Anda di halaman 1dari 12

KLASIFIKASI TERAPI KOMPLEMENTER

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1 :

1. AHMAD MUHTADUN
2. DINDA FADILLAH

DOSEN PEMBIMBING : Christina Magdalena T.Bolon S.kep.,Ns., M.kep

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMELDA
MEDAN
T.A 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dari tingkat III Prodi S1 Keperawatan
Universitas Imelda Medan dapat menyelesaikan makalah ini.

Adapun judul makalah ini adalah “KLASIFIKASI TERAPI


KOMPLEMENTER DAN TERAPI CERAGEM BATU GIOK UNTUK
PENYAKIT ASAM URAT”. Maka dalam kesempatan ini saya meyampaikan
ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak/Ibu:

1. dr.H.Raja Imran Ritonga, Msc selaku KetuaYayasan Imelda Medan.


2. Dr.dr. Imelda Liana Ritonga, S.Kep, MPd., MN. Selaku rektor Universitas Imelda
Medan
3. Rostinah Manurung S.Kep, Ns., M.Kes. Selaku ketua prodi S1 keperawatan.
4. Edy Syahputra Ritonga S.Kep, Ns.,M.Kep.Selaku sekretaris prodi S1
Keperawatan dan selaku wali kelas S1 Keperawatan tingkat III.
5. Christina Magdalena T.Bolon S.Kep.,Ns., M.Kep. Selaku dosen pembimbing
mata kuliah Keperawatan Keluarga
6. Seluruh mahasiswa/I di S1 Keperawatan Imelda Medan yang telah banyak
memberi semangat dan dorongan kepada saya dalam menyelesaikan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini daan makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, 20 Juni 2020

( Penulis )

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1


1.2. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3.Tujuan Penulisan................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN..................................................................................... 3

2.1. Defenisi Terapi Komplementer........................................................ 3

2.2. Jenis-jenis Terapi Komplementer..................................................... 4

2.3. Klasifikasi Terapi Komplementer.................................................... 5

2.4. Peran Perawat Terapi Komplementer.............................................. 6

BAB III PENUTUP............................................................................................. 8

3.1. Kesimpulan......................................................................................... 8

3.2. Saran................................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit gout (asam urat) adalah penyakit yang berhubungan dengan tingginya
kadar asam urat dalam darah. Seseorang akan di katakan menderita asam urat jika
kadar asam urat dalam darahnya di atas 7 mg/dl pada laki- laki dan di atas 6 mg/dl
pada wanita. Prevalensi penyakit gout pada populasi di USA diperkirakan
13,6/100.000 penduduk. Sedangkan, di Indonesia sendiri diperkirakan 1,6-
13,6/100.000 orang, prevalensi ini meningkat seiring dengan meningkatnya umur
(Tjokroprawiro, 2015). Perlu diketahui pula di Indonesia gout diderita pada usia lebih
awal dibandingkan dengan negara barat. 32% serangan gout terjadi pada usia
dibawah 34 tahun. Sementara diluar negeri rata-rata diderita oleh kaum pria diatas
usia tersebut. Di Indonesia, asam urat menduduki urutan kedua setelah osteoartritis.
Namun, di Indonesia prevalensi penyakit asam urat belum diketahui secara pasti dan
cukup bervariasi antara satu daerah (Dalimarta, 2016).

Penyakit gout terjadi jika timbunan kristal asam urat yang mengendap dalam
persendian, meningkat. Peningkatan tersebut, dapat di sebabkan ginjal yang
mengalami gangguan membuang asam urat dalam jumlah yang banyak
(Wijayakusuma, 2010).Umumnya, gout ini menyerang lutut, tumit dan jempol kaki.
Sendi yang terserang tampak bengkak, merah, panas, nyeri di kulit, sakit kepala, dan
tidak nafsu makan. Penyebabnya adalah naiknya kadar asam urat dalam darah.
Serangan asam urat timbul secara mendadak dan sering terjadi pada malam hari. Ini
di karenakan, asam urat cenderung akan mengkristal pada suhu dingin.

