Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

D DENGAN POST SEKSIO


SESAREA ATAS INDIKASI KALA II LAMA HARI KE 2-5
DI RUANG DELIMA RSUD
CIAMIS TAHUN 2016

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan


Program Studi Diploma III Keperawatan

Disusun oleh :
SITI NURJANAH
NIM : 13DP277049

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
CIAMIS
2016
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. D DENGAN POST SEKSIO SESAREA ATAS
INDIKASI KALA II LAMA HARI KE 2-5
DI RUANG DELIMA RSUD CIAMIS
TAHUN 20161

Siti Nurjanah2, . Rosmiati3

INTISARI

Di negara-negara maju, angka seksio sesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun


yang lalu menjadi 15 %. Banyak peneliti mengatakan bahwa sebenarnya angka kesakitan
dan kematian ibu pada tindakan operasi seksio sesarea lebih tinggi dibandingkan dengan
persalinan normal. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000
kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan
persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. Ada beberapa indikasi dari seksio
sesarea, salah satunya adalah Kala II lama yang artinya adalah persalinan yang
berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18 jam pada multigravida.
Dilatasi serviks di kanan garis waspada persalinan fase aktif.
Tujuan penulisan adalah untuk memperoleh pengalaman secara nyata dalam
asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-
spiritual dengan pendekatan proses keperawatan, metode penulisan yang digunakan
dengan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus melalui pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi.
Selama penulis melakukan Asuhan Keperawatan pada Ny. D dari hari ke 2-5 penulis
menemukan diagnosa keperawatan diantaranya : Nyeri berhubungan dengan adanya
luka terbuka post SC, ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan adanya
bendungan ASI, kurang perawatan diri berhubungan dengan kurangnya pengetahuan,
resiko infeksi berhubungan dengan adanya jahitan luka terbuka.. Setelah penulis
melakukan asuhan keperawatan selama 4 hari yang dimulai dari tanggal 16 Juni – 19
Juni 2016 dari ke empat diagnosa tersebut, satu diagnosa baru teratasi sebagian yaitu
nyeri berhubungan dengan adanya luka pembedahan.

Kata Kunci : Seksio Sesarea, Kala II


Lama Kepustakaan : 19 buah (2009-2015)
Keterangan : 1 judul, 2 Nama mahasiswi Prodi D III Keperawatan, 3 pembimbing
Dosen STIKes Muhammadiyah Ciamis

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjelang masa persalinan, ibu hamil tentulah menginginkan

persalinan dilakukan dengan cara normal. Karena persalinan normal

merupakan cara terbaik untuk melahirkan dimana resiko dan efek

yang dihasilkan sangat minim. Namun meskipun demikian, jika

persalinan tidak berjalan sesuai yang diharapkan, maka petugas

medis akan melakukan beberapa tindakan dengan menggunakan

peralatan guna mendukung kelancaran salah satunya dengan cara

seksio sesarea yang berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang

utuh melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka Seksio

sesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %.

Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena

ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna,

sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan

anak pertama dan membatasi jumlah anak (Amelia , 2015).

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)

adalah indikator yang biasanya digunakan untuk menentukan derajat

kesehatan masyarakat. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah

upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang

1
2

memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk

kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses

membantu seseorang dengan bertidak secara sendiri-sendiri ataupun

secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan

mengenai hal-hal yang mempengaruhi kesehatan pribadinya dan

orang lain (Prawirohardjo, 2010).

Banyak peneliti mengatakan bahwa sebenarnya angka kesakitan

dan kematian ibu pada tindakan operasi seksio sesarea lebih tinggi

dibandingkan dengan persalinan normal. Angka kematian langsung

pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup.

Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan

persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World

Health Organization) menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-

15 % dari jumlah total kelahiran. Anjuran WHO tersebut tentunya

didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul akibat sesar. Baik

resiko bagi ibu maupun bayi (Nakita, 2015).

Angka Kematian Bayi (AKB) di Negara Association of South East

Asian Nation (ASEAN) seperti Singapura 3/1000 kelahiran hidup.

Malaysia 5,5/1000 kelahiran hidup. Thailand 17/1000 kelahiran hidup.

Vietnam 18/1000 kelahiran hidup dan Philipine 26/1000 kelahiran

hidup. Sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia adalah

angka tertinggi di Negara ASEAN. Kematian bayi tersebut terutama di


Negara berkembang sebesar 99% dan 40.000 bayi tersebut adalah

bayi di Negara Indonesia. (Amelia, 2015).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2014

AKB (Angka Kematian Bayi) menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB)

mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup. Sementara AKI (Angka

Kematian Ibu) mencapai 291 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam

laporan Millenium Development Goals (MDG’s) (2010). Pemerintah

dalam menurunkan AKI/AKB tersebut menyelengarakan suatu target

yang ingin dicapai pada tahun 2015 yang merupakan sasaran MDGs

yaitu AKI sebesar 102/100.000 kelahiran hidup dan AKB menjadi

24/1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2014).

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian ibu di Indonesia (trias

klasik) adalah perdarahan (28%), eklamsi (24%), infeksi (11%), faktor

lainnya antara lain : komplikasi masa nifas 8%, partus macet 5%,

abortus 5%, trauma obstetrik 5%, emboli 3% dan lain-lain 11%. Dari

angka kematian ibu, sekitar 5-15% disebabkan karena atonia uteri (50-

60%), sisa plasenta (23-24%), retensio plasenta (16-17%), laserasi

jalan lahir (4-5%), kelainan darah (0.5 %-0.8%) (Kemenkes, 2014).

Jawa Barat merupakan provinsi yang memberikan kontribusi

terbesar terhadap tingginya AKI di Indonesia. Menurut Bina Pelayanan

kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat AKI pada tahun 2014

sebanyak 312/100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu paling

banyak terjadi pada masa nifas, yaitu sebesar 35% dengan


penyebabnya adalah perdarahan post partum karena atonia uteri

(Dinas Kesehatan Jawa Barat, 2015)

Berdasarkan laporan tahunan yang didapat dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Ciamis pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu

(AKI) sebanyak 21 orang dan Angka Kematian Bayi (AKB) sebanyak

137 orang. Penyebab langsung Angka Kematian ibu yaitu pendarahan

6 orang (28,5%), eklampsia 8 orang (38,1%), partus lama 1 orang

(4,8%), infeksi 1 orang (4,8%), penyebab-penyebab lain 5 orang

(23,8%). Sedangkan penyebab langsung Angka Kematian pada bayi

yaitu BBLR 50 orang (36,5%), asfiksia 36 orang (26,3%), cacat

bawaan 23 orang (16,8%), hipotermi 1 orang (0,7%), infeksi 3 orang

(2,2), penyebab-penyebab lain 24 orang (17,5%) (Dinkes Ciamis,

2015).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD

Ciamis tahun 2015, jumlah pasien yang dirawat akibat penyulit

persalinan dengan diagnosa Kala II Lama adalah sebanyak 229 orang

dengan persentase 37,91 % dari 604 kasus yang menduduki peringkat

ke-2 dari 5 besar penyakit, untuk lebih jelasnya bisa di lihat pada tabel

dibawah ini :
Tabel 1.1 Data 5 Besar Penyulit Persalinan Rawat Inap Bagian
Obstetri dan Ginekologi di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis Tahun 2015

