Anda di halaman 1dari 3

Apakah Kita Pahlawan atau Pecundang?

Beberapa hari kebelakang, kita dihebohkan dengan berbagai macam kampanye yang menyuarakan LGBT
(Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender). Hal ini ada kaitannya dengan perayaan Pride Month, yang
tepatnya diadakan pada akhir bulan Juni setiap tahunnya sejak tahun 1969/1970. Pada perayaan ini,
kaum LGBT menyuarakan eksistensi mereka, dengan bangganya menyatakan bahwa mereka adalah
bagian dari masyarakat yang harus diterima, bahwa orientasi yang mereka miliki adalah “Given”,
anugerah yang harus dihormati dan dihargai.

Sebagai umat muslim, umat yang mencintai Allah dan rasul-Nya, yang mengimani Alqur’an dengan
sepenuh hatinya, tentu kita harus satu suara dalam sikap menentang perilaku LGBT. Bahwa perilaku ini
menyimpang dari kodrat manusia dan dari apa yang diajarkan oleh agama. Sudah seharusnya, tidak ada
keraguan dalam hati kita mengenai hal ini.

Cukuplah kisah kaum Sodom pada masa Nabi Luth AS. menjadi contoh bagi kita.

Nabi Luth sebenarnya bukan penduduk asli negeri Sodom. Saat diutus ke negeri tersebut, kondisi
penyimpangan seksual sesama jenis sudah sangat dominan dan masif. 

"(Kami juga telah mengutus) Luth (kepada kaumnya). (Ingatlah) ketika dia (Luth) berkata kepada
mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan fahisyah (keji) itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) sebelummu?” (QS Al-A’raf : 80).

Nabi Luth diberi ujian oleh Allah akan kaumnya yang begitu keji. Walaupun begitu, Nabi Luth tidak
tinggal diam. Beliau tetap melakukan dakwah secara masif; menegakkan amar makruf nahi mungkar.

Namun, kaum Sodom tetap mengingkari apa yang disampaikan pada mereka. Sebenarnya hati kecil
mereka tahu, bahwa apa yang mereka lakukan itu salah, namun, hawa nafsu yang sudah sedemikan
menguasai hati mereka menyebabkan akal dan hati mati.

Pada akhirnya, dalam Alqu’an, surat Al-Hijr ayat 59-77, dikisahkan azab yang menimpa kaum ini oleh
karena sudah rusaknya moral dan dan perilaku. Allah angkat tanah tempat tinggal mereka sampai ke
langit, yang bahkan beberapa sumber mengatakan bahwa teriakan ketakutan kaum Sodom terdengar
oleh para penghuni langit. Kemudian Allah balikkan tanah tersebut dan dihujamkan ke bumi. Setelah itu,
Allah hujani mereka dengan batu-batu yang keras.

“Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras”
(QS. Al-Hijr: 74)

Bisa kita bayangkan betapa kerasnya azab Allah pada kaum tersebut. Naudzubillah min Dzalik.

Tentu kita sepakat bahwa perilaku kaum Sodom adalah perbuatan yang mengundang azab Allah SWT..
Namun, ada sosok lain yang sejarahnya juga harus kita pelajari, yakni istri Nabi Luth AS.

Istri Nabi Luth AS. adalah sosok yang namanya juga dicatat dalam Alqur’an
“Allah membuat perumpamaan bagi orang-orang  kafir, istri  Nuh  dan istri Lut. Keduanya berada di
bawah pengawasan dua orang hamba yang saleh (Nabi dan Rasul) di antara hamba-hamba Kami; lalu
kedua istri itu  berkhianat  kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya itu tidak dapat membantu
mereka sedikit pun dari (siksaan) Allah…”(QS At-Tahrim : 10)

Pada ayat tersebut, dikatakan bahwa istri Nabi Luth adalah perumpamaan dari orang kafir. Dikisahkan
bahwa beliau bukannya tidak taat pada Nabi Luth, beliau tetap menjalankan tugasnya sebagai seorang
istri maupun ibu bagi anak-anaknya. Yang menjadikannya bagian dari orang kafir adalah karena beliau
tidak melaksanakan Amar makruf nahi mungkar.

