedua ujung tali sehingga simpul mengencang.
Di samping cara tersebut di atas, bisa juga dengan langkah lain seperti gambar
berikut:
Bagi dua tali dan lingkarkan pada benda yang hendak ditali
Tarik kedua badan tali (lihat tanda panah), sehingga seluruh tali masuk ke dalam
sosok
Cara kedua ini tampak lebih mudah dan cepat namun memiliki keterbatasan terutama jika
badan tali terlalu panjang akan sehingga memakan waktu ketika menarik badan tali hingga
masuk ke dalam sosok. Karena itu cara kedua hanya direkomendasikan jika tali tidak terlalu
panjang.
Fungsi : Gunanya Untuk membuat tanduk darurat atau
mengikat ember/timba.
5. Simpul Tarik
Simpul tiang (bowline knot) menhasilkan loop tali yang tidak bisa membesar/
mengecil lagi. Kegunaannya antara lain:
Menambatkan tali pada tiang/ benda.
Mengikat leher binatang agar tidak tercekik.
Jika 2 simpul tiang dihubungkan bisa juga digunakan untuk menyambung tali.
Cara membuat simpul tiang:
Fungsi : Gunanya Untuk turun kejurang atau dari atas pohon.
6. Simpul Laso
Cara membuat:
Buatlah sosok pada ujung utas tali yang berukuran lebih besar (dalam gambar, tali
berwarna biru)
Masukkan ujung tali yang lebih kecil (merah) ke dalam sosok tali besar (biru) dari
arah bawah
Belitkan ujung tali kecil (merah) di bawah tali biru
Sisipkan ujung tali merah ke bawah badan tali itu sendiri (gambar 3)
9. Anyaman rantai
Cara membuatnya:
Fungsi : Gunanya agar tali pintalan pada ujung tali tidak mudah lepas.
11. Simpul Tiang
Untuk membuat simpul tiang caranya tidak sulit. Perhatikan terlebih dahulu gambar
berikut:
Simpul nelayan, simpul kembar, simpul inggris, simpul portugis (fisherman's knot)
sebenarnya merupakan gabungan dari dua buah simpul hidup pada masing-
masing ujung dari dua utas tali. Sehingga cara membuat simpul ini sebenarnya
sangat mudah dan tidak sulit.
Fungsi : Gunanya untuk memendekkan tali tanpa pemotongan.
14. Simpul Tambat
Simpul tambat juga berfungsi sebagai awalan pada simpul simpul yang
lainnya
seperti simpul palang dan simpul silang
cara membuat
Fungsi : Gunanya untuk menarik benda yang cukup besar.
16. Simpul Gulung
Fungsi : Gunanya Untuk diikatkan pada tali penarik agar orang
lain dapat membantu menarik.
Gambar (step)
17. Simpul Kursi
Fungsi : Gunanya untuk mengangkat atau menurunkan benda atau
orang pingsan .
18. Simpul Pengunci
Fungsi : simpul yang dibuat untuk menghindari lepasnya ujung
atau ekor tali dari ikatan yang berbentuk lingkaran pada tali tersebut.
19. Simpul Prusik
Fungsi :gunanya untuk naik tali
20. Simpul Tiang Berganda
Fungsi :Gunanya Untuk mengangkat atau menurunkan benda/manusia.
21. Simpul Tangga Tali
Fungsi : Gunanya Untuk membuat tangga tali.
Tambahan:
Simpul silang fungsinya hampir sama dengan simpul palang namun
simpul silang lebih cepat dan lebih kuat
cara membuat
B. IKATAN
Ikatan merupakan bentukan tali yang digunakan untuk mengikat dua
benda. Macam-macam dari ikatan yaitu:
cara membuat
Fungsi : Untuk mengikat tiga tiang dalam pembuatan kaki tiga, jemuran.
2. Ikatan Palang
Ikatan palang
Ikatan palang berguna untuk mengencangkan kedua tongkat vertikal
dan horizontal sehingga kedua tongkat tersebut menjadi rapat dan sulit
dilepaskan.
cara membuat
Tips : agar tongkat tersambung dengan kuat setiap dua kali lilitan tarik
tali sekuat kuat nya
D. PIONEERING
Menurut asal katanya, pionering berarti bangunan darurat, yakni pembuatan suatu bentuk
bangunnan dengan menggunakan alat dasar tali dan tongkat. Seorang anggota pramuka
diharapkan memilikii ketrampilan khusus dalam menggunakan alat ini, karena keduanya
merupakan alat-alat dasar yang sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari dikarenakan
multifungsinya dan dikarenakan sangat sisematisnya.
Beberapa jenis tali yang digunakan umumnya pada kepramukaan adalah tali yang
terbuat dari bahan nylon, yang mempunyai kelemahan dan kekurangan. Kelebihannya
antara lain:
a. Ringan dan mudah diatur
b. Mudah dibuat simpul dengan kekuatan tarik yang merata
c. Mempunyai elastisitas yang tinggi dan meredan sentakan
d. Menyerap sedikit air
Serta kekurangan dari nylon yaitu:
a. Tidak tahan terhadap panas
b. Mudah meleleh pada temperature yang tinggi
Agar tali tahan lama dan dapt dipergunakan untuk jangka waktu yang panjang tali
harus dan perlu diberi perlakuan khusus setelah dipakai kegiatan. Lakukan beberapa
langkah berikut untuk pemeliharaan tali:
1. Kotoran/kerikil yang melekat pada tali dicuci dengan air dingin (tidak tahan terhadap panas)
dan dikeringkan di tempat yang tidak terkena matahari langsung (diangin-anginkan).
2. Tali harus dijauhkan dari bahan-bahan yang merusak tali, misalnya; air accu, oil, minyak,
bahan-bahan kimia,dll.
