Anda di halaman 1dari 13

MODEL SOSIO EKOLOGI PERILAKU KESEHATAN DAN PENDEKATAN

CONTINUUM OF CARE UNTUK MENURUNKAN ANGKA KEMATIAN IBU

Sri Sumarmi
Departemen Gizi Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur, Indonesia
Alamat Korespondensi:
Sri Sumarmi
Email: msrisumarmi@gmail.com

ABSTRACT
Maternal mortality rate is the important health indicator which is used as a component of
Nation Development Index or quality of life index in all countries in the world. It is the most sensitive
indicator among other health indicators to assess health status or quality of life in a country.
Recently, Indonesia faces an inconvenience situation when a surprise increasing of maternal
mortality rate was launched by national health survey, reflected an un-successful effort to achieve
Millenium Development Goals (MDGs) target 2015 or the Sustainable Development Goals (SDGs).
Reducing maternal mortality rate in Indonesia is a big challenge, because maternal mortality is a
multi-causes problem. Furthermore, various factors may play a role as the root causes that could not
be addressed only through health interventions, but should involve multi-sectoral approach. Base on
thus issues, this paper will discuss appropriate strategies to reduce maternal mortality in Indonesia
by combining concept of socio ecological model of health behavior and continuum of care approach.

Keywords: Maternal Mortality Rate, Socio Ecological Model, continuum of care

ABSTRAK
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator penting untuk melihat derajat kesehatan suatu
bangsa dan menjadi salah satu komponen indeks pembangunan maupun indeks kualitas hidup. AKI
merupakan indikator paling sensitif untuk menilai derajat kesehatan dan kualitas hidup suatu bangsa.
Beberapa tahun terakhir Indonesia dikejutkan dengan peningkatan AKI yang fantastis pada tahun 2015,
yang mencerminkan kegagalan dalam pencapaian target penurunan angka kematian ibu sesuai Millenium
Development Goals (MDGs) tahun 2015 atau Sustainable Development Goals (SDGs). Menurunkan angka
kematian ibu melahirkan merupakan tantangan besar bagi bangsa Indonesia, karena kematian ibu
melahirkan Indonesia disebabkan oleh multi faktor. Berbagai faktor dapat menjadi akar masalah yang
mungkin belum dapat disentuh hanya melalui program kesehatan, namun harus melibatkan berbagai sektor.
Oleh karena itu, upaya penurunan angka kematian ibu harus dilakukan dengan berbagai pendekatan dan
mengaplikasikan konsep yang bersifat komprehensif. Tulisan ini membahas strategi dalam menurunkan
AKI di Indonesia dengan memadukan konsep atau model sosio ekologi (MSE) perilaku kesehatan ( socio
ecological model of health behavior) dengan pendekatan continuum of care.

Kata kunci: Angka Kematian Ibu, Model Sosio Ekologi, continuum of care

PENDAHULUAN International Classification of Diseases


Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan (ICD)-10 definisi kematian ibu (maternal
salah satu indikator untuk melihat derajat death) adalah “kematian ibu selama masa
kesehatan perempuan dan menjadi salah satu kehamilan atau dalam waktu 42 hari setelah
komponen indeks pembangunan maupun akhir kehamilannya (pascapersalinan),
indeks kualitas hidup. Menurut dengan berbagai macam penyebab yang

©2017 IJPH. license doi: 10.20473/ijph.v12i1.2017.129-141. Received 22 August 2017, received in revised form 23 September
2017, Accepted 30 September 2017, Published online: 30 November 2017
130 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

Target MDGs

Sumber: SDKI, 2013


Gambar 1. Angka kematian ibu dari tahun 1991–2007 dan target MDG tahun
2015. (Data disajikan per 100 ribu kelahiran hidup)

berhubungan atau diperburuk oleh kehamilan salah satu tujuan (goal) dari pembangunan
atau manajemennya, akan tetapi bukan milenium atau Milenium Development
karena kasus kecelakaan (accidental) atau Goals (MDGs), menjadi tujuan yang ke 5
yang terjadi secara insidental” (WHO, 1999). untuk meningkatkan kesehatan ibu
Perhitungan atau angka yang paling sering (Bappenas, 2012).
digunakan untuk kematian ibu dikenal Saat ini Indonesia mengalami
sebagai maternal mortality ratio (kadang- kegagalan dalam pencapaian target
kadang salah kaprah digunakan “rate”), penurunan angka kematian ibu. Sejak tahun
adalah jumlah kematian ibu dalam suatu 1994 telah terjadi penurunan angka kematian
populasi yang terjadi dalam waktu satu tahun ibu secara bertahap dari 390 per 100 000
per 100 000 kelahiran hidup. Jumlah ini kelahiran hidup menjadi 334 per kelahiran
merupakan representasi risiko pada hidup pada tahun 1997, dan semakin turun
kehamilan tunggal (single pregnancy) (WHO pada tahun 2007 menjadi 228 per 100 000
& Unicef, 2001). kelahiran hidup (Bappenas, 2012), namun
Lebih dari setengah juta wanita berusia terjadi peningkatan drastis pada tahun 2012.
15–49 tahun meninggal karena kasus yang Berdasarkan hasil Survei Demografi dan
berhubungan dengan kehamilan dan persalinan, Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012
dan menjadi penyebab utama kematian wanita angka kematian ibu melonjak sangat
pada kelompok usia tersebut. Hampir semua signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiran
(99%) kematian ibu terjadi di negara sedang hidup.
berkembang. Penyebab dari mayoritas kasus Mencermati fakta mengejutkan
kematian ibu sesungguhnya dapat dicegah, dan mengenai tingginya angka kematian ibu di
diperkirakan lebih dari 40% wanita hamil Indonesia dalam dua tahun terakhir, hal ini
memiliki risiko kelainan obstetri yang tidak menjadi pertanyaan besar bagi kita apa yang
terlalu fatal. Sekitar 15% kelahiran terjadi menjadi penyebabnya? Bagaimana
komplikasi karena keadaan fatal yang kontribusi berbagai program di sektor
membutuhkan perawatan emergensi (WHO, kesehatan selama ini dijalankan? Fenomena
2001). Oleh karena tingginya kasus serta melonjaknya angka kematian ibu terutama
luasnya dampak dari kematian ibu maka dijumpai di beberapa daerah di Indonesia,
kematian ibu menjadi terutama di Propinsi Jawa Timur.
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 131