NO DIAGNOSA JUMLAH %
1 KPD 274 45,36
2 Kala II Lama 229 37,91
3 PPT 49 8,11
4 DKP 38 6,29
5 Lintang 14 2,32
TOTAL 604 100

Berdasarkan data yang diperoleh dari Medical Record RSUD

Ciamis Periode Bulan Januari-Mei Tahun 2016, jumlah pasien yang

dirawat akibat penyulit persalinan dengan diagnosa Kala II Lama

adalah sebanyak 60 orang dengan persentase 30 % dari 200 kasus

dan menduduki peringkat ke-2 dari 5 besar penyakit, untuk lebih

jelasnya bisa di lihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.2 Data 5 Besar Penyulit Persalinan Rawat Inap Bagian


Obstetri dan Ginekologi di Ruang Delima Rumah Sakit Umum
Daerah Ciamis Tahun 2016
NO DIAGNOSA JUMLAH %
1 KPD 108 54
2 Kala II Lama 60 30
3 PPT 19 9,5
4 DKP 7 3,5
5 Lintang 6 3
TOTAL 200 100

Berdasarkan hasil dari data tabel di atas, penyulit persalinan

dengan diagnosa Kala II Lama dari tahun 2015-2016 selalu berada

peringkat ke-2 dari 5 besar penyulit persalinan. Mengingat efek yang di

timbulkan akan mengakibatkan dampak yang buruk dalam persalinan


dan resiko dilakukannya seksio sesarea, maka perawat sebagai

pelaksana tindakan keperawatan mempunyai peran yang sangat

penting dalam meningkatkan kualitas tindakan keperawatan pada ibu

dengan indikasi Kala II Lama. Sehingga dapat mengurangi angka

morbiditas dan mortalitas serta komplikasi dari penyulit persalinan Kala

II Lama.

Kementerian Kesehatan telah melakukan upaya mengatasi

masalah dalam menurunkan AKI diantaranya mendekatkan jangkauan

pelayanan kebidanan pada masyarakat, dibangunnya Pondok Bersalin

Desa (Polindes) di setiap desa dapat dimanfaatkan untuk

meningkatkan cakupan dan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta

persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan

melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga

kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan

(SpOG), dokter umum, dan bidan (Kemenkes, 2013).

Persalinan kala II lama atau di sebut juga partus tak maju adalah

suatu persalinan dengan his yang adekuat namun tidak menunjukkan

kemajuan pada pembukaan servik, turunnya kepala dan putaran paksi

selama 2 jam terakhir. Pengertian dari partus lama adalah persalinan

yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primigravida dan lebih dari 18

jam pada multigravida. Dilatasi serviks di kanan garis waspada

persalinan fase aktif (Prawirohardjo, 2010).


Faktor penyebab menurut Prawirohardjo (2010) sebab-sebab

persalinan kala II lama dapat digolongkan menjadi 3 yaitu yang

pertama Kelainan Tenaga (Kelainan His). Jenis-jenis kelainan his yaitu

meliputi inersia uteri, incoordinate uterine action. Disini sifat his

berubah, tonus otot uterus meningkat, juga di luar his dan kontraksinya

berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara

kontraksi. yang kedua kelainan janin dan kelainan jalan lahir. Kelainan

dalam bentuk atau ukuran jalan lahir bisa menghalangi kemajuan

persalinan atau menyebabkan kemacetan.

Dampak Persalinan kala II lama meliputi bahaya bagi ibu, dapat

menimbulkan efek berbahaya baik terhadap ibu maupun anak.

Beratnya cedera meningkat dengan semakin lamanya proses

persalinan sehingga menimbulkan resiko kenaikan pada insidensi

atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi, kelelahan ibu dan shock.

Angka kelahiran dengan tindakan yang tinggi semakin memperburuk

bahaya bagi ibu, kemudian bahaya bagi janin. Semakin lama

persalinan, semakin tinggi morbiditas serta mortalitas janin dan

semakin sering terjadi keadaan seperti asfiksia, trauma celebri yang

disebabkan oleh penekanan pada kepala janin, cedera akibat tindakan

ekstraksi dan rotasi dengan forceps yang sulit, pecahnya ketuban lama

sebelum kelahiran.

Pandangan Islam tentang persalinan, setiap wanita yang hendak

melahirkan mengalami cobaan yang begitu berat apalagi ketika


mengalami kesulitan ketika melahirkan sebagaimana dalam al-qur’an

surah ayat al-qur’an tentang persalinan dimuat bersama-sama dengan

ayat tentang kehamilan, antara lain ada dalam QS. Al-Ahqaf ayat 15

yang berbunyi :

…….

Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik

kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan

susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).

mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan… (QS.

Al-Ahqaf ayat 15).

Ayat tersebut menjelaskan bahwa salah satu alasan kenapa

Allah memberi wasiat pada manusia agar berbakti pada kedua orang

tua adalah karena proses persalinan yang dialami ibu merupakan

suatu proses yang sangat berat. Pengaruh kontraksi rahim ketika bayi

mau lahir, menyebabkan ibu merasakan sangat kesakitan, bahkan

dalam keadaan tertentu, dapat menyebabkan kematian. Karena

perjuangan ibu ketika melahirkan dan resiko yang sangat berat yang

ditanggung seorang ibu, Nabi Muhammad SAW cukup bijaksana dan

memberi empati pada ibu yang meninggal karena melahirkan sebagai

syahid, setara dengan perjuangan jihad di medan perang.

Penghargaan itu diberikan Nabi Muhammad SAW sebagai rasa impati


karena musibah yang dialami dan juga beratnya resiko kehamilan dan

melahirkan bagi seorang ibu. Hal ini bukan berarti membiarkan ibu

yang akan melahirkan agar mati syahid, tetapi justru memberi isyarat

agar dilakukan upaya-upaya perlindungan, pemeliharaan kesehatan

dan pengobatan pada ibu pada masa-masa kehamilan dan

melahirkan. Namun bila ibu meninggal karena melahirkan, Allah

menilainya sebagai perjuangan dan meninggal dalam keadaan syahid.

Firman alloh dalam Surat An-Nahl ayat 78 yang berbunyi :

Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberimu

pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur” (Q.S

An-Nahl ayat 78).