Penyebab tingginya asam urat dalam darah hingga terjadi hiperurisemia ada
beberapa yaitu: adanya gangguan metabolisme purin bawaan, kelainan pembawa sifat
atau gen, kebiasaan pola makan berkadar purin tinggi (seperti: daging, jeroan,
kepiting, kerang, keju, kacang tanah, bayam, buncis), penyakit seperti: leukemia

1
(kanker sel darah putih), kemoterapi, radioterapi. Peningkatan kadar asam urat dalam
darah (hiperurisemia) disebabkan oleh peningkatan produksi (overproduction),
penurunan pengeluaran (underexcretion) asam urat melalui ginjal, atau kombinasi
keduanya Bahaya dari penyakit gout ini adalah nyeri dan sakit parah di persendian,
asidosis metabolik, batu ginjal, gagal ginjal, pirai, dan penyakit jantung koroner. Dari
bahaya-bahaya tersebut, penderita akan mengalami hambatan mobilitas fisik,
sehingga perlu dilakukan intervensi keperawatan untuk mengurangi bahaya tersebut.

Solusi yang dapat digunakan adalah melakukan terapi komplementer Ceragem


Batu Giok. Berdasarkan dari study kasus, terapi ceragem batu giok cukup efektif
menurunkan kadar asam urat dalam tubuh.

1.2. Rumusan Masalah


a. Apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer?
b. Apa klasifikasi terapi komplementer?
c. Bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi?
d. Bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer?
e. Apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok?
f. Bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit?

1.3. Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan terapi komplementer.
b. Untuk mengetahui apa klasifikasi terapi komplementer.
c. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara klasifikasi dengan terapi.
d. Untuk mengetahui bagaimana peran perawat dalam terapi komplementer.
e. Untuk mengetahui apakah yang dimaksud dengan Ceragem Batu Giok.
f. Untuk mengetahui bagaimana proses terapi menyembuhkan penyakit.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Terapi Komplementer

Terapi non-konvensional merupakan salah satu dari terapi medis alternatif atau
komplementer. Terapi komplementer (complementary therapies) adalah semua terapi
yang digunakan sebagai tambahan untuk terapi konvensional yang direkomendasikan
oleh penyelenggaraan pelayanan kesehatan individu (Perry, Potter, 2009). Definisi
CAM yang disepakati adalah suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada
berbagai sistim, modalitas dan praktek kesehatan, yang didukung oleh teori dan
kepercayaan. Termasuk didalamnya latihan atau usaha untuk menyembuhkan diri
sendiri. CAM digunakan untuk mencegah dan menyembuhkan penyakit atau juga
untuk meningkatkan taraf kesehatan.

Walaupun demikian ada perbedaan antara alternatif dan komplementer.Terapi


alternatif adalah terapi di luar terapi konvensional. Sementara komplementer berarti
pelengkap bagi terapi konvensional yang ada dan telah terbukti bermanfaat. Terapi
alternatif (alternative therapies) meliputi intervensi yang sama dengan terapi
komplementer, tetapi sering kali menjadi pengobatan primer yang mengganti
pelayanan medis alopatik. Kedua terapi alternatif dan komplementer bervariasi
derajatnya di mana mereka cocok dengan pengobatan alopatik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit.

Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.Pengobatan


komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional
dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di

3
Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah


pengobatan non-konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan,
sehingga  untuk Indonesia jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer
tetapi merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud
adalah pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara
turun – temurun pada suatu negara.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional (Widyatuti, 2012).

2.2. Jenis-Jenis Terapi Komplementer

Terapi komplementer ada yang invasif dan noninvasif. Contoh terapi


komplementer invasif adalah akupuntur dan cupping (bekam basah) yang
menggunakan jarum dalam pengobatannya. Sedangkan jenis non-invasif seperti terapi
energi (reiki, chikung, tai chi, prana, terapi suara), terapi biologis (herbal, terapi
nutrisi, food combining, terapi jus, terapi urin, hidroterapi colon dan terapi sentuhan
modalitas; akupresur, pijat bayi, refleksi, reiki, rolfing, dan terapi lainnya ((Hitchcock
et al., 1999) dalam Widyatuti, 2008)

National Center for Complementary/ Alternative Medicine (NCCAM) membuat


klasifikasi dari berbagai terapi dan sistem pelayanan dalam lima kategori. Kategori
pertama, mind-body therapy yaitu  memberikan intervensi dengan berbagai teknik
untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi
tubuh misalnya perumpamaan (imagery), yoga, terapi musik, berdoa, journaling,
biofeedback, humor, tai chi, dan terapi seni.