Menurunkan angka kematian ibu Jawa Timur merupakan salah satu


melahirkan merupakan tantangan besar bagi propinsi di Indonesia yang cukup baik
kita semua karena masalah ini tidak hanya capaiannya dalam menurunkan angka
disebabkan oleh faktor tunggal. Berbagai kematian ibu. Berdasarkan capaian tahun
faktor dapat menjadi akar masalah yang 2012 AKI di Jawa Timur mengalami
mungkin belum atau sulit disentuh melalui penurunan dari 104 per 100 000 kelahiran
program kesehatan saja. Oleh karena itu hidup pada tahun 2011, menjadi 97 per 100
upaya penurunan angka kematian ibu harus 000 kelahiran hidup. Namun demikian angka
dilakukan dengan berbagai pendekatan dan ini masih belum bisa melampaui
mengaplikasikan konsep yang bersifat keberhasilan pada tahun 2006–2007 yang
komprehensif. Tulisan ini akan membahas hanya 72 per 100 000 kelahiran hidup. Data
tentang bagaimana memadukan konsep sosio AKI di Jawa Timur disajikan pada Tabel 1.
ekologi perilaku kesehatan (socio ecological
model of health behavior) dengan Tabel 1. Data Angka Kematian Ibu di
pendekatan continuum of care. Pembahasan Provinsi Jawa Timur tahun 2006
akan difokuskan pada kasus tingginya angka s/d 2012
kematian ibu di Propinsi Jawa Timur. Tahun Angka Kematian Ibu

Angka kematian ibu di Indonesia, Jawa 2006 72/100.000 KH


Timur dan Kota Surabaya 2007 72/100.000 KH
Data angka kematian ibu di Indonesia 2008 83/100.000 KH
diperoleh dari beberapa sumber seperti data 2009 90,7/100.000 KH
sensus penduduk atau dari Survei Demografi 2010 101,4/100.000 KH
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) oleh Badan
2011 104,3/100.000 KH
Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012 97,43/100.000 KH
(SDKI) tahun 2012 angka kematian ibu Sumber: Laporan Kematian Ibu Kab/Kota se
melonjak sangat signifikan dari tahun Jatim, 2013
sebelumnya. Tabel 1 menampilkan data
mortalitas atau angka kematian ibu (AKI) di Berdasarkan laporan dari kabupaten/
Indonesia yang mengalami fluktuasi. kota, dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur,
Angka kematian ibu merupakan salah terdapat 20 Kabupaten/Kota yang mempunyai
satu sasaran MDGs yang memerlukan AKI diatas AKI Propinsi (> 97,43/100.000
upaya keras untuk mencapai target 102 per KH). Data yang sangat mengejutkan adalah
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kota Surabaya tercatat sebagai 5 Kabuaten/
Angka kematian ibu menurun dari 390 Kota dengan AKI tertinggi di Jawa Timur,
pada tahun 1991 menjadi 228 per 100.000 dengan angka 144,64 per 100 000 kelahiran
kelahiran hidup pada tahun 2007 (Gambar hidup. Kota Surabaya menempati urutan ke-5
1). WHO memperkirakan bahwa sekitar tertinggi setelah Kota Blitar (339,31 per 100
15-20 persen ibu hamil, baik di negara 000 KH), Kota Kediri (182,77 per 100 000
maju maupun berkembang akan mengalami KH), Kota Malang (164,64 per 100 000 KH),
risiko tinggi (risti) dan/atau komplikasi. dan Kabupaten Kediri (145,24 per 100 000
Salah satu cara yang paling efektif untuk KH) (BPS Propinsi Jawa Timur, 2013). Mulai
menurunkan angka kematian adalah tahun 2010 terjadi trend kenaikan angka
dengan meningkatkan pertolongan kematian ibu di Kota Surabaya dar 71 per 100
persalinan oleh tenaga kerja terlatih. 000 KH menjadi 103,9 per 100 000
132 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

KH pada tahun 2011 dan semakin Tabel 3. Angka kematian ibu di lima
meningkat pada tahun 2012 (Tabel 2). Kabupaten/Kota di Jawa Timur
Kabupaten/Kota AKI
Tabel 2. Data Angka Kematian Ibu di Kota (per 100 ribu KH)
Surabaya tahun 2009 s/d 2012
Kota Blitar 339.31
Tahun Angka Kematian Ibu Kota Kediri 182.77
2009 81,60/100.000 KH Kota Malang 164.64
2010 71,07/100.000 KH
Kabupaten Kediri 145.24
2011 103,90/100.000 KH
Kota Surabaya 144.60
2012 144,64/100.000 KH
Sumber: BPS (2013)
Sumber: Profil Kesehatan Dinkes Kota
Surabaya, 2013