Maksud ayat ini adalah Allah mengajari kalian apa yang

sebelumnya tidak kalian ketahui, yaitu sesudah Allah mengeluarkan

dari perut ibu kalian tanpa memahami dan mengetahi sesuatu apa

pun. Allah mengkaruniakan kepada kalian akal untuk memahami dan

membedakan antara yang baik dan yang buruk. Allah membuka mata

kalian untuk melihat apa yang tidak kalian lihat sebelumnya, dan

memberi kalian telinga untuk mendengar suara-suara sehingga

sebagian dari kalian memahami perbincangan kalian, serta memberi


kalian mata utuk melihat berbagai sosok, sehingga kalian dapat saling

mengenal dan membedakan.

Dampak masalah post operasi seksio sesarea atas indikasi kala

II lama terhadap kebutuhan dasar manusia diantaranya nyeri yang

dirasakan karena adanya luka post operasi, intoleransi aktifitas

berhubungan dengan kelemahan fisik dan gangguan personal hygiene

berhubungan dengan kurangnya kebersihan setelah melahirkan.

Dalam hal ini perawat berperan dalam menangani masalah tersebut,

yaitu dengan cara memberikan asuhan keperawatan post operasi

sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab profesi keperawatan.

Berdasarkan data di atas maka penulis merasa tertarik untuk

melakukan asuhan keperawatan pada persalinan. Dengan mengambil

judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. D dengan Post Op Seksio

Sesarea atas Indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5 di Ruang Delima

RSUD Ciamis Tahun 2016”.

B. Tujuan
Penulisan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penulisan adalah :

a. Penulis mampu memperoleh pengalaman secara nyata dalam

melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan post

operasi seksio sesarea atas Indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5.


b. Penulis mampu melaksanakan asuhan keperawatan secara

langsung dan komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosial-

spiritual pada klien dengan post operasi seksio sesarea atas

indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5 dengan pendekatan persepsi

keperawatan.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dari penulisan adalah :


a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan post

operasi seksio sesarea atas indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5.

b. Penulis mampu menentukan diagnosa keperawatan pada klien

dengan post operasi seksio sesarea atas indikasi Kala II Lama

Hari Ke 2-5.

c. Penulis mampu membuat rencana tindakan keperawatan pada

klien dengan post operasi seksio sesarea atas indikasi Kala II

Lama Hari Ke 2-5.

d. Penulis mampu melaksanakan tindakan keperawatan sesuai

dengan yang telah ditentukan pada ibu dengan post operasi

seksio sesarea atas indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5.

e. Penulis mampu melaksanakan evaluasi pada ibu dengan post

operasi seksio sesarea atas indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5.

f. Penulis mampu mendokumentasikan pelaksanaan asuhan

keperawatan pada klien dengan post operasi seksio sesarea

atas indikasi Kala II Lama Hari Ke 2-5.


C. Metode Penulisan dan Teknik Pengumpulan Data

Metode penulisan dan teknik pengumpulan data yang penulis lakukan

adalah sebagai berikut :

1. Metode Penulisan

Metode penulisan karya tulis yang dipergunakan oleh penulis

adalah metode deskriptif yang berbentuk studi kasus.

2. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu dengan

cara :

a. Wawancara

Yaitu melakukan wawancara dengan klien, keluarga dan tim

kesehatan lainnya sehingga data yang diperoleh lebih akurat.

b. Observasi Langsung

Yaitu pengamatan langsung pada klien, dengan menggunakan

teknik inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi.

c. Studi Dokumentasi

Yaitu sebagian data diperoleh penulis dari dokumentasi klien

diruangan, seperti catatan medis dan hasil laboratorium.

d. Studi Kepustakaan

Yaitu mencari bahan-bahan berupa teori yang diperlukan untuk

menunjang materi penulisan.

e. Partisipasi Aktif

Yaitu kegiatan penulis dalam melakukan tindakan secara

langsung terhadap klien.


D. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penyusunan karya tulis

ini, maka penulis menguraikan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan

penulisan, metode dan teknik penulisan dan sistematika

penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

Bab ini membahas tentang konsep dasar dan proses

keperawatan serta teori pada klien dengan post operasi

seksio sesarea atas indikasi Kala II Lama Hari Ke-3.

BAB III : Tinjauan Kasus dan Pembahasan

Bab ini membahas tentang tinjauan kasus yang memuat

pelaksanaan asuhan keperawatan dengan pendekatan

proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

Bab ini membahas tentang pembahasan yang memuat

kesenjangan-kesenjangan yang ditemukan dari

perbandingan antara pendekatan teoritis dan pelayanan

langsung pada kasus.

BAB IV : Simpulan dan Saran

Bab ini memuat tentang simpulan setelah melaksanakan

kegiatan asuhan keperawatan dan saran untuk perbaikan.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar

1. Seksio Sesarea

a Definisi

Seksio sesarea adalah suatu pembedahan guna

melahirkan anak lewat inisisi pada dinding abdomen dan

uterus. Proses kehamilan, persalinan, dan nifas tidak

senantiasa berlangsung secara fisologi namun dapat pula

secara patologi. Oleh karena itu pengawasan yang teliti dan

terus menerus selama berlangsungnya ketiga proses itu harus

dilakukan dengan seksama. Pengawasan bertujuan

menemukan sedini mungkin kelainan–kelainan yang dapat

mempengaruhi proses–proses tersebut, agar mendapatkan

penanganan yang sebaik–baiknya (William,R, 2011).

Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan dimana

janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan

dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta

berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2011).

Seksio sesarea adalah persalinan lama sampai

persalinan terlambat, ruptura uteri iminen, gawat janin, janin

14
15

besar melebihi 4000 gram, dan perdarahan antepartum

(Manuaba, 2010).

Seksio sesarea adalah suatu tindakan operatif untuk

mengeluarkan janin/bayi dari rongga rahim dengan cara

membuat insisi pada abdomen dan dinding uterus dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500

gram. Pada saat ini seksio sesarea menjadi trend di

masyarakat karena berbagai alasan, seperti ketakutan akan

membesarnya ukuran lumen vagina karena persalinan

pervaginam, dianggap lebih praktis dan modern serta mengikuti

jaman, atau sebagai upaya mengurangi kesakitan dalam

proses persalinan (Amelia, 2012).

b Etiologi

1) Etiologi yang berasal dari ibu

Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primi para

tua disertai kelainan letak ada, sejarah persalinan dan

kehamilan yang buruk, terdapat kesempitan panggul,

plasenta previa terutama pada primigravida.