3. Penyimpanan tali pada tempat/ruangan tertentu yang terhindar dari cahaya matahari
secara langsung, dan diusahakan sirkulasi udara lancar dengan kelembaban rendah.
4. Tali disimpan dalam keadaan kering dan digantung dalam bentuk lingkaran atau gulungan
yang secara sederhana dan mudah diurai kembali
Hasil bentukan dari tali, yaitu terdiri dari: simpul, ikat dan jerat. Simpul, ikatan,
maupun jerat yang baik dan benar adalah simpul, ikatan, dan jerat yang dapat digunakan
dengan kuat, tidak mudah lepas dan mudah untuk dilepas kembali.
Sekian posting dari saya kali ini semoga bisa bermanfaat bagi kalian
semua dan bisa membantu kalian dalam kegiatan pramuka
mohon maaf atas kesalah kata dan segala kekurangan saya, karena
kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa :)
SALAM PRAMUKA!!!!
Mengenal Ragam Perkemahan Pramuka
Sebagai salah satu pendidikan di luar sekolah yang mampu bertahan di segala jaman,
Pramuka dinilai dapat menjadi benteng dalam mendidik dan membina generasi muda
dengan jiwa tangguh, terampil, cerdas dan disiplin. Dalam kegiatan tersebut, para
anggota bukan hanya menerima materi atau isi pelajaran melainkan juga memiliki
kesempatan belajar menumbuhkan sikap-sikap dan perbuatan yang baik untuk
membentuk karakter dan kekuatan jasmani. Kepramukaan memiliki berbagai aspek
pembelajaran mulai dari segi spiritual, emosional, sosial, jasmani dan rohani, yang
diperoleh dari beragam kegiatan. Pada setiap kegiatannya bisa dilakukan secara individu
maupun kelompok, seperti dalam kegiatan perkemahan pramuka.
Banyak kegiatan dalam kepramukaan baik indoor maupun outdoor. Pada kelompok
anggota pramuka pemula atau yang biasa disebut Siaga , kegiatan lebih banyak
dilakukan di dalam lingkungan sekolah. Sedangkan kelompok anggota dari penggalang
hingga tingkat yang lebih tinggi lagi, sudah bisa mengikuti kegiatan di luar lingkungan
sekolah.
Berdasarkan penjelasan dalam situs Wikipedia, ada banyak sekali jenis kegiatan
perkemahan Pramuka yang terbagi berdasarkan waktu pelaksanaan, tempat, tujuan, serta
jumlah peserta. Dari bermacam-macam perkemahan tersebut, 3 diantaranya adalah :
Seperti namanya, persami dan perkajum yang berlangsung selama 2 hari 1 malam ini
masuk dalam kelompok perkemahan berdasarkan waktu pelaksanaan. Jenis perkemahan
ini biasanya banyak digelar oleh anggota pramuka tingkat siaga hingga penggalang,
dalam satu sekolah. Kegiatan maupun acara yang disusun dalam persami dan perkajum
juga disesuaikan dengan tingkatan para anggota. Persami dan Perkajum juga sering
dilakukan untuk agenda pelantikan atau kenaikan tingkat anggota dengan berbagai
kegiatan yang menguji fisik dan mental para pesertanya. Jenis perkemahan ini bisa
dilakukan di dalam atau di luar lingkungan sekolah.
2. Perkemahan Lomba
Perkemahan yang diikuti oleh anggota pramuka mulai dari tingkat penggalang atau usia
SMP keatas ini, terbagi berdasarkan tingkat penyelenggaraan yakni tingkat gugus depan
(antar sekolah), tingkat kwartir ranting (kecamatan), kwartir cabang (kabupaten/kota),
kwartir daerah (provinsi), hingga kwartir nasional. Perkemahan lomba diisi oleh
berbagai materi perlombaan seperti ketangkasan, keterampilan, patriotisme,
pengetahuan kepramukaan serta seni budaya. Pada setiap kegiatan lomba akan diambil
beberapa regu putera dan regu puteri untuk diseleksi guna menyandang gelar juara 1, 2
dan 3 serta juara umum.
3. Perkemahan Jambore
Jambore adalah pertemuan Pramukan Penggalang dalam bentuk perkemahan besar yang
diselenggarakan oleh Kwartir Gerakan Pramuka mulai tingkat paling ranting sampai
tingkat nasional. Bahkan di dunia pun juga diselenggarakan kegiatan serupa yang
disebut Jambore Dunia (World Scout Jamboree). Sejak penyelenggaraan pertama di
Inggris pada tahun 1920 hingga sekarang, sudah berlangsung 23 kali Jambore dunia.
Dari ketiga jenis perkemahan diatas, yang jumlah pesertanya sangat banyak adalah
perkemahan lomba dan perkemahan jambore sehingga tempat penyelenggaraan
perkemahan biasanya mengambil lokasi di Bumi Perkemahan, atau tempat wisata yang
memiliki area luas.
Sebagai lokasi yang memang diperuntukkan bagi kegiatan camping, bumi perkemahan
sudah pasti memiliki sarana dan prasarana penunjang kegiatan. Ada juga tempat wisata
yang menyediakan area perkemahan atau camping ground dengan fasilitas lengkap
sehingga peserta tidak perlu direpotkan dengan memasak makanan dan minuman
sendiri. Seperti Citra Alam yang bisa memfasilitasi kegiatan perkemahan Pramuka baik
Persami, Perkajum, Perkemahan Lomba dan Jambore. Para peserta dapat lebih fokus
dengan seluruh kegiatan meski tetap bisa melatih kemandirian, disiplin, solidaritas dan
interaksi dengan sesama serta lingkungan sekitar.