Jika dibandingkan besarnya angka perlu diperhatikan angka kematian ibu di Kota
kematian ibu tahun 2012 di kota Surabaya, Surabaya. Meskipun angka kematian ibu di
Propinsi Jawa Timur dan angka nasional, Surabaya di bawah angka nasional, namun
maka angka propinsi maupun angka kota terlihat ada trend kenaikan dari tahun 2010
Surabaya masih di bawah angka nasional. hingga tahun 2012. Selain itu dibandingkan
Namun angka kematian ibu di kota angka kematian ibu di Kabupaten/Kota lain di
Surabaya lebih tinggi dibandingkan angka Jawa Timur, Surabaya menempati lima besar
kematian ibu di tingkat propinsi Jawa daerah dengan angka kematian ibu tertinggi di
Timur (Gambar 2). Jawa Timur (Tabel 3).
Berdasarkan gambar 2, terlihat bahwa Mencermati data empiris di atas, maka
angka kematian ibu di Propinsi Jawa Timur permasalahan angka kematian ibu di Jawa
jauh di bawah angka nasional dan ada trend Timur, khususnya di Kota Surabaya perlu
penurunan dari tahun 2011–2012, namun segara mendapatkan penanganan yang

Gambar 2. Perbandingan angka kematian ibu di Indonesia, Propinsi Jawa Timur dan Kota
Surabaya.
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 133

cepat dan tepat. Hal ini perlu mendapatkan Dilihat dari penyebab AKI di Jawa
prioritas penanganan karena di samping Timur tidak jauh berbeda dengan penyebab
angka kematian bayi dan neonatus, kematian ibu di daerah lain di Indonesia
masalah kematian ibu merupakan indikator maupun di negara sedang berkembang
yang sangat sensitif bagi keberhasilan lainnya. Berdasarkan laporan Dinas
upaya pelayanan kesehatan dan sebagai Kesehatan Provinsi Jawa Timur (2013),
indikator kesejahteraan masyarakat. Selain penyebab kematian ibu terbesar di Jawa
itu Surabaya semestinya menjadi barometer Timur pada tahun 2012 adalah pre-
bagi keberhasilan pelayanan kesehatan di eklampsia/eklampsia (34,88%), kemudian
Jawa Timur karena menjadi ibu kota disusul perdarahan (25,09%), infeksi
Propinsi dan sebagai pusat rujukan di (4,98%), jantung (8,08%), penyebab lain
wilayah Indonesia Timur. sebesar 26,98%.
Penyebab kematian ibu di Jawa
Penyebab Kematian Ibu Timur pada urutan pertama adalah
Penyebab kematian ibu paling banyak preeklampsia/ eklampsia, kemudian
ditemui di negara sedang berkembang perdarahan, sedangkan di negara sedang
diantaranya adalah perdarahan, sepsis, berkembang lainnya pada umumnya urutan
eklampsia, aborsi (unsafe abortion), dan pertama penyebab kematian adalah
obstruksi kelahiran. Lima besar penyebab perdarahan, disusul sepsis dan eklampsia
tersebut menyumbang lebih dari dua per tiga pada urutan ketiga. Namun dilihat dari
total angka kematian ibu di dunia. Sementara jenis penyebabnya tidak jauh berbeda.
penyebab tak langsung dari kematian ibu Kasus perdarahan yang menjadi
menyumbangkan sekitar 20% dari total penyebab kematian ibu terbesar adalah
angka kematian ibu di seluruh dunia, perdarahan post partum. Menurut WHO
termasuk kondisi atau penyakit yang sudah (1999) yang dimaksud perdarahan post
menyertai ibu sebelumnya ( preexisting partum adalah kehilangan darah 500 ml
conditions) seperti malaria dan infeksi virus atau lebih dari jalan lahir dalam waktu 24
hepatitis yang semakin parah oleh kehamilan jam setelah persalinan. Karena kesulitan
atau penanganan yang kurang tepat (Bale et dalam menentukan volume darah yang
al., 2003).

Gambar 3a. Penyebab kematian ibu di Gambar 3b. Penyebab kematian ibu di
negara sedang berkembang Jawa Timur (Dinkes Prop
(Bale et al., 2003). Jatim, 2013).
134 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

