PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar merupakan masalah kesehatan masyarakat global. Hal ini
disebabkan karena tingginya angka mortalitas dan morbiditas luka bakar,
khusus pada negara dengan pendapatan rendah-menengah, dimana lebih dari
90% angka kejadian luka bakar menyebabkan kematian
(mortalitas).bagaimana juga, kematian bukanlah satu-satunya akibat dari luka
bakar. Banyak penderita luka bakar yang akhirnya mengalami kecacatan
(morbiditas), hal ini tak jarang menimbulkan stigma dan penolakan
masyarakat (Gowri, et al., 2012).
Menurut data dari World Health Organization (2016), luka bakar
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di seluruh dunia
yang diiperkirakan setiap tahunnya mencapai 265.000 kematian. Di Indonesia
angka kematian akibat luka bakar masih tinggi sekitar 40%, terutama
diakibatkan oleh luka bakar berat. Menurut studi analisis deksriptif oleh
Nungki Ratna Martina dan Aditya Wardhana di Unit Luka Bakar RSCM dari
Januari 2011- Desember 2012, terdapat 275 pasien luka bakar dan 203
diantaranya adalah dewasa. Dari studi tersebut jumlah kematian akibat luka
bakar pada pasien dewasa yaitu 76 pasien (27,6%). Diantara pasien yang
meninggal, 78% disebabkan oleh api, luka bakar listrik (14%), air panas (4%),
kimia (3%) dan metal (1%). Selama kurun Januari hingga Juni 2017 RSUD R
Syamsudin SH (Bunut) Kota Sukabumi menangani sebanyak 51 kasus pasien
luka bakar. Jumlah kasusnya dalam tiga tahun terakhir berfluktuasi.
Berdasarkan data di RSUD R Syamsudin SH, pada 2014 jumlahnya sebanyak
44 kasus, pada 2015 sebanyak 64 kasus, pada 2016 sebanyak 90 kasus, dan
tahun ini selama Januari-Juni sebanyak 51 kasus.
Luka bakar (Combusto) merupakan salah satu kejadian yang sering terjadi
pada masyarakat. Menurut WHO pada tahun 2004 telah terjadi kasus
kebakaran secara tidak sengaja sebesar 7,1 juta di dunia. Pada tahun yang
sama WHO mencatat sebanyak 310.000 orang meninggal dunia akibat luka
1
2
bakar, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2013, prevalensi luka bakar yang
terjadi di Indonesia sebesar 0,7%. Prevalensi ini tertingi terjadi pada usia 1-
4 tahun (Syuhar,et al., 2015).
Luka bakar adalah cedera traumatik yang mengakibatkan kerusakan atau
hilangnya jaringan. Luka bakar menghancurkan sel dengan meningkatkan
permeabilitas kapiler dan merusak protein sel. Klasifikasi luka bakar menurut
mekanisme dan sesuai dengan kedalaman ukuran. Mekanisme cedera terbagi
menjadi luka bakar termal yang bersumber dari panas, luka bakar elektrik
disebabkan oleh barang elektronik dan petir, luka kimia disebabkan oleh zat
yang kuat seperti detergen, dan luka bakar radiasi disebabkan oleh radiasi
ionisasi yang digunakan dalam industri. Kedalaman dan Ukuran Luka bakar
diklasifikasikan luka bakar cedera parsial dan cedera total. Perbedaan dari
keduanya adalah dari ketebalan atau kedalaman dan derajat. Luka bakar akan
sering meningkat atau matur dan dengan demikian, didefinisi ulang, dari awal
cedera hingga 48 jam setelah cedera. Sebagian institusi menggunakan sedikit
modifikasi “Rumus Sembilan” untuk memperkirakan presentasi luka bakar di
tubuh misalnya 9% seluruh bagian punggung setara dengan 18% (Rosdahl &
Kowalsi. 2012).
Luka bakar saat ini masih merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus
dari fase akut, subakut dan lanjut. Morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
kasus luka bakar ini sangat dipengaruhi oleh prognosis pada pasien luka bakar
khususnya luka bakar berat. Baik buruknya prognosis luka bakar berat
ditentukan oleh penanganan yang tepat baik dari faktor pasien (usia, gizi, jenis
kelamin dan faktor premorbid), faktor trauma (jenis, luas, kedalaman luka
bakar dan trauma penyerta) dan faktor penatalaksanaan (prehospital treatment
dan inhospital treatment). Berdasarkan uraian diatas, dengan tingginya angka
kematian akibat luka bakar dan banyaknya permasalahan yang terjadi maka
perlu adanya suatu penelitian tentang pasien luka bakar berat yang meninggal
(Syuhar,et al., 2015).