2) Etiologi yang berasal dari janin

Fetal disstres atau gawat janin, mal presentasi dan mal

posisi kedudukan janin, prolapsus tali pusat dengan

pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau

forseps ekstraksi.
c Patofisiologi
SEKSIO SESAREA (SC)
Indikasi SC (1960) Well Born
Baby
Iindikasi klinis
 SC letak sungsang
 SC perdarahan anterpartum
Indikasi Klasik  Kehamilan prematuritas
Prolong/neglected labour
Gawat janin
 Kehamilan resiko tinggi
Berat badan bayi 4000 g  Kehamilan ganda
 Pre-eklamsia/eklamsia
 Kegagalan induksi
 Seksio berulang
 Lain-lain permintaan SC
Faktor Pendukung Seksio sesarea
Kemampuan teknik operasi
Anestesia
Antibiotik bervariasi
Keseimbangan elektrolit
Transfusi darah
Perawatan pasca operasi lebih tinggi
Ternyata SC dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi.

Upaya Menurunkan Tindakan Seksio


Sesarea
Liberalisasi Seksio Sesarea  Memberikan kesempatan pasien SC
 Tindakan SC di atas 20% perlu sebelumnya mengalami persalinan per
dilakukan evaluasi vagina
 Beberapa klinik SC dapat melebihi  Evaluasi periodik indikasi
30%  Mempertajam indikasi seksio untuk
meningkatkan tanggung jawab moral
profesional
 Meningkatkan honor persalinan per
vagina

Well Born Baby dan Well Health Mother


 Mempertinggi kemampuan profesional (pertajam indikasi seksio sesarea, persalinan bayi dalam
waktu 2 menit dan hindari hipoglikemia).
 Menempatkan seksio sesarea tindakan paling konservatif dalam obstetri.

Gambar 2.1 Patway Seksio Sesarea


(Manuaba, 2010)

d Tipe-tipe seksio sesarea

1) Seksio sesarea segmen bawah (SCSB)

Insisi melintang yang dilakukan pada segmen bawah uterus

karena segmen bawah uterus tidak begitu banyak


mengandung pembuluh darah dibandingkan segmen atas

sehingga resiko perdarahan lebih kecil.

2) Seksio sesarea klasik

Insisi klasik hanya kadang-kadang dilakukan. Cara ini

dikerjakan kalau segmen bawah tidak terjangkau karena

adanya pelekatan atau rintangan plasenta.

(Manuaba,

2010) e Indikasi

1) Plasenta previa

2) Letak janin yang tidak stabil dan tidak bisa dikoreksi

3) Riwayat obstetrik yang jelek

4) Cephalopelpic Disproportion (CPD)

5) Infeksi herpesvirus tipe II (genital)

6) Riwayat seksio sesarea klasik

7) Diabetes (kadang-kadang)

8) Presentasi bokong (kadang-kadang)

9) Penyakit atau kelainan yang berat pada

janin (Manuaba, 2010)

Seksio sesarea emergensi dilakukan untuk :

1) Induksi persalinan yang gagal

2) Kegagalan dalam kemajuan persalinan

3) Penyakit fetal atau maternal

4) Diabetes atau preeklamsia yang berat


5) Persalinan macet

6) Perdarahan hebat dalam persalinan

7) Tipe tertentu malpresentasi janin dalam

persalinan (Manuaba, 2010)

f Komplikasi

1) Infeksi peurperal

Komplikasi ini bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama

beberapa hari dalam masa nifas, bersifat berat seperti

peritonitis, sepsis.

2) Perdarahan

Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan

jika cabang-cabang arteri ikut terbuka, atau karena atonia

uteri.

3) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,

embolisme paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.

4) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak, ialah kuatnya

perut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan

berikutnya bisa terjadi ruptura uteri.

2. Kala II lama

a Definisi

Kala II lama adalah persalinan yang sudah dipimpin

mengejan pada primigravida dibatasi 2 jam dan diperpanjang

sampai 3 jam apabila digunakan analgesia regional, sedangkan


pada multigravida dibatasi 1 jam dan diperpanjang sampai 2

jam apabila digunakan analgesia regional (Prawiroharjdo,

2010).

Diagnosis kala II lama yaitu pembukaan serviks lengkap,

dilatasi serviks di kanan garis waspada pada partograf, kondisi

ibu ingin mengedan tetapi tidak ada kemajuan persalinan.

b Etiologi Kala II Lama

Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010), sebab-

sebab terjadinya kala II lama ini sangat kompleks dan

tergantung pada pengawasan saat hamil, pertolongan

persalinan yang baik dan penatalaksanaannya. Faktor-faktor

penyebabnya adalah :

1) Kelainan letak janin.

2) Kelainan-kelainan panggul.

3) Kelainan his.

4) Pimpin partus yang salah.

5) Janin besar atau ada kelainan kongenital.

6) Primitua.

7) Perut gantung, grandemulti.

8) Ketuban pecah dini.

Menurut Prawiroharjdo (2010), sebab-sebabnya dapat

dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :

1) Kelainan tenaga (kelainan his)

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya


menyebabkan kerintangan pada jalan lahir yang lazim

terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi

sehingga persalinan mengalami hambatan atau

kemacetan.

2) Kelainan janin

Persalinan dapat mengalami gangguan atau

kemacetan karena kelainan dalam letak atau dalam

bentuk janin.

3) Kelainan jalan lahir

Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa

menghalangi kemajuan persalinan atau menyebabkan

kemacetan.

c Penatalaksanaan Kala II Lama

Menurut Saifuddin (2009), penanganan yang dapat

dilakukan pada ibu bersalin dengan kala II lama antara lain :

1) Ibu dianjurkan mengejan secara spontan.

2) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa

disingkirkan berikan oksitosin drip mulai dengan 8 tetes per

menit, setiap 15 menit ditambah 4 tetes sampai his adekuat

(maksimum 40 tetes per menit).

3) Bila pemberian oksitosin drip tidak ada kemajuan dalam 1

jam, lahirkan dengan bantuan vakum atau forseps bila

persyaratan dipenuhi.
4) Lahirkan dengan sectio caesarea bila persyaratan vakum

dan forseps tidak dipenuhi.

Menurut Purwaningsih dan Fatmawati (2010),

penanganan pada kala II lama antara lain :

1) Perawatan pendahuluan

a) Suntikkan cortone 100-200 mg intra muskuler.

b) Penisilin kokain 1 juta IU intra muskuler.

c) Infus cairan larutan garam fisiologis, larutan glukosa 5-

10% pada jam pertama : 1 liter/jam.

d) Istirahat 1 jam untuk observasi, kecuali bila keadaan

mengharuskan untuk segera bertindak.

2) Pertolongan

Dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum,

ekstraksi forcep, manual aid pada letak sungsang,

emriotomi bila janin meninggal, seksio sesarea, dan lain-

lain.

Menurut Oxorn dan Forte (2010) penatalaksaan pada

kala II lama dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Disproporsi atau cincin kontriksi

Sectio caesarea merupakan

indikasi.

2) Tanpa disproporsi

a) Infus oxytocin memperbaiki kontraksi uterus

b) Pemecahan ketuban secara artifisial diperlukan jika

kantong ketuban masih utuh.

c) Pasien harus ditempatkan pada meja bersalin dan


dipimpin agar mau mengejan pada setiap kali his.

d) Digunakan forceps untuk menghasillkan penurunan dan

rotasi kepala lebih lanjut.

e) Episiotomi akan mengatasi perinium yang ulet.

Kalau metode-metode ini gagal atau kalau kelahiran

pervaginam dengan tindakan dianggap terlalu traumatik bagi

kelahiran yang aman, maka tindakan sectio caesarea

merupakan pilihan yang tepat.

d Patofisiologi Kala II Lama


Kala II lama Distocia : penyulit persalinan
(his tidak adekuat, faktor janin,
faktor jalan lahir

Penurunan fungsi Penurunan kemampuan ibu


plasenta : suplai O2 untuk mengejan
kurang

Asfiksia janin Kelelahan

Peningkatan denyut Persalinan tidak maju


jantung janin

Gawat janin (janin mengalami


kegawatan hipoksia di dalam
uterus) Gangguan nutrisi

Gangguan eliminasi
Seksio sesarea
Gangguan personal hygiene

Gangguan aktivitas

Gangguan istirahat

Gambar 2.2 Patofisiologi Kala II Lama


3. Dampak masalah post partum seksio sesarea terhadap

kebutuhan dasar manusia.

Klien pada ibu post partum seksio sesarea akan mengalami

dampak terhadap kebutuhan dasar manusia sebagai mahluk

holistik diantaranya :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri

Karena adanya luka insisi akibat pembedahan yang

menyebabkan jaringan rusak pada syaraf bebas didalam

jaringan yang terus berjalan ke modula spinalis dan keotak

sehingga dipersepsikan sebagai rasa byeri dan rasa nyaman

klien terganggu (Doengoes, 2005)

b. Gangguan Pola Istirahat Tidur

Serabut nyeri merasakan system aktivitas retikulas yang

mempunyai efek yang sangat kuat dan menggiatkan seluruh

system syaraf untuk membangunkan seseorang dari tidur, oleh

karena itu istirahat dan tidur klien mengalami gangguan.

(Doengoes, 2005)

c. Gangguan Aktivitas Sehari-hari

Klien dengan operasi seksio sesarea akan menimbulkan rasa

nyeri pada daerah operasi, maka ada keterbatasan klien untuk

bergerak, sehingga menimbulkan imobilisasi, keluhan atau yang

mengakibatkan klien tidak dapat memenuhi atau menyelesaikan

aktivitas sehari-hari yang diinginkan (Doengoes, 2005).


d. Gangguan Rasa nyaman Cemas

Rasa aman cemas dapatterjadi pada klien dimana diharapkan

pada suatu yang belum diketahui sebelumnya (dianggap masih

asing oleh klien) seperti pada klien post operasi seksio sesarea

nyerinya akan menimbulkan keluhan-keluhan dan pertanyaan-

pertanyaan sehingga timbul gangguan rasa aman cemas

(Sujiyantini, 2010).

e. Potensial Terjadi Infeksi

Pada pasien post operasi seksio sesarea yang dirawat dengan

teknik septic akan memudahkan kuman mikroorganisme masuk

kedalam tubuh melalui luka sehingga beresiko untuk terjadinya

infeksi (Doengoes, 2005)

f. Gangguan Eliminasi

Pada pasien post operasi seksio sesarea terjadi retention urine,

karena terjadi retensi kandung kemih sangat distensi. Suplai

darah menurun, bakteri berkembang biak dan infeksi dapat

terjadi pada bedah ginekologi.

g. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Nyeri yang terus menerus dapat menimbulkan ransangan RAS,

kemudian dialirkan ke hipothalamus yang merupakan pusat

lapar sehingga asam lambung meningkat mengakibatkan nafsu

makan menurun (Sujiyantini, 2010).


B. Pendekatan Proses Keperawatan

Proses keperawatan yaitu merupakan rangkaian tindak asuh

keperawatan yang harus dilakukan perawat secara sistematis,

sinambung, terencana dan profesional. Mulai dari mengidentifikasi

masalah kesehatan, merencanakan tindakan, mengurangi dan

mencegah terjadinya masalah baru, melaksanakan tindakan

keperawatan hingga mengevaluasi hasil dari tindakan tersebut. Proses

keperawatan terdiri dari 5 tahap yang “Sequensial” dan berhubungan :

pengkajian diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

(Rohmah, 2009).

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan

mengidentifikasi status kesehatan klien (Mitayani, 2009).

Pengkajian terdiri dari :

a. Biodata

1) Identitas Klien

Terdiri dari identitas klien yang terdiri dari nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, status

marital, tanggal masuk RS, tanggal operasi, nomor CM,

ruang / kamar, diagnosa medis, tanggal pengkajian, alamat.


2) Identitas Penanggung Jawab

Identitas penanggung jawab terdiri dari nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan

klien, alamat.

b. Riwayat Kesehatan

1) Keluhan Utama

Keluhan yang paling menonjol dan yang paling dirasakan

oleh klien dengan post partum seksio sesarea. Pada saat

dilakukan pengkajian pada umumnya klien mengeluh nyeri

luka operasi di daerah abdomen.

2) Riwayat Penyakit Sekarang

Didalamnya terdapat keluhan dan keadaan pasien dari

rumah hingga dirawat di rumah sakit, sehingga diberikan

tindakan berdasarkan Paliatif (P) yaitu faktor utama keluhan,

Q (kualitatif) yaitu kualitas, Region (R) atau daerah

penyebaran nyeri, Safety (S) yaitu kenyamanan klien, Time

(T) yaitu waktu terjadinya keluhan.

3) Riwayat Kesehatan Dahulu

Mengenai penyakit dahulu yang dirasakan dan dialami oleh

klien yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah terdapat anggota keluarga yang mengidap penyakit

menular dan diturunkan, seperti penyakit diabetes melitus,

hipertensi, dan lain - lain.


5) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

a) Riwayat Obstetri

Riwayat kehamilan : GPA

Tabel 2.1
Riwayat
Obstetri

Berat Keadaan
Waktu Umur Jenis Tempat / Jenis
No Bayi Anak
Partus Kehamilan Partus Penolong Kelamin
Lahir Sekarang

b) Riwayat Ginekologi

Mengkaji tentang kelainan atau keluhan pada waktu

hamil yang dapat mempengaruhi keadaan sekarang.

6) Riwayat Menstruasi

Umur pertama mengalami haid, lama haid, banyaknya

perdarahan, siklus, HPHT, taksiran persalinan, dan usia

kehamilan.

7) Riwayat Perkawinan

Umur klien dan suami pada waktu nikah, lama menikah,

berapa kali menikah.