hilang, maka pengertian yang lebih praktis Data yang lebih menarik adalah sebagian
dari perdarahan post partum adalah segala besar kematian ibu justru terjadi di Rumah
jenis kehilangan darah yang menyebabkan Sakit, sebesar 83,54%. Jika dilihat dari saat
perubahan fisiologis seperti tekanan darah kematiannya, sebagian besar kematian
rendah yang mengancam kehidupan ibu terjadi pada masa nifas (pascapersalinan)
bersalin (Bale et al., 2003). sebesar 52,11%, kemudian pada masa
Perdarahan post partum yang hamil (26,37%) dan meninggal pada saat
mendadak, disebabkan oleh atoni uteri, persalinan sebesar 21,52% (Dinas
kontraksi uteri yang tidak memadai, serta Kesehatan Propinsi Jawa Timur, 2013).
retensio plasenta. Penyebab lain termasuk Terjadinya kecenderungan
kerusakan saluran genital seperti perobekan peningkatan angka kematian di Propinsi
servik, perineal lacerations, dan episiotomi. Jawa Timur dan Kota Surabaya dari tahun
Anemia karena kekurangan asupan zat gizi 2011 dan 2012, menjadi suatu fakta yang
seperti zat besi dan asam folat, serta sangat menarik untuk dikaji lebih mendalam.
infestasi cacing, malaria maupun jarak Jika dilihat dari penyebab langsung kematian
kelahiran yang terlalu pendek, juga dapat ibu merupakan penyebab medis yang dapat
menjadi pemicu terjadinya perdarahan post dicegah dengan manajemen pelayanan
partum. Di negara sedang berkembang, kesehatan yang memadai. Untuk itu faktor
anemia berat memberikan kontribusi yang sumber daya kesehatan, baik sumber daya
besar kematian ibu yang disebabkan oleh manusia maupun fasilitas kesehatan sangat
perdarahan post partum (Black et al., 2008) menentukan keberhasilan dalam menangani
Eklmapsia/preeklampsia ditandai komplikasi kehamilan yang terjadi. Namun
oleh tekanan darah yang tinggi pada masa jika dilihat dari penyebab tidak langsung
kehamilan. Kejang bisa terjadi pada pasien yang berupa 3 T (terlambat mendeteksi,
dengan tekanan darah tinggi (hipertensi) terlambat mengambil keputusan, dan
yang tidak terkontrol saat persalinan. terlambat merujuk), maka memerlukan
Hipertensi dapat terjadi karena kehamilan, pendekatan yang lebih komprehensif dalam
dan akan kembali normal bila kehamilan memecahkan permasalahan ini.
sudah berakhir. Namun ada juga yang tidak Keterlambatan dalam mendeteksi risiko
kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi menjadi persoalan tenaga kesehatan yang
ini akan menjadi lebih berat bila hipertensi kurang memadai kemampuannya, namun
sudah diderita ibu sebelum hamil (Profil juga dapat disebabkan oleh faktor kesadaran
Kesehatan Indonesia, 2007). Beberapa masyarakat yang kurang. Sementara
penelitian menunjukkan bukti bahwa keterlambatan dalam mengambil keputusan
kematian ibu yang berhubungan dengan dan keterlambatan merujuk lebih banyak
penyakit hipertensi pada masa kehamilan, dipengaruhi oleh faktor yang ada di
lebih sulit dicegah dibandingkan kematian masyarakat. Dengan demikian suatu kasus
karena penyebab lain yang berhubungan keterlambatan penanganan komplikasi
dengan kehamilannya (Bale et al., 2003) kehamilan, sesungguhnya melibatkan suatu
Berdasarkan analisis 22 kasus kematian sistem yang kompleks, mulai dari sistem
di Jawa Timur tahun 2012, salah satu penyebab yang ada di dalam individu dan keluarga,
kematian ibu yang tidak langsung yang dapat sistem di dalam masyarakat serta lingkungan,
diidentifikasi adalah faktor dari masyarakat, maupun sistem pelayanan kesehatan.
faktor tersebut meliputi terlambat merujuk Ketidakadilan (inequity) dalam
(13,64%), terlambat mengambil keputusan mendapatkan pelayanan kesehatan bagi ibu
(22,73%), pendidikan SD (34%), terlambat hamil mungkin menjadi salah satu faktor
mendeteksi (40,91%), ibu rumah tangga (68%), yang ada dibalik 3 keterlambatan tersebut.
kemiskinan (27%). Hal ini sangat mungkin terjadi, jika program
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 135

jaminan kesehatan untuk ibu hamil seperti Model sosio ekologi berfokus pada
jaminan persalinan (jampersal) salah hubungan antara individu dan lingkungannya.
sasaran. Asumsi dasarnya adalah bahwa suatu
Dari gambaran yang telah diuraikan pendekatan komprehensif lebih efektif dari
tersebut nampak bahwa persoalan pada pendelatan satu level. Lima level dalam
meningkatnya angka kematian ibu model sosio ekologi yang memengaruhi
disebabkan oleh multi faktor. Untuk perilaku kesehatan adalah faktor individu
melihat lebih dalam berbagai faktor yang (intrapersonal), proses interpersonal, faktor
ada dibalik penyebab langsung maupun institusi, faktor komunitas dan kebijakan
tidak langsung, maka akan digunakan publik. Model sosio ekologi secara skematis
pendekatan yang komprehensif. diperlihatkan pada gambar 4.
Dalam aplikasinya MSE dapat
Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan digunakan untuk pendekatan di berbagai
untuk Menurunkan Angka Kematian bidang dalam lingkup kesehatan masyarakat,
Ibu untuk menganalisis perilaku kesehatan,
Model sosio ekologi disingkat (MSE) seperti dalam menganalisis faktor obesitas
dikembangkan berdasarkan teori atau pada anak (Kumanyika et al., 2002),
pendekatan yang telah ada di beberapa aktivitas fisik (Mehtala et al., 2014) ataupun
disiplin keilmuan, seperti ilmu politik, promosi perilaku makan sehat (Townsend &
sosiologi, psikologi dan komunikasi. Dengan Foster, 2011). Model ini menyediakan
demikian MSE merupakan suatu pendekatan kerangka berpikir yang sangat bermanfaat
komprehensif di bidang kesehatan untuk memperoleh pemahaman yang lebih
masyarakat, yang tidak hanya ditujukan baik tentang berbagai faktor dan hambatan
untuk melihat faktor risiko pada individu, yang berdampak pada perilaku sehat.
tetapi juga aspek norma, kepercayaan dan
sistem sosial ekonomi (CDC, 2002). Pendekatan Continuum of Care dari
Ada dua konsep kunci dalam Hulu ke Hilir
pendekatan ini: 1) perilaku memengaruhi dan Pendekatan continuum of care
dipengaruhi oleh kondisi yang bersifat multi merupakan konsep lintas tahapan dalam
level (bertingkat); 2) membentuk perilaku siklus hidup, serta lintas dari rumah tangga
dan perilaku yang dibentuk oleh lingkungan sampai rumah sakit. Lintas tahap siklus
sosial yang menunjukkan hubungan kausal hidup, terutama dari masa prakonsepsi,
bersifat timbal balik (reciprocal causation). konsepsi hingga pascapersalinan. Konsep
MSE menekankan interaksi antara dan saling ini sangat penting diterapkan untuk
ketergantungan dari berbagai faktor di dalam mengatasi masalah kesehatan pada masa
dan antar level perilaku, dan memperhatikan reproduksi, masa kehamilan, persalinan
bahwa sebagian besar tantangan di bidang dan masa nifas (pascapersalinan). Konsep
kesehatan masyarakat terlalu kompleks untuk continuum of care diharapkan dapat
dipahami dengan single-level analysis memenuhi tantangan dalam meningkatkan
(Stokols, 1996). Dalam analisis ini kesehatan dan survival dari ibu, bayi baru
kebutuhan bahwa individu tidak dipandang lahir dan anak (Sines et al., 2006).
sebagai bagian yang terpisah dari suatu unit Ada dua dimensi dari continuum of
sosial yang lebih besar di mana mereka care yaitu dimensi waktu dan dimensi
tinggal, mencerminkan kebutuhan untuk tempat. Dimensi waktu dari continum of care
menciptakan kondisi lingkungan yang adalah dengan memperhatikan kesehatan
mendukung dan meningkatkan perubahan maternal, bayi baru lahir, dan anak (MNCH).
perilaku yang berkelanjutan (Townsend & Sedangkan dimensi tempat dari continuum
Foster, 2002). of care adalah dari rumah tangga
136 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