Pada suatu malam, turun dua malaikat sebagai utusan Allah untuk memberikan kabar pada Nabi Luth
tentang azab bagi kaum Sodom. Kedua malaikat ini turun dalam rupa manusia yang tampan. Mereka
kemudian datang ke rumah Nabi Luth AS. Untuk mengabarkan berita akan turunnya azab bagi kaum
Sodom pada shubuh esok hari. Pada saat itulah, istri nabi justru mengabarkan kepada kaum Sodom
bahwa ada tamu yang datang kerumahnya dengan wajah yang begitu tampan. Mendengar hal itu, kaum
Sodom pun berbondong-bondong datang ke rumah nabi, hal ini sampai membuat Nabi Luth geram dan
malu, bahkan sempat terjadi perdebatan antar nabi dengan kaum Sodom. Namun, atas izin Allah,
setelah datang dan berkumpul akhirnya mereka membubarkan diri. Pada malam itu-lah, malaikat
meminta Nabi untuk keluar dari daerah tersebut dengan membawa umatnya yang beriman serta
meninggalkan istrinya, karena istrinya merupakan bagian dari kaum yang di azab oleh Allah.

Dari kisah tersebut, dapat kita ambil hikmah bahwa perkara LGBT ini bukan perkara sepele, tidak cukup
hanya melindungi diri kita dari perbuatan tercela tersebut. Tetapi, menolak dan tidak membiarkan
perbuatan tersebut terjadi adalah suatu keharusan. Bahkan, seorang istri dari Nabi yang sholeh pun tak
luput dari azab Allah. Jangan sampai, kita hanya menjaga diri kita sendiri tapi lupa untuk mengajak orang
lain untuk bersama menolak perilaku LGBT. Lakukan apa yang kita bisa lakukan sesuai dengan kapasitas
yang kita miliki. Sebagai rakyat, pilihlah pemimpin yang anti-perilaku LGBT, sebagai seorang pemimpin,
buatlah hukum yang benar sesuai dengan syariat agama dan nilai-nilai moral. Jangan sampai, bangsa ini
terjerumus pada perilaku yang mendatangkan azab Allah SWT.

Pada akhirnya, sebagai seorang muslim, perilaku LGBT ini harus dapat kita sikapi dengan bijak. Kita tidak
membenci orangnya, tetapi perilakunya. Jika seorang merasa dirinya adalah bagian dari LGBT, maka itu
adalah ujian yang Allah berikan pada hambaNya. Ujian yang apabila berhasil dilewati maka akan
meningkatan derajat taqwa. Lingkungan memegang peran penting, bagaimana orang tua harus
senantiasa memantau perkembangan anaknya, bagaimana guru harus mengajarkan nilai-nilai moril yang
baik, bagaimana pemerintah harus membuat kebijakan yang tepat. Semua harus bersatu padu, agar
kaum LGBT ini bisa kita rangkul menuju jalan yang lurus, yang insya Allah dengan niat yang kuat dan rasa
takut kepada Allah Azza wa Jalla serta bantuan dan dorongan dari lingkungan, mereka bisa bertaubat
dan kembali pada kebenaran. Sesungguhnya hidayah hanyalah milik Allah SWT. Ialah Tuhan Yang kasih
sayang-Nya begitu besar, yang ampunan-Nya begitu luas. Wallahu a'lam bishawab..
“Membiarkan seseorang atas dosa zina sesama jenis, bukanlah sikap seorang pahlawan yang
menghargai hak dan pilihan. Tapi semata-mata adalah sikap pecundang yang membiarkan saudaranya
tenggelam pada kebinasaan. Apakah kita pahlawan atau pecundang?”

SUMBER :

1. https://www.hidayatullah.com/kajian/oase-iman/read/2018/01/06/132353/tadabbur-
penyimpangan-seksual-kaum-nabi-luth.html
2. https://republika.co.id/berita/pj4syk320/khianat-seperti-apa-yang-dilakukan-istri-nabi-luth-dan-
nuh
3. Istri Nabi Luth Sang Pengkhianat - Ustadzah Herlini Amran
https://www.youtube.com/watch?v=RxHh6t-bOAU
4. KISAH NABI LUTH | Syaikh Ahmad Al Misry
https://www.youtube.com/watch?v=GFXkKNEfGgE&t=1776s
5. Kisah Dihancurkannya Kaum Luth [Homoseksual LGBT] - Ustadz Dr Khalid Basalamah, MA
https://www.youtube.com/watch?v=etFy-e5_7I0
6. Heboh! Ust. Adi Hidayat Bongkar Sejarah LGBT Sejak Nabi Luth, Begini Faktanya
https://www.youtube.com/watch?v=kWes6HsSceA

Anda mungkin juga menyukai