4
Kategori kedua, Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis berbeda dari Barat misalnya
pengobatan tradisional Cina, Ayurvedia, pengobatan asli Amerika, cundarismo,
homeopathy, naturopathy. Kategori ketiga dari klasifikasi NCCAM adalah terapi
biologis, yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal,
makanan).

Kategori keempat adalah terapi manipulatif dan sistem tubuh. Terapi ini didasari
oleh manipulasi dan pergerakan tubuh misalnya pengobatan kiropraksi, macam-
macam pijat, rolfing, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi. Terakhir, terapi
energi yaitu terapi yang fokusnya berasal dari energi dalam tubuh (biofields) atau
mendatangkan energi dari luar tubuh misalnya terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong, magnet. Klasifikasi kategori kelima ini biasanya
dijadikan satu kategori berupa kombinasi antara biofield dan bioelektromagnetik. Ada
banyak jenis terapi komplementer yang bisa di terapkan salah satunya adalah terapi
relaksasi otot progresif yang memiliki manfaat begitu banyak bagi klien. ((Snyder &
Lindquis, 2002) dalam Widyatuti 2008)

2.3. Klasifikasi Terapi Komplementer


1. Mind-body therapy: intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas
berpikir yang mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang
mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh (imagery, yogo, terapi musik, berdoa,
journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang
mengembangkan pendekatan pelayanan biomedis (cundarismo, homeopathy,
nautraphaty).
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilya misalnya
herbal, dan makanan.

5
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manupulasi dan
pergerakan tubuh misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, rolfiing, terapi
cahaya dan warna, serta hidroterapi.
5. Terapi energi: terapi yang berfokus pada energi tubuh (biofields) atau
mendapatkan energi dari luat tubuh (terapetik sentuhan, pengobatan
sentuhan, reiki, external qi gong magnet) terapi ini kombinasi antar energi
dan bioelektromagnetik.

2.4. Peran Perawat dalam Terapi Komplementer


1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan

(Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan


keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan diri
secara total. Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi proses
penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers (1970) Untuk
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah kesakitan, dan merawat
serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistic
keperawatan.)

Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan
sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan
ini dilakukan dari yang sederhana sampai dengan kompleks.

2. Peran Sebagai Advokat (Pembela)Klien

Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain

6
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan berkaitan
dengan terapi komplementer yang diberikan kepada pasiennya, juga dapat berperan
mempertahankan dan melindungi hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan
sebaik-baiknya, hak atas informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk
menentukan nasibnya sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

3. Peran Edukator

Didukung oleh Teori Peplau(1952). Tujuan keperawatan untuk mengembangkan


interaksi antara perawat dan klien. King (1971), tujuan keperawatan untuk
memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien mencapai kembali adaptasi secara
positif terhadap lingkungan. Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam
meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala
penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari
klien setelah dilakukan pendidikan kesehatan.

4. Peran Researcher

Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan terarah


sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.

7
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

Berdasarkan penjelasan di atas, ceragem batu giok efektif dalam menurunkan


kadar asam urat dalam tubuh.

Peran perawat dalam terapi komplementer, yaitu : peran sebagai pemberi asuhan
keperawatan, peran sebagai advokat (pembela) klien, peran edukator, peran
researcher.

3.2. Saran
1. Manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan di bidang terapi
komplementer.
2. Manfaat bagi masyarakat luas untuk lebih mengenal terapi komplementer.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rahma, A. 2017. Terapi Komplementer Ceragem Batu Giok Untuk Penyakit Asam
Urat. Diakses dari :

https://www.academia.edu/31990468/TUGAS_TERAPI_KOMPLEMENTER_
MAKALAH_CERAGEM_BATU_GIOK_UNTUK_PENYAKIT_ASAM_UR
AT_Disusun_Oleh

Dalimartha, S. 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat. Depok: Penebar
Swadaya.

Fitri. 2014. Terapi Ceragem Beserta Manfaatnya. Diakses dari :


http://sehat.link/terapi-ceragem-beserta-manfaatnya.info

Snyder, M. & Lindquist, R. 2002. Complementary/Alternative Therapies In Nursing.


4th Ed. New York: Springer.

Suhariningsih, Wurlina, DK Meles, Tity P.Kajian Biofisika Terhadap Manfaat Dan


Efek Samping Terapi Ceragem. Diakses pada :

http://web.unair.ac.id/admin/file/f_34924_Ceragem.pdf

Anda mungkin juga menyukai