Gambar 4. Model sosio ekologi perilaku sehat (CDC, 2002).

hingga rumah sakit (HHCC). Tujuan dari ditangani dalam kesatuan. Model ini akan
pendekatan HHCC adalah untuk meyakinkan melibatkan ketersediaan dan akses pelayanan
ketersediaan akses pelayanan kesehatan yang kesehatan dasar dan pelayanan reproduksi
berkualitas untuk ibu hamil dan bayi baru lahir untuk (a) wanita dari remaja hingga hamil,
yang tersedia mulai dari rumah, masyarakat, melahirkan dan pascamelahirkan; (b) untuk
pusat pelayanan kesehatan dasar, hingga ke bayi baru lahir hingga masa kanak-kanak,
rumah sakit. Alur atau link dalam suatu sistem hingga masa dewasa muda (Sines et al.,
pelayanan kesehatan (primary-health-care 2006; Unicef, 2014).
system) yang terintegrasi dari rumah, Konsep pelayanan kesehatan dari hulu
komunitas, jangkauan dan pelayanan berbasis ke hilir adalah mengacu pada konsep dan
fasilitas ( facility-based care). Tentunya alur pendekatan continuum of care ditinjau dari
kontinum ini difokuskan untuk MNCH. dimensi tempat. Pelayanan atau Intervensi di
Konsep continuum of care MNCH berdasarkan hulu merupakan semua bentuk pelayanan di
asumsi bahwa kesehatan dan kesejahteraan ibu, level rumah tangga dan masyarakat seperti
bayi baru lahir dan anak-anak, saling terkait program KB, perbaikan gizi, wanita, dan
satu sama lain dan harus social ekonomi. Intervensi di hilir adalah

Gambar 5. Skema pelayanan kesehatan dari hulu ke hilir (Sumber: Trisnantoro, 2011).
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 137

bagaimana meningkatkan mutu pelayanan anak dalam kehamilan, persalinan dan


klinik untuk ibu dan anak di rumah sakit. masa nifas, sehingga keadaan mereka post
Konsep pelayanan kesehatan dari hulu ke partum sehat dan normal, tidak hanya fisik
hilir secara sederhana dapat digambarkan tetapi juga mental.
secara skematis seperti pada gambar 5. Kunjungan ANC adalah kunjungan ibu
Menurut Trisnantoro (2011) strategi hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
intervensi untuk menurunkan angka semenjak ia merasa dirinya hamil untuk
kematian ibu harus berdasarkan analisis mendapatkan pelayanan/asuhan antenatal.
kebijakan, dilakukan kegiatan untuk mencari Pada setiap kunjungan ANC, petugas
kebijakan di masa mendatang (analysis for mengumpulkan dan menganalisis data
policy). Prinsip yang dipergunakan adalah: mengenai kondisi ibu melalui anamnesis dan
Menggunakan pendekatan dari Hulu ke Hilir. pemeriksaan fisik untuk mendapatkan
Kebijakan dan program KIA dapat diagnosis kehamilan intrauterine serta ada
dibayangkan sebagai sebuah model hulu tidaknya masalah atau komplikasi.
yang berisikan program-program preventif Konsep tentang preconception care
dan promotif yang banyak menggunakan baru didiskusikan sejak Juni tahun 2005,
pendekatan lintas sector (One Health) dan ketika US Center for Disease Control
determinan social. Hilirnya adalah kegiatan- (CDC) membentuk the Select Panel on
kegiatan klinis. Menggunakan jumlah Preconception Care yang bertugas untuk
kematian absolut sebagai indikator kinerja mengembangkan konsep dan strategi
program KIA. Angka Rates akan perawatan kesehatan prakonsepsi. Area
dipergunakan sebagai cross-check dan kerja dari panel ini meliputi aspek klinis,
dilakukan dalam dua pendekatan: (1) kesehatan masyarakat, kebijakan dan
berdasarkan data dari angka absolut; dan financial, konsumen, dan surveilance dan
(2) berdasarkan data survey. Menggunakan riset (Curtis, 2008; Jack et al., 2008;
filosofi utama dalam kebijakan KIA yaitu Coonrod et al., 2008; Moos et al., 2008).
mengembalikan “sense of urgency” dan adanya Mengacu definisi dari preconception
“peningkatan adrenalin” dalam program. Untuk care sebagai “a series of intervention that
itu diperlukan penggunaan surveilans-respon aim to identify and modify biomedical,
kematian ibu dan anak. Kematian ibu dan anak behavioral, and social risk to women’s
yang tidak perlu (avoidable) harus dapat health and couple before conception”
dicegah. Memperbaiki perencanaan dan (WHO, 2013; Curtis, 2008), maka dengan
monitoring dan evaluasi dengan menggunakan menekankan pemeriksaan kesehatan
pendekatan Kebijakan Berbasis Bukti prakonsepsi diharapkan seorang wanita yang
(Evidence Based Policy). menginginkan atau merencanakan kehamilan
akan mencapai derajat kesehatan yang baik
Preconception Care dan Antenatal Care sejak sebelum hamil, sehingga akan
sebagai Upaya Menurunkan Angka mendapatkan hasil kehamilan (pregnancy
Kematian Ibu dan Bayi outcomes) yang berkualitas. Dalam
Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) kaitannya dengan preconception care, Moos
adalah pemeriksaan kehamilan untuk et al (2008), tidak hanya menekankan aspek
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik kesehatan (maternal preconception health),
ibu hamil, hingga mampu menghadapi tetapi lebih jauh lagi menerapkan konsep
persalinan, kala nifas, persiapan pemberian kesejahteraan sebelum hamil (preconception
ASI dan kembalinya kesehatan reproduksi wellness).
secara wajar. Pemeriksaan kehamilan Aspek klinis dalam pemeriksaan
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik prakonsepsi meliputi pemberian suplementasi,
dan mental serta menyelamatkan ibu dan terutama suplemen mikronutrient (Jack et al.,
138 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