3
Pada beberapa negara, luka bakar masih merupakan masalah yang berat,
perawatannya masih sulit, memerlukan ketekunan dan membutuhkan biaya
yang mahal serta waktu yang lama. Perawatan yang lama pada luka bakar
sering membuat pasien putus asa dan mengalami stress, gangguan seperti ini
sering menjadi penyulit terhadap kesembuhan optimal dari pasien luka bakar.
Oleh karena itu pasien luka bakar memerlukan penanganan yang serius dari
berbagai multidisiplin ilmu serta sikap dan pemahaman dari orang-orang
sekitar baik dari keluarga maupun dari tenaga kesehatan sangat penting bagi
support dan penguatan strategi koping pasien untuk menerima serta
beradaptasi dalam menjalani perawatan lukanya juga untuk mengurangi stres
psikologis sehingga mempercepat mempercepat penyembuhan luka
(Maghsoudi, 2010). jadi di perlukan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan pada
praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan terdiri dari tahap -
tahap proses keperawatan yang terdiri dari lima tahap, yaitu: pengkajian,
diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses
keperawatan saling terkait dan ketergantungan satu sama lain (Deswani,
2009).
Asuhan Keperawatan pada penderita luka bakar pada tahap proses
pengkajian penderita luka bakar di kaji status kesadaran, riwayat kesehatan,
area yang mengalami luka bakar, mobilisasi, skala nyeri, tanda-tanda vital dan
sistem integument. Diagnosa yang sering muncul nyeri berhubungan dengan
cedera luka bakar termal yang dibuktikan dengan skala nyeri, meringis dan
peningkatan tanda-tanda vital. Tujuan dari diagnosa keperawatan tadi rasa
nyeri yang telah berkurang pada tingkat yang dapat diterima. Perencanan
sekaligus Tindakan Keperawatan biasanya di bantu menggunakan PCA
dengan morfin, pantau TTV, pantau laju dan kedalaman pernapasan setiap 2
jam, bisa dengan tindakan nonfarmakologis seperti posisi yang tepat. Pada
proses evaluasi dilihat dari respon klien (Rosdahl & Kowalsi. 2012).
4
8
9
Lapisan kulit terbagi menjadi 3 lapisan (Wijaya & Putri, 2013). yaitu :
1. Epidermis
Terdiri atas 4 lapisan :
1) Lapisan basal / stratum germinativum
a. Terdiri dari sel-sel kuboid yang tegak lurus terhadap dermis
b. Tersusun sebagai tiang pagar atau palisade
c. Lapisan terbawah dari epidermis
d. Terdapat melanosit yaitu sel dendritic yang membentuk
melanin (melindungi kulit dari sinar matahari
2) Lapisan Malpighi / stratum spinosum
a. Lapisan epidermis yang paling tebal
b. Terdiri dari sel polygonal
c. Sel-sel memounyai protoplasma yang menonjol yang terlihat
seperti duri
3) Lapisan granular / stratum granulosum
Terdiri dari butir-butir granul keratohialinyang basofilik
4) Lapisan tanduk / korneum
a. Terdiri dari 20-25 lapisan sel tanduk tanpa inti
b. Setiap kulit yang mati banyak mengandung keratin yaitu
protein fibrous insoluble yang membentuk barrier terluar kulit
Setiap kulit yang mati akan terganti tiap 3-4 minggu. Dalam
epidermis terdapat 2 sel yaitu :
a. Sel merkel
Fungsinya belum dipahami dengan jelas tapi dinyakini berperan
pembentukan kalus dan klavus pada tangan dan kaki
b. Sel Langerhans
Berperan dalam respon-respon antigen kutaneus. Epidermis akan
bertambah tebal jika bagian tersebut sering digunakan.
Persambungan antara epidermis dan dermis disebut rate ridge
yang berfungsi sebagai tempat pertukaran nutrisi yang essensial.
Dan terdapat kerutan yang disebut fingers prints
10
2. Dermis (korium)
Merupakan lapisan dibawah epidermis yang terdiri dari jaringan
ikat yang terdiri dari 2 lapisan : pars papilaris terdiri dari sel
fibroblast yang retikularis yang terdapat banyak pembuluh
darah, limfe, akar rambut, kelenjar keringat dan kelenjar
sebaseus
3. Jaringan subkutan (hipodermis)
Merupakan lapisan terdalam yang banyak mengandung sel
liposit yang menghasilkan banyak lemak dan merupakan
jaringan adipose sebagai bantalan antara kulit dan setruktur
internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan berfungsi
sebagai mobilitas kulit, perubahan kontur tubuh dan penyekatan
panas, juga sebagai bantalan terhadap trauma dan tempat
penumpukan energi
4. Kelenjar-kelenjar pada kulit
1) Kelenjar sebasea
Berfungsi mengontrol seksresi minyak ke dalam ruang antara
folikel rambut dan batang rambut yang aka melumasi rambut
sehingga menjadi lentur dan lunak
2) Kelenjar keringat
Diklasifikasikan menjadi 2 kategori:
a. Kelenjar ekrin terdapat disemua kulit
Melepaskan keringat sebagai reaksi peningkatan suhu
lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi keringat
dikendalikan oleh saraf simpaik. Pengeluaran keringat
pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh
terhadap stress, nyeri dan lain-lain.