8) Riwayat Kontrasepsi

Mengenai jenis kontrasepsi yang digunakan sebelum hamil,

waktu dan lamanya penggunaan, masalah yang dihadapi

dengan menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang

direncanakan setelah persalinan sekarang.


9) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat yang berisi tentang keadaan klien selama

kehamilan sekarang yaitu: keluhan saat kehamilan,

pergerakan janin, keadaan janin, kebiasaan memeriksakan

kehamilan, tempat pemeriksaan, immunisasi.

10)Riwayat Persalinan Sekarang.

Riwayat klien dari mulai merasakan tanda – tanda persalinan

kemudian diperiksa oleh dokter atau bidan dan diketahui

hasil pemeriksaannya yang apabila keadaan gawat,

langsung dirujuk ke rumah sakit untuk dilakukan tindakan

selanjutnya.

11)Riwayat Nifas Sekarang

Di kaji ada tidaknya perdarahan, bau, dan keluhan pada

daerah luka post operasi pada saat bergerak.

c. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum

Mengkaji tentang kesadaran klien, tanda-tanda vital

(temperatur, nadi, respirasi dan tekanan darah), BB, TB.

2) Sistem Integumen

Suhu tubuh, lesi dan dekubitus, keadaan luka operasi, skala

nyeri, turgor, striae gravidarum, warna rambut, penyebaran

rambut, kebersihan kulit kepala dan rambut, keadaan dan

warna kuku klien.


3) Sistem Sensori

a) Mata

Keadaan konjungtiva, sklera, pupil, reflek terhadap

cahaya, alat bantu penglihatan, dan keluhan.

b) Telinga

Bentuk, fungsi pendengaran, kebersihan, alat bantu yang

di gunakan dan keluhan.

c) Hidung

Bentuk, fungsi penciuman, kebersihan, alat yang

terpasang dan keluhan.

d) Mulut

Mukosa bibir, kondisi gigi, fungsi pengecapan dan

menelan, kondisi lidah dan keluhan.

e) Leher

Peninggian jugularis vena pressure, pembesaran kelenjar

getah bening, kelenjar thyroid dan keluhan.

4) Sistem Pernapasan

Bentuk dada, rasio pernafasan inspirasi dan ekspirasi, pola

nafas, frekuensi pernafasan, bunyi pernafasan, kebersihan

dan keluhan.

5) Sistem Kardiovaskuler

Tekanan darah, nadi, capillary refilling time, denyut nadi,

bunyi jantung.
6) Sistem Gastrointestinal

Bising usus frekuensi 4-8 kali/menit

7) Sistem Perkemihan

Alat yang terpasang, warna urine, volume urine.

8) Sistem Muskuloskeletal

Ekstremitas atas : bentuk dan ukuran, alat yang terpasang.

Ekstremitas bawah : oedema, bentuk dan ukuran, disertai

keluhan.

9) Sistem Persyarafan

Glasgow Coma Scale, fungsi saraf cranialis dari I sampai XII.

10)Sistem Endokrin

Apakah klien mempunyai riwayat Diabetes Melitus,

pembesaran kelenjar thyroid, kelenjar getah bening dan

gangguan hormonal lain.

11)Sistem Reproduksi

a) Mamae

Bentuk, keadaan puting susu, keluhan.

b) Genetalia

Bentuk, loche dan warna, bau dan kebersihan.

c) Uterus

Tinggi Fundus Uteri.


d. Aktivitas sehari -
hari

1) Nutrisi dan cairan

a) Nutrisi

Kaji tentang jenis, frekuensi, pantangan, keluhan yang

dirasakan.

b) Cairan

Kaji tentang jenis, frekuensi, jumlah per hari, keluhan.

2) Eliminasi

a) Buang Air Besar

Kaji tentang frekuensi, konsistensi, warna, dan keluhan.

b) Buang Air Kecil

Kaji tentang frekuensi, warna, alat yang terpasang dan

keluhan.

3) Istirahat Tidur

Dikaji tentang lamanya tidur, dan keluhan.

4) Personal Hygiene

Dikaji tentang mandi, mencuci rambut, gunting kuku, gosok

gigi, ganti pakaian dan keluhan.

5) Aktivitas

Dikaji tentang aktivitas sehari – hari, dan keluhan.

e. Aspek Psikososial

Mengkaji tentang status emosi klien, konsep diri (body image,

identitas klien, peran, ideal diri, dan harga diri).


f. Aspek Sosial

Kaji tentang komunikasi klien dengan keluarga dan petugas

kesehatan.

g. Aspek Spiritual

Mengkaji apa agama klien, keadaan ibadah klien sebelum sakit

dan sesudah nifas.

h. Pengetahuan Klien dan Keluarga Mengenai:

1) Immunisasi

2) Perawatan payudara

3) Teknik pemberian ASI

4) KB

i. Data Penunjang

1) Hasil pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan yang meliputi Darah, Urine, Rontgen

2) Obat - obatan therapy

Obat - obatan yang diberikan oleh dokter kepada klien

sesuai dengan penyakitnya.

2. Analisa Data

Pengelompokan data adalah pengelompokan data - data klien

atau keadaan dimana klien mengalami permasalahan kesehatan

atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya setelah

data dikelompokan maka perawat dapat mengidentifikasi masalah

keperawatan klien dan merumuskannya.


Dari data yang dikumpulkan, maka perawat dapat

mengidentifikasi daftar kebutuhan dan masalah klien dengan

menggambarkan adanya sebab akibat yang digambarkan sebagai

pohon masalah (Nursalam, 2008).

3. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respon manusia (status kesehatan atau resiko

perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat

secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan

menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Nursalam,

2008).

Menurut Marilynn G. Doenges dan M.F. Moorhouse bahwa

kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post

operasi seksio sesarea karena Kala II lama adalah sebagai berikut :

a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma

pembedahan.

b. Kecemasan berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.

c. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan efek-efek

anestesi.

d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan

jaringan kulit.

e. Konstipasi berhubungan dengan efek-efek anestesi.


f. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek

anestesi.

g. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan

kekuatan.

h. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.

4. Perencanaan (Tujuan, Intervensi dan Rasionalisasi)

Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses

keperawatan dimana tujuan / hasil ditentukan dan intervensi dipilih.

Rencana perawatan adalah bukti tertulis dari tahap dua dan

tiga proses keperawatan yang mengidentifikasi masalah /

kebutuhan pasien, tujuan / hasil perawatan dan intervensi untuk

mecapai hasil yang diharapkan dan menangani masalah /

kebutuhan pasien (Doengoes 2005 dalam Hartini 2014).

Menurut Gordon (1976) mendefinisikan bahwa diagnosa

keperawatan adalah “Masalah kesehatan aktual dan potensial

dimana berdasarkan pendidikan dan pengalamannya, dia mampu

dan mempunyai kewenangan untuk memberikan tindakan

keperawatan” (Nursalam, 2008).

Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku

spesifik yang diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus

dilakukan oleh perawat (Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).

Adapun perencanaan dan rasionalisasi pada klien dengan

post operasi SC atas indikasi kala II lama yaitu :


a. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma

pembedahan.

Tujuan : Kebutuhan rasa nyaman

terpenuhi Kriteria hasil : a) Nyeri tidak ada.

a) Tampak rileks.

b) Mampu tidur atau istirahat dengan tepat

Tabel 2.2
Gangguan Rasa Nyaman
Nyeri
Intervensi Rasionalisasi
1. Tentukan karakteristik dan 1. Membedakan karakteristik
lokasi ketidaknyamanan nyeri. khusus dari nyeri membantu
membedakan nyeri pasca
operasi dan terjadinya
komplikasi.
2. Obsertasi TD dan nadi
2. Nyeri dapat menyebabkan
3. Ubah posisi klien gelisah serta tekanan dari nadi
meningkat.
3. Merilekskan otot dan
mengalihkan perhatian dari
sensasi nyeri.
4. Lakukan latihan nafas dalam. 4. Meningkatkan upaya pernafasan,
menurunkan regangan dan
ketegangan area insisi,
mengurangi dari
5. Inspeksi jaringan payudara ketidaknyamanan.
dan puting 5. Pada 24 jam pasca partum,
payudara harus lunak dan tak
nyeri, nyeri dan pembesaran
payudara dapat terjadi 2 – 3 hari
pasca partum
(Doenges, 2005 dalam Hartini
2014).
b. Kecemasan berhubungan dengan ancaman pada konsep diri.

Tujuan : kecemasan tidak ada

Kriteria hasil : a) Kecemasan hilang

b) Klien dapat istirahat

c) Klien kelihatan rileks

Tabel 2.3
Kecemasa
n
Intervensi Rasionalisasi
1. Beri support 1. Memberikan dukungan
mental. emosional, dapat mendorong
pengungkapan masalah.
2. Khayalan yang disebabkan oleh
2. Berikan kurangnya informasi atau
informasi yang akurat tentang kesalahanpahaman dapat
keadaanya. meningkatkan tingkat ansietas.
3. Kelahiran sesaria mungkin
dipandang sebagai suatu
3. Tentukan kegagalan dalam hidup oleh
tingkat ansietas klien klien / pasangan dan hal
tersebut dapat memiliki dampak
negatif dalam proses ikatan /
menjadi orang tua.
(Doenges, 2005 dalam Hartini
2014).
c. Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan efek-efek

anestesi.

Tujuan : Tidak terjadi cidera

Kriteria hasil : a) Klien bebas dari komplikasi

b) Klien dapat melindungi dirinya

Tabel 2.4
Resiko Tinggi Terhadap Cidera

Intervensi Rasionalisasi
1. Anjurkan ambulasi dini dan 1. Meningkatkan sirkulasi dan aliran
latihan. balik vena dari eksemitas bawah,
menurunkan resiko pembentukan
trombus.
2. Bantu klien pada ambulansi 2. Hipotensi ortostatik dapat terjadi
awal. pada perubahan dari posisi
terlentang ke berdiri.
3. Peregangan berlebihan pada
3. Inspeksi insisi secara teratur. insisi atau pelambatan
penyembuhan dapat
menyebabkan klien cenderung
terhadap pemisahan jaringan dan
kemungkinan nemoragi.
(Doenges, 2005 dalam Hartini
2014).
d. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kerusakan

jaringan kulit.

Tujuan : Infeksi tidak terjadi

Kriteria hasil : a) Luka menunjukan awal penyembuhan.

b) klien bebas dari infeksi, tidak demam.

Tabel 2.5
Resiko Tinggi Terhadap Infeksi
Intervensi Rasionalisasi
1. Anjurkan dan gunakan teknik 1. Membantu mencegah atau
mencuci tangan. membatasi penyebaran infeksi.
2. Tinjau ulang HB / HT pranatal, 2. Anemia, diabetes dan persalinan
perhatikan adanya kondisi yang yang lama sebelum kelahiran
mempredisposisikan klien pada sesaria meningkatkan resiko
infeksi pasca operasi. infeksi dan pelambatan
3. Inspeksi insisi terhadap proses penyembuhan.
penyembuhan, perhatikan 3. Tanda-tanda ini menandakan
kemerahan, edema, nyeri, infeksi luka, biasanya
eksudat, atau gangguan disebabkan oleh streptokokus,
penyatuan. stafolokokus atau spesies
4. Bersihkan luka dan ganti balutan pseudomonas.
bila basah. 4. Lingkungan lembab merupakan
media paling baik untuk
pertumbuhan bakteri, bakteri
dapat berpindah melalui aliran
kapiler melalui balutan basah ke
luka.
(Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).
e. Konstipasi berhubungan dengan efek-efek anestesi.

Tujuan : Eliminasi

teratur Kriteria hasil : a) BAB

lancar

b) Bising usus terdengar aktif

c) Keluarnya flatus

Tabel 2.6
Konstipasi
Intervensi Rasionalisasi
1. Auskultasi terhadap adanya 1. Menentukan kesiapan terhadap
bising usus pada keempat pemberian makan peroral dan
kuadran setiap 4 jam setelah kemungkinan terjadinya
kelahiran sesaria. komplikasi.
2. Palpasi abdomen, perhatikan 2. Menandakan pembentukan gas
distensi atau ketidaknyamanan. dan akumulasi atau
kemungkinan ileus paralitik.
3. Anjurkan latihan kaki dan 3. Latihan kaki mengencangkan
pengencanganabdominal, otot-otot abdomen dan
tingkatkan ambulasi dini. memperbaiki mobilitas
4. Identifikasi aktifitas-aktifitas abdomen.
dimana klien dapat 4. Membantu dalam menciptakan
menggunakannya dirumah untuk kembali pola evakuasi normal
merangsang kerja usus. dan meningkatkan kemandirian.
(Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).
f. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan efek-efek

anestesi.

Tujuan : Pola eliminasi teratur

Kriteria hasil : a) klien dapat berkemih optimal.

b) Urine keluar teratur.

Tabel 2.7
Perubahan Eliminasi Urine
Intervensi Rasionalisasi
1. Perhatikan dan catat jumlah, 1. Oliguri (keluaran urine kurang
warna, dan konsentrasi drainase dari 30 ml/jam) mungkin
urine. disebabkan oleh efek-efek anti
diuretik dan infus oksitosin.
2. Tinggi fundus mengakibatkan
2. Palpasi kandung kemih, pantau peningkatan pengisian kandung
tinggi fundus, dan lokasi dan kemih. Menyebabkan
jumlah aliran lochea. peningkatan relaksasi uterus
dan aliran lochea.
3. Berikan cairan peroral 6 – 8 3. Cairan meningkatkan hidrasi dan
gelas per hari. fungsi ginjal, dan membantu
mecegah statis kandung kemih.
(Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).
g. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan penurunan

kekuatan.

Tujuan : Perawatan diri terpenuhi.

Kriteria hasil : a) klien dapat melakukan perawatan diri

b) klien tampak segar

Tabel 2.8
Kurang Perawatan Diri

Intervensi Rasionalisasi
1. pastikan berat / durasi 1. nyeri berat mempangaruhi
ketidaknyamanan respon emosi dan prilaku,
sehingga klien mungkin tidak
mampu terfokus pada aktivitas
2. ubah posisi klien setiap 1 – 2 jam perawatan diri.
2. Membantu mencegah komplikasi
3. berikan bantuan sesuai bedah.
kebutuhan dengan hygiene 3. Memperbaiki harga diri
(misalnya perawatan mulut, meningkatkan perasaan
mandi, gosok punggung, dan kesejahteraan.
pesineal)
(Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).
h. Gangguan pola istirahat dan tidur berhubungan dengan nyeri.

Tujuan : Kebutuhan tidur terpenuhi

Kriteria hasil : a) Klien tidur malam dan siang.

b) Tidur mencapai 8 jam perhari

c) Klien merasa segar setelah istirahat.

Tabel 2.9
Gangguan Pola Istirahat dan Tidur
Intervensi Rasionalisasi
1. Kaji pesepsi klien tentang 1. Mengidentifikasi persepsi klien
kelelahan, kebutujhan tidur, dan tentang masalah tidur.
kekurangan tidur. 2. Bantu klien dengan
2. Kaji lingkungan rumah, ukuran merencanakan periode tidur /
dan situasi keluarga, rutinitas istirahat selama siang hari,
dan ketersediaan bantuan. secara realitas, dalam jadwal
anggota keluarga.
3. Berikan informasi yang 3. Tidur dan ketidak aktifan
berhubungan dengan aspek- menurunkan laju metabolik basal
aspek positif tentang tidur dan dan memungkinkan oksigen dan
istirahat. nutrien digunakan untuk
pemulihan.
4. Anjurkan pembatasan jumlah 4. Kelelahan berlebihan dapat
dan lamanya waktu kunjungan. diakibatkan dari penggunaan
waktu kunjungan yang sering.
(Doenges, 2005 dalam Hartini 2014).

5. Implementasi

Implementasi adalah realisasi rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan dalam pelaksanan

juga meliputi pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi

respon klien selama dan sesudah pelaksanana tindakan dan

menilai data yang baru (Rohmah, 2009).

Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses

keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan

yang telah direncanakan.dalam tahap ini perawat harus


mengetahui berbagai hal diantaranya bahaya fisik dan

perlindungan terhadap pasien,tekhnik komunikas, kemampuan

dalam prosedur tindakan dan pemahaman tentang hak-hak

pasien.Dalam tahap pelaksanaan terdapat dua tindakan yaitu

tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Potter, 2009).

6. Evaluasi

Evaluasi adalah penilaian dengan cara membandingkan

perubahan keadaan pasien (hasil yang diamati) dengan tujuan dan

kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Rohmah,

2009).

Ada 2 jenis mengevaluasi kualifikasi tindakan keperawatan

yaitu :

a. Evaluasi Formatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan,

berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus menerus

sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai.

b. Evaluasi Sumatif

Yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan

keperawatan secara paripurna berorientasi pada masalah

keperawatan, menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan

dan rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

(Rohmah, 2009)
Adapun evaluasi yang menggunakan pendekatan dengan

format SOAPIER adalah :

S : Subjektif adalah informasi yang didapat dari pasien

O : Objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang

dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

A : Assesment (pengkajian) adalah suatu masalah atau

diagnosis keperawatan yang masih terjadi, atau juga dapat

dituliskan masalah atau diagnosis baru yang terjadi akibat

perubahan status kesehatan klien yang telah teridentifikasi

datanya dalam data subjektif dan objektif.

P : Planning adalah rencana tindakan yang diambil.

I : Implementasi adalah tindakan keperawatan yang dilakukan

sesuai dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam

komponen P (Perencanaan).

E : Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

R : Reassesment adalah pengkajian ulang yang dilakukan

terhadap perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi,

apakah dari rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimotifikasi,

atau dihentikan.

(Rohmah, 2009).
DAFTAR PUSTAKA

Al – Quran Surat Al Furqan Al-Ahqaf ayat (15) dan An-Nahl ayat (78).

Amelia, (2015). Ilmu Kebidanan Sectio Caesarea. Tersedia Dalam


http://jurnalkesehatanamelia.blogspot.com/ [Diakses 10 Juni
2016].

Dinkes Ciamis, (2015). Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten


Ciamis

Dinkes Jabar, (2015). Angka Kematian di Jawa Barat Masih tinggi.


Tersedia dalam http://www.dinkesjabar.go.id. [Diakses 10 Juni
2016].

Doengoes, M, and Frances, M.F. (2005). Rencana Keperawatan Maternal


Bayi, Edisi III. Jakarta : EGC

Fatmawati, S, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Maternitas.


Yogyakarta: Nuha Medika

Hartini, (2014). Asuhan Keperawatan paDa ny. D dengan Post Seksio


Sesarea atas Indikasi Cephalopelvic Disproportion (CPD) Hari ke
1-4 di Ruang Delima RSUD Ciamis. Tahun 2014. KTI STIKes
Muhamadiyah Ciamis

Kemenkes, (2013). Upaya Penekanan Angka kematian Ibu di Indonesia.


Tersedia dalam http://www.depkes.go.id. [Diakses 10 Juni 2016].

Kemenkes, (2014). Angka kematian Ibu di Indonesia. Tersedia dalam


http://www.depkes.go.id. [Diakses 10 Juni 2016].

Manuaba dkk. (2010). Ilmu Kandungan, penyakit kandungan, dan KB.


Jakarta: EGC.

Mitayani, S.ST. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas, Jilid I. Jakarta :


Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Proses & Dokumentasi Keperawatan : Konsep dan


Praktik. Jakarta : Salemba Medika

Oxorn, Harry dan William R. Forte. (2010). Ilmu Kebidanan, Patologi dan
Fisiologi Persalinan. Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.

Prawirohardjo. (2010). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.
_. (2011). Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Rohmah, Nikmatur at, al. (2009). Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi
(Edisi 1). Jakarta : Ar. Ruzzmedia.

RSUD Ciamis, (2016). Laporan Tahunan RSUD Kabupaten Ciamis

Sujiyatini, DKK. (2010). Asuhan Ibu Nifas ASKEB II, Cetakan I,


Yogyakarta.

William R. Forte. 2010. Ilmu Kebidanan, Patologi dan Fisiologi Persalinan.


Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.

Anda mungkin juga menyukai