2008), dan pelayanan imunisasi (Coonrod et Inequity dan inequality juga merupakan
al., 2008). Bahkan WHO merekomendasikan dimensi konsep yang mengacu pada kuantitas,
suatu pemeriksaan yang holistik mencakup namun di sisi lain juga mengandung konsep
pemeriksaan fertilitas, pemeriksaan kelainan politik yang diterjemahkan dalam komitmen
genetik bahkan penggunaan alkohol dan moral berkaitan dengan keadilan sosial. Health
rokok (WHO, 2013). Konsep meriksakan inequality dalam merupakan terminologi
prakonsepsi seperti yang direkomendasikan generik yang digunakan untuk
oleh US-CDC maupun WHO tentu saja tidak menggambarkan perbedaan, variasi dan
dapat seluruhnya dilaksanakan di negara disparitas dalam mencapai derajat kesehatan
sedang berkembang, terutama deteksi pada level individu maupun kelompok. Health
kelainan genetik kaitannya dengan risiko inequity mengacu pada ketidaksamaan
penyakit, karena di negara sedang (inequalities) derajat kesehatan yang
berkembang masih sangat terbatas sumber menandakan adanya ketidakadilan (Kawachi et
daya alat dan sumber daya manusia. al., 2002; Global Health Europe, 2009).
Equity dalam kesehatan menunjukkan
Equity Akses Pelayanan Kesehatan bahwa idealnya setiap orang memiliki
untuk Kaum Ibu kesempatan yang adil untuk memperoleh
Konsep tentang equity dalam bidang kesehatan yang sebaik-baiknya dan tidak
kesehatan pertama kali diperkenalkan oleh dirugikan dalam memperoleh pelayanan
Whitehead (1992) dengan paper berjudul kesehatan. Masyarakat dengan status social
The concepts and principles of equity in ekonomi yang berbeda seharusnya
health. Whitehead mendefinisikan health memperoleh pelayanan kesehatan yang sama
inequities sebagai perbedaan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya, termasuk akses
perlu terjadi, dapat dihindari, tidak adil di yang sama dalam pemanfaatan pelayanan
dalam kesehatan. Menurut Braveman dan kesehatan. Equity dalam pelayanan
Gruskin (2003) equity dapat pula berarti kesehatan ditentukan memerlukan alokasi
ada unsur keadilan social justice atau sumber daya dan akses ke pelayanan
fairness” dan merupakan konsep dan nilai kesehatan yang oleh kebutuhan kesehatan.
moral dan secara normatif bersifat inheren. Equity dapat dibagi menjadi dua yaitu
Bagaimanapun juga keadilan sosial dapat equity horizontal dan equity vertikal.
diinterpretasikan yang berbeda-beda di Horizontal equity orang dengan kebutuhan
dalam suatu masyarakat atau penduduk. yang sama mempunyai kesempatan yang
Inequity dan inequality merupakan sama untuk mendapatkan pelayanan
terminologi yang sering kali saling kesehatan. Equity vertikal merupakan alokasi
tertukar. Inequity lebih mengarah pada dari sumbe rdaya yang berbeda untuk level
keadaan ketidakadilan yang dapat dihindari kebutuhan yang berbeda pula. Aristotelian
yang biasanya muncul sebagai akibat menyatakan bahwa persamaan dan kesamaan
pemerintahan yang buruk, korupsi a atau harus diperlakukan sama dan ketidaksamaan
secara kultural dipisahkan atau dibedakan harus diperlakukan secara proporsional pada
(cultural exclusion). Sementara inequality ketidaksetaraan mereka. Pada equity dalam
secara sederhana mengacu pada distribusi pemberian pelayanan kesehatan, kebutuhan
atau pembagian yang tidak merata dari sering dinyatakan sebagai nilai yang harus
upaya kesehatan atau sumber daya di relevan, ini berarti bahwa seseorang dengan
bidang kesehatan sebagai akibat dari faktor kebutuhan yang sama harus mendapatkan
kekurangan sumber daya. Atau kondisi perlakuan yang sama (equity horizontal).
kesehatan yang tidak sama karena faktor Equity vertikal berarti seseorang dengan
genetik (Bravemen & Gruskin, 2003). kebutuhan yang lebih tinggi seharusnya
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 139