b. Kelenjar apokrin
Terdapat di aksil, anus, skortum, labia mayora, dan
bermuara pada folikel rambut. Kelenjar ininaktif pada
masa pubertas, pada wanita akan membesar dan berkurang
11
2.1.8 Klasifikasi
Klasifikasi luka bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang
terkena dalam (Harsono & Utami, 2019) :
1. Luka bakar ringan : Luka bakar derajat I sebesar <15% atau
derajat II sebesar 2%.
2. Luka bakar sedang : Luka bakar derajat I sebesar 10-15% atau
derajat II sebesar 5-10%.
3. Luka bakar berat : Luka bakar derajat II sebesar >20% atau
derajat III sebesar >10% atau mengenai wajah, tangan-kaki, alat
kelamin, persendian, sekitar ketiak atau akibat listrik tegangan tinggi
(>1000 V) atau dengan komplikasi patah tulang maupun kerusakan
jaringan lunak/ gangguan jalan nafas.
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Pemerikasaan penunjang untuk penderita luka (Nurarif & Kusuma.
2015) :
1. Laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit,
Kreatin, Ureum, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap,
AGD (bila diperlukan), dan lain lain.
2. Rontgen : Foto Thorax, dan lain lain.
3. EKG
4. CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka
bakar lebih 30% dewasa dan lebih dari 20% pada anak.
2.1.10 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan luka bakar dalam (dalam KTI. Hale. 2019)
1. Resusitasi Airway, Breathing, Circulation
a. Pernafasan : udara panas → mukosa rusak → oedem →
obstruksi , efek toksik dari asap : HCN, NO2, HCL, Bensin →
iritasi → bronkhokontriksi → obstruksi → gagal nafas
b. Sirkulasi : Gangguan permeabilitas kapiler : cairan dan intra
vaskuler pindah ke ekstra vaskuler → hipovolemi relatif → syok
→ ATN → gagal ginjal
17
berdiri
4. Auskultasi TD pada
kedua lengan dan
bandingkan
5. Monitor TD, nadi, RR,
sebelum, selama, dan
setelah alktivitas
6. Moniter kualitas dari nadi
7. Monitor adamya pulsus
paradoksus
8. Monitor adanya pulsus
alterans
9. Monitor jumtah dan irama
jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan
irama pernapasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernapasan
abnormal
14. Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing
triad (tekanan.nadi yang
melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dari
perubah vital sign
4. Ketidakseimban NOC NIC
gan nutrisi Nutrional status : Nutrition Management
28
2. Monitor adanya
penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
4. Monitor interaksi anak
atau orangtua selama
makan
5. Monitor lingkungan
selama makan Jadwalkan
pengobatan dan
tindakantidak selama jam
makan
6. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
7. Monitor turgor kulit
8. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan mudah
patah
9. Monitor mual dan muntah
10. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb dan
kadar Ht
11. Monitor pertumbu han
dan perkembangan
12. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
13. Monitor kalori dan intake
nuntrisi Catat adanya
30
edema, hiperemik
hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
14. Catat jika lidah berwarna
magenta scariet
5. Kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit Tissue Integrity : Skin Pressure Management
berhubungan and Mucous 1. Anjurkan pasien untuk
dengan lesi pada Membranes menggunakan pakaian
kulit Setelah dilakukan tindakan yang longgar.
keperawatan selama….. 2. Hindari kerutan pada
kerusakan integritas kulit tempat tidur.
pasien teratasi dengan 3. Jaga kebersihan kulit agar
kriteria hasil: tetap bersih dan kering.
1. Integritas kulit yang 4. Mobilisasi pasien (ubah
baik bisa dipertahankan posisi pasien) setiap dua
(sensasi, elastisitas, jam sekali.
temperatur, hidrasi, 5. Monitor kulit akan adanya
pigmentasi) kemerahan .
2. Tidak ada luka/lesi 6. Oleskan lotion atau
pada kulit. minyak/baby oil pada
3. Perfusi jaringan baik. derah yang tertekan .
4. Menunjukkan 7. Monitor aktivitas dan
pemahaman dalam mobilisasi pasien.
proses perbaikan kulit 8. Monitor status nutrisi
dan mencegah pasien.
terjadinya sedera 9. Memandikan pasien
berulang. dengan sabun dan air
5. Mampu melindungi hangat.
kulit dan 10. Kaji lingkungan dan
mempertahankan peralatan yang
31
dehidrasi
2. Monitor TD
9. Resiko NOC NIC
ketidakefektifan Circulation status Peripheral sensation
perfusijaringan Tissue prefusion : management (manajemen
otak cerebral sensasi perifer)
Kriteria hasil : 1. Monitor adanya daerah
1. Mendemonstrasikan tertentu yang hanya peka
status sirkulasi yang terhadap
ditandai dengan : panas/dingin/tajam/tumpu
2. Tekanan systole dan l
dalam rentang yang 2. Monitor adanya paretese
diharapkan 3. Instruksikan keluarga
3. Tidak ada ortostatik untuk mengobservasi kulit
hipertensi jika ada isi atau laserasi
4. Tidak ada tanda-tanda 4. Gunakan sarung tangan
peningkatan tekanan untuk proteksi
intracranial (tidak lebih 5. Batasi gerakan pada
dari 15 mmHg) kepala, leher dan
5. Mendemostrasikan punggung
kemampuan kognitif 6. Monitor kemampuan
yang ditandai dengan: BAB
6. Berkomunikasi dengan 7. Kolaborasi pemberian
jelas dan sesuai dengan analgetik
kemampuan 8. Monitor adanya
7. Menunjukan perhatian, tromboplebitis
kosentrasi dari orientasi 9. Diskusikan mengenai
8. Memproses informasi penyebab perubahan
9. Membuat keputusan sensasi
dengan benar
10. Menunjukan fungsi
35
luka/insisi bedah
21. Dorong masukkan nutrisi
yang cukup
22. Dorong masukkan cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
25. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
26. Ajarkan cara menghindar
infeksi
27. Laporkan kecurigaan
infeksi
28. Laporkan kultur positif
11. Defisiensi NOC NIC
pengetahuan b.d Knowledge: Teaching : disease process
proses disease process 1. Berikan penilaian tentang
penanganan luka Knowledge : health tingkat pengetahuan
bakar Behavior pasien tentang proses
Kriteria Hasil: penyakit yang spesifik
1. Pasien dan keluarga 2. Jelaskan patofisiologi dari
menyatakan penyakit dan bagaimana
pemahaman tentang hal ini berhubungan
penyakit kondisi, dengan anatomi dan
prognosis dan program fisiologi, dengan cara
pengobatan yang tepat
2. Pasien dan keluarga 3. Gambarkan tanda dan
mampu menjelaskan gejala yang biasa muncul
kembali apa yang pada penyakit, dengan
38
kecemasan
10.Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
11.Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
12.Instruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
13.Barikan obat untuk
mengurangi kecemasan
2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap pelaksanaan dari intervensi yang
sudah di tentukan sebelumnya. Setelah melakukan intervensi
keperawatan, tahap selanjutnya adalah mencatat intervensi yang telah
dilakukan dan evaluasi respon klien (Nursalam, 2011).
Pedoman implementasi keperawatan Pedoman implementasi
keperawatan menurut Dermawan (2012) sebagai berikut:
1. Tindakan yang dilakukan konsisten dengan rencana dan dilakukan
setelah memvalidasi rencana. Validasi menentukan apakah rencana
masih relevan, masalah mendesak, berdasar pada rasional yang baik
dan diindividualisasikan. Perawat memastikan bahwa tindakan yang
sedang diimplementasikan, baik oleh pasien, perawat atau yang lain,
berorientasi pada tujuan dan hasil. Tindakan selama implementasi
diarahkan untuk mencapai tujuan.
2. Keterampilan interpersonal, intelektual dan teknis dilakukan dengan
kompeten dan efisien di lingkungan yang sesuai. Perawat harus
kompeten dan mampu melaksanakan keterampilan ini secara efisien
guna menjalankan rencana. Kesadaran diri dan kekuatan serta
41
44
45
Tujuan dari inform consent yaitu agar partisipan mengetahui maksud dan
tujuan pengelolaan kasus serta dampak yang diteliti selama pengumpulan
data. Lembar persetujuan diberikan kepada partisipan dan disertai judul
pengelolaan kasus. Klien bersedia untuk menjadi partisipan, dan telah
menandatangani lembar persetujuan untuk menjadi partisipan.
2) Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden, penulis tidak
mencantumkan nama pada pengolahan data penelitian, tapi hanya
memberikan nomor dan kode tertentu.
3) Confidentiality (kerahasiaan)
Penulis menjamin kerahasiaan dari hasil pengelolaan kasus baik
informasi maupun masalah-masalah lainnya, semua informasi yang telah
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh penulis. Hanya kelompok
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil pengelolaan kasus.