mendapatkan pelayanan kesehatan yang masih belum adil. Padahal hak setiap orang
lebih tinggi, proporsional dengan kebutuhan memperoleh pelayanan kesehatan sesuai
mereka (Bravemen & Gruskin, 2003). Pasal 28H UUD 1945, harus memperoleh
Akses adalah kemudahan akses yang sama atas sumber daya kesehatan
penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan dan hak setiap orang memperoleh yankes
oleh individu dengan kebutuhan akan sesuai Pasal 28H UUD 1945, harus adil,
pelayanan kesehatan. Kemudahan akses ke aman, bermutu, dan terjangkau (Pasal 5 UU
sarana pelayanan kesehatan berhubungan No.36/2009). Salah satu pelayanan kesehatan
dengan beberapa faktor penentu, antara lain yang diperuntukkan kaum ibu terutama ibu
jarak tempat tinggal dan waktu tempuh ke hamil dan nifas adalah program Jaminan
sarana kesehatan, serta status sosial- Persalinan (Jampersal) oleh Kemeterian
ekonomi dan budaya (Riskesdas, 2007). Kesehatan.
Ketidakadilan dalam akses dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan akan Conceptual Framework Penerapan
menyebabkan kesenjangan kesehatan. Model Sosio Ekologi Perilaku
Pemerintah menerapkan Jaminan Kesehatan dan Pendekatan Continuum
Kesehatan Nasional (JKN) yang sama di of Care dalam Menurunkan AKI
seluruh Indonesia, tapi fasilitas pelayanan Konsep sosio ekologi perilaku sehat
kesehatan tidak merata dan tidak adil adalah dan continuum of care telah diuraikan pada
pelanggaran konstitusi. Inequity timbul karena sub bab sebelumnya. Penerapan kedua
jaminan kesehatan (JKN) dilaksanakan secara konsep tersebut dipadukan untuk sebagai
sentralistik tapi fasilitas pelayanan kesehatan satu kesatuan pendekatan yang bersifat
dibangun secara desentralistik sesuai kebijakan komprehensif dalam mengatasi masalah
otonomi daerah. Pemerintah pusat tingginya angka kematian ibu di Indonesia.
memperbaiki sistem jaminan kesehatan, tapi Pada tingkat individu (intrapersonal level)
fasilitas pelayanan kesehatan diatur oleh dan tingkat hubungan antar individu
pemerintah daerah. Kebijakan perbantuan di (interpersonal relationship) berada di
Indonesia juga pelayanan di hulu. Sementara pada tingkat

Masyarakat :
Sistem sosial Societal:
terkait gender & Sistem politik
budaya terkait yang berpihak
Individu (Intrapersonal): Relationship perawatan pada rakyat dan
Interpersonal: kehamilan, food gender equity,
(WUS, Bumil, Bunifas) :
Komunikasi tabu, Kebijakan
Pengetahuan,Sikap yang baik di pemerintah
dalam keluarga, mengedepankan
Perilaku ttg reproduksi partisipasi
Dukungan aspek Health
sehat & perawatan masyarakat
/perhatian Equity ,
kehamilan. Riwayat (tabulin, desa
suami & (impelemnetasi
kehamilan, siaga,
keluarga pada SKN, SJSN,
bumil ambulan desa Jampersal yang
adil),
ketersediaan Pertumbuhan
yankes & nakes ekonomi yang
(bidan, dr, SpOG), baik
dan Rumah Sakit

HULU HILIR
Continuum of care dimensi tempat

Gambar 6. Conceptal framework penerapan sosio ekologi dan continuum of care dalam
menurunkan Angka Kematian Ibu.
140 The Indonesian Journal of Public Health, Vol. 12 No. 1, Juli 2017: 129–141

masyarakat di suatu daerah tertentu Lancet Series on Maternal and Child


(community level) serta masyarakat luas Undernutrition 1. Lancet 2008, Publish
(society level) merupakan pelayanan di hilir. on line Jan 17. doi:10.1016/S0140-
Perpaduan kedua konsep tersebut diterapkan 6736(07)61690-0.
sebagai kerangka kerja (conceptual Braveman, P., Gruskin, S. 2003. Defining
framework) dalam upaya pengembangan equity in health. J Epidemiol
program yang bertujuan untuk menurunkan Community Health 2003;57: 254–258.
angka kematian ibu (Gambar 6). Center for Diseases Control (CDC-US).
Mengacu konsep di atas, maka 2002. The Ecological Model and Risk/
rencana program strategis dapat diusulkan Protective Factors in Preventing Child
sebagai upaya inovasi dalam menurunkan Abuse and Neglected. World Report on
angka kematian ibu di berbagai wilayah di Violence and Health.
Indonesia dengan mengacu pada berbagai Coonrod, D.V., Jack, B.W., Bogger, K.A.,
program yang telah ada. Dengan et al. The clinical content of
pendekatan sosio ekologi diharapkan dapat preconception care: immunizations as
menjangkau setiap level, mulai dari level part of preconception care. Am J Obstet
individu, interpersonal dalam suatu Gynecol. 2008;(Suppl Dec): S290-95.
keluarga, level masyarakat maupun di level Curtis, M.G. Preconception care:a clinical
societal dari aspek kebijakan. case of “think globally, act locally”. Am
Pendekatan continuum of care program J Obstet Gynecol. 2008;(Suppl Dec):
diupayakan untuk menangani masalah S257-258.
kesehatan ibu dan anak dari saat pra- Dinas Kesehatan Kota Surabaya. 2013.
konsepsi sampai dengan masa kehamilan dan Profi l Kesehatan Kota Surabaya 2012.
masa pascapersalinan sebagai suatu kesatuan, Surabaya. Dinkes Kota Surabaya.
antara ibu dan anak. Dari dimensi tempat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
maka program pelayanan kesehatan dimulai 2013. Profil Kesehatan Jawa Timur 2012.
dari rumah tangga, masyarakat lingkungan Surabaya. Dinkes Prov. Jatim.
terdekat, hingga pelayanan di rumah sakit. Global Health Europe. 2009. Inequity and
inequality in health. http://www.
DAFTAR PUSTAKA globalhealtheurope.org/index.php/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional resources/glossary/values/179-inequity-
(Bappenas). 2012. Laporan Pencapaian and-inequality-in-health. (sitasi tanggal
Tujuan Pembangunan Milenium di 5 Mei 2014)
Indonesia 2011. Jakarta. Bappenas. Jack, B.W., Atrash, H., Bickmore, T.,
Badan Pusat Statistik (BPS). 2013. Survei Johnson, K. The future of preconeption
Demografi dan Kesehatan Indonesia. are: a clinical perspecive. Women Health
Jakarta. BPS. issuess. 2008;18(6 Suppl): S19-25.
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur. Jack, B.W., Atrash, H., Coonrod, D.V.,
2013. Jawa Timur dalam Angka. Surabaya. Moos MK, O’Donnell J, Johnson K.
BPS. The clinical content of preconception
Bale, J.R., Stoll, B.J., Lucas, A.O (Eds). 2003. care: an overview and preparation of
Improving Birth Outcomes. Washington this supplement. Am J Obstet Gynecol.
DC. National Academic Press. 2008;(Suppl Dec): S266-79.
Black, R.E., Allen, L.H., Bhutta, Z.A., Kawachi, I., SV Subramanian., N Almeida-
Caufield, L.E., De Onis, M., Ezzati, M., Filho. 2002. A glossary for health
Rivera, J. 2008. Maternal and child inequalities. J Epidemiol Community
under nutrition: Global and regional Health 2002;56: 647–652.
exposures and health consequences. The
Sri Sumarmi, Model Sosio Ekologi Perilaku Kesehatan… 141

Kemenkes, RI. 2013a. Jaminan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013.
Nasional (JKN) dalam Sistem Jaminan Badan Penelitian dan Pengembangan
Sosial Nasional, Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik
Kemenkes, RI. 2013b. BPJS Kesehatan, Indonesia.
Jakarta. Sines, E., A, Tinker., J Ruben. 2006. The
Kumanyika, S., Jeffery, R.W., Morabia, A., Maternal–Newborn–Child Health
et al. 2002. Public Health Approaches to Continuum of Care: A Collective Effort
the Prevention of Obesity (PHAPO) to Save Lives. Bulletin Save The
Working Group of the International Children. March 2006: 1–6.
Obesity Task Force (IOTF). Obesity Stokols, D. 1996. Translating social
prevention: the case for action. Int J Obes ecological theory into guidelines for
Relat Metab Disord 93, 1168–1173. community health promotion. Am J
Mehtälä, M.A.K., AK Sääkslahti., ME Health Promot 10, 282–293.
Inkinen., MEH, Poskiparta. 2014. A Townsend, N., C, Foster. 2011. Developing
socio-ecological approach to physical and applying a socio-ecological model to
activity interventions in childcare: a the promotion of healthy eating in the
systematic review. International school. Public Health Nutrition: 1–8.
Journal of Behavioral Nutrition and doi:10.1017/S1368980011002655.
Physical Activity; 2014; 11: 22. Trisnantoro, L. 2011. Strategi Luar Biasa
Moos, M.K., Dunlop, A.L., Jack, B.W., et al. untuk Penurunan Kematian Ibu dan Bayi
Healthier women, helthier reproductive Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
outcomes: recommendations for routine Vol. 14, No. 4 Desember 2011: 175-176.
care of all women of reproductive age. Undang Undang No. 36 Tahun 2009
Am J Obstet Gynecol. 2008;(Suppl Dec): Tentang Kesehatan.
S280-89. Whitehead, M. 1992. The concepts and
Moos, M.K. From concept to practice: principles of equity in health. Int J
reflections on the preconceptionhealt Health Serv 1992; 22: 429–445.
agenda. J Womens Health. 2010;19: World Health Organization (WHO). 1996.
567–7. Revised 1990 Estimates of Maternal
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Mortality: A New Approach by WHO
Nomor 72 tahun 2012 tentang Sistem and UNICEF. Geneva: WHO.
Kesehatan Nasional. World Health Organization (WHO). 1999.
Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Reduction of Maternal Mortality: A
tentang Jaminan Kesehatan. Joint WHO/UNFPA/UNICEF/World
Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013 Bank Statement. Geneva: WHO.
tentang Perubahan Atas Peraturan World Health Organization (WHO). 2001.
Presiden No. 12 Tahun 2013. Maternal mortality in 1995: Estimates
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2007. developed by WHO, UNICEF, UNFPA.
Badan Penelitian dan Pengembangan Geneva: WHO.
Kementerian Kesehatan Republik World Health Organization ((WHO). 2013.
Indonesia. Meeting to develop a global consensus on
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2010. preconception care to reduce maternal
Badan Penelitian dan Pengembangan and childhood mortality and morbidity.
Kementerian Kesehatan Republik Meeting report. Geneva: WHO.
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai