Anda di halaman 1dari 199

LAPORAN KINERJA

TAHUN 2018
BADAN NASI
ONALPENANGGULANGAN BENCANA
IKHTISAR EKSEKUTIF
Tahun 2018 merupakan tahun ke-4 dari pelaksanaan RPJMN 2015-2019.
Pelaksanaan penanggulangan bencana telah dituangkan pada RPJMN 2015-
2019, BNPB telah menjabarkan di RENSTRA BNPB 2015 – 2019 dan JAKSTRA
2015-2019, maka sasaran BNPB tahun 2015-2019 adalah Menurunnya indeks
risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi melalui arah
kebijakan yaitu (1) mengurangi risiko bencana, (2) meningkatkan ketangguhan
pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam menghadapi bencana,
dilaksanakan melalui strategi (1) Internalisasi Pengurangan Risiko Bencana
dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat dan Daerah, (2) Penurunan
tingkat kerentanan terhadap bencana, (3) Peningkatan kapasitas pemerintah,
pemerintah daerah dan masyarakat dalam Penanggulangan Bencana.
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 282.U Tahun 2018 tanggal
28 September 2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala BNPB Nomor
65.C Tahun 2015 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2015-2019, maka sasaran strategis BNPB
meliputi (1) Meningkatnya ketangguhan pemerintah daerah dan masyarakat
dalam menghadapi bencana, (2) Meningkatnya kemampuan BNPB dalam
merespon kejadian bencana, (3) Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat
pascabencana, (4) Terlaksananya peningkatan kapasitas pelayanan dan kinerja
penyelenggaraan penanggulangan bencana. Capaian keberhasilan sasaran
strategis ini diukur melalui indikator kinerja utama BNPB yaitu (1) Persentase
Kabupaten/Kota yang mengintegrasikan kajian risiko bencana dalam
pembangunan daerah, (2) Persentase meningkatnya kapasitas masyarakat dalam
penanggulangan bencana, (3) Persentase kejadian bencana yang ditangani atau
(direspon), (4) Persentase kabupaten/kota rawan bencana yang memiliki
ketersediaan logistik dan peralatan serta kemampuan teknis untuk kesiapsiagaan
dan kedaruratan, (5) Rata-rata peningkatan indeks pemulihan pasca bencana, dan
(6) Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana. Dari hasil
pengukuran kinerja, capaian kinerja BNPB pada tahun 2018 secara umum telah
meningkat dari tahun sebelumnya namun masih terdapat indikator kinerja utama
yang belum mencapai target yang ditetapkan di tahun 2018, adapun rincian
capaian Indikator Kinerja Utama BNPB Tahun 2018 adalah sebagaimana tabel
berikut:

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sasaran Strategis

1 Meningkatnya Persentase 40% 32.30% 80.75%


Ketangguhan Kabupaten/kota yang
Pemerintah Daerah mengintegrasikan kajian
dan Masyarakat resiko bencana dalam
dalam menghadapi pembangunan daerah
bencana
Persentase meningkatnya 10% 8% 80%
kapasitas masyarakat
dalam penanggulangan
bencana

2 Meningkatnya Persentase kejadian 100% 100% 100%


kemampuan BNPB bencana yang ditangani
dalam merespon (direspon)
kejadian bencana
Persentase 55% 51.76% 94.11%
Kabupaten/Kota rawan
bencana yang memiliki
ketersediaan logistik dan
peralatan serta
kemampuan teknis untuk
kesiapsiagaan dan
darurat bencana
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sasaran Strategis

3 Meningkatnya Rata-rata peningkatan 3% 3.47% 115.67%


kualitas kehidupan indeks pemulihan pasca
masyarakat bencana
pascabencana

4 Terlaksananya Rata-rata waktu 4 Jam 59 Menit 401.67%


kapasitas pelayanan penyebaran informasi 45 Detik
dan kinerja kejadian bencana
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana

Dari capaian kinerja BNPB Tahun 2018 tentunya berpengaruh pada upaya
penurunan indeks risiko bencana dari nilai indeks risiko bencana di tahun 2017
sebesar 142.2, menjadi 126.1 di tahun 2018

Dari sisi capaian realisasi anggaran, pagu anggaran BNPB pada tahun 2018
adalah sebesar Rp. 7.192.186.163.000,- yang dilaksanakan melalui 3 (tiga)
program dengan capaian realisasi anggaran sebesar 98,92% atau sebesar
Rp. 7.114.493.678.962,- dan pada tahun 2018, BNPB dan Kementerian
Keuangan melalui Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan telah menyalurkan
dana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana TA 2018 sebesar
Rp. 602.333.079.443 untuk 4 (empat) provinsi dan 9 kabupaten/kota untuk
pemulihan pasca bencana Gunung Sinabung dan badai siklon cempaka.
KATA PENGANTAR

P
Uji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga
Laporan Kinerja BNPB Tahun 2018 telah selesai
disusun. Laporan Kinerja Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2018
merupakan implementasi dari Peraturan presiden Nomor 29
tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana selama periode
2015-2019 telah menetapkan Rencana Strategis sesuai dengan
sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 yaitu Menurunnya indeks
risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko tinggi.
Laporan Kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2018
menggambarkan capaian kinerja tahun 2018 dibandingkan dengan target yang telah
ditetapkan dalam perjanjian kinerja, beserta analisis capaian kegiatan. Permasalahan
dan kendala yang dihadapi dalam pencapaian target tahun 2018, akan menjadi rencana
tindak lanjut untuk perbaikan kinerja di tahun 2019.
Masukan dan saran perbaikan yang bersifat membangun menjadi harapan besar kami
untuk peningkatan kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana dalam rangka
penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Jakarta, 27 Februari 2018


Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana

Doni Monardo
Letnan Jenderal TNI

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... I


DAFTAR ISI ............................................................................................................... II
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... IV
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... IX
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
Latar Belakang .................................................................................................... 1
A. Maksud dan Tujuan............................................................................... 1
B. Tugas dan Fungsi BNPB ....................................................................... 2
C. Sumber Daya Manusia BNPB ............................................................... 7
Isu Strategis ........................................................................................................ 8
Sistematika Penyajian Laporan Kinerja ............................................................. 12
BAB II PERENCANAAN KINERJA ........................................................................... 14
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ......................................................................... 21
A. Capaian Kinerja Organisasi ......................................................................... 21
B. Evaluasi dan Analisis Kinerja....................................................................... 24
1. Persentase kabupaten/kota yang mengintegrasikan kajian risiko
bencana dalam pembangunan daerah ................................................ 24
2. Persentase Meningkatnya Kapasitas Masyarakat Dalam
Penanggulangan Bencana .................................................................. 46
3. Persentase Kejadian Bencana Yang Ditangani (direspon) .................. 56
4. Persentase Kabupaten/Kota Rawan Bencana Yang Memiliki
Ketersediaan Logistik dan Peralatan Serta Kemampuan Teknis Untuk
Kesiapsiagaan dan Darurat Bencana .................................................. 85
5. Rata-Rata Peningkatan Indeks Pemulihan Pasca Bencana ................ 95
6. Rata-rata Waktu Penyebaran Informasi Kejadian Bencana ............... 130
C. Capaian Kinerja Anggaran ........................................................................ 162
BAB IV PENUTUP ................................................................................................. 165
LAMPIRAN ............................................................................................................ 166
LAMPIRAN I. PENETAPAN KINERJA ............................................................. 167
ii
LAMPIRAN II. DESA TANGGUH BENCANA 2018 .......................................... 169
LAMPIRAN III. DESTANA PENGEMBANGAN TAHUN 2017 .......................... 172
LAMPIRAN IV. DESTANA 2016 ...................................................................... 179

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Organisasi BNPB ............................................................................ 6


Gambar 2. Data Pegawai BNPB .................................................................................... 8
Gambar 3. Peta Risiko Bencana Indonesia .................................................................... 9
Gambar 4. Korban Meninggal & Hilang Akibat Bencana Tahun 2018 .......................... 10
Gambar 5. Kejadian bencana 2018.............................................................................. 10
Gambar 6. Kerusakan Rumah Akibat Bencana Tahun 2018 ........................................ 11
Gambar 7. Kerusakan & Kerugian Akibat Bencana Tahun 2018 .................................. 11
Gambar 8. Tren Indeks Risiko Bencana Rata-rata Prioritas Nasional 2015-2018 ........ 23
Gambar 9. Proses Penyusunan dan Analisis Rencana Penanggulangan Bencana ..... 25
Gambar 10. Perkembangan Dokumen RPB Kab/Kota Tahun 2014 - 2018 .................. 29
Gambar 11. Jumlah Dokumen RPB Kabupaten/Kota Tahun 2016 - 2018 .................... 30
Gambar 12. Hubungan Kajian Risiko dan Rencana Penanggulangan Bencana .......... 31
Gambar 13.Gerakan pengurangan risiko bencana ....................................................... 34
Gambar 14. Kerangka Kerja Sekolah-Madrasah Aman dari bencana .......................... 36
Gambar 15. Pelatihan dan simulasi untuk tenaga pendidik dan siswa sekolah ............ 37
Gambar 16. Proses Penyusunan Rencana Kontijensi .................................................. 38
Gambar 17. Penyusunan Rencana Kontijensi Periode 2015-2018 ............................... 39
Gambar 18. Peta Lokasi Penyusunan Rencana Kontijensi Tahun 2018 ...................... 39
Gambar 19. Penyusunan Rencana Kontinjensi Penanggulangan Bencana ................. 40
Gambar 20. Uji Lapang Penanggulangan Bencana ..................................................... 41
Gambar 21. Landslide Early Warning System (LEWS)/ EWS Tanah Longsor Periode
2015-2018 ............................................................................................... 42
Gambar 22. Sebaran Kab/Kota yang memiliki Sistem Peringatan Dini Bencana Update
Tahun 2018 ............................................................................................. 42
Gambar 23. Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah ................................................... 43
Gambar 24. Sistem Nasional Peringatan Dini Multi Ancaman Bencana ....................... 44
Gambar 25. Peta Sebaran Kabupaten/ Kota yang memiliki Rambu Evakuasi, Papan
Peringatan Dini dan Informasi Bencana Tahun 2018 .............................. 45

iv
Gambar 26. Perkembangan Rambu Evakuasi, Papan Peringatan Dan Informasi
Bencana Periode 2015-2018................................................................... 45
Gambar 27. Contoh Rambu Evakuasi, Papan Peringatan Dini dan Informasi Bencana 46
Gambar 28. Program Desa Tangguh Bencana 2012-2018 .......................................... 48
Gambar 29. Kegiatan Desa Tangguh Bencana di Nusa Tenggara Timur ..................... 50
Gambar 30. Proses Desa Tangguh Bencana di Kota Gorontalo .................................. 51
Gambar 31. Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk Desa/Kelurahan Tangguh
Bencana.................................................................................................. 54
Gambar 32. Capaian Kejadian yang direspon di Tahun 2018 ..................................... 57
Gambar 33. Penyaluran Dana Siap Pakai Tahun 2018 ................................................ 58
Gambar 34. Persentase Penggunaan DSP 2018 per Jenis Bencana........................... 59
Gambar 35. Kegiatan Pemadaman Kebakaran Hutan dan Lahan ................................ 60
Gambar 37. Jumlah Hotspot per Provinsi di Indonesia Tahun 2018 ............................. 61
Gambar 36. Gambar udara Kebakaran Hutan dan lahan ............................................. 61
Gambar 38. Total Hotsopt per Bulan di Tahun 2018 .................................................... 62
Gambar 39. Upaya BNPB dalam menangani Bencana Kebakaran hutan dan lahan .... 63
Gambar 40. Peta Sebaran Dukungan Udara Penanganan Asap Akibat Karthutla di
Wilayah Sumatera dan Kalimantan tahun 2018....................................... 64
Gambar 41. Realisasi Bantuan Stimulan Perbaikan Rumah ........................................ 66
Gambar 43. Presiden RI didamping Ibu Negara dan Kepala BNPB meninjau lokasi
daerah terdampak gempa bumi di provinsi Nusa Tenggara Barat ........... 67
Gambar 42. Progres Pembangunan Rumah s/d 31 Des 2018 ..................................... 67
Gambar 44. Gempa Sulawesi Tengah tanggal 28 September 2018............................. 68
Gambar 45. Data Kerugian dan Kerusakan Bencana Gempa & Tsunami di Kab/Kota
Sulawesi tengah ...................................................................................... 69
Gambar 46. Kerusakan Akibat Bencana Gempa bumi & Tsunami di Provinsi Banten &
Lampung ................................................................................................. 74
Gambar 47. Suasana Pengungsi Korban bencana Gempa Bumi & Tsunami ............... 75
Gambar 48. Kepala BNPB dan Tim Kaji Cepat BNPB melakukan Asessment Bencana
Gempa Bumi 4,4 SR di Kab. Banjarnegara ............................................. 75

v
Gambar 49. Kepala BNPB dan Tim Kaji Cepat BNPB Melakukan Koordinasi
Penanganan Darurat Bencana Tsunami ................................................. 78
Gambar 50. Distribusi bantuan Family Kit oleh BNPB di Kabupaten Donggala Sulawesi
Tengah.................................................................................................... 78
Gambar 51. Kegiatan Pendampingan Penanganan Pengungsi di Kabupaten Kuningan
Jawa Barat .............................................................................................. 81
Gambar 52. Perbaikan Darurat Sarana dan Prasarana Vital ....................................... 83
Gambar 53. Presiden RI Bpk. Ir. Joko Widodo didampingi Ibu Negara Ibu Iriana
menyerahkan simbolis bantuan Kemanusiaan ke pengungsi di Coxz bazar
Bangladesh ............................................................................................. 84
Gambar 54. Barang Bantuan Kemanusiaan Direktorat Logistik ................................... 86
Gambar 55. Paket Pengadaan Peralatan Tahun 2018 ................................................. 86
Gambar 56. Pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik ................................... 89
Gambar 57. Pengenalan Teknis Peralatan PB ............................................................. 91
Gambar 58. Pemanfaatan Logistik Peralatan Penanggulangan Bencana pada saat
tanggap darurat bencana ........................................................................ 93
Gambar 59. Dukungan Bantuan Logistik BNPB pada Darurat Bencana Tahun 2018 ... 94
Gambar 60. Keterkaitan Pemulihan Pascabencana berdasarkan UU, Perka BNPB
dengan Indikator Pembangunan Manusia ............................................... 97
Gambar 61. Struktur Indikator pengukuran peningkatan penyelesaian rehabilitasi dan
rekonstruksi............................................................................................. 98
Gambar 62. Hasil Perhitungan Indeks Pemulihan Pascabencana berdasarkan status
kepulihan Daerah Tahun 2018 ................................................................ 99
Gambar 63. Hubungan Indeks Pemulihan Pascabencana dengan Indeks Risiko
Bencana................................................................................................ 103
Gambar 64. Hibah Rehabilitasi Rekonstruksi Pascabencana Tahun Anggaran 2018 105
Gambar 65. Rekonstruksi Jembatan Maktal di Kabupaten Garut menggunaan
Pendanaan Dana Hibah RR TA 2017 ................................................... 108
Gambar 66. Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana Banjir Bandang dan Tanah
Longsor di Kab Garut ............................................................................ 109

vi
Gambar 67. Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung di
Kab. Karo .............................................................................................. 110
Gambar 68. Relokasi Surbakti 3 ................................................................................ 110
Gambar 69. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Aceh.................................................... 111
Gambar 70. Proses Pelaksana Pendampingan Ekonomi Tahun Anggaran 2018 ....... 112
Gambar 71. Bantuan Stimulan Kegiatan Pendampingan Ekonomi Kab Pidie Jaya .... 113
Gambar 72. Bantuan stimulan kegiatan pendampingan ekonomi di Kabupaten Karo
untuk kelompok usaha pembuatan pupuk organik ................................ 114
Gambar 73. Hasil Produksi kelompok pendampingan ekonomi Kabupaten Sumedang
dan Kabupaten Garut ............................................................................ 116
Gambar 74. Bantuan stimulan kelompok pendampingan ekonomi tahun 2018 .......... 118
Gambar 75. Skema Pendampingan Sosial ................................................................ 119
Gambar 76. Bantuan Stimulan Kegiatan Pendampingan Pendampingan Sosial Kab
Pidie Jaya ............................................................................................. 121
Gambar 77. Kegiatan Pendampingan Sosial Kelompok Tari dan Musik Tiga Serangkai
di Kabupaten Karo ................................................................................ 122
Gambar 78. Aktivitas Kegiatan Pendampingan Sosial di Kabupaten Garut ................ 123
Gambar 79. Kegiatan pendampingan sosial di wilayah pascabencana ...................... 125
Gambar 80. Kegiatan gelar budaya Wayang Ceng Blong di Kabupaten Karang Asem
.............................................................................................................. 127
Gambar 81. Kegiatan Gelar Budaya di Kabupaten Ponorogo .................................... 127
Gambar 82. Penyerahan Piagam Penghargaan dalam Pameran BNPB .................... 129
Gambar 83. Media atau Kanal BNPB ......................................................................... 133
Gambar 84. Medkom Bencana dan Wartawan Peduli Bencana (Wapena) via Whatsapp
.............................................................................................................. 134
Gambar 85. Whatsapp Group Wartawan (Medkom Bencana-7) dan website BNPB .. 141
Gambar 86. Akun Facebook BNPB ............................................................................ 143
Gambar 87. Akun twitter BNPB .................................................................................. 143
Gambar 88. Akun Resmi Instagram BNPB ................................................................ 144
Gambar 89. Aktivitas Facebook BNPB di Kementerian/Lembaga .............................. 144
Gambar 90. Akun Youtube BNPB Indonesia .............................................................. 145

vii
Gambar 91. InAWARE (http://inaware.bnpb.go.id/inaware/)....................................... 145
Gambar 92. Geospasial (http://geospasial.bnpb.go.id/) .............................................. 146
Gambar 93. Peta Bencana (http://petabencana.id/) ................................................... 146
Gambar 94. Data Informasi Bencana Indonesia/DIBI (http://bnpb.cloud/dibi/) ............ 147
Gambar 95. Aplikasi BNPB TV dan Diorama BNPB dapat diakses di Google Playstore
.............................................................................................................. 147
Gambar 96. Penyebaran data dan informasi kejadian bencana melalui website BNPB
.............................................................................................................. 154
Gambar 97. Pelaksanaan Live melalui TV, Konferensi Pers Kepala BNPB dan Kepala
Pusat Data, Informasi dan Humas ......................................................... 154
Gambar 98. Peta Sebaran Pusdalops BPBD Kab/Kota .............................................. 157
Gambar 99. Media Publik BNPB ................................................................................ 158
Gambar 100. Data Kunjungan Diorama BNPB di tahun 2018 .................................... 159
Gambar 101. Forum Komunikasi & Bimbingan Teknis Data Informasi & Humas 2018159
Gambar 102. Sosialisasi Edukasi Bencana melalui Sandiwara Radio ........................ 160
Gambar 103. Sosialisasi Edukasi Penanggulangan Bencana BNPB ......................... 160
Gambar 104. Perpustakaan online BNPB .................................................................. 161
Gambar 105. Koleksi Buku Pusdatinmas BNPB Tahun 2018..................................... 161
Gambar 106. Penghargaan BNPB atas Inovasi, Kreativitas, & orestasi di Tingkat
Nasional/Internasional ........................................................................... 162
Gambar 107. Capaian realisasi Anggaran BNPB Tahun 2018 ................................... 163
Gambar 108.Capaian Realisasi Anggaran Periode 2015-2018 .................................. 164

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNPB Tahun 2018............................................................. 17


Tabel 2. Perubahan Sasaran Strategis BNPB Tahun 2018 .......................................... 18
Tabel 3. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2018 ....................................................... 18
Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Utama BNPB tahun 2018 ...................................... 21
Tabel 5. Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 2018 .. 26
Tabel 6. Perbandingan capaian kinerja tahun 2017 dan 2018...................................... 27
Tabel 7. Daftar Lokasi Kegiatan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana
Tahun 2018 ................................................................................................. 28
Tabel 8. Daftar Lokasi Kegiatan Kajian Risiko Bencana Tahun 2018 ........................... 31
Tabel 9. Daftar Lokasi Kegiatan Gerakan Pengurangan Risiko BencanaTahun 2018 .. 34
Tabel 10. Daftar Lokasi Kegiatan Sekolah/Madrasah Aman dari BencanaTahun 2018 37
Tabel 11. Daftar Kabupaten/Kota Pembentukan Destana Tahun Anggaran 2018 ........ 48
Tabel 12. Realisasi Peningkatan Kapasitasa Masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana ...................................................................................................... 49
Tabel 13. Realisasi Peningkatan Kapasitasa Masyarakat dalam Penanggulangan
Bencana 2017-2018 .................................................................................... 49
Tabel 14. Perkembangan Pembentukan Desa Tangguh Bencana 2012-2018 ............. 53
Tabel 15. Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana 2015-2017 ................ 56
Tabel 16. Persentase Kejadian Bencana yang Berhasil Direspon ................................ 56
Tabel 17. Data Penyaluran Dana Siap Pakai Tahun 2018 ........................................... 66
Tabel 18. Data Korban Bencana di 4 Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah ......... 70
Tabel 19. Kerusakan Rumah Bencana Provinsi Sulawesi Tengah ............................... 72
Tabel 20. Rekapitulasi Dana Siap Pakai Penanganan Darurat Bencana Gempabumi,
Tsunami dan Likuifaksi di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah TA 2018....... 73
Tabel 21. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Dasar yang Bersumber dari Dana Siap
Pakai TA 2015 s.d 2018 .............................................................................. 80
Tabel 22. Realisasi Indikator Kinerja Pemenuhan Logistik dan Peralatan Tahun 2017 -
2018 ............................................................................................................ 87

ix
Tabel 23. Realisasi Indikator Kinerja Pemenuhan Logistik dan Peralatan Tahun 2018 87
Tabel 24. Jumlah Penerima Bantuan Logistik dan Peralatan Periode tahun 2015 s/d
2018 ............................................................................................................ 88
Tabel 25. Daerah yang mendapatkan pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik
.................................................................................................................... 89
Tabel 26. Sasaran dan Indikator Kinerja tahun 2018 ................................................... 95
Tabel 27. Hasil Perhitungan Indeks Pemulihan Pascabencana Tahun 2018................ 99
Tabel 28. Pencapaian Rata-rata peningkatan indeks pemulihan pascabencana ........ 100
Tabel 29. Hasil Perhitungan Ina PDRI Penerima Hibah Tahun 2017 ......................... 100
Tabel 30. Pelaksanaan Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Dana Hibah TA 2017
Tahap 1 ..................................................................................................... 106
Tabel 31. Pelaksanaan Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Dana Hibah TA 2017
Tahap 2 ..................................................................................................... 107
Tabel 32. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 s/d 2019 ............................... 130
Tabel 33. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian
bencana slow on set (durasi waktu yang dibutuhkan rata-rata 54 menit 30
detik pascabencana) ................................................................................. 135
Tabel 34. Akun resmi media sosial BNPB dan jumlah followersnya ........................... 142
Tabel 35. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian
bencana sudden on set (durasi waktu yang dibutuhkan rata-rata 1 jam 5
menit pascabencana) ................................................................................ 148
Tabel 36. Realisasi anggaran BNPB tahun 2018 ....................................................... 163

x
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Semakin tingginya intensitas bencana di Indonesia pada tahun 2018, negara wajib
hadir dalam melayani masyarakat, melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB) sebagai lembaga yang memiliki fungsi perumusan dan penetapan kebijakan
penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan
tepat serta efektif dan efisien dan pengkoodinasian pelaksanaan kegiatan
penanggulangan bencana secara terencana, terpadu dan menyeluruh.

Pelaksanaan penanggulangan bencana telah dituangkan pada RPJMN 2015-2019,


dan sebagai kelanjutannya BNPB telah menjabarkan di RENSTRA BNPB 2015 – 2019
dan JAKSTRA 2015-2019, maka sasaran strategis BNPB tahun 2015-2019 adalah
Menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang berisiko
tinggi melalui arah kebijakan dan strategi yaitu 1) mengurangi risiko bencana dan 2)
meningkatkan ketangguhan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam
menghadapi bencana, yang dilaksanakan melalui strategi 1) Internalisasi
Pengurangan Risiko Bencana dalam kerangka pembangunan berkelanjutan di Pusat
dan Daerah, 2) Penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana, dan 3) Peningkatan
kapasitas pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam penanggulangan
bencana.

A. Maksud dan Tujuan

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem


Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menyatakan bahwa setiap kementerian/
lembaga diwajibkan menyusun dan menyajikan laporan Kinerja atas prestasi kerja
yang dicapai berdasarkan penggunaan anggaran yang telah dialokasikan sebagai
wujud pertanggungjawaban dalam mencapai visi dan misi organisasi. Laporan
1
kinerja tahun 2018 merupakan bentuk pertanggungjawaban Kepala BNPB kepada
Presiden atas pelaksanaan program dan kegiatan serta pengelolaan anggaran yang
dilaksanakan dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja ini adalah untuk menilai dan mengevaluasi
pencapaian kinerja dan sasaran BNPB selama tahun 2018. Berdasarkan hasil
evaluasi yang dilaksanakan, akan dibuat rumusan kesimpulan yang akan dijadikan
salah satu bahan masukan dan referensi dalam menetapkan kebijakan dan strategi
tahun berikutnya.

B. Tugas dan Fungsi BNPB

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional


Penanggulangan Bencana dan Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 1 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional
Penanggulangan Bencana sebagaimana diubah dengan Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2013 Tentang: Perubahan
Atas Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun
2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Nasional Penanggulangan
Bencana, BNPB adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang dipimpin oleh
Kepala setingkat menteri yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden. Dalam hal ini BNPB mempunyai tugas membantu Presiden dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan dalam bidang Penanggulangan
Bencana, yaitu meliputi:
1. memberikan pedoman dan pengarahan terhadap usaha penanggulangan
bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan keadaan darurat
bencana, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara;
2. menetapkan standardisasi dan kebutuhan penyelenggaraan penanggulangan
bencana berdasarkan peraturan perundang-undangan;
3. menyampaikan informasi kegiatan penanggulangan bencana kepada
masyarakat;

2
4. melaporkan penyelenggaraan penanggulangan bencana kepada Presiden
setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat
bencana;
5. menggunakan dan mempertanggungjawabkan sumbangan/bantuan nasional
dan internasional;
6. mempertanggungjawabkan penggunaan anggaran yang diterima dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
7. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan;
dan
8. menyusun pedoman pembentukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana tersebut di atas, BNPB mempunyai
fungsi:
1. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan
penanganan pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat serta efektif dan
efisien; dan
2. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara
terencana, terpadu dan menyeluruh.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Badan Nasional Penanggulangan Bencana
terdiri atas:
a. Kepala mempunyai tugas memimpin BNPB dalam menjalankan tugas dan
fungsi BNPB
b. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana;
Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana terdiri dari Ketua yang dijabat oleh
Kepala BNPB dan 19 (sembilanbelas) anggota yang terdiri dari 10 (sebelas)
Pejabat Pemerintah Eselon I atau yang setingkat, yang diusulkan oleh
Pimpinan Lembaga Pemerintah, dan 9 (sembilan) anggota yang berasal dari
unsur masyarakat profesional. Unsur Pengarah Penanggulangan Bencana
mempunyai tugas memberikan masukan dan saran kepada Kepala BNPB
dalam penanggulangan bencana. Untuk melaksanakan tugas dimaksud,
UnsurPengarah Penanggulangan Bencana menyelenggarakan fungsi: 1)
Perumusan konsep kebijakan penanggulangan bencana nasional; 2)

3
Pemantauan, dan 3) Evaluasi penyelenggaraan penanggulangan bencana
nasional.

c. Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana


Unsur Pelaksana Penanggulangan Bencana mempunyai tugas
melaksanakan penanggulangan bencana secara terintegrasi yang meliputi
prabencana, saat tanggap darurat dan pascabencana, untuk
melaksanakan tugas tersebut, unsur pelaksana menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi penyelenggaraan penanggulangan bencana; 2) Komando
penyelenggaraan penanggulangan bencana; dan 3) Pelaksana dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana.

Di dalam unsur pelaksana terdapat 6 (enam) Unit Eselon I sebagaiberikut:

1) Sekretariat Utama (Settama) yaitu unsur Pendukung yang dipimpin


oleh seorang Sekretaris Utama dan bertugas melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unit organisasi dilingkungan BNPB. Susunan
organisasi Settama terdiri dari: Biro Perencanaan, Biro Hukum dan
Kerjasama, Biro Keuangan, Biro Umum, Pusat DataInformasi dan
Hubungan Masyarakat, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Penanggulangan Bencana.

2) Inspektorat Utama (Ittama), yaitu unsur pengawasan fungsional dalam


melaksanakan pengawasan fungsional dilingkungan badan. Ittama
dipimpin oleh seorang Inspektorat Utama. Susunan organisasi Ittama
terdiri dari: Inspektorat I dan Inspektorat II.

3) Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, yaitu unsur


pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan
standarisasi teknis di bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan, dan Mitigasi
Bencana. Kedeputian bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan dipimpin
oleh seorang Deputi Pencegahan dan Kesiapsiagaan. Susunan
organisasi terdiri dari: Direktorat Pengurangan Risiko Bencana,
Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, dan Direktorat Kesiapsiagaan.
4
4) Kedeputian bidang Penanganan Darurat, yaitu unsur pelaksana dalam
merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang Penanganan darurat saat tanggap darurat. Kedeputian bidang
Penanganan Darurat dipimpin oleh seorang Deputi Penanganan
Darurat. Susunan organisasi terdiri dari: Direktorat Tanggap Darurat,
Direktorat Bantuan Darurat, Direktorat Perbaikan Darurat, dan
Direktorat Pengungsi.

5) Kedeputian bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, yaitu unsur


pelaksana dalam merumuskan dan melaksanakan standarisasi teknis
di bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Kedeputian
bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi dipimpin oleh seorang Deputi
Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Susunan organisasi terdiri dari:
Direktorat Penilaian Kerusakan, Direktorat Pemulihan dan Peningkatan
Fisik.

6) Kedeputian bidang Logistik dan Peralatan, yaitu unsur pelaksana dalam


merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di
bidang Logistik dan Peralatan. Susunan organisasi terdiri dari:
Direktorat Logistik dan Direktorat Peralatan.

Susunan Organisasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana dapat dilihat pada


gambar berikut: (Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan
Bencana Nomor 10 Tahun 2013 yang diperbarui dengan Peraturan Kepala Badan
Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 1 Tahun 2008).

5
Gambar 1. Struktur Organisasi BNPB

6
C. Sumber Daya Manusia BNPB

Jumlah Pegawai BNPB sampai dengan tanggal 31 Desember 2018 mencapai 498
orang untuk ASN dan 382 orang untuk Non ASN , dengan rincian sebagai berikut:
1. Aparatur Sipil Negara
a. Jumlah pegawai menurut unit Eselon I: Sekretariat Utama 427 orang,
Inspektorat Utama 55 orang, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan
137 orang, Kedeputian Penanganan Darurat 156 orang, Kedeputian
Rehabilitasi dan Rekonstruksi 73 orang, dan Kedeputian Logistik dan
Peralatan 55 orang.

b. Jumlah pegawai menurut golongan: Golongan IV sebanyak 69 orang,


Golongan III sebanyak 319 orang, Golongan II sebanyak 110 orang.

c. Jumlah pegawai menurut jabatan: Jabatan Pimpinan Tinggi Madya sebanyak


5 orang, Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama sebanyak 19 orang, jabatan
Administrator sebanyak 46 orang, jabatan Pengawas sebanyak 97 orang,
Jabatan Fungsional Tertentu sebanyak 71 orang, dan pelaksana sebanyak
429 orang.

d. Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikan: S-3 sebanyak 5 orang, S-2


sebanyak 76 orang, S-1 sebanyak 286 orang, D-3 sebanyak 68 orang, SMA
sebanyak 63 orang.

e. Jumlah pegawai menurut jenis kelamin: Laki-laki sebanyak 286 orang,


sedangkan jenis kelamin perempuan sebanyak 212 orang.

2. Non Aparatur Sipil Negara


Jumlah pegawai Non ASN berdasarkan unit Eselon I : Sekretariat Utama 216
orang, Inspektorat Utama 21 orang, Kedeputian Pencegahan dan Kesiapsiagaan
66 orang, Kedeputian Penanganan Darurat 40 orang, Kedeputian Rehabilitasi
dan Rekonstruksi 21 orang, dan Kedeputian Logistik dan Peralatan 18 orang.

Data pegawai BNPB sebagaimana lampiran berikut:

7
Gambar 2. Data Pegawai BNPB

Isu Strategis

Indonesia merupakan negara kepulauan, dan terdapat gugusan gunung berapi


yang menjadikan negara ini sebagai salah satu bagian dari cincin api pasifik (ring of
fire), dengan keadaan tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara yang rentan
mengalami bencana alam sebagaimana peta risiko bencana Indonesia terlampir.

8
Gambar 3. Peta Risiko Bencana Indonesia

Selama tahun 2018 terdapat 2.572 kejadian bencana. Dari 2.572 bencana tersebut
adalah bencana hidrometeorologi yang didominasi oleh banjir, longsor dan puting
beliung. Selama 2018 terjadi 679 bencana banjir, 473 longsor, 804 puting beliung,
1 kombinasi gempa dan tsunami, 129 kekeringan, 370 kebakaran hutan dan lahan,
23 gempa bumi, 1 tsunami, 58 erupsi gunung meletus, dan 34 gelombang pasang
dan abrasi.

9
Gambar 5. Kejadian bencana 2018

Dampak yang ditimbulkan bencana telah menyebabkan 4.814 orang meninggal


dunia dan hilang, 10,293 Juta jiwa menderita dan mengungsi.sebanyak 320.165 unit
rumah rusak terdiri dari 150.513 rusak berat,39.815 rusak sedang dan 129.837
rusak ringan.

Gambar 4. Korban Meninggal & Hilang Akibat Bencana Tahun 2018

10
Gambar 6. Kerusakan Rumah Akibat Bencana Tahun 2018

Kerugian ekonomi dari kejadian bencana diperkirakan rata-rata sekitar Rp. 34


triliun setiap tahun (diluar kerugian akibat bencana yang besar seperti karhutla).

Gambar 7. Kerusakan & Kerugian Akibat Bencana Tahun 2018

11
Kejadian bencana dan kerugian akibat bencana menjadi isu yang strategis melihat
dampak yang diakibatkan pada target pertumbuhan ekonomi sebesar 5.4% di tahun
2018. Meningkatnya kejadian bencana di tahun 2018 tentu menuntut upaya
pengurangan risiko bencana yang perlu ditingkatkan. Budaya sadar bencana masih
cukup rendah. Jutaan masyarakat Indonesia masih tinggal di daerah rawan
bencana dengan tingkat mitigasi bencana yang rendah.

Berdasarkan peta risiko bencana dan kejadian bencana serta kerugian akibat
bencana di tahun 2018, isu strategis yang menjadi tantangan dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah 1) peningkatan kapasitas
masyarakat tentang risiko bencana dan kesiapsiagaan dalam menghadapi
bencana, 2) pembangunan sistem peringatan dini secara terpadu, 3) penguatan
ketersediaan logistik dan peralatan, 4) koordinasi pelaksanaan penanganan
darurat, dan 5) pemulihan pasca bencana.

Sistematika Penyajian Laporan Kinerja

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, Laporan
Kinerja BNPB Tahun 2018 disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Menjelaskan secara ringkas latar belakang, tugas dan fungsi, isu strategis dan
sistematika penyajian;

Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja

Menjelaskan Rencana Strategis BNPB selama tahun 2015-2019, Rencana


Kinerja Tahun 2018 dan Penetapan Kinerja tahun 2018;

Bab III Akuntabilitas Kinerja

12
Menjelaskan analisis pencapaian kinerja BNPB selama tahun 2018 dikaitkan
dengan pertanggungjawaban publik terhadap pencapaian sasaran strategis.

Bab IV Penutup

Menjelaskan simpulan menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja BNPB


selama tahun 2018 dan menguraikan rekomendasi yang diperlukan bagi
perbaikan kinerja dimasa mendatang.

13
BAB II
PERENCANAAN KINERJA

Dalam periode pembangunan tahun 2015-2019, Presiden telah menetapkan


NAWACITA sebagai agenda pembangunan yang berjumlah sembilan agenda prioritas
dalam periode 5 tahun. Dalam upaya mencapai agenda pembangunan tersebut, telah
disusun RPJMN 2015-2019 dengan arah kebijakan “Untuk mengurangi risiko bencana
dan meningkatkan ketangguhan Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Masyarakat
dalam menghadapi bencana”. Untuk mencapai sasaran dalam RPJMN, BNPB telah
menyusun Renstra BNPB 2015-2019 dengan sasaran nasional yang akan dicapai adalah
menurunnya indeks risiko bencana pada pusat-pusat pertumbuhan yang beresiko tinggi
(136 Kab/Kota). Komitmen BNPB dalam pencapaian sasaran tersebut, harus didorong
dengan peningkatan ketangguhan dalam menghadapi bencana. Untuk itu mengacu
kepada Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 65.C
Tahun 2015 yang selanjutnya diubah dengan Keputusan Kepala BNPB Nomor 282.U
Tahun 2018 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2015-2019, maka sasaran yang ingin dicapai selama
periode 2015-2019 adalah:

Menurunnya Indeks Risiko Bencana di Pusat-pusat Pertumbuhan


Yang Berisiko Tinggi

Indeks Risiko Bencana Indonesia merupakan gambaran tingkat risiko bencana di wilayah
administrasi pemerintahan (Provinsi/Kabupaten/Kota) sesuai dengan jenis bahaya
(hazard) serta gabungan beberapa bahaya (multi hazard). Indeks Risiko Bencana juga
menggambarkan perbandingan tingkat risiko antar wilayah. Sehingga bisa dikatakan
bahwa Indeks Risiko Bencana merupakan gambaran perbandingan penilaian seluruh
Kabupaten/Kota di Indonesia dari risiko bencana yang ada. Perhitungan indeks risiko
bencana didasarkan pada hasil kajian risiko bencana yang diolah secara spasial

14
berdasarkan penilaian kemungkinan dan besarnya dampak yang diukur dari
keterpaparan (exposure) dan kapasitas (capacity) untuk setiap bahaya (hazard) dan
untuk gabungan dari beberapa bahaya yang ada (multi hazards).

Penurunan Indeks Risiko Bencana dilaksanakan dengan melakukan kegiatan


peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di daerah (Kabupaten dan Kota) oleh
berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota
dan masyarakat serta lembaga usaha. Pemerintah pusat bertugas untuk menetapkan
NSPK (norma, standar, prosedur, kriteria), membangun fasilitator di pusat dan daerah,
melakukan pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melakukan monitoring dan
evaluasi. Pemerintah provinsi bertugas membangun fasilitator di daerah bersama
pemerintah pusat, melakukan pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melaporkan
kegiatannya kepada pemerintah pusat. Pemerintah kabupaten/kota bertugas untuk
membangun fasilitator di daerah bersama pemerintah pusat dan pemerintah provinsi,
melakukan pelaksanaan kegiatan di kabupaten/kota dan melaporkan kegiatannya
kepada pemerintah pusat.

Target penurunan indeks risiko bencana sangat dipengaruhi oleh komponen


penyusunnya yaitu komponen bahaya, komponen kerentanan dan komponen kapasitas.
Dari ketiga komponen penyusun indeks risiko, komponen bahaya merupakan komponen
yang sangat kecil kemungkinan untuk diturunkan, maka indeks risiko bencana dapat
diturunkan dengan cara menurunkan tingkat kerentanan (komponen kerentanan) melalui
peningkatan tingkat kapasitas (komponen kapasitas). Sehingga strategi penurunan
indeks risiko bencana adalah dengan peningkatan kapasitas penanggulangan bencana
di daerah (Kabupaten dan Kota) oleh berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah
provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat serta lembaga usaha melalui 71
indikator dalam 7 (tujuh) prioritas kegiatan seperti :

1. Perkuatan Kebijakan dan Kelembagaan


2. Pengkajian Risiko dan Perencanaan Terpadu
3. Pengembangan Sistem Informasi, Diklat dan Logistik
4. Penanganan Tematik Kawasan Rawan Bencana
5. Peningkatan Efetivitas Pencegahan dan Mitigasi Bencana

15
6. Perkuatan Kesiasiagaan dan Penanganan Darurat Bencana
7. Pengembangan Sistem Pemulihan Bencana
Peningkatan ini kapasitas juga diselaraskan dengan Kerangka Kerja Global Sendai untuk
Pengurangan Risiko Bencana tahun 2015 – 2030 yang memiliki 7 (tujuh) target global
yaitu:

1. Mengurangi kematian akibat bencana secara global


2. Mengurangi jumlah penduduk terpapar bencana secara global
3. Mengurangi kerugian ekonomi secara langsung akibat bencana dalam kaitannya
dengan Produk Domestik Bruto
4. Mengurangi kerusakan akibat bencana terhadap infrastruktur penting dan gangguan
terhadap layanan dasar, diantaranya fasilitas kesehatan dan pendidikan, termasuk
melalui ketangguhan mereka
5. Meningkatkan jumlah negara yang memiliki strategi nasional dan local penurunan
risiko bencana
6. Meningkatkan kerjasama internasional bagi negara – negara berkembang melalui
dukungan terhadap rencana aksi dalam implementasi kerangka kerja ini
7. Meningkatkan ketersediaan dan akses terhadap peringatan dini multi bencana dan
informasi risiko bencana serta penilaian untuk masyarakat.

Perjanjian Kinerja BNPB Tahun 2018

Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi


Birokrasi nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja, BNPB telah menyusun Perjanjian
Kinerja yang merupakan tekad dan janji yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja
yang menerima amanah/tanggung jawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan
amanah/tanggung jawab/kinerja. Perjanjian Kinerja BNPB tahun 2018, secara rinci
sebagai berikut:

16
Tabel 1. Perjanjian Kinerja BNPB Tahun 2018

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target Waktu


Penyelesaian

1 Meningkatnya Persentase kabupaten/kota


ketangguhan pemerintah yang mengintegrasikan kajian
40 % Setahun
daerah dan masyarakat risiko bencana dalam
dalam menghadapi pembangunan daerah
bencana
Persentase meningkatnya
kapasitas masyarakat dalam 10 % Setahun
penanggulangan bencana

2 Meningkatnya Persentase kejadian bencana


100 % Setahun
kemampuan BNPB yang ditangani (direspon)
dalam merespon
kejadian bencana Persentase kabupaten/kota
rawan bencana yang memiliki
ketersediaan logistik dan
55 % Setahun
peralatan serta kemampuan
teknis untuk kesiapsiagaan
dan kedaruratan

3 Meningkatnya kualitas Rata-rata peningkatan indeks


kehidupan masyarakat pemulihan pascabencana 3% Setahun
pascabencana

4 Terlaksananya Rata-rata waktu penyebaran


peningkatan kapasitas informasi kejadian bencana
pelayanan dan kinerja
4 Jam 1 kali 24 Jam
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana

Sesuai Surat Keputusan Kepala BNPB Nomor 282.U Tahun 2018 tanggal 28 September
2018 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala BNPB Nomor 65.C Tahun 2015 tentang
Penetapan Indikator Kinerja Utama Badan Nasional Penanggulangan Bencana Tahun
2015-2019 terdapat penyesuaian sasaran strategis dan indikator sebagaimana berikut :

17
A. Perubahan Sasaran Strategis BNPB Tahun 2018

Tabel 2. Perubahan Sasaran Strategis BNPB Tahun 2018

SEMULA MENJADI

1 Terbangunnya kesadaran 1 Meningkatnya ketangguhan


pengurangan risiko bencana pemerintah daerah dan masyarakat
terintegrasi dalam seluruh aspek dalam menghadapi bencana
pembangunan

2 Meningkatnya keandalan dan 2 Meningkatnya kemampuan BNPB


kecepatan penanganan darurat dalam merespon kejadian bencana
bencana

3 Tersedianya logistik dan peralatan Persentase kabupaten/kota rawan


penanggulangan bencana yang bencana yang memiliki
memadai ketersediaan logistik dan peralatan
serta kemampuan teknis untuk
kesiapsiagaan dan kedaruratan

4 Terselesaikannya pemulihan 3 Meningkatnya kualitas kehidupan


daerah terdampak bencana melalui masyarakat pascabencana
kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi

5 Terlaksananya peningkatan 4 Terlaksananya peningkatan


kapasitas pelayanan dan kinerja kapasitas pelayanan dan kinerja
peyelenggaraan penanggulangan penyelenggaraan penanggulangan
bencana bencana

B. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2018

Tabel 3. Perubahan Indikator Kinerja Tahun 2018

SEMULA MENJADI

1 Jumlah kabupaten/kota Persentase kabupaten/kota yang


yang difasilitasi kajian mengintegrasikan kajian risiko bencana
risiko bencana dalam pembangunan daerah

Persentase meningkatnya kapasitas


masyarakat dalam penanggulangan
bencana

2 Rata-rata waktu respon Persentase kejadian bencana yang


kejadian bencana ditangani (direspon)

Persentase kabupaten/kota rawan


bencana yang memiliki ketersediaan

18
SEMULA MENJADI
logistik dan peralatan serta kemampuan
teknis untuk kesiapsiagaan dan
kedaruratan

3 Prosentase peningkatan Rata-rata peningkatan indeks pemulihan


penyelesaian rehabilitasi pascabencana
dan rekonstruksi daerah
pasaca bencana

4 Rata-rata waktu Rata-rata waktu penyebaran informasi


penyebaran informasi kejadian bencana
kejadian bencana

Perubahan indikator kinerja utama dilakukan untuk menindaklanjuti rekomendasi


Kementerian PAN & RB dalam evaluasi akuntabilitas kinerja BNPB tahun 2017.

Pagu Anggaran BNPB pada tahun 2018 terlampir sebagai berikut :

Perbandingan pagu awal dan pagu akhir anggaran BNPB Tahun 2018

No Program Pagu Awal Pagu Akhir

1 Program Penanggulangan Bencana 478.103.903.000 6.920.909.767.000

2 Program Pengawasan dan 13.000.000.000 13.000.000.000


Peningkatan Akuntabilitas Aparatur
BNPB

3 Program Dukungan Manajemen Dan 258.276.396.000 258.276.396.000


Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
BNPB

Total 749.380.299.000 7.192.186.163.000

Pembagian Pagu APBN Rutin dan Pagu DSP Anggaran BNPB Tahun 2018

No Jenis Pagu Anggaran Jumlah (Rp.)


1 APBN Rutin 748.584.508.000
2 Dana Siap Pakai 6.443.601.655.000
Total 7.192.186.163.000

19
Dana Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi Tahun 2018

No Jenis Pagu Anggaran Jumlah (Rp.)


1 Dana Hibah Rehabilitasi dan 602.333.079.443
Rekonstruksi
Total 602.333.079.443

20
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Organisasi


Capaian kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2018
merupakan pencapaian kinerja seluruh jajaran BNPB dalam melaksanakan berbagai
upaya penanggulangan bencana melalui pencapaian target yang telah ditetapkan
dalam dokumen Perjanjian Kinerja Kepala BNPB Tahun 2018. Capaian tersebut
disertai dengan analisis capaian kinerja BNPB dan perbandingan capaian tahun
sebelumnya. Namun demikian pada tahun 2018 Indikator Kinerja BNPB mengalami
perubahan sebagai tindak lanjut dari rekomendasi hasil evaluasi akuntabilitas kinerja
BNPB pada tahun 2017 oleh Kemen PAN & RB..

Dengan adanya perbaikan indikator kinerja utama BNPB tersebut diharapkan


penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih optimal baik dari pelaksanaan
tugas dan fungsi maupun dari sisi akuntabilitasnya. Secara umum capaian indikator
kinerja utama BNPB tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Capaian Indikator Kinerja Utama BNPB tahun 2018

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sasaran Strategis

1 Meningkatnya Persentase 40% 32.30% 80.75


Ketangguhan Kabupaten/kota yang
Pemerintah Daerah mengintegrasikan kajian
dan Masyarakat dalam resiko bencana dalam
Menghadapi Bencana pembangunan daerah

Persentase meningkatnya 10% 8% 80.00


kapasitas masyarakat
dalam penanggulangan
bencana

21
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi %

Sasaran Strategis

2 Meningkatnya Persentase kejadian 100% 100% 100.00


kemampuan BNPB bencana yang ditangani
dalam merespon (direspon)
kejadian bencana

3 Tersedianya logistik Persentase 55% 51.76% 94.11


dan peralatan Kabupaten/Kota rawan
penanggulangan bencana yang memiliki
bencana yang ketersediaan logistik dan
memadai peralatan serta
kemampuan teknis untuk
kesiapsiagaan dan darurat
bencana

4 Meningkatnya kualitas Rata-rata peningkatan 3% 3.47% 115.67


kehidupan indeks pemulihan pasca
masyarakat bencana
pascabencana

5 Terlaksananya Rata-rata waktu 4 Jam 59 Menit 401.67


kapasitas pelayanan penyebaran informasi 45 Detik
dan kinerja kejadian bencana
penyelenggaraan
penanggulangan
bencana

Selama periode tahun 2015-2019, sesuai dengan amanat RPJMN Tahun 2015-2019,
sasaran yang ingin dicapai BNPB adalah “Menurunnya Indeks Risiko Bencana di
Pusat-Pusat Pertumbuhan Yang Berisiko Tinggi”. Untuk mencapai hal tersebut,
dilaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di daerah
(kabupaten dan kota) melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh BNPB tahun 2018
dengan dukungan dari berbagai pihak, baik pemerintah pusat, pemerintah provinsi,

22
pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat serta lembaga usaha. Pengukuran
indeks risiko bencana dilakukan pada 136 kabupaten/kota sesuai dengan prioritas
BNPB tahun 2015-2019 dengan menggunakan perangkat penilaian kapasitas daerah
melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan hasil pada gambar dibawah ini:

Penurunan
IRBI 2018
15,84%

Gambar 8. Tren Indeks Risiko Bencana Rata-rata Prioritas Nasional 2015-2018

Berdasarkan hasil gambar diatas bahwa trend nilai indeks risiko pada 136
Kabupaten/Kota adalah tahun 2015 sebesar 169,4, tahun 2016 sebesar 149,0 tahun
2017 sebesar 142.2, dan tahun 2018 sebesar 126.1 sehingga secara nasional indeks
risiko bencana mengalami penurunan sebesar 18.44% dari tahun 2015 hingga 2018.
Penurunan indeks risiko bencana yang dihasilkan berdasarkan kontribusi multipihak,
pemerintah dalam hal ini BNPB, Kementerian/Lembaga terkait lainnya, pemerintah
daerah, dan lembaga usaha.

23
B. Evaluasi dan Analisis Kinerja
1. Persentase kabupaten/kota yang mengintegrasikan kajian risiko bencana dalam
pembangunan daerah

Salah satu upaya BNPB untuk meningkatkan ketangguhan pemerintah daerah


dalam menghadapi bencana, adalah melalui penyusunan kajian risiko bencana di
tingkat kabupaten/kota sekaligus hasil kajian tersebut dapat digunakan untuk
pembangunan lebih lanjut. Pembangunan disini adalah dengan memasukkan hasil
kajian tersebut pada rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD)
dan rencana tata ruang di tingkat kabupaten/kota.

Hasil kajian risiko tersebut menjadi bahan untuk penyusunan dokumen Rencana
Penanggulangan Bencana (RPB). Dokumen RPB merupakan sebuah rencana
induk daerah yang mampu menjawab persoalan setiap fase penanggulangan
bencana serta merangkum perspektif penyelenggaraan penanggulangan bencana
dari seluruh instansi pemerintahan daerah yang terlibat. Dokumen RPB ini menjadi
kerangka efektif yang mampu menjamin pencapaian tujuan penyelenggaraan
penanggulangan bencana dalam rentang waktu 5 tahun. Sehingga dokumen RPB
ini dapat menjadi dokumen perencanaan yang menentukan arah penyelenggaraan
penanggulangan bencana didaerah.

Disamping sebagai sebuah dokumen perencanaan daerah, dokumen RPB juga


diharapkan terintegrasi dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) dan merujuk pada perencanaan lainnya baik Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) maupun Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) kabupaten/kota yang bersangkutan. Alhasil, struktur perencanaan
dalam dokumen RPB pun harus mengikuti aturan metode perencanaan daerah.
Visi, misi, kebijakan, program dan fokus prioritas daerah dalam penanggulangan
bencana yang ditetapkan bersama oleh berbagai SKPD sehingga menjadi suatu
komitmen daerah juga tertuang didalam dokumen RPB ini agar dapat saling
bersinergi.

24
Gambar 9. Proses Penyusunan dan Analisis Rencana
Penanggulangan Bencana

Berdasarkan IKU yang menjadi dasar pengukuran kinerja, maka jumlah


kabupaten/kota yang memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Bencana
menjadi dasar pelaksanaan rencana kerja BNPB dengan mengacu pada lokasi
kegiatan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, Indikator penurunan indeks
risiko bencana, serta program dan kegiatan yang mendukung peningkatan tingkat
kapasitas sebagai upaya penurunan indeks risiko bencana.

Penetapan lokasi kegiatan sesuai dengan indiator kinerja utama “persentase


kabupaten/kota yang mengintegrasikan kajian risiko bencana dalam
pembangunan daerah” tahun 2018 mengacu pada prioritas 136 kabupaten/kota
yang merupakan daerah pusat pertumbuhan ekonomi nasional yang mempunyai
indeks risiko bencana tinggi dan sedang. Kegiatan yang dilaksanakan pada lokasi

25
dimaksud merupakan implikasi kajian risiko bencana dengan mengacu kepada 71
indikator penurunan indeks yang terdapat pada Kebijakan dan Strategi
Penanggulangan Bencana 2015-2019. Serta,beberapa kabupaten/kota lain yang
tidak masuk dalam prioritas RPJMN namun memiliki indeks risiko bencana tinggi.

Adapun rincian kegiatan dan realisasi kabupaten/kota yang dilaksanakan dengan


mengacu pada indikator kinerja utama yang telah ditentukan dapat dilihat pada
Tabel berikut ini.

Tabel 5. Capaian Kinerja Kedeputian Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan 2018

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi

Utama (%) (%)

1 Meningkatnya kapasitas Persentase Kabupaten/ 40% 32,30%


ketangguhan pemerintah Kota yang
daerah dan masyarakat mengintegrasikan kajian
dalam menghadapi bencana risiko bencana dalam
melalui upaya pencegahan pembangunan daerah
dan kesiapsiagaan bencana

Dalam pencapaian target kedeputian pada tahun 2018 yaitu jumlah kabupaten/kota
yang memiliki dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), ditetapkan
sebesar 40 %. Prosentase kinerja didapatkan melalui formula sebagai berikut :

𝐾𝑎𝑏
𝐾𝑎𝑏 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑚𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑖 𝑑𝑜𝑘𝑢𝑚𝑒𝑛 𝑅𝑃𝐵
𝐾𝑜𝑡𝑎
𝑃𝑟𝑜𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ = 𝐾𝑎𝑏
𝑥 100%
𝐾𝑜𝑡𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐾𝑜𝑡𝑎

Berdasarkan Tabel 4 tersebut, capaian realisasi kinerja jumlah kabupaten/kota


yang memiliki dokumen RPB tahun 2018 sebesar 32,30% dari target 40% atau
kabupaten/kota yang telah memiliki dokumen RPB dari tahun 2014 hingga tahun
2018 sebesar 166 Kab/Kota dari total 514 Kab/Kota. Dokumen RPB ini tidak hanya

26
dapat terintegrasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) namun juga dapat tersinkronisasi dengan Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana ditingkat Pusat. Proses sinkronisasi diharapkan dapat
memberikan keterpaduan upaya penanggulangan bencana di Indonesia.

Capaian kinerja BNPB untuk penyusunan dokumen RPB dapat dikatakan sangat
baik, karena meningkat bila dibandingkan dengan capaian di tahun 2017. Capaian
kinerja tahun 2017 adalah sebesar 27,24 %, dan capaian kinerja tahun 2018 lebih
baik yakni sebesar 32,30 %, namun diakui belum mencapai dari target yang telah
ditetapkan di tahun 2018 yang sebesar 40%.

Tabel 6. Perbandingan capaian kinerja tahun 2017 dan 2018

Indikator Kinerja 2017 2018


Utama
Target Realisasi Target Realisasi

Prosentase Jumlah 25 % 27,24 % 40% 32,30 %


Kab/Kota yang memiliki
dokumen RPB

Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pencapaian target tersebut diantaranya:

a. Belum semua Kepala Daerah mempunyai komitmen dalam membuat Rencana


Penanggulangan Bencana (RPB) yang rendah sehingga pemerintah daerah
tidak segera menyusun rencana penanggulangan bencana di daerahnya.

b. Pemerintah Daerah menyusun dokumen RPB dan Kajian Risiko Bencana


(KRB) dalam waktu yang bersamaan atau lebih dahulu

c. Dokumen KRB dan Peta Risiko yang belum dipahami secara mendalam oleh
Pemerintah Daerah

d. Minimnya ketersediaan data dan informasi serta efektifitas koordinasi dengan


pemerintah daerah

Untuk itu ke depan beberapa alternatif solusi yang dapat dilakukan dalam upaya
percepatan pencapaian target adalah:

27
a. Menumbuhkan komitmen kepala daerah melalui diseminasi dan koordinasi
intensif mengenai pentingnya penyusunan RPB sebagai investasi dalam
pembangunan daerah yang berbasis pengurangan resiko bencana

b. Melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis penyusunan KRB kepada


Pemerintah Daerah

c. Memfasilitasi Pemerintah Daerah melalui pendampingan dalam pembuatan


dokumen RPB bagi daerah yang telah memiliki KRB

d. Mendorong pemerintah daerah untuk melegalisasi dokumen RPB menjadi


peraturan daerah sebagai acuan perencanaan kegiatan penanggulangan
bencana di Kabupaten/Kota, yang terintegrasi dalam rencana pembangunan
jangka menengah daerah (RPJMD).

Adapun kabupaten/kota yang melaksanakan penyusunan dokumen Rencana


Penanggulangan Bencana Tahun 2018, yakni sebagai berikut:

Tabel 7. Daftar Lokasi Kegiatan Penyusunan Rencana Penanggulangan Bencana Tahun 2018
No Kabupaten/Kota Provinsi No Kabupaten/Kota Provinsi

1 Kab. Maluku Maluku 14 Kab. Bantaeng Sulawesi Selatan


Tenggara
2 Kab. Seram Bagian Maluku 15 Kab. Maros Sulawesi Selatan
Timur
3 Kab.Seram Bagian Maluku 16 Kab. Takalar Sulawesi Selatan
Barat
4 Kab. Halmahera Maluku Utara 17 Kab. Nunukan Kalimantan Utara
Timur
5 Kota Tidore Maluku Utara 18 Kota Singkawang Kalimantan Barat
Kepulauan
6 Kab. Merauke Papua 19 Kab. Raja Ampat Papua Barat

7 Kab. Kep. Yapen Papua 20 Kab. Sorong Papua Barat

8 Kab. Biak Numfor Papua 21 Kab. Teluk Papua Barat


Wondama

28
No Kabupaten/Kota Provinsi No Kabupaten/Kota Provinsi

9 Kab. Barito Kuala Kalimantan 22 Kab. Alor Nusa Tenggara


Selatan Timur
10 Kab. Tanah Laut Kalimantan 23 Kab. Ngada Nusa Tenggara
Selatan Timur
11 Kota Semarang Jawa Tengah 24 Kota Aceh
Lhokseumawe
12 Kab Lumajang Jawa Timur 25 Kab. Karo Sumatera Utara

13 Kab. Cirebon Jawa Barat 26 Kab. Deli Serdang Sumatera Utara

Progres capaian kabupaten/kota yang telah memiliki dokumen RPB Tahun 2015 -
2018 tercantum pada Gambar 10, peningkatan jumlah kabupaten/kota yang
memiliki dokumen RPB tersebut disebabkan adanya dukungan dan kerjasama dari
berbagai pemangku kepentingan di kabupaten/kota yang turut serta melaksanakan,
mengembangkan, dan mereplikasi program/kegiatan tersebut. Dengan memiliki
dokumen RPB, dapat menjadi sebuah investasi bagi daerah tersebut terutama
dalam menjaga pertumbuhan dan pembangunan di wilayahnya.

Perkembangan Dokumen RPB Kab/Kota


Tahun 2014 - 2018
180 166
160 140
140
149
120
95 123
100 80 80
80
60 78
63 63
40 17 17 17 17 17
20
0
2014 2015 2016 2017 2018

BNPB Mitra (BPBD dan lembaga lain) Total

Gambar 10. Perkembangan Dokumen RPB Kab/Kota Tahun 2014 - 2018

29
Selain meningkatkan kapasitas daerah melalui dokumen RPB, BNPB juga
menginisiasi upaya penurunan indeks risiko bencana sesuai yang tercantum dalam
sasaran RPJMN 2015 – 2019 dengan kegiatan-kegiatan yang berbasis
pengurangan risiko bencana antara lain:

1. Fasilitasi Kajian Risiko Bencana (KRB)

Kerangka dokumen RPB disusun dengan berdasarkan pada kajian melalui


metode yang terstruktur dan mampu memberikan gambaran tentang kondisi
terkini secara terpadu atau berbasis kajian risiko bencana. Hasil kajian risiko
bencana ini menjadi acuan utama dalam
Jumlah Dokumen RPB
penyusunan kebijakan-kebijakan daerah Kabupaten/Kota Tahun 2016 -
2018
dalam RPB. Kajian ini diharapkan
menghasilkan parameter-parameter tegas 15
26
2016
dan jelas yang digunakan sebagai
2017
sasaran kunci sebuah RPB Daerah. 45 2018
Parameter tersebut tidak hanya berupa
angka perhitungan termasuk pembiayaan,
Gambar 11. Jumlah Dokumen RPB
namun juga dapat menentukan lokasi- Kabupaten/Kota Tahun 2016 - 2018

lokasi yang merupakan prioritas dan membutuhkan penanganan segera untuk


menghindari dampak negatif dari bencana. Oleh karenanya, kajian risiko
bencana dan dokumen rencana penanggulangan bencana sebagai suatu
kesatuan utuh yang saling melengkapi satu dengan yang lainnya dan bahkan
dapat dipastikan bahwa kajian risiko bencana merupakan prasyarat bagi
penyusunan RPB. Secara sederhana hubungan antara Kajian risiko bencana
dengan Rencana Penanggulangan Bencana dapat terlihat pada gambar di
bawah ini:

30
Gambar 12. Hubungan Kajian Risiko dan Rencana Penanggulangan Bencana

Penyusunan Kajian Risiko Bencana disusun bersama BPBD dan stakeholder


terkait, dengan melibatkan Tim Asistensi yang terdiri dari BNPB,
Kementerian/lembaga terkait, perguruan tinggi dan praktisi kebencanaan.
Tantangan dari kegiatan ini adalah ketersediaan data di lapangan yang
digunakan dalam penyusunan kajian risiko bencana. Kajian Risiko Bencana ini
dapat direview secara periodik demi menuju kesempurnaan. Oleh sebab itu
diharapkan daerah dapat mengelola ketersediaan data yang ada di daerahnya.
Alokasi anggaran, realisasi dan SDM sudah dapat dimanfaatkan secara
optimal. Adapun Lokasi Kegiatan Kajian Risiko Bencana Tahun 2018 pada
tablel 7 dibawah ini:

Tabel 8. Daftar Lokasi Kegiatan Kajian Risiko Bencana Tahun 2018

No Kabupaten/Kota Provinsi No Kabupaten/Kota Provinsi

1 Kab. Nagan Raya Aceh 23 Kab. Tulungagung Jawa Timur

2 Kab. Aceh Barat 24 Kab. Trenggalek Jawa Timur


Aceh
Daya

3 Kab. Bireuen Aceh 25 Kab. Probolinggo Jawa Timur

31
No Kabupaten/Kota Provinsi No Kabupaten/Kota Provinsi
4 Kota Gunungsitoli Sumatera Utara 26 Kab. Pamekasan Jawa Timur

5 Kab. Mandailing 27 Kab. Kediri Jawa Timur


Sumatera Utara
Natal

6 Kab. Nias Utara Sumatera Utara 28 Kota Surabaya Jawa Timur

7 Kab. Nias Barat Sumatera Utara 29 Kab. Ponorogo Jawa Timur

8 Kab. Nias Selatan Sumatera Utara 30 Kab. Sampang Jawa Timur

9 Kab. Tapanuli 31 Kab. Karangasem Bali


Sumatera Utara
Selatan

10 Kab. Pasaman Sumatera Barat 32 Kab. Klungkung Bali

11 Kab. Merangin Jambi 33 Kab. Kupang NTT

12 Kota Serang Banten 34 Kab. Manggarai Barat NTT

13 Kab. Sukabumi 35 Kab. Luwu Sulawesi


Jawa Barat
Selatan

14 Kab. Tasikmalaya 36 Kab. Luwu Utara Sulawesi


Jawa Barat
Selatan

15 Kota Cirebon 37 Kab. Kolaka Utara Sulawesi


Jawa Barat
Tenggara

16 Kab. Indramayu 38 Kab. Buton Selatan Sulawesi


Jawa Barat
Tenggara

17 Kab. Bogor Jawa Barat 39 Kab. Majene Sulawesi Barat

18 Kab. Pemalang Jawa Tengah 40 Kab. Mamuju Utara Sulawesi Barat

19 Kab. Batang 41 Kab. Maluku Barat Maluku


Jawa Tengah
Daya
20 Kab. Banjarnegara Jawa Tengah 42 Kab. Kepulauan Aru Maluku

21 Kab. Wonosobo 43 Kab. Halmahera Maluku Utara


Jawa Tengah
Selatan

22 Kab. Blitar Jawa Timur 44 Kab. Halmahera Barat Maluku Utara

2. Gerakan Pengurangan Risiko Bencana


Gerakan Pengurangan Risiko Bencana merupakan sebuah proses
pemberdayaan komunitas melalui pengalaman mengatasi dan menghadapi
bencana yang berfokus pada kegiatan partisipatif untuk melakukan kajian,
perencanaan, pengorganisasian, serta pelibatan dan aksi dari berbagai
pemangku kepentingan, sebagai upaya untuk mewujudkan komunitas yang
mampu mengelola dan mengurangi risiko bencana serta meningkatkan kualitas

32
hidup.

Model gerakan nasional pengurangan risiko bencana saat ini lebih


mengedepankan Ecosystem Based, yaitu melalui pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) secara berkesinambungan dan berkelanjutan, dengan
membedakan aksi dalam tata kelola sungai yang di awali dari hulu (sekolah
gunung), tengah (sekolah sungai) dan hilir (sekolah laut). Gerakan ini diarahkan
pada perubahan paradigma pengelolaan menyeluruh dengan memperhatikan
semua aspek, kaidah-kaidah konservasi, dan pemberdayaan masyarakat yang
berada disekitarnya.
Model gerakan pengurangan risiko bencana ini terdiri dari 3 (tiga) tingkatan
yaitu:
• Level 1 - membentuk dan mengembangkan penggiat/relawan (merubah
paradigma bahwa masyarakat bukan lagi menjadi objek tetapi subjek),
• Level 2 -memberi nilai tambah (nilai ekonomi, nilai ekologi, nilai sosial, nilai
edukasi, nilai rohani)
• Level 3- konsisten dan berkelanjutan dengan pembinaan dari Kepala Daerah
dan menjadi bagian program pembangunan daerah yang berkelanjutan.
Adapun aksi gerakan pengurangan risiko bencana yang dilakukan yaitu sekolah
gunung (seperti: penanaman pohon, bersih-bersih hulu sungai, susur sungai,
pemanfaatan lahan ekologis), sekolah sungai (seperti: bersih-bersih sungai,
penyelamatan sempadan sungai, pengelolaan sampah, pemanfaatan sungai
ekologis, urban farming, pengelolaan air sungai); dan sekolah laut (seperti:
bersih-bersih pantai, penanaman mangrouve, budidaya terumbu karang,
pemanfaatan pesisir ekologis).

33
Gambar 13.Gerakan pengurangan risiko bencana

Gerakan pengurangan risiko bencana merupakan salah satu upaya yang


komprehensif dengan melibatkan berbagai stakeholder dalam mengurangi
risiko bencana dan dilaksanakan secara masif serta berkelanjutan sehingga
menjadi sebuah nilai budaya di masyarakat. Kegiatan ini diselenggarakan
melalui Kerjasama antara BNPB dan BPBD yang mendapat tanggapan positif
dari kepala daerah disertai dengan komitmen kepala daerah untuk melakukan
gerakan tersebut secara berkelanjutan. Gerakan pengurangan risiko bencana
merupakan salah satu upaya meningkatkan kapasitas masyarakat untuk
menurunkan indeks risiko bencana di daerah dengan melakukan perlindungan
daerah tangkapan air, restorasi sungai, serta melakukan penanaman tanaman
penahan gelombang tsunami, erosi dan dan sedimentasi pantai.

Tabel 9. Daftar Lokasi Kegiatan Gerakan Pengurangan Risiko BencanaTahun 2018

No Provinsi/Kab/Kota Provinsi/Kab/Kota

1 Sekolah Sungai Kabupaten Banjarnegara


2 Sekolah Sungai Kabupaten Bantul
3 Sekolah Sungai Provinsi Sulawesi Selatan
4 Sekolah Sungai Kota Ambon

34
No Provinsi/Kab/Kota Provinsi/Kab/Kota

5 Sekolah Sungai Kota Bima


6 Sekolah Sungai Kota Medan
7 Sekolah Sungai Kabupaten Karangasem
8 Sekolah Gunung Kabupaten Tasikmalaya
9 Sekolah Gunung Kabupaten Lima Puluh Kota
10 Sekolah Laut Kota Bengkulu
11 Sekolah Laut Kota Lhokseumawe
12 Sekolah Laut Kabupaten Tanah Laut
13 Sekolah Laut Kabupaten Sukabumi

3. Penerapan Sekolah/Madrasah Aman dari Bencana

Sebagai implementasi Perka BNPB No.12 tahun 2012 tentang penerapan


sekolah/madarasah aman dari bencana dan mendukung kampanye global satu
juta sekolah dan rumah sakit aman, BNPB melakukan gerakan
sekolah/madrasah aman sejak tahun 2015. Sekolah sebagai salah satu fasilitas
publik dan tempat kegiatan belajar mengajar perlu memperhatikan lokasi dan
struktur bangunan yang aman dari bencana. Namun keterbatasan teknologi dan
faktor-faktor lain menempatkan risiko kerusakan atau ancaman lain tetap ada.
Sehingga perlu mempersiapkan berbagai kebutuhan untuk memenuhi
keamanan, tidak hanya yang bersifat struktur (fisik) maupun non struktur
(kultural = penyadaran). Kondisi saat ini sebagian besar sekolah di Indonesia
belum didesain aman terhadap gempa bumi, tsunami dan gunung api, sehingga
diperlukan peningkatan kesadaran untuk melakukan tindakan pengurangan
risiko bencana dan kesiapsiagaan di sekolah.

Sekolah/Madrasah aman bencana bertujuan melindungi nyawa (save more


life), keselamatan warga sekolah, dan menjaga agar sekolah/madrasah
dibangun sesuai dengan ketentuan keamanan dan keselamatan, serta dapat
menjalankan fungsi sebagai sarana pendidikan pada saat tanggap bencana.
Kegiatan sekolah aman dilakukan melalui peningkatan kapasitas seluruh warga
sekolah termasuk komite sekolah, orang tua siswa dan pemerintah desa.

35
Sasaran utama Sekolah/Madrasah aman dari bencana adalah:

a. Memberikan perlindungan dan keselamatan ketika terjadi bencana kepada


murid sekolah, guru dan tenaga lainnya

b. Memastikan keberlangsungan kegiatan belajar mengajar (KBM) di sekolah


selama terjadinya bencana

c. Melindungi investasi sektor pendidikan

d. Memperkuat ketahanan terhadap bencana melalui pendidikan dan perilaku


cerdas iklim

Gambar 14. Kerangka Kerja Sekolah-Madrasah Aman dari bencana

Pada tahun 2018 implementasi penerapan sekolah/madrasah aman dari


bencana di 5 Kabupaten/Kota. Pelaksanaan kegiatan ini dibantu oleh fasilitator
nasional dan fasilitator daerah yang telah mengikuti pembekalan dari BNPB.
Permasalahan yang sering muncul adalah kegiatan ini belum menyesuaikan
dengan jam belajar di sekolah.

36
Tabel 10. Daftar Lokasi Kegiatan Sekolah/Madrasah Aman dari BencanaTahun 2018

No Kabupaten/Kota Sekolah/Madrasah
1 Kota Palu SMP Negeri 10 Palu
2 Kota Palangkaraya SD N 1 Petuk Katimpun
3 Kab. Wajo SD N 373 Laelo Wajo
4 Kab. Solok Selatan SMPN 2 Solok Selatan
5 Kota Kupang SDN Oeba 3 Kota Kupang

Gambar 15. Pelatihan dan simulasi untuk tenaga pendidik dan siswa sekolah
4. Penyusunan Rencana Kontinjensi

Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan


Penanggulangan Bencana sebagai turunan dari Undang-Undang
Penanggulangan Bencana Nomor 24 Tahun 2007 menyatakan rencana
penanggulangan kedaruratan bencana dapat dilengkapi dengan penyusunan
rencana kontinjensi. Hal ini memberikan gambaran pentingnya rencana
kontinjensi guna memberikan arah dan panduan instansi terkait di daerah ketika
operasi tanggap darurat bencana.
37
Dalam penyusunannya, Rencana Kontinjensi berpedoman pada hasil Kajian
Risiko Bencana sebagai masukan dalam menentukan potensi bencana di
daerah tersebut, penyusunan skenario kejadian dan dampak bencana.
Rencana kontinjensi merupakan rencana terintegrasi yang berisi upaya-upaya
yang dilakukan oleh pemerintah daerah, masyarakat serta lembaga usaha
dalam menghadapi ancaman bencana. Adapun proses penyusunan rencana
kontinjensi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 16. Proses Penyusunan Rencana Kontijensi

BNPB pada tahun 2018 melaksanakan penyusunan rencana kontinjensi di 16


kabupaten/ kota dengan 2 (dua) metode yaitu swakelola di 5 (lima) lokasi dan
penguatan kelembagaan di 11 (sebelas) lokasi pada 136 kabupaten/kota.
Adapun rincian provinsi/kabupaten/ kota yang telah terfasilitasi penyusunan
rencana kontinjensi dengan metode swakelola dan penguatan kelembagaan
oleh BNPB tahun 2018 dapat dilihat pada peta di bawah ini.

38
Gambar 18. Peta Lokasi Penyusunan Rencana Kontijensi Tahun 2018

2015 2016 2017 2018

25
22

20
18
16
15

10
8

Gambar 17. Penyusunan Rencana Kontijensi Periode 2015-2018

Penguatan kelembagaan merupakan salah satu metode pelaksanaan kegiatan


yang melibatkan BPBD sebagai penanggungjawab operasional kegiatan dalam
penyusunan rencana kontinjensi dan uji lapang kesiapsiagaan bencana.
Penyusunan rencana kontinjensi dengan mekanisme penguatan kelembagaan

39
bertujuan untuk memperkuat kapasitas BPBD dalam memahami dan
menginventarisasi sumberdaya yang dimiliki sehingga BPBD dapat mengambil
langkah-langkah penanggulangan bencana yang menjadi ancaman di
wilayahnya secara optimal.

Gambar 19. Penyusunan Rencana Kontinjensi Penanggulangan Bencana

Sedangkan uji lapang merupakan salah satu metode latihan yang dilaksanakan
oleh seluruh unsur pelaku sesuai dengan bidang tugasnya dalam Sistem
Komando Penanganan Darurat Bencana. Uji lapang bermanfaat untuk menguji
PROTAP/SOP tanggap darurat yang telah disepakati, serta koordinasi lintas
instansi yang dilaksanakan menggunakan skenario kejadian dan dampak
bencana yang disusun sesuai potensi bencana.

40
Gambar 20. Uji Lapang Penanggulangan Bencana

Tantangan ke depan adalah meningkatkan pemahaman pemerintah daerah dan


masyarakat akan manfaat rencana kontinjensi dan uji lapang/ simulasi
kesiapsiagaan bencana sehingga dapat meningkatkan alokasi dana di daerah
untuk kegiatan pra bencana.

5. Pemasangan Sistem Peringatan Dini (Early Warning System)

Peringatan dini adalah serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera


mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada
suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Peringatan dini dilakukan untuk
pengambilan tindakan cepat dan tepat dalam rangka mengurangi risiko
bencana serta mempersiapkan tindakan tanggap darurat yang dilakukan
melalui: pengamatan gejala bencana; analisis hasil pengamatan gejala
bencana; pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang; penyebarluasan
informasi tentang peringatan bencana; dan pengambilan tindakan oleh
masyarakat.

Sistem peringatan dini yang dipasang berupa Landslide Early Warning System
(LEWS). Adanya kegiatan ini diharapkan dapat memacu daerah dalam replikasi
pemasangan sistem peringatan dini di lokasi yang rentan bencana banjir dan
longsor dengan harapan kerugian jiwa, harta dan benda dapat dihindari ataupun

41
dikurangi. Pemasangan sistem
2015 2016 2017 2018
peringatan dini tahun 2018
40 36
difokuskan pada 19 lokasi yang 35

memiliki kerentanan terhadap 30


25
25
bencana gerakan tanah dengan 20 17
19

mempertimbangkan hasil kajian 15


10
risiko bencana daerah.
5
0

Gambar 21. Landslide Early Warning System


(LEWS)/ EWS Tanah Longsor Periode 2015-2018

Gambar 22. Sebaran Kab/Kota yang memiliki Sistem Peringatan Dini Bencana Update
Tahun 2018

Sistem peringatan dini gerakan tanah yang diterapkan oleh BNPB tidak hanya
berupa perangkat keras deteksi dini gerakan tanah, tetapi terdiri atas tujuh sub-
sistem utama. Tujuh sub-sistem tersebut adalah sebagai berikut: (1) sosialisasi,
(2) penilaian risiko, (3) pembentukan tim siaga bencana di tingkat desa/dusun,

42
(4) pembuatan peta dan rute evakuasi, (5) penyusunan prosedur tetap (protap)
evakuasi, (6) pemantauan, peringatan dini, dan geladi evakuasi, serta (7)
membangun komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam
pengoperasian dan pemeliharaan keseluruhan sistem. Sementara itu,
perangkat keras deteksi dini gerakan tanah yang dipasang terdiri dari 2 unit
ekstensometer, 1 unit tiltmeter, 1 unit penakar hujan, 1 unit sistem sirine/lampu
peringatan, 1 set server lokal dan sistem online dengan monitor dan mini PC.
Seluruh sensor dan server dilengkapi dengan panel sel surya, kotak panel
dengan aki kering dan controller dengan sistem telemetri menggunakan
frekuensi radio. Modem GSM digunakan untuk transmisi data dari server lokal
ke server cloud BNPB.

Gambar 23. Sistem Peringatan Dini Gerakan Tanah

Selain LEWS, ada pula MHEWS (Multihazard Early Warning System).


Pengembangan sistem peringatan dini multihazard ini bertujuan untuk
mengembangkan prediksi bahaya dan sistem informasi prediksi potensi
kebencanaan hidrometeorologi untuk banjir, longsor, banjir bandang, dan cuaca
ekstrem. Dalam rangka operasionalisasi penggunaan MHEWS ini maka
dilaksanakan pelatihan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dan institusi terkait lainnya. Saat ini, dalam mengoperasikan MHEWS
didukung dengan Inarisk yang menyediakan peta indeks kerentanan terhadap
bencana banjir, longsor, banjir bandang, dan cuaca ekstrem di Indonesia.

43
Gambar 24. Sistem Nasional Peringatan Dini Multi Ancaman Bencana

6. Pemasangan Rambu, Papan Evakuasi dan Informasi Bencana

Tujuan utama penyampaian informasi melalui media rambu dan papan


informasi kebencanaan adalah memberikan informasi bahaya yang mudah
dibaca dan dimengerti oleh masyarakat. Rambu dan papan informasi bencana
dapat memberikan petunjuk, peringatan dan larangan kepada masyarakat
tentang risiko bencana yang terdapat dalam kawasan rawan bencana, serta
menjadi sarana yang memudahkan masyarakat untuk evakuasi ketika terjadi
bencana. Penyelenggaraan rambu dan papan informasi bencana ini selain
sebagai implementasi Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2015 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Rambu dan Papan Evakuasi Bencana juga masuk ke
dalam 71 indikator penurunan indeks risiko bencana. Tahun 2018, pemasangan
rambu evakuasi, papan peringatan dan informasi bencana dilakukan di 10
lokasi prioritas RPJMN dengan sebaran seperti yang terlihat pada peta di
bawah ini.

44
Gambar 25. Peta Sebaran Kabupaten/ Kota yang memiliki Rambu Evakuasi,
Papan Peringatan Dini dan Informasi Bencana Tahun 2018

133
KARHUTLA

480
BANJIR 57

210
TANAH LONGSOR 1747

255
GUNUNG API 1014
1026
490

106
TSUNAMI 7874
1500
6374

0 2000 4000 6000 8000 10000

Gambar 26. Perkembangan Rambu Evakuasi, Papan Peringatan


Dan Informasi Bencana Periode 2015-2018

45
Tantangan ke depan adalah meningkatkan pemahaman pemerintah daerah
akan pentingnya rambu evakuasi, papan peringatan dini dan informasi bencana
sehingga daerah memiliki inisiasi untuk mereplikasinya dengan anggaran
daerah sesuai potensi bencana di wilayahnya masing-masing. Selain itu,
diperlukan pendekatan dan sosialisasi kepada masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi rawan bencana terkait pentingnya pemasangan rambu dan papan
informasi bencana.

Rambu Titik Kumpul Rambu Petunjuk Arah Rambu Rawan Bencana


Sementara Evakuasi Gunung Api

Gambar 27. Contoh Rambu Evakuasi, Papan Peringatan Dini dan Informasi Bencana

2. Persentase Meningkatnya Kapasitas Masyarakat Dalam Penanggulangan


Bencana

Membangun ketangguhan masyarakat dimulai dari masyarakat sendiri, termasuk


membangun ketangguhan masyarakat dalam penanggulangan bencana,
dibutuhkan peran aktif masyarakat dalam menghadapi bencana.

Salah satu upaya membangun ketangguhan adalah melalui Kegiatan Desa


Tangguh Bencana yang meliputi Pembentukan dan Pengembangan Desa Tangguh
Bencana. Maksud kegiatan desa tangguh bencana adalah memberikan
pembelajaran kepada masyarakat desa untuk mengenali ancaman, kerentanan dan

46
kapasitas wilayahnya untuk mengurangi dampak bencana dan meningkatkan
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana yang akan terjadi di wilayahnya.

Pelaksanaan program Desa/Kelurahan Tangguh merupakan penguatan dan


pengembangan dari program-program pemberdayaan di desa/kelurahan yang
sudah dilaksanakan oleh kementerian/lembaga, organisasi internasional dan
organisasi nasional. Program ini adalah bagian dari pengembangan kapasitas untuk
masyarakat di desa/kelurahan.

Terdapat 10 indikator utama dan indikator pilihan yang ditentukan sebagai pilihan
upaya pengembangan desa/kelurahan tangguh bencana. Dalam pelaksanaan
program ini, BPBD provinsi dan BPBD kabupaten/kota dipersiapkan untuk
menyelesaikan 10 indikator secara bertahap, berdasarkan kebutuhan dan prioritas
masyarakat, sebagai target keberhasilan program di tingkat desa/kelurahan.
Indikator yang dimaksud adalah:

1) Peta ancaman bencana,


2) Peta dan analisis kerentanan masyarakat terhadap dampak bencana,
3) Peta dan penilaian kapasitas dan potensi sumber daya,
4) Draf Rencana Penanggulangan Bencana,
5) Draf Rencana Aksi Komunitas (RAK) untuk Pengurangan Risiko Bencana,
6) Relawan penanggulangan bencana,
7) Forum pengurangan risiko bencana,
8) Sistem peringatan dini berbasis masyarakat,
9) Rencana kontijensi (termasuk evakuasi),
10) Pola ketahanan ekonomi.

1. Pembentukan Desa Tangguh Bencana

Program Desa Tangguh Bencana telah dilakukan dari tahun 2012 sampai tahun
2018, dimana tahun 2018 pembentukan Desa Tangguh Bencana dilakukan di
68 Desa di 22 kabupaten/kota.

47
Tabel 11. Daftar Kabupaten/Kota Pembentukan Destana Tahun Anggaran 2018
JML.
NO. KABUPATEN KOTA PROVINSI
DESA
1. Bungo Jambi 4
2. Rejang Lebong Bengkulu 2
3. Lahat Sumatera Selatan 2
4. Cirebon Jawa Barat 2
5. Pekalongan Jawa Tengah 4
6. Wonogiri Jawa Tengah 5
7. Pacitan Jawa Timur 6
8. Ponorogo Jawa Timur 4
9. Kota Tarakan Kalimantan Utara 2
10. Lombok Tengah NTB 3
11. Ngada NTT 2
12. Manggarai NTT 4
13. Belu NTT 3
14. Gowa Sulawesi Selatan 2
15. Poso Sulawesi Tengah 2
16. Konawe Utara Sulawesi Tenggara 2
17. Buton Utara Sulawesi Tenggara 3
18. Minahasa Selatan Sulawesi Utara 4
19. Kota Gorontalo Gorontalo 4
20. Bone Bolango Gorontalo 3
21. Sambas Kalimantan Barat 2
22. Tanah Laut Kalimantan Selatan 3
Jumlah Desa 68 Desa

Gambar 28. Program Desa Tangguh Bencana 2012-2018


48
Perhitungan selama tahun 2018 diformulasikan sebagai berikut:

Jumlah Desa Tangguh Bencana


𝑥 100%
Jumlah Desa rawan bencana tinggi di 136 kab/kota

Pembentukan Desa Tangguh Bencana sebanyak 68 Desa di tahun 2018

68
𝑥 100% = 1 %
6932

Untuk pencapaian selama 2014-2018 presentase jumlah desa tangguh


bencana dalam meningkatkan kapasitas masyarakat sebagai di formulasikan
sebagai berikut:

553
𝑥 100% = 8 %
6932

Selama 2018 ini presentase jumlah Desa Tangguh Bencana dalam


meningkatkan kapasitas masyarakat sebesar 8%.

Tabel 12. Realisasi Peningkatan Kapasitasa Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana

No Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi


Utama (%) (%)
1 Meningkatnya kapasitas Persentase meningkatnya 10% 8%
ketangguhan pemerintah kapasitas masyarakat
daerah dan masyarakat dalam dalam penanggulangan
menghadapi bencana melalui bencana
upaya pencegahan dan
kesiapsiagaan bencana

Tabel 13. Realisasi Peningkatan Kapasitasa Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana


2017-2018

2017 2018
Indikator Kinerja Sasaran Strategis
Target Realisasi Target Realisasi
Persentase meningkatnya kapasitas 10% 7% 10% 8%
masyarakat dalam penanggulangan
bencana

49
Dari capaian selama tahun 2017 dan 2018 terlihat bahwa target yang ditetapkan
sebesar 10% belum dapat dicapai dan baru dapat dicapai sebesar 8% di tahun
2018, namun capaian tersebut meningkat sebesar 1% dari sebelumnya.

Salah satu desa pembentukan adalah


Desa Manubhara Kecamatan Inerie dan
Desa Waesae Kecamatan Aimere
Kabupaten Ngada Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Di desa ini, Fasilitatornya direkrut
dari masyarakat lokal sehingga fasilitasinya
Gambar 29. Kegiatan Desa Tangguh
bisa dengan mudah difahami masyarakat Bencana di Nusa Tenggara Timur
setempat. Dalam menjalankan tugas di desa, para fasilitator destana bermitra
dengan sejumlah kader desa yang merupakan orang setempat dan dipilih oleh
masyarakat melalui Kepala Desa dan diseleksi oleh Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD). Fasilitator bersama kelompok Kerja (Pokja) yang
dipilih di forum desa membentuk Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa
(FPRB) atau Tim Relawan atau Tim Siaga Desa yang berfungsi sebagai tim
penanggulangan dan pengurangan risiko bencana di Desa Manubhara
Kecamatan Inerie dan Desa Waesae Kecamatan Aimere Kabupaten Ngada
Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Forum Pengurangan Risiko Bencana Desa (FPRB) Desa ini diharapkan mampu
untuk dapat melihat masalah dan potensi desa, dan dapat membangun jaringan
dengan stakeholder yang ada (pemerintah, tokoh masyarakat, potensi relawan,
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)). Kader ini juga diharapkan
mampu mengorganisir masyarakat dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Di Pacitan, Destana bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang siap dan


tangguh menghadapi bencana, dimana masyarakat tersebut menjadi melek dan
memahami, serta melakukan mitigasi bencana. Sehingga ketika bencana
sewaktu-waktu terjadi, masyarakat dapat secara mandiri menjalankan langkah-
langkah mitigasi bencana untuk menghindari korban. Disisi lain Destana juga

50
memiliki pionir-pionir upaya penanggulangan bencana. Desa Tangguh bencana
di Pacitan salah satunya di lakukan di Desa Sirnoboyo.

“Kita berharap tidak ada bencana, namun bila ada bencana kita siap
untuk menghadapinya sehingga tidak ada korban yang jatuh atau
meminimalisir korban, waspada dan doa”

Indartato (Bupati Pacitan).

Lain lagi di Bone Bolango Provinsi Gorontalo, fasilitasi Kab. Bone Bolango
dilaksanakan di 3 (tiga) desa yaitu: Olohuta, Boluntula, dan Timbolo.
Masyarakat di 3 (tiga) desa ini ditumbuhkan kesadarannya akan risiko bencana
yang ada di daerah mereka. Yang menarik di sini adalah, kelompok kerjanya
adalah anak-anak muda yang memiliki semangat. Pasca destana usai Forum
PRB Desa memprogramkan kegiatan mitigasi dengan melakukan penanaman
mangrove.

Semangat keberlanjutan mewarnai


pelaksanaan seminar akhir Desa Tangguh
Bencana di Kota Gorontalo. Sekretaris Daerah
Kota Gorontalo menekankan betapa
pentingnya pendokumentasian dari setiap
kegiatan destana yang telah dilakukan. Sekda
juga mengingatkan akan tantangan-tantangan
Gambar 30. Proses Desa Tangguh
yang ada antara lain sosialisasi-sosialiasi ke Bencana di Kota Gorontalo
daerah-daerah yang rawan bencana. Selepas pembentukan akan dilakukan
program-program keberlanjutan diantara kegiatan bersih-bersih di pesisir pantai
di kelurahan Talumolo, pelibatan lembaga usaha yang berada di pesisir pantai
di Kelurahan Tenda dan sosialisasi yang menyasar sekolah-sekolah.

Setiap rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh BPBD Kota Gorontalo, sesuai
dengan Petunjuk Pelaksanaan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang menarik di

51
Kota Gorontalo ini adalah penamaan Pokja yang unik, seperti Tim Pokja Siaga
untuk Kel. Tenda, dan Pokja Dumbo Bone untuk Kel.Talumulo.

“Pentingnya pendokumentasian dari setiap kegiatan destana yang


telah dilakukan dan perlunya sosialisasi-sosialisasi yang lebih
masif”

(Sekretaris Daerah Kota Gorontalo)

Pengalaman dari Kelurahan Leato Utara bahwa dengan hadirnya program Desa
Tangguh Bencana BNPB tahun 2018 ini, masyarakat mendapatkan
pembelajaran dan pengetahuan tentang kerangka dan paradigma sistem
penanggulangan bencana nasional. Masyarakat sudah mengetahui tentang
bagaimana mengkaji risiko bencana di wilayah Leato Utara, menyusun rencana
penanggulangan bencana pada saat pra, tanggap, dan pasca bencana.
Menyusun rencana Aksi untuk Komunitas dalam Penanggulangan Bencana,
menyusun rencana evakuasi dan peringatan dini, menyusun rencana
kontinjensi, serta yang paling penting lagi adalah terbentuknya Forum
Penanggulangan Bencana.

2. Pengembangan Desa Tangguh Bencana

Saat ini Desa Tangguh Bencana sudah terintegrasi dengan dana Desa melalui
Anggaran pemerintah yang bisa diakses oleh Desa dalam mewujudkan
ketangguhan masyarakat adalah anggaran Desa, dimana diatur dalam
PERMENDES nomor 19 tahun 2017 dan PERMENDAGRI nomor 20 Tahun
2018.

Kegiatan desa tangguh bencana sudah menjadi tren dan semua berlomba
untuk menyelenggarakan desa tangguh bencana baik BPBD, NGO, dan
Perguruan Tinggi serta Dunia Usaha, maka tugas dari BPBD Kab/Kota adalah
mensinkronkan program-program ketangguhan masyarakat ke dalam Desa

52
Tangguh Bencana dan juga mendorong Komitmen Pemerintah Daerah untuk
membuat aturan - aturan peraturan daerah maupun Surat Keputusan Gubernur
terkait penguatan multi pihak dengan menggunakan APBD untuk masuk
kedalam kerangka kerja RPJMD serta Keberlanjutan Ketangguhan yang sudah
ada melalui sinergitas dengan perguruan tinggi maupun lembaga usaha.
Implikasi dengan adanya SPM Kementerian Dalam Negeri bahwa bencana
menjadi urusan wajib daerah pada implementasinya bisa didorong untuk
program pengembangan maupun pembentukan desa tangguh bencana.

Untuk perkembangan pembentukan Desa Tangguh Bencana selama periode


2012-2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 14. Perkembangan Pembentukan Desa Tangguh Bencana 2012-2018

2012 - GRAND
NO PROGRAM PELAKSANA 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
2013 TOTAL

Desa Tangguh
1 BNPB 40 60 68 100 108 150 68 68 662
Bencana

2 Desa tangguh Bencana BPBD Prov/Kab 60 64 75 100 200 499

BNPB dan
3 Desa Tangguh Mandiri 0 0 150 500 750 1400
Perguruan Tinggi

Ketangguhan Kementrian/
4 0 0 100 500 850 1450
Masyarakat Lembaga

Desa Tangguh NGO


5 20 35 50 100 170 375
Bencana Internasional

Desa Tangguh NGO


6 20 32 50 100 150 352
Bencana Lokal/Nasional

Desa Tangguh
7 Dunia Usaha 20 40 50 75 100 285
Bencana

TOTAL 40 60 68 219 279 625 1439 2300 5023

53
Panduan pembentukan desa/kelurahan tangguh bencana

SNI 8357:2017, Desa dan kelurahan tangguh bencana dirumuskan dengan


tujuan sebagai standar penerapan desa atau kelurahan tangguh bencana. SNI
Desa dan kelurahan tangguh bencana ini diharapkan dapat menjadi acuan
bersama dalam melakukan upaya pengelolaan risiko bencana berbasis
masyarakat termasuk di dalamnya adaptasi terhadap fenomena perubahan
iklim yang banyak diinisiasi baik oleh kementerian/lembaga, organisasi non
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat desa dan kelurahan itu sendiri.

Dengan adanya SNI Desa dan kelurahan


tangguh bencana, diharapkan upaya-
upaya pengelolaan risiko bencana
tersebut dapat secara nyata berkontribusi
dalam penurunan risiko bencana termasuk
dampak perubahan iklim melalui
pemberdayaan masyarakat desa dan
kelurahan. Pelibatan langsung masyarakat
tersebut termasuk kelompok rentan dan
kelompok marginal lainnya. SNI ini
dirumuskan oleh Komite Teknis 13-08 Gambar 31. Standar Nasional
Indonesia (SNI) untuk Desa/Kelurahan
Penanggulangan Bencana, sedangkan Tangguh Bencana

Rancangan SNI ini disusun oleh Gugus Kerja Desa dan kelurahan tangguh
bencana dan telah disepakati pada rapat konsensus nasional di Yogyakarta
pada tanggal 8 Agustus 2016. Konsensus ini dihadiri para pemangku
kepentingan terkait, yaitu perwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan
pemerintah. SNI ini juga telah melalui tahapan jajak pendapat pada tanggal 8
November 2016 hingga 7 Januari 2017 dan pembahasan hasil jajak pendapat
dilaksanakan pada tanggal 7 September 2017 dengan hasil akhir disetujui
menjadi SNI.

Beberapa kendala yang muncul dalam pelaksanaan kegiatan Desa Tangguh


Bencana diantaranya:

54
a. Masih kurangnya komitmen daerah dalam mereplikasi Program Desa
Tangguh Bencana di daerahnya.
b. Belum memadainya panduan-panduan maupun buku petunjuk teknis
pelaksanaan dari setiap tahapan kegiatan pemberdayaan masyarakat
terutama program desa tangguh bencana yang lebih detail dan mudah
diimplementasikan oleh masyarakat desa terkait dengan telah terbitnya
SPM Kebencanaan Kementerian Dalam Negeri
c. Masih rendahnya pelibatan multipihak yang inklusif dalam penanggulangan
bencana untuk membangun sinergitas dan ketangguhan bangsa.

Untuk itu upaya kedepan yang perlu dilakukan oleh BNPB diantaranya:

a. Menumbuhkan komitmen kepala daerah untuk dapat melalukan replikasi


destana di daerahnya masing-masing

b. Menyiapkan modul-modul maupun panduan-panduan terkait dengan


implementasi Desa Tangguh Bencana.

c. Memperbanyak fasilitator-fasilitator Desa Tangguh Bencana sebagai upaya


peningkatan keterlibatan multipihak dalam upaya pengurangan resiko
bencana

d. Implementasi sistem Desk Relawan untuk pengelolaan Relawan.

e. Rapat Koordinasi Forum Pengurangan Risiko Bencana yang dihadiri oleh


semua Forum PRB tingkat Provinsi maupun kab/kota.

f. Perlunya pelibatan lembaga usaha secara massive baik swasta, BUMN


maupun UMKM dalam membangun kesiapsiagaan terhadap bencana untuk
penyelamatan aset perusahaan dan keberlangsungan bisnis perusahaan.

g. Pelibatan multipihak yang inklusif dalam penanggulangan bencana untuk


membangun sinergitas dan ketangguhan bangsa.

55
3. Persentase Kejadian Bencana Yang Ditangani (direspon)

Berdasarkan trend kejadian bencana dari tahun 2004 – 2018 menunjukkan bahwa
intensitas kejadian bencana di Indonesia cenderung meningkat dan terus terjadi
perulangan seperti kejadian bencana banjir, tanah longsor, banjir disertai longsor
erupsi gunung api, gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan, kekeringan dan angin
puting beliung. BNPB berkoordinasi dengan berbagai kementerian/lembaga dan
lembaga-lembaga non pemerintah sebagai satu kesatuan dukungan pemerintah
pusat dalam pendampingan kepada pemerintah daerah dan masyarakat, melalui
mobilisasi baik berupa peralatan, personil, dan bantuan kebutuhan masyarakat
korban bencana.

Indikator kinerja utama (IKU) BNPB pada tahun 2015 s.d. tahun 2017 adalah rata-
rata waktu respon kejadian bencana. Rata-rata waktu respon kejadian bencana
adalah rata-rata waktu dalam upaya pengerahan bantuan dan sumber daya
penanganan darurat bencana pada awal informasi kejadian bencana yang diterima
oleh Pusat Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dari Pusdalops BPBD terdampak
bencana hingga penanganan darurat bencana di lokasi bencana.

Tabel 15. Capaian Rata-rata Waktu Respon Kejadian Bencana 2015-2017

Indikator Capaian 2015 Capaian 2016 Capaian 2017

Rata-rata waktu 1 hari atau 24 1 hari atau 24 1 hari atau 24 jam


respon kejadian jam jam
bencana

Pada Tahun 2018 (triwulan 3) terdapat revisi terhadap IKU BNPB yaitu menjadi
persentase kejadian bencana yang berhasil ditangani (Direspon), seperti tabel
dibawah ini :

Tabel 16. Persentase Kejadian Bencana yang Berhasil Direspon

Indikator Kinerja 2018 Target Capaian

Persentase Kejadian Bencana yang Ditangani 100 % 100 %


(Direspon)

56
Selama tahun 2018 BNPB merespon sebanyak 243 kejadian bencana dari total
kejadian bencana diseluruh Indonesia sebanyak 2.572 kejadian (sumber DIBI per 31
Desember 2018). Dari 2.572 kejadian bencana yang merupakan kejadian bencana
alam sebanyak 2.202 kejadian, sisanya sebanyak 370 kejadian merupakan bencana
non alam (kebakaran lahan dan hutan).

Gambar 32. Capaian Kejadian yang direspon di Tahun 2018

Dari 2.572 kejadian, pemerintah daerah kabupaten/kota dan provinsi yang terdampak
selalu hadir dalam rangka penanganan darurat bencana sesuai dengan dampak
eskalasinya. Hal tersebut sejalan dengan pasal 5 UU no 24 tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana yang menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah
Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan penanggulangan
bencana. Pemerintah diwakili oleh BNPB dan Pemerintah daerah diwakili oleh
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) merupakan ujung tombak dalam


penyelenggaraan penanggulangan bencana. Bencana terjadi berada di wilayah kerja
BPBD sehingga Tim Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana BPBD merupakan first

57
Responder dalam penyelenggaraan penanggulangan apabila sebuah bencana
terjadi. Tim Reaksi Cepat dari BNPB melakukan pendampingan bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota dan Provinsi yang terdampak. Selama tahun 2018 BPBD
telah merespon kejadian bencana sebanyak 2329 kejadian bencana. Sehingga
perhitungan capaian kejadian bencana yang direspon selama tahun 2018 adalah
sebagai berikut:

243 (BNPB) + 2329 (BPBD)


𝑥 100 % = 100%
2572 Kejadian Bencana

Selama tahun 2018 dalam mendukung penanganan darurat, BNPB telah


menyalurkan Dana Siap Pakai sebesar Rp. 6.402.594.133.110,- dengan wilayah
penyaluran sebagai berikut:

Penyaluran Dana Siap Pakai Tahun 2018

Realisasi DSP:
Rp. 6.402.594.133.110,-

Gambar 33. Penyaluran Dana Siap Pakai Tahun 2018

58
Persentase Penggunaan DSP 2018
GEMPA BUMI 60,94

KEBAKARAN LAHAN DAN HUTAN 37,18

GEMPA BUMI, TSUNAMI, LIKUIFAKSI 1,20

BANJIR DAN LONGSOR 0,51

ERUPSI GUNUNG API 0,14

LAIN - LAIN 0,02

TSUNAMI DAN GELOMBANG PASANG 0,02

PUTTING BELIUNG 0,00


LAIN LAIN (PENCARIAN KORBAN PESAWAT AIR
ASIA & BENCANA SALJU) 0,00

ABRASI PANTAI 0,00

PERGERAKAN TANAH 0,00

LAHAR DINGIN 0,00

KEKERINGAN 0,00

Gambar 34. Persentase Penggunaan DSP 2018 per Jenis Bencana

Penanganan 4 bencana prioritas di tahun 2018

1. Bencana Asap Akibat Kebakaran Lahan dan Hutan di 6 Provinsi di Sumatera dan
Kalimantan

Pada tahun 2018 ada 6 provinsi yang menetapkan status siaga darurat bencana
asap karena kebakaran lahan dan hutan. Penatapan tersebut didasarkan adanya
ancaman berupa terbakarnya hutan dan lahan terutama gambut di tiap-tiap
provinsi yang didukung oleh kondisi meteorologi dan klimatologi wilayahnya yang
mengakibatkan berkurangnya curah hujan dalam waktu yang lama, sehingga
potensi kebakaran akan meningkat. Akibat adanya potensi bencana asap
tersebut tentunya akan memberikan dampak pada kesehatan masyarakat,
lumpuhnya aktivitas sosial, ekonomi, pendidikan sehingga akan menyebabkan
terganggunya kehidupan serta penghidupan sehingga akan mengakibatkan
kerugian yang cukup besar. Provinsi yang menetapkan siaga darurat bencana

59
karhutla yaitu Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Kalimantan Selatan, Kalimantan
Tengah, dan Kalimantan Barat.

Pada rapat terbatas 6 Februari 2018 di Istana Presiden Republik Indonesia


mengeluarkan Instruksi :
1) Penurunan signifikan hotspot dan kejadian karhutla tahun 2016 dan 2017
karena kerja keras dan keterlibatan semua pihak;
2) Waspadai musim kemarau yang datang lebih awal, selalu monitor prediksi
BMKG;
3) Persiapan mengatasi kathutla harus segera dimulai, jangan tunggu kejadian
baru bergerak. Titik api harus dipadamkan sejak dini;
4) Penegakan hukum pada pelaku pembakar hutan dan lahan;
5) Pemenuhan kewajiban untuk menjaga wilayah kerja masing-masing;
6) Siapkan sarana dan personil;
7) Libatkan masyarakat dalam pencegahan.
Dalam menjawab dan memastikan instruksi Presiden tersebut berjalan, BNPB
bersama Kementerian dan Lembaga terkait memiliki strategi:
• Memastikan agar lahan gambut tetap
basah
• Membatasi alih fungsi lahan gambut
• Mencegah sedini mungkin terjadinya
kebakaran dan pembakaran
• Mengerahkan semua sumber daya baik
personil, peralatan, teknologi,
managerial dan keuangan jika terjadi Gambar 35. Kegiatan Pemadaman
kebakaran sesuai dengan eskalasi dan Kebakaran Hutan dan Lahan
potensi ancaman yang ada.
• Melayani kebutuhan kesehatan masyarakat jika eskalasi bencana asap
membesar
• Melibatkan masyarakat sekitar sebagai potensi dan sumber daya untuk
mencegah dan mematikan api jika terjadi kebakaran

60
• Menegakkan dan menindak secara hukum jika ada pihak-pihak yang secara
sengaja melakukan pembakaran hutan dan lahan sesuai aturan
perundangan yang berlaku.
• Menggencarkan sosialisasi tentang bahaya bencana asap dan larangan
tentang pembakaran hutan dan lahan serta dampak yang akan diakibatkan.
• Menggencarkan dan mencari solusi untuk sistem pertanian dan perkebunan
yang tanpa membakar lahan untuk proses pembersihanya.

Gambar 37. Gambar udara Kebakaran Hutan dan lahan


Kondisi Hotspot tahun 2018

Gambar 36. Jumlah Hotspot per Provinsi di Indonesia Tahun 2018


Sumber : KLHK 2018

61
Gambar 38. Total Hotsopt per Bulan di Tahun 2018

Upaya BNPB dalam menghadapi situasi siaga darurat bencana asap yang
diakibatkan kebakaran lahan dan Hutan di beberapa 6 Provinsi di Sumatera dan
Kalimantan :

• Memberi pendampingan penanganan siaga darurat kepada pemerintah


daerah (provinsi dan kabupaten/kota), berupa pendampingan Manajerial-
Peralatan-Anggaran;
• Aktivasi Pos Komando di provinsi dan kabupaten/kota yang terkoordinasi
dengan PUSDALOPS BNPB;
• Aktivasi Pos Pendamping Nasional di Provinsi Sumatera Selatan, mengingat
adanya perhelatan Asian Games yang di selenggarakan di beberapa wilayah
di Sumatera Selatan dengan output berupa rencana operasi terpadu,
pemantuaan hotspot yang intensif, pemadaman sedini mungkin api sehingga
tidak mengganggu perhelatan Asian Games.
• Menghadirkan dan membiayai aktivasi Operasi Udara (patroli udara, water
bombing di Sumatera dan Kalimantan serta kegiatan TMC/Hujan Buatan di
Sumatera Selatan dan Kalimantan Barat);
• Memberikan dukungan pembiyaaan dalam pengorganisasian penanganan,
pemadaman darat serta penegakkan hukum.

62
• Memberikan dukungan berupa peralatan untuk operasi penanganan karlahut

Gambar 39. Upaya BNPB dalam menangani Bencana Kebakaran hutan dan lahan
Selama tahun 2018, BNPB memberikan dukungan Dana Siap Pakai untuk
penanganan bencana asap akibat karhutla sebesar Rp. 2.333.535.367.417,- yang
dimanfaatkan untuk memberikan dukungan operasi pemadaman melalui udara
(water bombing dan TMC) dan dukungan operasional lainnya kepada daerah
terdampak bencana asap. BNPB mengerahkan 41 unit helikopter berbagai jenis
untuk Water Bombing guna mendukung pemadaman yang tidak dapat dijangku
oleh Tim Operasi Pemadaman Darat. Persebaran helikopter dapat dilihat dalam
gambar berikut :

63
Gambar 40. Peta Sebaran Dukungan Udara Penanganan Asap Akibat Karthutla di Wilayah
Sumatera dan Kalimantan tahun 2018

Dalam pelaksanaan penanganan darurat bencana asap ini tentunya tak lepas dari
tantangan yang ada, yaitu :

• Sulitnya air untuk pemadaman dikarenakan minimnya curah hujan sehingga


banyak tubuh air (sungai, kanal, parit dsb) yang mengering .
• Sulitnya medan dan jauhnya titik api dari aksesbilitas jalan sehingga
sumberdaya baik orang maupun peralatan susah menjangkaunya.
• Perlunya kontrol / pengendalian yang lebih ketat dalam operasi penanganan
darurat terutama penggunaan helikopter untuk kegiatan waterbombing.
• Laporan masyarakat dinilai belum optimal sebagai informasi untuk dukungan
operasi penanganan karlahut.
• Koordinasi dalam pelaksanaan rencana operasi gabungan antara operasi
darat dengan operasi udara.
• Posko harus inklusif, mengingat adanya keterlibatan OPD/SKPD lain, bukan
hanya BPBD dan TNI.
• Masih banyaknya praktek pembukaan lahan dengan membakar di masyarakat
dan perlu tata kelola hutan yang lebih baik.

64
2. Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi Provinsi Nusa Tenggara Barat

Pada tanggal 29 Juli 2018 pukul 06:47 WITA telah terjadi gempa bumi yang
mengguncang pulau Lombok dan pulau Sumbawa dengan kekuatan 6,4 SR,
disusul kembali dengan gempa berkekuatan 7 SR pada tanggal 5 Agustus 2018
pukul 19:46 WITA, lalu tanggal 19 Agustus 2018 gempa bumi berkekuatan 6,5
SR kembali mengguncang wilayah Nusa Tenggara Barat. Tercatat dampak dari
gempa bumi tersebut menyebabkan 564 jiwa meninggal dunia, 1.886 jiwa luka-
luka, 472.419 jiwa Mengungsi dan 216.489 unit rumah rusak.

Upaya yang telah dilakukan dalam rangka penanganan darurat bencana gempa
bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat seperti dibawah ini :
1) Bekerjasama dengan kementrian / lembaga serta Pemerintah daerah untuk
melakukan penanganan darurat bencana (pengkajian cepat dan lanjutan,
pemenuhan kebutuhan dasar, pengorganisasian penanganan, perlindungan
kelompok rentan, penanganan pengungsi serta kemudahan akses), dimana
BNPB mendirikan Pos Pendampingan Nasional di NTB sebagai pusat
koordinasi semua Stakeholder di tingkat Nasional untuk memberikan
perkuatan kepada Pemerintah Provinsi NTB.
2) Untuk menangani dampak yang dihasilkan bencana gempa bumi diterbitkan
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2018 tentang Percepatan Rehabilitasi dan
Rekonstruksi Pascabencana gempa bumi di Kabupaten Lombok Barat,
Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Lombok
Timur, Kota Mataram dan wilayah terdampak di Provinsi Nusa Tenggara
Barat.
3) BNPB telah menyalurkan bantuan Dana Siap Pakai sebesar Rp.
3.504.180.000.000,- untuk penanganan darurat bencana gempa bumi dan
stimulan perbaikan rumah rusak, adapun jumlah penyaluran Dana Siap Pakai
untuk stimulan perbaikan rumah rusak selama tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :

65
Tabel 17. Data Penyaluran Dana Siap Pakai Tahun 2018
KABUPATEN/ JUMLAH RUMAH RUSAK DSP YANG
NO
KOTA RB RS RR TOTAL DISALURKAN
1 Lombok Timur 6,002 1,999 11,409 19,410 384,290,000,000
2 Lombok Barat 13,991 12,790 45,563 72,344 1,134,630,000,000
3 Lombok Tengah 2,855 5,470 17,294 25,619 401,040,000,000
4 Lombok Utara 41,389 118 245 41,752 1,077,075,000,000
5 Mataram 3,580 2,611 6,115 12,306 216,425,000,000
6 Sumbawa 1,587 2,582 7,718 11,887 181,405,000,000
7 Sumbawa Barat 796 1,969 3,154 5,919 109,315,000,000
TOTAL 70,200 27,539 91,498 189,237 3,504,180,000,000

Gambar 41. Realisasi Bantuan Stimulan Perbaikan Rumah

Regulasi pemberian bantuan Dana Siap Pakai untuk dana stimulan


perbaikan rumah rusak akibat gempa bumi, diatur melalui Petunjuk
Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perbaikan Rumah Korban bencana Gempa
bumi di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang ditandatangani oleh Kepala
BNPB tanggal 12 September 2018

4) Per tanggal 31 desember 2018 realisasi perbaikan rumah sebagai berikut :

66
Gambar 43. Progres Pembangunan Rumah s/d 31 Des 2018

Gambar 42. Presiden RI didamping Ibu


Negara dan Kepala BNPB meninjau lokasi
daerah terdampak gempa bumi di provinsi
Nusa Tenggara Barat

3. Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi, Tsunami serta Likuifaksi di Provinsi


Sulawesi Tengah

Gempabumi dengan magnitudo 7,4 terjadi di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah


pada tanggal 28 September 2018 yang meliputi Kota Palu, Kabupaten
Donggala, Kabupaten Sigi dan Kabupaten Parigi Moutong. Gempabumi ini
memicu terjadinya tsunami disepanjang pantai Talise di Kota Palu dan
Kabupaten Donggala dengan landaan sejauh 500 meter. Akibat goncangan
gempabumi juga menyebabkan terjadinya likuifaksi di Balaroa dan Petobo Kota

67
Palu, serta Jonoogedi Kabupaten Sigi. Kejadian gempabumi juga menyebabkan
terjadinya land subsidence di Kabupaten Donggala.

Gambar 44. Gempa Sulawesi Tengah tanggal 28 September 2018

Melihat kejadian bencana gempabumi, tsunami dan likuifaksi di 4 (empat)


Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah yang terjadi, maka Gubernur Provinsi
Sulawesi Tengah telah menetapkan status keadaan darurat bencana yaitu:

1. Surat Keputusan Gubernur Sulteng Nomor 466/459/BPBD/2018 tentang


Penetapan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Gempabumi dan
Tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah terhitung sejak 29 September
2018sampai dengan 12 Oktober 2018.

2. Surat Keputusan Gubernur Sulteng Nomor: 466/463/BPBD/2018 tentang


Penetapan Perpanjangan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana
Gempabumi dan Tsunami di Provinsi Sulawesi Tengah terhitung sejak 13
Oktober 2018 sampai dengan 26 Oktober 2018.

3. SK Gubernur Sulteng Nomor 466/425/BPBD/2018 tentang Penetapan Status


Transisi Darurat ke Pemulihan Bencana Gempabumi, Tsunami dan Likuifaksi

68
di Provinsi Sulawesi Tengah terhitung sejak 27 Oktober 2018 hingga
25Desember 2018

4. Sk Gubernur Sulteng Nomor 360/509/BPBD-G.ST/2018 tentang Penetapan


Perpanjangan Status Transisi Darurat Ke Pemulihan Bencana Gempabumi ,
Tsunami, dan Likuifaksi di Provinsi Selawesi Tengah terhitung sejak tanggal
26 Desember 2018 sampai dengan 23 Februari 2019.

Gambar 45. Data Kerugian dan Kerusakan Bencana Gempa & Tsunami di Kab/Kota
Sulawesi tengah

Kejadian bencana gempabumi, tsunami dan likuidasi di 4 (empat)


Kabupaten/Kota Sulawesi Tengah mengakibatkan korban jiwa dan pengungsi.
Jumlah korban terdampak bencana meliputi jumlah korban meninggal dunia dan
hilang mencapai 4.340 Jiwa dan menyebabkan 172.635 jiwa harus mengungsi
akibat bencana gempabumi, tsunami dan likuifaksi. Berikut rincian data korban
bencana:

69
Tabel 18. Data Korban Bencana di 4 Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah

No. Keterangan Kota Kab.Sigi Kab.Donggala Kab.Parigi Jumlah


Palu Moutong
1 Meninggal 3.689 405 231 15 4.340
Dunia/Hilang
2 Pengungsi (jiwa) 40.374 93.187 36.346 2.728 172.635
Sumber: BNPB, Desember 2018

Penanganan darurat bencana akibat gempabumi, tsunami dan likuifaksi di


wilayah provinsi Sulawesi Tengah di selenggarakan oleh Pemerintah Daerah
sebagai penanggung jawab dengan menetapkan status keadaan darurat, mulai
status tanggap darurat sampai dengan status transisi darurat ke pemulihan.
Pemerintah memberikan dukungan sumberdaya nasional dalam operasi tanggap
darurat bencana dan memberikan kesempatan bagi bantuan dalam dan luar
negeri sesuai dengan arahan Presiden RI. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
berkoordinasi, bersinergitas dan berkolaborasi dalam penyelenggaraan
penanggulangan bencana. Kegiatan operasi tanggap darurat sebagai berikut:

1) Pencarian dan Penyelamatan

BNPB berkoordinasi pada kegiatan pencarian dan penyelamatan yang


dibawah koordinasi BASARNAS dan Kogasgabpad, didukung oleh TNI/Polri,
Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial , PMI dan
lain sebagainya dengan konsentrasi pencarian dan penyelamatan
diantaranya kawasan terdampak likuifaksi Balaroa, Petobo dan Jonooge
serta termasuk kawasan pesisir pantai barat Kota Palu – Donggala yang
merupakan kawasan terdampak tsunami.
2) Layanan Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pemenuhan kebutuhan dasar pengungsi korban bencana gempabumi,


tsunami dan likuifaksi di 4 Kabupaten/Kota terdampak, melalui
pendistribusian bantuan kebutuhan dasar dalam 7 hari dan 20 hari berikutnya
serta kebutuhan hunian sementara (huntara) dengan target penyediaan
tenda pengungsi sejumlah 44.906 unit, pendirian 42 unit dapur umum, 48.267
unit MCK dan tandon air sejumlah 9.737 unit.

70
3) Layanan Kesehatan

Pemerintah daerah perlu memperhatikan layanan kebutuhan kesehatan bagi


masyarakat pengungsi korban bencana. BNPB berkoordinasi dengan
Kementerian Kesehatan sebagai koordinator dalam bidang kesehatan
dengan mengirimkan relawan kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis,
dokter umum, perawat, bidan, farmasi, psikolog, tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Layanan kesehatan juga dilakukan melalui udara
yang dilaksanakan bersama TNI dengan target wilayah terisolir di wilayah
Kabupaten Sigi dan Donggala. Adapun dukungan TNI Angkatan Laut.
4) Layanan Pendidikan

Kegiatan belajar mengajar dilaksanakan pada tanggal 8 Oktober 2018


melalui gerakan kembali ke sekolah dengan menyediakan tenda belajar
mengajar yang dikoordinir oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas
Pendidikan.
5) Layanan Energi

Upaya pemulihan pasokan energi di daerah terdampak bencana sudah


dilakukan sejak minggu pertama pada masa keadaan darurat dan pada
minggu kedua bencana dengan memperbaiki dan mengoperasionalkan 15
SPBU di Kota Palu, 1 SPBU di Sigi dan 2 SPBU di Donggala dan
mendatangkan 100 operator SPBU dari berbagai daerah di Sulawesi. Upaya
pemulihan pasokan listrik, PT PLN dengan relawan PLN dari seluruh
Indonesia melakukan pemulihan 100% operasional 7 gardu induk dan 2.049
gardu distribusi dengan prioritas menjaga distribusi listrik bagi layanan publik.

Saat status tanggap darurat berakhir maka upaya pencarian dan penyelamatan
korban bencana sampai dengan menempatkan masyarakat korban bencana di
pengungsian dan beralih ke masa transisi darurat ke pemulihan. Pengungsi
masih memerlukan kebutuhan dasar untuk berkelanjutan pemenuhan kehidupan
masyarakat di pengungsian, sampai dengan penyiapan hunian sementara dan
pemulihan penghidupan masyarakat, salah satunya dari mata pencaharian
mereka.

71
Tabel 19. Kerusakan Rumah Bencana Provinsi Sulawesi Tengah
Kabupaten/ KERUSAKAN RUMAH
NO Jumlah
Kota RR RS RB H
1 Kota Palu 2.175 1.484 2.158 1.784 7.601
2 Kab Sigi 9.712 9.219 12.657 - 31.588
3 Kab Donggala 7.290 6.099 7.989 - 21.378
4 Kab Parimo 4.191 826 553 - 5.570
Jumlah 23.368 17.628 23.357 1.784 66.137
Sumber BPBD Desember 2018

Dari tabel diatas dapat dianalisis bahwa kebutuhan pengungsi korban bencana
gempabumi, tsunami dan likuifaksi di wilayah kabupaten/kota terdampak di
Sulawesi Tengah, sebanyak 50.975 KK dipenuhi dengan hunian sementara
untuk rumah rusak berat 23.357 KK, hilang 1.784 KK total 25.141 KK, sisanya
25.834 KK yang rumahnya rusak ringan dan rusak sedang bisa kembali kerumah
masing-masing dengan bantuan perbaikan.

Layanan kebutuhan pengungsi dikelola oleh Pemerintah Provinsi dengan


dukungan BNPB dan PMI. Mekanisme penyaluran dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan dan permintaan dari pemerintah kabupaten/kota. Layanan Kesehatan
tetap berkelanjutan diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan karena kondisi
masyarakat tidak lepas dari penyakit yang kemungkinan terjadi ditempat
pengungsian dengan didukung oleh 15 rumah sakit dan 50 puskesmas. Layanan
pendidikan tetap diaktifkan di seluruh sekolah terdampak bencana dengan
memanfaatkan ruang kelas belajar mengajar sementara.

Upaya BNPB dalam Penanganan Bencana

1) BNPB melakukan aktivasi Pos Pendamping Nasional sebagai pendamping


sumber daya nasional.
2) Presiden mengumumkan penerimaan bantuan internasional dari negara
sahabat sesuai dengan kebutuhan melalui BNPB sebagai koordinator dan
berkolaborasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk legalitasnya.
3) BNPB memberikan dukungan dana siap pakai kepada 4 Kabupaten/Kota,
Provinsi Sulawesi Tengah, Korem 132 dan Basarnas untuk membantu
penanganan darurat bencana

72
4) BNPB melakukan monitoring perkembangan pemulihan dengan segera
perbaikan sarana dan prasarana vital di wilayah terdampak;
5) BNPB melakukan monitoring pendirian hunian sementara beserta
kelengkapannya di wilayah Provinsi Sulawesi Tengah untuk warga yang
kehilangan rumahnya.

BNPB juga memberikan Dana Siap Pakai (DSP) terkait bencana gempa bumi,
likuifaksi dan Tsunami yang melanda beberapa daerah di Provinsi Sulawesi
Tengah. Berikut Rekapitulasi Dana Siap Pakai Penanganan Darurat Bencana
Gempabumi, Tsunami dan Likuifaksi di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah TA
2018 :

Tabel 20. Rekapitulasi Dana Siap Pakai Penanganan Darurat Bencana Gempabumi,
Tsunami dan Likuifaksi di Wilayah Provinsi Sulawesi Tengah TA 2018

NO. Wilayah DSP Tahap I DSP Tahap II


1. Kota Palu Rp. 250.000.000 Rp. 500.000.000
2. Kab. Sigi Rp. 250.000.000 Rp. 712.451.000
3. Kab. Donggala Rp. 250.000.000 Rp. 250.000.000
4. Kab. Parimo Rp. 350.000.000 Rp. 250.000.000
5. Prov. Sulteng Rp. 250.000.000 Rp. 500.000.000
6. Korem 132 Rp. 250.000.000 -
7. Basarnas - Rp. 164.720.000
Jumlah Rp. 1.600.000.000 Rp. 2.377.171.000
Total Rp. 3.977.171.000

4. Penanganan Darurat Bencana Gempa Bumi dan Tsunami di Provinsi Banten dan
Provinsi Lampung

Bencana tsunami terjadi di Selat Sunda pada tanggal 22 Desember 2018 malam.
Sekitar pukul 21.27 WIB, gelombang ombak tinggi menerjang pantai di sekitar
Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan. Menurut BMKG dan Badan Geologi,
tsunami disebabkan karena longsor bawah laut akibat erupsi Gunung Anak
Krakatau.

73
Bencana ini melanda 6
kabupaten/kota yang tersebar di dua
provinsi, yaitu Provinsi Banten
(kabupaten Pandeglang dan
Serang) dan Provinsi Lampung
(Kabupaten Lampung Selatan,
Tanggamus, dan Pesawaran).
Tsunami ini menelan banyak korban
Gambar 46. Kerusakan Akibat Bencana Gempa di Kabupaten Pandeglang. Data
bumi & Tsunami di Provinsi Banten & Lampung
sementara (1 Januari 2019) tercatat
di kabupaten ini 296 orang meninggal dunia, 3 orang hilang, 7.656 orang luka-luka
dan meruskan 1.012 unit rumah. Di Kabupaten Serang tercatat 21 orang
meninggal dunia, 2.395 orang luka-luka, 4.820 orang mengungsi dan 41 unit
rumah rusak. Dampak tsunami yang tercatat di Kabupaten Lampung Selatan
adalah 118 orang meninggal dunia, 4.007 orang luka-luka, 7 orang hilang, 7.868
orang mengungsi dan 1.560 unit rumah rusak. Satu orang meninggal dunia
masing-masing di Tanggamus dan Kabupaten Pesawaran. Secara keseluruhan
dampak dari bencana ini adalah 437 orang meninggal dunia, 10 orang hilang,
14.059 orang luka-luka, 36.923 orang mengungsi, 2.752 unit rumah rusak, dan 92
penginapan/warung rusak.

BNPB telah memberikan bantuan berupa dana siap pakai, tenda pengungsi,
permakanan dan kebutuhan sehari-hari. Dalam upaya penanganan darurat BNPB
melakukan pendampingan terus kepada kabupaten/kota untuk mempercepat
pemulihan pascabencana.

74
Selama masa transisi darurat
dibangun hunian sementara
(huntara). Kabupaten Lampung
Selatan akan merelokasi rumah
masyarakat yang mengalami
kerusakan. Balai Besar Wilayah
Sungai Kementerian PU Pera akan
melakukan land clearing, Dinas PU
Gambar 47. Suasana Pengungsi Korban bencana
Gempa Bumi & Tsunami Kabupaten Lampung Selatan akan
menyiapkan siteplan, desain dan rencana anggaran. Bupati Lampung Selatan
akan mengajukan dana siap pakai BNPB untuk pembangunan huntap dan
fasilitasnya dalam relokasi.

Respon Kejadian Bencana

Dalam melakukan respon kejadian bencana, beberapa hal yang dilakukan oleh
BNPB yaitu :

a. Kaji Cepat

Kaji cepat dalam penanganan darurat bencana merupakan kegiatan kaji cepat
bencana dan dampak bencana pada saat tanggap darurat meliputi penilaian
kebutuhan (Needs Assessment), penilaian kerusakan dan kerugian (Damage
and Loses Assessment) serta memberikan dukungan pendampingan dalam
penanganan darurat bencana

Gambar 48. Kepala BNPB dan Tim Kaji Cepat BNPB melakukan Asessment
Bencana Gempa Bumi 4,4 SR di Kab. Banjarnegara

75
Kegiatan ini meliputi pengkajian secara cepat dan tepat di lokasi bencana pada
waktu tertentu dalam rangka mengidentifikasi cakupan lokasi bencana, jumlah
korban, kerusakan prasarana dan sarana, gangguan terhadap fungsi pelayanan
umum dan pemerintahan serta kemampuan sumber daya alam maupun buatan.
Serta saran yang tepat dalam upaya penanganan bencana dengan tugas
tambahan membantu BPBD provinsi/kabupaten/kota untuk mengkoordinasikan
sektor terkait dalam penanganan darurat bencana.

Selama tahun 2018 telah dilaksanakan kaji cepat bencana 143 kali ke wilayah
terdampak bencana. Adapun rinciannya penugasan kaji cepat karlahut sebanyak
23 kali, gempa bumi 18 kali, banjir 52 kali, banjir dan tanah longsor 28 kali, banjir
bandang 1 kali, erupsi gunung berapi 13 kali, tsunami 2 kali, pergerakan tanah 2
kali, gempa bumi dan tsunami 1 kali, puting beliung 2 kali, tanah longsor 2 kali.

Dari kegiatan hasil kaji cepat manfaat yang didapatkan adalah adanya data awal
mengenai gambaran dampak bencana, sumber daya yang tersedia dan
kebutuhan mendesak yang menjadi acuan dalam pengambilan kebijakan
penanganan darurat bencana.

b. Pertolongan, Penyelamatan Dan Evakuasi

Tolok ukur keberhasilan BNPB dalam melaksanakan penyelamatan, pertolongan


dan evakuasi masyarakat korban bencana dapat dilihat dari prosentase jumlah
korban yang selamat dalam setiap operasi penanganan darurat BNPB. Untuk
menentukan prosentase penyelamatan pertolongan dan evakuasi masyarakat
korban bencana dan Prosentase Jumlah korban yang selamat akibat bencana
dapat dinilai berdasarkan hasil Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) yang
dimiliki BNPB dengan rumusan sebagai berikut :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛𝑖


𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘

Dari data DIBI tahun 2018, korban meninggal dan hilang, berdasarkan data DIBI
2018 sebesar 4.814 jiwa, sedangkan korban terdampak dan mengungsi:

76
10.239.533 jiwa. Untuk korban yang tertangani adalah korban terdampak dan
mengungsi dikurangi korban meninggal dan hilang. Secara ringkas yaitu:

Korban tertangani = 10.239.533 jiwa - 4.814 jiwa = 10.234.719 jiwa

10.234.719 jiwa
= x 100 % = 99,95%
10.239.533 jiwa

Persentase tersebut menunjukkan bahwa masyarakat sudah mulai memahami


mengenai pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana. Dengan demikian,
masyarakat menyadari pentingnya menyelamatkan diri sendiri dan hal tersebut
sangat berpengaruh terhadap jumlah korban baik luka-luka maupun meninggal
dunia.

Kegiatan penguatan kapasitas TRC daerah yang telah dilaksanakan oleh BNPB
sangat mempengaruhi kecepatan respon yang dilakukan oleh TRC di daerah
terutama dalam hal penyelamatan, pertolongan dan evakuasi sehingga dalam
penanganan tersebut sudah sangat optimal. BNPB dalam hal penanggulangan
bencana tidak terlepas dari K/L serta para pihak yang terlibat. Koordinasi
mempunyai peranan yang sangat penting dalam membangun sinergitas
penanggulangan bencana. Hal ini juga tercermin didalam kegiatan
penyelamatan, pertolongan dan evakuasi bagi masyarakat korban bencana.
Disadari bahwa tanpa adanya dukungan dari stakeholders yang terkait kegiatan
tersebut tidak akan berjalan sebagaimana mestinya.

c. Aktivasi Dan Manajemen Pos Komando Penanganan Darurat

Pendampingan Posko kedaruratan dalam rangka mendampingi daerah untuk


memberikan petunjuk dan arahan, perintah serta mengkoordinasikan berbagai
kegiatan yang terkait dalam masa kedaruratan bencana di daerah yang terkena
bencana pada saat penanganan darurat sehingga penanganan darurat bencana
dapat dilakukan secara tepat, cepat dan efektif efisien.

77
Selama tahun 2018 telah
dilakukan di Kabupaten
Karangasem untuk bencana
Erupsi Gunung Agung, dan
Provinsi Sumatera Selatan, Riau,
Jambi, Kalimantan Tengah,
Kalimantan Barat dan Kalimantan
Gambar 49. Kepala BNPB dan Tim Kaji Cepat BNPB
Selatan untuk bencana karlahut, Melakukan Koordinasi Penanganan Darurat Bencana
Tsunami
serta di Kabupaten Karo untuk
bencana erupsi Gunung Sinabung, dan Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pulau
Lombok dan Pulau Sumbawa) untuk bencana gempa bumi, dan Provinsi
Sulawesi Tengah untuk bencana Tsunami, gempa bumi dan likuifaksi dan di
Provinsi Banten dan Provinsi Lampung untuk bencana Tsunami.

Dengan adanya pendampingan posko tersebut dihasilkan :

• Keterpaduan / sinergitas penanganan darurat antar stakeholder penanganan


bencana
• Kecepatan penanganan darurat dalam hal kemudahan akses
• Efektifitas penanganan darurat bencana
• Kemudahan akses informasi bencana
• Akuntabilitas penanganan darurat tercapai

d. Pemenuhan Kebutuhan Dasar

Pemberian bantuan darurat bencana


dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
dasar korban bencana, diberikan dengan
memperhatikan standar minimal
kebutuhan dasar dan memperhatikan
prioritas kepada kelompok rentan.

Pemberian bantuan kebutuhan dasar Gambar 50. Distribusi bantuan Family Kit
oleh BNPB di Kabupaten Donggala
dilakukan dengan melaksanakan kaji Sulawesi Tengah

78
cepat bantuan kebutuhan dasar melalui penilaian kebutuhan secara cepat dan
tepat pada saat setelah terjadi bencana terhadap lokasi, kerusakan, kerugian dan
sumber daya terkait dengan pemberian bantuan kedaruratan dalam pemenuhan
kebutuhan dasar yang akan diberikan kepada masyarakat terdampak bencana
sesuai dengan standar minimal bantuan pada kondisi darurat bencana.

Pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar tidak hanya dilakukan oleh


BNPB, melainkan juga dilakukan oleh kementerian/lembaga, pemerintah daerah,
masyarakat dan dunia usaha. Dengan adanya pemenuhan kebutuhan dasar bagi
masyarakat korban bencana dapat mengurangi kerentanan selama penanganan
darurat bencana.

Selama pelaksanaan pemenuhan kebutuhan dasar tersebut, masyarakat sudah


mulai merasakan telah tercukupi. Hal ini dikarenakan pemenuhan kebutuhan
dasar merupakan prioritas kedua setelah kegiatan pertolongan, penyelamatan
dan evakuasi korban bencana.

Untuk mendukung pemerintah daerah dalam memenuhi kebutuhan dasar korban


bencana BNPB selama tahun 2018 memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan
dasar dengan rincian: bantuan pemenuhan pangan korban bencana 0.03%,
bantuan pemenuhan sandang korban bencana 0.025%, bantuan pemenuhan
hunian dan fasilitas hunian sementara 38.7%, bantuan pelayanan kesehatan
korban bencana 0,01% dan bantuan pemenuhan air bersih dan sanitasi 0.001%,
sedangkan untuk pemenuhannya sampai dengan 100% telah dilakukan oleh
pemerintah daerah dan didukung oleh dunia usaha dan lembaga non pemerintah
lainnya.

Kegiatan penyaluran bantuan kedaruratan bersumber dari dana siap pakai.


Adapun penyaluran ini tergantung kepada kebutuhan daerah yang terkena
bencana dalam melaksanakan penanganan darurat. Perbandingan prosentase
pemenuhan kebutuhan dasar yang bersumber dari penyaluran dana siap pakai
tahun anggaran 2015 s.d 2018 pada tabel di bawah ini :

79
Tabel 21. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Dasar yang Bersumber dari
Dana Siap Pakai TA 2015 s.d 2018

TA 2015 TA 2016 TA 2017 TA 2018


No Kebutuhan Dasar
(%) (%) (%) (%)
1 Pangan 2.26 3.07 2.38 0.030
2 Sandang 0.07 0.83 0.46 0.025
Hunian dan fasilitas hunian
3 5.36 6.32 7.31 38.700
sementara
4 Kesehatan 1.03 0.41 0.03 0.010
5 Air bersih 4.39 1.34 0.67 0.001
Dari tabel diatas, untuk kebutuhan pangan menurun di tahun 2018 disebabkan
oleh pemerintah daerah sudah dapat mencukupi kebutuhannya dengan
menggunakan Dana APBD. Kebutuhan sandang cenderung menurun dibanding
tahun 2017, karena kebutuhan sandang yang dipakai sehari – hari oleh korban
bencana, dapat dipenuhi dengan melibatkan unsur dunia usaha dan masyarakat.
Kebutuhan bantuan hunian sementara cenderung meningkat karena bantuan ini
diberikan kepada masyarakat korban bencana yang kehilangan tempat tinggal
dengan cara ditampung pada tenda, fasilitas/sarana umum, seperti gelanggang
olahraga dan sekolah-sekolah yang tidak terkena bencana, atau perbaikan
rumah dan relokasi pemukiman ke tempat yang aman. Persentase pemenuhan
kebutuhan dasar bidang kesehatan menurun disebabkan stakeholder kesehatan
pada daerah yang terkena bencana mampu memenuhi kebutuhan tersebut.
Untuk kebutuhan air bersih, selain dipengaruhi oleh bencana-bencana
hidrometeorologi adapula daerah yang secara geografis terkena kekeringan
pada musim kemarau, misalnya Provinsi Nusa Tenggara Timur, kecuali pada
tahun 2016 kebutuhan air bersih menurun karena tahun tersebut menurut BMKG
tergolong musim kemarau basah, dimana intensitas hujan masih tergolong tinggi
pada musim kemarau.

Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat


memenuhi kebutuhan dasar masyarakat yang terkena bencana dan BNPB telah
melakukan perannya dalam hal mengisi “gap” pemenuhan kebutuhan dasar pada
saat keadaan darurat bencana dan diharapkan dengan pemenuhan kebutuhan

80
dasar dari BNPB yang tepat sasaran maka kebutuhan masyarakat terdampak
akan dapat terpenuhi secara kualitas dan kuantitas.

e. Pendampingan Penanganan Pengungsi

Layanan Penanganan Pengungsi bertujuan untuk:


1) Menjamin terselenggaranya penanganan pengungsi yang dilakukan secara
tepat, terpadu dan efisien;
2) Menjamin terselenggaranya perlindungan dan pemberdayaan pengungsi
secara optimal; menjamin terselenggaranya penempatan pengungsi sesuai
dengan standar pelayanan minimum dan;
3) Menjamin terselenggaranya pemberian kompensasi dan pengembalian hak
pengungsi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Kegiatan dalam pelayanan pengungsian menekankan kepada penempatan
pengungsi, perlindungan dan pemberdayaan pengungsi serta kompensasi dan
pengembalian hak pengungsi.

Melalui kegiatan ini diharapkan dapat membantu masyarakat korban bencana


agar hidup aman, nyaman, bermartabat, dan memulihkan kembali fungsi sosial
dan ekonomi selama di tempat pengungsian.

Kegiatan pendampingan dalam penanganan pengungsi berupa


pengawasan/pendampingan bagi korban bencana/pengungsi maupun
masyarakat yang terkena bencana untuk mengurangi atau menghindari masalah
yang berhubungan dengan
penyalahgunaan wewenang dan
segala bentuk penyimpangan lainnya.
Tahap terpenting adalah pelaksanaan
kegiatan pendampingan dalam
penanganan pengungsi.
Pendampingan yang dilakukan
merupakan pendampingan manajerial Gambar 51. Kegiatan Pendampingan
Penanganan Pengungsi di Kabupaten
dan teknis. Kuningan Jawa Barat

Bentuk pendampingan yang dilaksanakan antara lain :


81
1) Pelayanan kesehatan kepada pengungsi yang meliputi pemberian layanan
konsultasi dan pemberian obat dari tenaga medis professional untuk keluhan
kesehatan yang sering dialami seperti batuk, flu, demam, ISPA, penyakit
kulit, hipertensi, asam lambung, dan lainnya. Gangguan kesehatan yang
lebih berat akan dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan seperti puskemas atau
RSUD.
2) Pelayanan psikososial di lokasi pengungsian diselenggarakan berdasarkan
kebutuhan masing-masing kelompok usia dan jenis kelamin prinsip dasar
pemberian dukungan psikososial menggunakan pendekatan berbasis
kelompok dan keterlibatan pengungsi secara aktif untuk membangun
karakter yang kuat. Kegiatan psikososial antara lain pemberian sharing, brain
gym berupa 4 gerakan PACE (Positive, Active, Clear and Energizer).
Gerakan sederhana ini berfungsi untuk mengoptimalkan fungsi otak.
3) Pelayanan dokumen kependudukan bekerjasama dengan Dinas Dukcapil
daerah terdampak untuk mengurus dokumen kependudukan seperti KK, akta
lahir, akta pernikahan, dan rekam KTP.

f. Perbaikan Darurat Sarana Dan Prasarana Vital

Perbaikan darurat merupakan salah satu bagian proses dari operasi penanganan
darurat. Kegiatan dalam perbaikan darurat meliputi: supervisi perbaikan darurat,
supervisi pembersihan lingkungan, identifikasi pembersihan lingkungan,
inventarisasi/verifikasi/identifikasi perbaikan darurat. Kegiatan ini bertujuan untuk
mempercepat pemulihan fungsi dari prasarana dan sarana vital.

Dalam rangka melaksanakan perbaikan darurat, BNPB melibatkan stakeholder


dalam penanganannya seperti Kementerian PUPERA, Kementerian Pendidikan,
Kementerian Kesehatan, TNI, POLRI, PLN, Telkom, Pemerintah Daerah, PMI,
NGO dan Lembaga Usaha.

82
Gambar 52. Perbaikan Darurat Sarana dan Prasarana Vital

Pada tahun anggaran 2018 daerah yang mendapatkan perbaikan sarana dan
prasarana vital pada tahun 2018 antara lain, Kota Padangsidempuan, Kabupaten
Solok, Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Dompu, dan Provinsi Nusa Tenggara
Barat. Perbaikan prasarana dan sarana vital pada daerah terkena bencana
berdasarkan usulan pengajuan permohonan DSP (Dana Siap Pakai) yang telah
diverifikasi oleh tim verifikasi BNPB sebanyak 216.815 unit dari 5 daerah yang
telah diverifikasi. Prasarana dan sarana vital yang diperbaiki merupakan sarana
dan prasarana yang penggunaannya sangatlah penting bagi mobiliasi kegiatan
masyarakat. Sehingga bila hal tersebut tidak diperbaiki dapat mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat didaerah tersebut.

g. Peran BNPB di dunia Internasional dalam merespon kejadian bencana lintas


negara

Pada tahun 2018 BNPB juga melakukan kegiatan bantuan kemanusiaan ke luar
negeri, yaitu untuk kejadian konflik sosial di Myanmar, dengan dampak terusirnya
jutaan warga etnis Rohingnya dari tempat tinggalnya, dan mengungsi besar-
besaran ke Bangladesh dengan berbagai gelombang kedatanganya yang
terkonsentrasi di Cox Bazar. Kegiatan ini merupakan wujud Pemerintah Republik
Indonesia dalam memperjuangkan kemanusiaan dan ikut berkontribusi
terciptanya kemanusiaan yang adil dan beradab untuk dunia. Pemerintah
Republik Indonesia melalui BNPB memberikan bantuan sebesar Rp.
1.296.894.200,-. Untuk pengungsi warga Rakhine baik yang berada di Cox Bazar
(Bangladesh) maupun yang masih di Myanmar.

83
Gambar 53. Presiden RI Bpk. Ir. Joko Widodo didampingi Ibu Negara Ibu Iriana
menyerahkan simbolis bantuan Kemanusiaan ke pengungsi di Coxz bazar
Bangladesh

Tantangan dalam penanganan darurat yaitu

a. Sinergi penanganan darurat daerah dan pusat dari pimpinan daerah


selaku penanggung jawab utama dalam setiap penanganan darurat
bencana sesuai eskalasi nya

b. Konsep Komando penanganan darurat masih belum sepenuhnya bisa


memadukan semua sumber daya dalam rangka penanganan darurat,
terutama di awal darurat bencana. Sehingga perlu pemahaman
komprehensif dengan membuat sebuah sistem untuk dapat menjalankan
konsep komando dengan baik. Selain itu, perlu kemudahan akses dalam
penanganan darurat dimana hal ini menjadi tantangan di lapangan.

c. Pembiayaan penanganan darurat di daerah yang minim.

d. Adanya rentetan bencana besar membutuhkan sumber daya yang besar


terutama dalam hal percepatan transisi darurat

Rekomendasi dalam menghadapi tantang penanganan darurat diantaraya yaitu:

a. Memberikan pemahaman dan penekanan ke pimpinan daerah untuk selalu


menjadi penanggung jawab dalam penanganan darurat

84
b. Mensosialisasikan, melatihkan dan mengladikan sistem komando
penanganan darurat ke semua stakeholder penanganan darurat secara
berjenjang dan berkelanjutan

c. Mengkoordinasikan dan membuat SOP bersama untuk mempermudah


akses ketika terjadi penanganan darurat, seperti mekanisme bantuan asing,
percepatan pengadaan barang dan jasa, dan sebegainya.

d. Mengkoordinasikan dan menekankan kepada kementerian dan lembaga


terkait untuk mendorong pemerintah daerah mau mengalokasikan
sumberdaya khusus untuk penanganan darurat bencana sesuai ancaman di
daerah masing-masing

e. Berkoordinasi untuk mempercepat pengkoordinasian dan pengerahan


sumber daya untuk menyelesaikan proses transisi darurat

4. Persentase Kabupaten/Kota Rawan Bencana Yang Memiliki Ketersediaan


Logistik dan Peralatan Serta Kemampuan Teknis Untuk Kesiapsiagaan dan
Darurat Bencana

BNPB telah mendukung pemenuhan bantuan logistik dan peralatan untuk


menunjang kegiatan penanggulangan bencana provinsi di Indonesia. Untuk
menunjang terpenuhinya logistik dan peralatan yang memadai, dalam arti
memenuhi kebutuhan logistik dan peralatan sesuai dengan standar minimal
ketersediaan logistik dan peralatan penanggulangan bencana. Dukungan tersebut
dimulai dari menginventarisasi seluruh kebutuhan terhadap logistik dan peralatan,
pengadaan sampai dengan pendistribusian. Sebagai tindak lanjut pengadaan dan
pendistribusian, agar pengelolaan dan pemanfaatan bantuan lebih optimal BNPB
juga memberikan pelatihan dan pendampingan terhadap penggunaan serta
pemanfaatan logistik dan peralatan.

85
Gambar 54. Barang Bantuan Kemanusiaan Direktorat Logistik

Gambar 55. Paket Pengadaan Peralatan Tahun 2018

86
Pada Tahun 2018 BNPB telah mengadakan 9 (sembilan) paket bantuan logistik dan
11 (sebelas) paket peralatan yang akan didistribusikan ke BPBD dalam rangka
kedaruratan dan penguatan kelembagaan. Pemberian bantuan logistik dan
peralatan dilakukan untuk mendukung kesiapan daerah dalam penanggulangan
bencana. Kegiatan tersebut telah disinkronkan dengan RPJMN 2015 s/d 2019.
Paket bantuan logistik telah didistribusikan untuk memenuhi Penguatan
Kelembagaan dan Kedaruratan di 272 BPBD Prov/Kab/Kota, sedangkan untuk
Paket peralatan ke 257 BPBD Prov/Kab/Kota.

Tabel 22. Realisasi Indikator Kinerja Pemenuhan Logistik dan Peralatan Tahun 2017 - 2018

Indikator Kinerja 2017 2018

Target Realisasi Target Realisasi % Capaian

Prosentase daerah yang memiliki 50,00% 64,26% 55,00% 51,76% 94,11%


logistik dan peralatan
penanggulangan bencana yang
memadai.

Berdasarkan rekomendasi Kemenpan RB bahwa ditahun 2018 BNPB perlu


melakukan perbaikan indikator kinerja yang mengacu pada outcome dan core
bussines BNPB. Oleh karena itu di tahun 2018 telah dilakukan perbaikan indikator
kinerja untuk bidang pemenuhan logistik dan peralatan menjadi sebagai berikut:

Tabel 23. Realisasi Indikator Kinerja Pemenuhan Logistik dan Peralatan Tahun 2018

Indikator Kinerja 2018

Target Realisasi % Capaian

Persentase Kabupaten/Kota rawan 55,00% 51,76% 94,11%


bencana yang memiliki ketersediaan logistik
dan peralatan serta kemampuan teknisyang
memadai

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa capaian kinerja BNPB dalam pemenuhan
ketersediaan logistik dan peralatan belum dapat mencapai target yang ditetapkan.
Beberapa hal yang menjadi kendala dalam pencapaian target tersebut adalah
sebagai berikut:

87
1. Semakin menurunnya anggaran BNPB, sangat mempengaruhi Jumlah
pengadaan Peralatan dan Logistik yang akan diberikan ke BPBD sehingga
Persentase Kabupaten/Kota rawan bencana yang memiliki ketersediaan logistik
dan peralatan serta kemampuan teknis yang memadai ditargetkan sebesar
55,00% hanya dapat dicapai sebesar 51,76% atau sebesar 94,11% dari target
yang direncanakan tersebut

2. Terdapat BPBD yang dilebur dengan SKPD lain dan Kabupaten/Kota yang tidak
mempunyai BPBD.

Tabel 24. Jumlah Penerima Bantuan Logistik dan Peralatan Periode tahun 2015 s/d 2018

% % %
LOGISTIK LOGISTIK PERALATAN PERALATAN
TAHUN TOTAL RATA-
(Prov/Kab/Kota) (Prov/Kab/Kota)
RATA
2015 101 20,16% 501 100,00% 602 60,08%
2016 250 49,90% 253 50,50% 503 50,20%

2017 261 52,06% 383 76,45% 644 64,26%

2018 272 53,13% 257 50,39% 529 51,76%

a. Distribusi Logistik dan Peralatan


Sampai dengan akhir tahun 2018 Pemerintah Daerah yang sudah membentuk
BPBD sebanyak 512 BPBD. Dari total BPBD Prov/Kab/Kota tersebut yang telah
menerima bantuan logistik dan peralatan rata-rata sebesar 51,76% dari target
55,00%, atau dengan capaian kinerja sebesar 94,11%, dengan rincian
sebagai berikut :

b. Pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik


Kegiatan Pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada Kepala Seksi Logistik dan pengelola gudang
logistik BPBD dalam menjalankan tata kelola pergudangan yang baik sesuai
dengan standar yang berlaku.Kegiatan telah dilakukan pada 3 (tiga) lokasi
sebagai berikut :

1. Tanggal 5 s/d 7 Maret 2018 di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat


yang diikuti oleh personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota
88
di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah perserta daerah sebanyak 60
peserta;
2. Tanggal 10 s/d 12 Juli 2018 di Kota Banyuwangi Provinsi Jawa Timur
yang diikuti oleh personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota
di Provinsi Jawa Timur dengan jumlah perserta daerah sebanyak 60
peserta;
3. Tanggal 7 s/d 9 Agustus 2018 di Kota Bekasi Provinsi Jawa Barat yang
diikuti oleh personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah perserta daerah sebanyak 84
peserta.
Tabel 25. Daerah yang mendapatkan pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik

No. Daerah Jumlah Peserta


1 Jambi 22 Peserta
2 Nusa Tenggara Barat 26 Peserta
3 Sumatera Utara 69 Peserta

Jambi = 22 Peserta Nusa Tenggara Barat = 26 Peserta

Gambar 56. Pemantapan Sistem Manajemen Gudang Logistik

c. Bimbingan Teknis Pengenalan Peralatan Kebencanaan


Peningkatan Kapasitas SDM di tingkat BPBD melalui kegiatan Peningkatan
pengetahuan manajemen logistik dan Bimbingan Teknis Pengenalan Peralatan
Kebencanaan. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan pengetahuan Teknis
Pengoperasian Peralatan PB bagi personil BPBD. Selama kurun waktu tahun
2018, telah dilakukan 3 (tiga) kali kegiatan Bimbingan Teknis Pengenalan
Peralatan Kebencanaan tingkat Prov/Kab/Kota, 3 (tiga) kali Bimbingan Teknis

89
Pengenalan Peralatan Kebencanaan Pompa Pemadam Kebakaran Hutan dan
Lahan, 1 (satu) kali Bimbingan Teknis Pengenalan Peralatan Kebencanaan
tingkat Provinsi dengan rincian sbb:

1) Tanggal 21 s/d 24 Maret 2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara yang diikuti


oleh personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi
Sulawesi Tenggara dengan jumlah perserta daerah sebanyak 70 peserta;
2) Tanggal 11 s/d 13 April 2018 di Provinsi Kalimantan Timur yang diikuti oleh
personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi
Kalimantan Timur dengan jumlah perserta daerah sebanyak 54 peserta;
3) Tanggal 8 s/d 10 Mei 2018 di Provinsi Jawa Barat yang diikuti oleh personil
BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi Jawa Barat
dengan jumlah perserta daerah sebanyak 110 Peserta;
4) Tanggal 10 s/d 12 Juli 2018 di Provinsi Sumatera Selatan yang diikuti oleh
personil BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi Sumatera
Selatan dengan jumlah peserta daerah sebanyak 51 Peserta.
5) Tanggal 17 s/d 19 Juli 2018 di Provinsi Riau yang diikuti oleh personil BNPB
serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi Riau dengan jumlah
peserta daerah sebanyak 43 Peserta.
6) Tanggal 24 s/d 26 Juli 2018 di Provinsi Jambi yang diikuti oleh personil
BNPB serta personil BPBD Provinsi/Kab kota di Provinsi Jambi dengan
jumlah peserta daerah sebanyak 43 Peserta.
7) Tanggal 28 s/d 31 Agustus 2018 di Provinsi Jawa Tengah yang diikuti oleh
personil BNPB serta personil BPBD Provinsi se Indonesia dengan jumlah
peserta daerah sebanyak 110 Peserta.

90
Pelatihan Speedboat Pelatihan Perahu Karet

Pelatihan Tenda Pengungsi Pelatihan Mesin Perahu

Pelatihan Alat Pemadam Karhutla Pelatihan Radio Stasiun Wilayah

Pelatihan Mobil Dapur Umum Lapangan Pelatihan Water Treatment Portable

Gambar 57. Pengenalan Teknis Peralatan PB

91
d. Pemanfaatan Logistik dan Peralatan Penanggulangan Bencana saat
terjadi bencana
Pada saat masa tanggap darurat Bencana, Badan Nasional Penanggulangan
Bencana senantiasa siap siaga untuk pemenuhan bantuan baik berupa logistik
maupun Peralatan penanggulangan Bencana, berikut ini adalah pemanfaatan
Logistik Peralatan Penanggulangan Bencana pada saat tanggap darurat
bencana :

Pemanfaatan Tenda Pengungsi Pemanfaatan Mobil Dapur Umum Lapangan

Pemanfaatan Flexible Tank Pemanfaatan Mobil Tangki Air

Pemanfaatan Perahu Evakuasi


Pemanfaatan Mobil Truk Serbaguna

92
Pemanfaatan Mobil Pick Up Maxi Pemanfaatan Mobil Toilet

Pemanfaatan Light Tower Portable Pemanfaatan Tenda Keluarga

Distribusi Bantuan Logistik Distribusi Bantuan Logistik

Distribusi Bantuan Logistik Distribusi Bantuan Logistik

Gambar 58. Pemanfaatan Logistik Peralatan Penanggulangan Bencana pada saat tanggap
darurat bencana

93
Gambar 59. Dukungan Bantuan Logistik BNPB pada Darurat Bencana Tahun 2018

Dengan pemenuhan dukungan logistik dan peralatan, maka hasil yang


diharapkan dapat tercapai adalah:

a. Semua pihak yang terkait dalam penanganan bencana baik Pemerintah


Pusat (BNPB) maupun Pemerintah Daerah (BPBD) lebih siap, cepat dan
tanggap dalam menghadapi ancaman bencana;
b. Dapat menguatkan kelembagaan penanggulangan bencana dalam sarana
dan prasarana di BPBD daerah;
c. Dengan adanya penguatan berupa persiapan logistik dan peralatan di
daerah, maka ketika terjadi bencana BPBD Propinsi/Kabupaten/Kota dapat
mengantisipasi kejadian bencana atau dengan kata lain risiko bencana
yang datang dapat dikurangi;
d. Untuk Kabupaten/Kota Prioritas RPJMN yang tidak mempunyai BPBD, agar
dibuatkan kajian untuk membentuk BPBD sehingga Penanganan Bencana
yang mungkin terjadi dapat dilakukan secara efektif dan efisien.

94
5. Rata-Rata Peningkatan Indeks Pemulihan Pasca Bencana

Pengukuran, evaluasi dan analisis capaian kinerja sasaran strategis pemulihan


pasca bencana tahun 2018 adalah sebagai berikut:

Tabel 26. Sasaran dan Indikator Kinerja tahun 2018

Sasaran Strategis Indikator Sasaran Target


Strategis 2018
Meningkatnya kualitas hidup Rata-rata 3%
masyarakat pascabencana peningkatan indeks
pemulihan pasca
bencana

Pemulihan berkaitan erat dengan kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi. Berdasarkan


UU No. 24 Tahun 2007 pasal 57 dan Peraturan Kepala BNPB Nomor 6 Tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Umum Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana,
dinyatakan bahwa Penyelenggaraan Rehabilitasi Pascabencana pada wilayah
terdampak dilakukan melalui kegiatan:

a. Pembangunan kembali dan perkuatan prasarana dan sarana;

b. Pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;

c. Pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;

d. Penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih
baik dan tahan bencana;

e. Peningkatan kondisi sosial, ekonomi dan budaya;

f. Peningkatan fungsi pelayanan publik;

g. Peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat;

h. Partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia


usaha dan masyarakat.

Kebijakan penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana


sebagaimana dilakukan dengan mempercepat pemulihan wilayah terdampak dan
mempertimbangkan pengurangan risiko bencana. Terdapat beberapa sasaran dari

95
penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi, yaitu sasaran kelembagaan, sasaran
operasional, dan sasaran substansial. Sasaran kelembagaan mencakup seluruh
lembaga/institusi baik di tingkat pusat maupun daerah yang terlibat dalam
pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi. Sedangkan, sasaran operasional adalah
pemerintah dan masyarakat di daerah bencana mampu melaksanakan rehabilitasi
dan rekonstruksi dengan baik dan benar. Selanjutnya, sasaran substansial
rehabilitasi dan rekonstruksi mencakup enam sasaran, yaitu aspek kemanusiaan,
aspek perumahan dan permukiman, aspek infrastruktur pembangunan, aspek
ekonomi, aspek sosial, dan aspek lintas sektor.

Berdasarkan Peraturan Kepala BNPB No.6 Tahun 2017, dinyatakan bahwa


manajemen penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana
merupakan satu rangkaian tahapan dengan mempertimbangkan:

a. masukan (input) berupa Jitupasna;

b. proses (process) Penyelenggaraan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana


meliputi :

1) penyusunan rencana dan penentuan prioritas;

2) pengalokasian sumber daya dan dana;

3) pelaksanaan;

4) monitoring dan evaluasi; dan

5) pelaporan.;

c. hasil (output) yaitu hasil Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana

d. keluaran (outcome) yaitu manfaat yang dirasakan oleh masyarakat korban


bencana dan lingkungan;

e. dampak (impact) terhadap pencapaian tujuan pemulihan dan rencana


pembangunan daerah dan nasional

Dengan demikian, aspek pemulihan pascabencana berkaitan dengan komponen


dalam pembangunan manusia, dengan tekanan pada indikator berfungsinya hasil
pembangunan (outcome). Untuk mengukur keberhasilan atau kesuksesan suatu
96
proses pemulihan pasca bencana terutama pencapaian sasaran substansial
rehabilitasi dan rekonstruksi, maka perlu suatu bentuk evaluasi yang digambarkan
melalui Indeks Pemulihan Pasca bencana. Indeks pemulihan pasca bencana adalah
sebuah indeks untuk mengukur sekaligus mengevaluasi kinerja atau keberhasilan
proses pemulihan pada tingkat outcome, meliputi kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang dilaksanakan di daerah terdampak bencana oleh semua
pemangku kepentingan yang terlibat.

Gambar 60. Keterkaitan Pemulihan Pascabencana berdasarkan UU, Perka BNPB dengan
Indikator Pembangunan Manusia

Pengukuran pemulihan pasca bencana dibangun berdasarkan struktur keterkaitan


aspek-aspek pemulihan dalam kaitannya dengan pembangunan kesejahteraan manusia
(welfare) pada posisi yang tertinggi. Kesejahteraan tersusun atas komponen pendidikan,
kesehatan dan pendapatan (ekonomi). Komponen-komponen tersebut diukur dengan
indikator pada tingkat impact, seperti yang digunakan di dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (Human Development Index), yaitu (1) tingkat pengetahuan (2)
tingkat kesehatan (3) tingkat pendapatan. Capaian komponen IPM yang tinggi

97
diharapkan akan dapat memperluas pilihan-pilihan penduduk dalam rangka mencapai
tingkat kesejahteraan yang lebih baik lagi.

Gambar 61. Struktur Indikator pengukuran peningkatan penyelesaian rehabilitasi


dan rekonstruksi

Aspek pemulihan pasca bencana yang akan dijadikan sebagai indikator dibangun
berdasarkan dukungan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Karena itu, untuk
menentukan indikator-indikator yang akan dipilih, maka keterkaitan berbagai aspek
disusun dalam suatu struktur berikut ini : Berdasarkan struktur tersebut di atas, maka
meningkatkan kualitas hidup masyarakat pascabencana disusun berdasarkan
indikator pada tingkat outcome, yaitu mengukur hasil-hasil aktivitas ekonomi,
pendidikan dan kesehatan berdasarkan kegiatan-kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang telah dilaksanakan, dengan formulasi perhitungan

98
Tingkat pemulihan yang diperhitungkan dalam Ina-PDRI (Indonesia-Post Disaster
Recovery Index) dilihat dari perubahan (selisih) indeks sebelum dan sesaat setelah
terjadi bencana dan sesudah bencana.

Capaian kinerja kedeputian bidang rehabilitasi dan rekonstruksi pada tahun


2018

Hasil perhitungan Indeks Pemulihan


Pascabencana (Ina-PDRI) tahun 2018 untuk
67 Kabupaten / Kota Penerima Hibah RR 28%

Pulih
BNPB T.A. 2017, disajikan pada Gambar Belum pulih

disamping, terdapat 48 Kabupaten / Kota


72%

(sekitar 72 %) yang teridentifikasi telah pulih


dengan waktu pemulihan yang bervariasi dari
yang hanya berlangsung selama kurang dari Gambar 62. Hasil Perhitungan Indeks
Pemulihan Pascabencana berdasarkan
1 tahun hingga 6 tahun, dan 19 Kabupaten/ status kepulihan Daerah Tahun 2018

Kota (sekitar 28%) yang teridentifikasi belum pulih, sedangkan perhitungan nilai rata-
rata indeks pemulihan pascabencana sebesar 100,19.

Tabel 27. Hasil Perhitungan Indeks Pemulihan Pascabencana Tahun 2018


Uraian Hasil Perhitungan Indeks
Nilai Rata-rata indeks pemulihan 100,19
pascabencana
Jumlah daerah yang pulih 48 (72%)
Nilai rata-rata peningkatan Indeks 3,47 %
pemulihan pascabencana

Untuk mengukur keberhasilan atau kesuksesan suatu proses pemulihan pasca


bencana terutama pencapaian sasaran substansial rehabilitasi dan rekonstruksi,
maka diukur peningkatan indeks pemulihan pasca bencana dari masing-masing
daerah penerima hibah dana rehabilitasi dan rekonstruksi.

99
Tabel 28. Pencapaian Rata-rata peningkatan indeks pemulihan pasca bencana

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Capaian


Utama 2018 2018

Meningkatkan kualitas Rata-rata 3% 3,47%


kehidupan masyarakat peningkatan
pascabencana indeks pemulihan
pascabencana
Perhitungan pencapaian rata-rata indeks pemulihan pasca bencana dihitung
berdasarkan dari 67 kabupaten/kota penerima hibah 2017 tahap I didapat 48
kabupaten/kota pulih (72%) dengan rata-rata peningkatan indeks sebesar 3,47%.
Rata-rata peningkatan indeks ini dihitung dengan melihat peningkatan/penurunan
nilai indeks pemulihan pasca bencana disetiap kabupaten/kota dari tahun 2014-2017.

Tabel 29. Hasil Perhitungan Ina PDRI Penerima Hibah Tahun 2017

Ina-PDRI
NO. KABUPATEN/KOTA PROVINSI Status
2014 2015 2016 2017
1 Pidie Jaya Aceh 94.97 100.00 102.09 102.17 PULIH
2 Pidie Aceh 100.00 100.31 94.23 97.76 PULIH
BELUM
3 Bireuen Aceh 97.27 100.00 90.96 97.92
PULIH
4 Aceh Jaya Aceh 103.88 107.29 110.34 109.31 PULIH
5 Aceh Tenggara Aceh 97.46 101.92 101.12 99.40 PULIH
6 Aceh Barat Aceh 101.45 100.30 101.41 99.36 PULIH
Sumatera
7 Kota Gunungsitoli 96.09 102.02 102.38 99.23 PULIH
Utara
Sumatera
8 Kota Binjai 102.87 101.86 101.27 98.52 PULIH
Utara
Sumatera BELUM
9 Toba Samosir 96.43 95.90 96.45 94.67
Utara PULIH
Kota Sumatera BELUM
10 98.98 98.36 96.92 91.68
Padangsidimpuan Utara PULIH
Sumatera
11 Padang Lawas Utara 101.90 105.96 105.70 107.18 PULIH
Utara
Sumatera
12 Simalungun 89.39 101.93 101.41 99.69 PULIH
Utara
Sumatera BELUM
13 Tapanuli Tengah 91.61 99.99 99.33 99.98
Utara PULIH
Sumatera BELUM
14 Karo 90.55 95.36 91.52 88.26
Utara PULIH
Sumatera
15 Sijunjung 100.32 105.18 104.75 105.67 PULIH
Barat
Sumatera
16 Dharmasraya 100.71 97.88 99.11 99.57 PULIH
Barat
Sumatera
17 Padang Pariaman 108.76 103.06 103.24 103.60 PULIH
Barat

100
Ina-PDRI
NO. KABUPATEN/KOTA PROVINSI Status
2014 2015 2016 2017
Ogan Komering Ulu Sumatera
18 102.36 104.00 104.78 104.01 PULIH
Timur Selatan
Ogan Komering Ulu Sumatera
19 102.59 100.75 103.31 102.75 PULIH
Selatan Selatan
BELUM
20 Kampar Riau 98.02 96.09 93.37 97.70
PULIH
21 Rokan Hulu Riau 97.44 99.03 93.36 100.23 PULIH
22 Tebo Jambi 99.05 105.97 106.54 106.50 PULIH
Tanjung Jabung
23 Jambi 102.73 104.01 102.84 104.70 PULIH
Barat
24 Kerinci Jambi 103.61 108.65 101.05 105.27 PULIH
25 Kepahiang Bengkulu 96.50 100.52 101.03 102.19 PULIH
26 Bengkulu Utara Bengkulu 95.89 100.26 100.03 104.58 PULIH
27 Rejang Lebong Bengkulu 88.33 96.05 105.23 112.70 PULIH
28 Way Kanan Lampung 105.67 97.73 106.97 106.94 PULIH
29 Pesawaran Lampung 105.96 106.86 107.26 99.05 PULIH
30 Garut Jawa Barat 95.34 100.00 99.41 103.05 PULIH
31 Sumedang Jawa Barat 93.08 100.00 100.81 101.33 PULIH
BELUM
32 Sampang Jawa Timur 96.82 99.51 94.81 95.91
PULIH
BELUM
33 Ponorogo Jawa Timur 98.68 97.94 96.55 95.53
PULIH
Nusa
Timor Tengah
34 Tenggara 99.42 104.97 107.75 107.11 PULIH
Selatan
Timur
Nusa
35 Kota Kupang Tenggara 97.15 118.43 114.33 112.15 PULIH
Timur
Nusa
36 Sumba Timur Tenggara 97.09 100.48 100.01 99.30 PULIH
Timur
Nusa
37 Sumba Barat Tenggara 90.32 100.72 97.33 102.24 PULIH
Timur
Nusa
38 Lembata Tenggara 90.90 116.13 114.76 100.83 PULIH
Timur
Kalimantan
39 Mempawah 107.10 106.65 104.54 107.19 PULIH
Barat
Kalimantan
40 Sintang 100.89 103.14 101.20 100.08 PULIH
Barat
Kalimantan
41 Bengkayang 102.82 109.15 106.55 106.33 PULIH
Barat
Kalimantan
42 Tanah Bumbu 95.35 101.58 100.35 101.38 PULIH
Selatan
Kalimantan
43 Banjar 102.28 104.55 104.94 107.01 PULIH
Selatan
Kalimantan
44 Tanah Laut 101.09 100.19 100.37 95.41 PULIH
Selatan
Kalimantan
45 Barito Kuala 98.54 98.29 98.65 101.72 PULIH
Selatan

101
Ina-PDRI
NO. KABUPATEN/KOTA PROVINSI Status
2014 2015 2016 2017
Kalimantan
46 Nunukan 102.14 90.63 94.00 99.81 PULIH
Utara
Kalimantan
47 Kapuas 100.42 108.82 110.86 103.87 PULIH
Tengah
Penajam Paser Kalimantan
48 99.65 102.10 103.27 104.69 PULIH
Utara Timur
BELUM
49 Kota Manado Sulawesi Utara 47.23 99.11 97.52 94.49
PULIH
50 Minahasa Utara Sulawesi Utara 97.70 95.92 94.23 98.86 PULIH
Sulawesi
51 Buol 101.14 99.97 99.40 99.24 PULIH
Tengah
Sulawesi BELUM
52 Toli-toli 109.88 100.98 114.38 114.61
Tengah PULIH
Sulawesi
53 Bulukumba 98.00 106.23 108.20 99.98 PULIH
Selatan
Pangkajene dan Sulawesi
54 100.47 106.36 108.40 100.83 PULIH
Kepulauan Selatan
Sulawesi
55 Gowa 100.73 106.63 106.34 99.03 PULIH
Selatan
Sulawesi
56 Maros 97.95 103.48 105.67 114.13 PULIH
Selatan
Sulawesi
57 Luwu Timur 98.90 102.46 104.83 99.17 PULIH
Selatan
Sulawesi
58 Kota Makassar 95.75 104.11 104.55 96.63 PULIH
Selatan
Sulawesi BELUM
59 Wakatobi 86.12 95.08 95.86 94.65
Tenggara PULIH
Sulawesi BELUM
60 Konawe Selatan 87.27 98.40 95.79 89.48
Tenggara PULIH
Maluku Tenggara BELUM
61 Maluku 93.77 89.09 88.94 90.04
Barat PULIH
BELUM
62 Kota Tual Maluku 93.76 96.45 96.65 94.48
PULIH
BELUM
63 Kota Ternate Maluku Utara 88.34 98.98 96.06 93.66
PULIH
BELUM
64 Halmahera Utara Maluku Utara 98.18 97.48 96.65 95.84
PULIH
BELUM
65 Sarmi Papua 83.34 77.68 77.31 76.46
PULIH
BELUM
66 Mamberamo Tengah Papua 70.54 64.73 64.40 78.75
PULIH
BELUM
67 Raja Ampat Papua Barat 91.62 97.36 99.77 96.87
PULIH
Rata-rata Ina PDRI 96.72 100.61 100.50 100.19
Rata-rata Peningktan Indeks
Pemulihan Pasca Bencana (Ina 3.47
PDRI 2017-Ina PDRI 2014)

Hubungan Indeks Pemulihan Pasca Bencana dengan Indeks Risiko Bencana

Hasil perhitungan Ina-PDRI yang diperoleh, kemudian dikorelasikan dengan IRBI.


Diperoleh hasil bahwa Ina-PDRI memiliki korelasi negatif dan rendah dengan Indeks

102
Risiko Bencana Indonesia (IRBI) artinya semakin tinggi upaya-upaya pemulihan yang
dilakukan, turut memberikan kontribusi pada turunnya risiko bencana pada daerah
daerah yang mengalami bencana.

Gambar 63. Hubungan Indeks


Pemulihan Pascabencana dengan
Indeks Risiko Bencana

Dengan menghitung korelasi antara ΔInaPDRI dan ΔIRBI pada daerah penerima hibah
tahun 2017, didapat:

ρ(ΔInaPDRI; ΔIRBI) = -0,1

dimana,

• ΔIRBIi= nilai IRBI pada satu tahun setelah InaPDRI dinyatakan pulih (atau
pada tahun InaPDRI dinyatakan pulih) dikurangi dengan nilai IRBI
pada satu tahun sebelum terjadi bencana (atau pada tahun
kejadian bencana), untuk kabupaten i.

• ΔInaPDRIi=nilai InaPDRI pada tahun InaPDRI dinyatakan pulih dikurangi dengan


InaPDRI pada tahun kejadian bencana, untuk kabupaten i.

▪ IRBI memiliki korelasi NEGATIF dengan Ina-PDRI


▪ Ina-PDRI berkontribusi terhadap penurunan IRBI sebesar:
▪ Minimum: (-)0.07 (tahun 2015)
▪ Maksimum: (-)0.30 (tahun 2016)

103
Penilaian Kerusakan

Rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai bagian dari penyelenggaraan penanggulangan


bencana memerlukan proses penilaian atas kerusakan dan kerugian serta kebutuhan
yang bersifat komprehensif baik aspek fisik maupun aspek kemanusiaan.
Kesemuanya dilakukan dengan prinsip dasar membangun yang lebih baik dan lebih
aman (build back better and safer) dan pengurangan risiko bencana (disaster risk
reduction) serta diwujudkan dalam bentuk Rencana Aksi (Renaksi) Rehabilitasi dan
Rekonstruksi pascabencana.

Rangkaian proses penilaian kerusakan, kerugian dan kebutuhan dilakukan melalui


pengkajian kebutuhan pasca bencana yang akan mengkaji akibat bencana, dampak
bencana dan kebutuhan pemulihan pasca bencana. Pengkajian kebutuhan pasca
bencana merupakan instrumen pemerintah dan para pemangku kepentingan sebagai
acuan dalam menyusun kebijakan, program dan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang berlandaskan pada informasi yang akurat dari para pihak yang
terdampak bencana dan selanjutnya disusun dalam bentuk dokumen rencana aksi.

Hasil kajian akibat bencana yang dipadukan dengan hasil kajian dampak bencana
melalui suatu proses triangulasi data dan informasi yang akan menghasilkan suatu
rumusan hasil kajian kebutuhan pascabencana. Setelah melalui proses pengkajian,
maka kebutuhan pasca bencana disajikan berupa kegiatan, biaya yang dibutuhkan
dan jangka waktu pelaksanaan pada setiap kegiatan. Kebutuhan pasca bencana
dikelompokkan menjadi kegiatan perbaikan atau pembangunan kembali, penggantian
kerugian, penyediaan bantuan atau dukungan akses terhadap kebutuhan dasar,
kebutuhan penunjang penyelenggaraan kembali proses dan fungsi kemasyarakatan
dan pemerintahan serta kebutuhan penguatan yang berkaitan dengan ketahanan
masyarakat dan pemerintahan dalam rangka pengurangan risiko bencana.

Fasilitasi rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana merupakan


kegiatan dalam rangka memfasilitasi dan memberikan pendampingan kepada
pemerintah daerah khususnya BPBD dalam menyusun dokumen pengkajian
kebutuhan pascabencana dan rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi di beberapa
wilayah terdampak bencana.

104
Pada Tahun 2018 telah direalisasikan penyaluran dana hibah kepada 13 Pemerintah
Daerah untuk membantu pemulihan pascabencana bencana banjir, longsor dan
puting beliung akibat siklon cempaka yang meliputi wilayah Prov.DIY, Prov. Jawa
Tengah, Prov, Jawa Timur, Kab. Sleman, Kab. Kulon Progo, Kab. Bantul, Kab.
Gunung Kidul, Kota Yogyakata, Kab. Klaten, Kab. Wonogiri, dan Kab. Pacitan serta
lanjutan penanganan relokasi pascabencana erupsi Gunung sinabung di Kab. Karo,
Sumatera Utara.

Gambar 64. Hibah Rehabilitasi Rekonstruksi Pascabencana Tahun Anggaran 2018

Pemulihan dan Peningkatan Fisik

BNPB dalam fungsinya untuk monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan RR


pascabencana melakukan pemantauan secara berkala dan melaporkan progres
kegiatan serta mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan di daerah penerima hibah
RR Pascabencana

Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pelaksanaan rehabilitasi dan Rekonstruksi


Bidang Fisik untuk bencana sektor tertentu adalah sebagai berikut:

105
a. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kunjungan ke daerah.
Monitoring dan evaluasi dilaksanakan dalam bentuk kunjungan lapangan dengan
jumlah 61 kunjungan daerah untuk mengetahui progress pelaksanaan rehabilitasi
dan rekonstruksi. Sejumlah 27 Kunjungan Daerah ke Wilayah Barat, 26 kunjungan
daerah ke Wilayah Tengah dan 8 kunjungan daerah ke Wilayah Timur.

b. Melaksanakan Pertemuan Monitoring dan Evaluasi ke Daerah.


Pertemuan bertujuan untuk mengetahui progress pelaksanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi yang pelaksanaanya dikelompokan dalam 3 regional untuk periode
waktu triwulan (triwulan 1, 2, 3 dan 4). Hasil monitoring dan evaluasi terhadap
hibah pelaksanaan RR pascabencana TA 2017 Tahap 1 (24 provinsi dan 67
kabupaten/kota) pelaporan triwulan 3&4 dan TA 2017 Tahap 2 (14 provinsi dan 26
kabupaten/kota) pelaporan triwulan 1-4, dengan realisasi sebagai berikut :

Tabel 30. Pelaksanaan Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Dana Hibah TA 2017 Tahap 1

No Kegiatan dan Tema Waktu Peserta

1 Monitoring Pelaksanaan Peserta : BPBD penerima hibah


Rehabilitasi dan Rekonstruksi TA2017 Wilayah Barat.
Bidang Fisik Triwulan 3 Balikpapan, Peserta : BPBD penerima hibah
07 - 09 Maret 2018 TA2017 Wilayah Tengah.
Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.
Monitoring Pelaksanaan Peserta : BPBD penerima hibah
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Bekasi, TA2017 Wilayah Barat.
2 Bidang Fisik Triwulan 4 22 - 25 Mei 2018 Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Tengah.
Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.

Pertemuan Monitoring dan Evaluasi Triwulan 1 dan 2 telah dilaksanakan pada


bulan September dan Nopember tahun 2017.

106
Tabel 31. Pelaksanaan Pertemuan Monitoring Dan Evaluasi Dana Hibah TA 2017 Tahap 2

No Kegiatan dan Tema Waktu Peserta

1 Monitoring Pelaksanaan Rehabilitasi Peserta : BPBD penerima hibah


dan Rekonstruksi Bidang Fisik TA2017 Wilayah Barat.
Triwulan 1 Lombok, Peserta : BPBD penerima hibah
21 - 23 April 2018 TA2017 Wilayah Tengah.
Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.
2 Monitoring Pelaksanaan Rehabilitasi Peserta : BPBD penerima hibah
dan Rekonstruksi Bidang Fisik TA2017 Wilayah Barat.
Triwulan 2 Bekasi, Peserta : BPBD penerima hibah
22 - 25 Juli 2018 TA2017 Wilayah Tengah.
Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.
3 Monitoring Pelaksanaan Rehabilitasi Peserta : BPBD penerima hibah
dan Rekonstruksi Bidang Fisik TA2017 Wilayah Barat.
Bogor,
Triwulan 3 Peserta : BPBD penerima hibah
05 – 07 September
TA2017 Wilayah Tengah.
2018
Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.
Monitoring Pelaksanaan Rehabilitasi Peserta : BPBD penerima hibah
dan Rekonstruksi Bidang Fisik TA2017 Wilayah Barat.
4 Triwulan 4 Bali, Peserta : BPBD penerima hibah
05 – 07 Desember TA2017 Wilayah Tengah.
2018 Peserta : BPBD penerima hibah
TA2017 Wilayah Timur.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kunjungan ke daerah dan pertemuan


Triwulanan yang dilakukan untuk penerima Hibah TA 2017 Tahap dan II, telah
memberikan rekomendasi perpanjangan pemanfaatan dana hibah kepada 21
daerah peneriman hibah, agar dapat dimanfaatkan oleh daerah penerima hibah
dengan tepat.

Pelaksanaan kegiatan Pendampingan Pelaksanaan rehabilitasi dan Rekonstruksi


Bidang Fisik untuk bencana masif adalah sebagai berikut:
a. Pendampingan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Garut
Pada tanggal 20 September 2016, Kabupaten Garut dan sekitarnya dilanda hujan
dengan intensitas yang sangat tinggi menyebabkan banjir bandang dibagian hilir

107
yang mengakibatkan kerusakan rumah dan infrastruktur serta korban hilang,
meninggal dunia dan luka – luka.
Lebih dari 2.500 rumah terdampak bencana banjir bandang ini baik rusak berat,
sedang maupun ringan. Disamping itu banjir bandang juga berdampak pada sektor-
sektor lainnya: infrastruktur, ekonomi, social dan lintas sektor. Dalam rangka
penanganan pascabencana yang komprehensif maka setelah dilakukan kajian
kebutuhan pascabencana, berdasarkan komitmen para pemangku sesuai
kewenangannya dituangkanlah rencana program/kegiatan dan anggaran dalam
rencana aksi RR yang ditetapkan oleh Bupati Garut.
Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi
Kabupaten Garut dalam renaksi
sebesar Rp. 690,680,326,000,-.
Kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana banjir bandang
Kabupaten Garut tersebut
diperuntukkan bagi sektor permukiman
Gambar 65. Rekonstruksi Jembatan Maktal di
sebesar Rp.249.352.982.000,00 Kabupaten Garut menggunaan Pendanaan Dana
Hibah RR TA 2017
(36,10%), sektor infrastruktur sebesar
Rp.100.982.457.000,00 (14,62%), sektor sosial sebesar Rp.64.949.568.000,00
(9,40%), sektor ekonomi sebesar Rp.47.016.672.000,00 (6,81%), dan lintas
sektor sebesar Rp. 228.378.647.000,00 (33,07%).
Sektor permukiman menjadi kebutuhan prioritas yang harus segera dikerjakan
dengan kebijakan yang berada di area bantaran sungai akan diberikan stimulant
bantuan untuk membangun huntap dilokasi yang aman bencana (relokasi)
sedangkan yang diluar bantaran sungai diberikan stimulant bantuan untuk
membangun rumah dilokasi semula (in-situ). Sehubungan dengan APBD Kab.
Garut yang tidak memadai maka atas permohonan Bupati Garut, BNPB
memfasilitasi bantuan dana hibah RR TA 2017 kepada Pemkab Garut sebesar Rp.
140,667 Milyar untuk RR sektor permukiman dan infrastruktur (jalan, jembatan)
kewenangan Kabupaten.

108
Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi di Kabupaten Garut yang merupakan
komitmen dari Kementerian/Lembaga, APBD Provinsi/Kabupaten, dan sumber
lainya per Desember 2018 sebagai berikut :
b. Pendampingan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Kabupaten Karo

Gambar 66. Rehabilitasi dan Rekontruksi


Pascabencana Banjir Bandang dan
Tanah Longsor di Kab Garut

Berdasarkan Rencana Aksi Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana


Erupsi Gunungapi Sinabung di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2015-2017, hasil perhitungan sementara kerusakan dan kerugian akibat
erupsi Gunungapi Sinabung sejak September 2013 hingga Mei 2015 (sebelum
ditetapkan status Awas) diperkirakan Rp 1,80 triliun, terdiri dari nilai kerusakan
sebesar Rp 578,99 miliar dan nilai kerugian sebesar Rp1,23 triliun. Kerusakan
dan kerugian di sektor ekonomi produktif merupakan paling besar meliputi
pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, UKM,
dan industri yaitu lebih dari Rp 1,14 triliun. Sedangkan kerusakan dan kerugian

109
di sektor permukiman sebesar Rp 505,9 miliar, infrastruktur Rp 83,93 miliar,
sosial Rp. 53,43 miliar, dan lintas sektor Rp 18,26 miliar. Total kebutuhan
rehabilitasi dan rekonstruksi adalah sebesar Rp 3,60triliun.

Penyelenggaraan rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana erupsi


Gunungapi Sinabung sampai tahun 2018 telah dilaksanakan dalam beberapa
tahap sebagai berikut:

Gambar 67. Rehabilitasi dan Rekontruksi Pascabencana Erupsi Gunungapi Sinabung di Kab.
Karo

Gambar 68. Relokasi Surbakti 3

110
c. Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascabencana Gempa di Aceh
Penanganan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa aceh yang terjadi akhir
2016 adalah dengan memberikan bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi
kepada Kementerian PU sesuai dengan Instruksi Presiden untuk upaya percepatan
pembangunan pasca gempa, selain itu pada Tahun Anggaran 2017 dialokasikan
dan disalurkan bantuan pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi kepada Provinsi
Aceh, Kabupaten Pidie, Kabupaten Pidie Jaya, dan Kabupaten Bieuren.
Sampai dengan akhir 2017 Satker PU
dengan dana SABA telah
menyelesaikan 20 sekolah /madrasah
yang direalisasikan, dari total rencana
31 sekolah/madrasah yang akan
dibangun, karena telah dikerjakan

Gambar 69. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Aceh oleh pihak lain, baik oleh pemda
maupun swasta. Pembangunan
masjid Attaqarub dan Pasar Ulee Glee selesai di kerjakan pada Juni 2018 dan telah
dimanfaatkan oleh masyarakat, sedangkan Pembangunan RSUD Pidie Jaya dan
STAI Al-Azizyah selesai di kerjakan pada agustus 2018 dan telah dimanfaatkan.
Pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi dana hibah RR TA 2017 tahap I sampai
dengan akhir 2018 di Provinsi Aceh, Kabupaten Pidie dan Kabupaten Bireuen telah
mencapai progres fisik 100%.
Dari seluruh daerah yang diberikan bantuan pendanaan rehabilitasi dan
rekonstruksi Kabupaten Pidie Jaya melakukan perpanjangan waktu ke 2 (dua)
pemanfaatan hibah RR TA 2017 hingga 31 September 2019 dikarenakan terjadi
perubahan bantuan stimulan rumah rusak setelah di validasi oleh tim fasilitator
sedangkan untuk sektor infrastruktur telah selesai dikerjakan.

Selain melalui penyaluran dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi, upaya


meningkatkan kualitas hidup masyarakat pasca bencana, BNPB memberikan
dorongan berupa stimulan dalam memulihkan penghidupan sosial ekonomi
masyarakat melalui kegiatan pendampingan ekonomi, dan pendampingan sosial
serta gelar budaya.
111
Pemulihan dan Peningkatan Sosial Ekonomi

a. Pendampingan Ekonomi di daerah Pasca Bencana

Pendampingan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kapasitas sumber daya


masyarakat di wilayah pascabencana sehingga mampu memulihkan dan
meningkatkan kegiatan ekonomi dan pendapatan serta kesejahteraannya. Kegiatan
Pendampingan Ekonomi ini dilaksanakan di daerah sangat dinamis dan kondisional,
mulai dari sosialiasi, pemilihan site lokasi, kajian kebutuhan, pembentukan dan
penguatan kelompok, pelatihan (pengorganisasian, teknis produksi dan
kewirausahaan), forum musyawarah/FGD dan pemberian stimulan alat dan bahan,
serta perumusan exit strategi usaha untuk menjaga keberlanjutan program.

Gambar 70. Proses Pelaksana Pendampingan Ekonomi Tahun Anggaran 2018

Target capaian pelaksanaan pemulihan dan peningkatan ekonomi melalui


pendampingan pada tahun 2018 ini di targetkan 10 lokasi yang dilaksanakan
melalui pola kontraktual. Hasil pendampingan ekonomi di wilayah Sumatera, Jawa,
dan NTB adalah sebagai berikut :

1) Kabupaten Pidie

112
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Pidie dilaksanakan di Desa Lancang
Kecamatan Kembang Tanjong. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi
terdampak gempa yang terjadi pada tahun 2016. Kegiatan yang telah
dilaksanakan ialah sosialisasi, koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta
bantuan stimulan berupa alat produksi (blender, mixer, mesin giling, kompor
gas, panci presto, bahan produksi, dll). Komoditas yang bisa menjadi sumber
potensi pemulihan ekonomi di daerah pasca bencana berdasarkan keputusan
bersama kelompok usaha adalah :
• Pembuatan aneka produk olahan perikanan dan peternakan
• Pembuatan bandeng presto bumbu Aceh
• Keumamah tumis Aceh
• Pembuatan pakan ikan
2) Kabupaten Pidie Jaya
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten
Pidie Jaya dilaksanakan di Desa Lueng
Bimba Kecamatan meurah Dua. Lokasi ini
dipilih karena merupakan lokasi
terdampak gempa yang terjadi pada tahun
2016. Kegiatan yang telah dilaksanakan
ialah sosialisasi, koordinasi, pemilihan
lokasi dan pelatihan serta bantuan Gambar 71. Bantuan Stimulan Kegiatan
stimulan berupa alat produksi (mesin cetak Pendampingan Ekonomi Kab Pidie Jaya
bakso, blender, tabung gas, kompor, bahan produksi, mesin jahit, mesin bordir,
mesi potong pandan, dll). Komoditas yang bisa menjadi sumber potensi
pemulihan ekonomi di daerah pasca bencana berdasarkan keputusan bersama
kelompok usaha adalah:
• Usaha pengolahan hasil perikanan, peternakan, dan udang
• Peningkatan kapasitas / kompetensi usaha menjahit
• Pembuatan anyaman tikar
3) Kabupaten Bireun

113
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Bireun dilaksanakan di Desa
Geulampang Bungkok, Kec. Samalanga. Lokasi ini dipilih karena merupakan
lokasi terdampak gempa yang terjadi pada tahun 2016. Kegiatan yang telah
dilaksanakan ialah sosialisasi, koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta
bantuan stimulan berupa alat produksi (mesin jahit, mesin obras, mesin setrika,
kancing, kain, mesin cetak bakso, blender, komos gas, dan lain-lain). Komoditas
yang bisa menjadi sumber potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana
berdasarkan keputusan bersama kelompok usaha adalah :
• Menjahit dan bordir
• Pembuatan kue tradisional
• Pembuatan keripik bahan sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian
• Pertukangan / meubelair aluminium
• Pembuatan bakso dan sosis
4) Kabupaten Karo
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Karo dilaksanakan di Kecamatan
Simpang Empat. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi terdampak gempa
yang terjadi pada tahun 2016. Kegiatan yang telah dilaksanakan ialah
sosialisasi, koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta bantuan stimulan
berupa alat produksi (kompor gas, tabung gas, oven, mixer, bahan produksi,
dan lain-lain). Komoditas yang bisa menjadi sumber potensi pemulihan ekonomi
di daerah pasca bencana berdasarkan
keputusan bersama kelompok usaha
adalah :
• Panganan berbahan baku ubi
• Pupuk organik
• Ternak lebah madu
• Kerajinan anyaman dan bunga hias
Gambar 72. Bantuan stimulan kegiatan
• Paving block pendampingan ekonomi di Kabupaten
Karo untuk kelompok usaha pembuatan
• Sablon pupuk organik

• Pakan ternak

114
• Jahit dan tenun tradisional Karo
5) Kabupaten Garut
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Garut dilaksanakan di Babakan Carik
Kelurahan Lengkong Jaya Kecamatan Karangpawitan. Lokasi ini dipilih karena
merupakan lokasi terdampak banjir bandang yang terjadi pada tanggal 20
September 2016. Kegiatan yang telah dilaksanakan ialah sosialisasi,
koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta bantuan stimulan berupa alat
produksi (blender, mixer, dll). Komoditas yang bisa menjadi sumber potensi
pemulihan ekonomi di daerah pascabencana berdasarkan keputusan bersama
kelompok usaha adalah :
• Pembuatan Kerupuk Kemplang (Kelompok Rasa Amanah)
• Pengolahan Kerecek Kulit/Dorokdok (Kelompok Mekar Rasa)
• Pembuatan Agar Kering (Kelompok Ridho)
6) Kabupaten Sumedang
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Sumedang dilaksanakan di Desa
Ciherang dan Kelurahan Pasanggrahan Baru Kecamatan Sumedang Selatan.
Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi terdampak longsor dan banjir yang
terjadi pada tahun 2016. Kegiatan yang telah dilaksanakan ialah sosialisasi,
koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta bantuan stimulan berupa alat
produksi (mesin peniris, baskon, grantes dll). Komoditas yang bisa menjadi
sumber potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana berdasarkan
keputusan bersama kelompok usaha adalah :
• Pembuatan Tepung Mocaf/Modified Cassava Flour (Kelompok Sarasa)
• Pembuatan Aneka Kue Mocaf (Kelompok Mekar Harapan)
• Pelatihan Penguatan Kelembagaan Kelompok Penggerak Pariwisata
(Kompepar Margalaksana)

115
Gambar 73. Hasil Produksi kelompok pendampingan ekonomi Kabupaten Sumedang
dan Kabupaten Garut

7) Kabupaten Bangli
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Bali dilaksanakan di Desa Songan B
Kecamatan Kintamani. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi longsor yang
terjadi pada tahun 2017. Kegiatan yang telah dilaksanakan ialah sosialisasi,
koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta bantuan stimulan berupa alat
produksi (kompor gas, alat presto, wajan dll).). Komoditas yang bisa menjadi
sumber potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana berdasarkan
keputusan bersama kelompok usaha adalah :
• Pembuatan Abon Ikan (Kelompok Danujaya)
• Pengolahan Tomat (Kelompok Maju Bersama)
8) Kota Bima
Pendampingan Ekonomi di Kota Bima dilaksanakan di Desa Na'e Kec.
Rasanae, Desa Na'e Kec. Rasanae Barat, Desa Mpunda Kec. Manggemanci,
Desa Mpunda Kec. Menggemanci, Desa Rabadompu Kec. raba. Lokasi ini

116
dipilih karena merupakan lokasi banjir yang terjadi pada tahun 2017. Kegiatan
yang telah dilaksanakan ialah sosialisasi, koordinasi, pemilihan lokasi dan
pelatihan serta bantuan stimulan berupa alat produksi. Komoditas yang bisa
menjadi sumber potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana
berdasarkan keputusan bersama kelompok usaha adalah :
• Kelompok Usaha Seroja usaha meubel
• Kelompok Usaha Totimori Usaha menjahit
• Kelompok Bakpao Ceria usaha kuliner, jajanan
• Kelompok Sabua usaha pertanian padi dan jagung
• Pengolahan Tomat (Kelompok Maju Bersama)
9) Kabupaten Bima
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Bima dilaksanakan di Desa Sangia Kec.
Sape, Kel, Pai, kec Wera. Lokasi ini dipilih karena merupakan lokasi banjir yang
terjadi pada tahun 2017. Kegiatan yang telah dilaksanakan ialah sosialisasi,
koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta bantuan stimulan berupa alat
produksi berupa mesin perahu, pukat gilnet, benang pukat, tali nilon, cold box,
hand tracktorm pompa air, pipa, wajan, dan lain-lain. Komoditas yang bisa
menjadi sumber potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana
berdasarkan keputusan bersama kelompok usaha adalah :
• Kelompok Usaha Mpungga usaha pertanian bawang merahan dan olahan
• Kelompok Usaha Sama usaha pertanian bawang merahan dan olahan
• Kelompok Usaha Oi Cabai usaha perikanan tangkap dna pengolahan ikan
asin
• Kelompok Usaha Doro Parungge usaha pertanian bawang merah dan olahan
• Pengolahan Tomat (Kelompok Maju Bersama)
10) Kabupaten Sumbawa
Pendampingan Ekonomi di Kabupaten Sumbawa dilaksanakan di Desa
Penyaring kec. Moyo, Dusun Aik Mata Desa Kerato, Desa Poto Kec. Moyo Ilir,
Desa Ala s Barat Kec. Mapen Rea, Desa Baru Kc. alas. Kegiatan yang telah
dilaksanakan ialah sosialisasi, koordinasi, pemilihan lokasi dan pelatihan serta
bantuan stimulan berupa alat produksi. Komoditas yang bisa menjadi sumber
117
potensi pemulihan ekonomi di daerah pascabencana berdasarkan keputusan
bersama kelompok usaha adalah :
• Kelompok Usaha Omo Banang Usaha produksi ikan bandeng, bakau
• Kelompok Samawa Chickrn Farm Budidaya penetasan ayam kampung
• Kelompok Poto Balong Usaha Penggilingan dan Pengemasan Beras,
• Kelompok Teh Kayu Spang usaha alat produksi teh kayu spang
• Kelompok Jagung Marning usaha produksi jagung marning
Hasil dari kegiatan ini telah mengangkat dan meningkatan kemampuan
ekonomi warga diwilayah bencana, serta ketangguhan masyarakat dalam hal
memulihkan kondisi ekonomi pasca bencana, mendorong terciptanya kearifan
lokal dalam memanfaatkan potensi dan sumberdaya lokal yang ada untuk
mencegah atau mengurangi dampak kebencanaan (jika sewaktu-waktu datang
kembali) dan menimpa perekonomian masyarakat.

Gambar 74. Bantuan stimulan kelompok pendampingan ekonomi tahun 2018

118
b. Pendampingan Sosial Di Wilayah Pasca Bencana

Dalam Undang-Undang Nomor: 24 Tahun 2007 pasal 57 dan 58 disebutkan bahwa


penyelenggaraan penanggulangan pasca bencana meliputi proses rehabilitasi, yang
salah satunya dilakukan melalui kegiatan pemulihan sosial ekonomi budaya.
Peraturan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 6 Tahun 2017 pasal
8 menyebutkan bahwa penyelenggaraan rehabilitasi pascabencana pada wilayah
terdampak bencana dilakukan dengan pemulihan sosial ekonomi budaya dan
peningkatan kondisi sosial ekonomi budaya. Salah satu strategi dalam pemulihan
sosial ialah melakukan pendampingan sosial berbasis komunitas. Program ini
mengutamakan partisipasi anggota masyarakat dimana masyarakat memainkan
peran penting dalam setiap langkah intervensi yang direncanakan. Oleh karena
banyaknya permasalahan sosial yang meliputi subsektor kelembagaan sosial,
psikososial, seni-budaya, pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan bangunan atau
peninggalan bersejarah akibat bencana yang harus ditanggulangi, maka BNPB
perlu melakukan pendampingan sosial untuk memulihkan masyarakat korban
terdampak bencana. Mekanisme pelaksanaannya sebagaimana terdapat pada
gambar berikut :

Gambar 75. Skema Pendampingan Sosial


119
Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, pendampingan sosial di wilayah
pascabencana dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat terdampak
bencana. Upaya ini diwujudkan dalam rangka menurunkan indeks risiko bencana
pada pusat-pusat pertumbuhan ekonomi yang berisiko tinggi, termasuk di wilayah
pascabencana. Target capaian pelaksanaan pemulihan dan peningkatan sosial
melalui pendampingan pada tahun 2018 ini di targetkan 10 lokasi :

1. Kabupaten Pidie

Lokasi yang menjadi fokus kegiatan di Kabupaten Pidie adalah Desa Pasi Lhok
dan Desa Jeumeurang Kecamatan Kembang Tanjung. Sub sektor sosial terpilih
yaitu seni budaya dalam bentuk kegiatan kelompok rapa’i dan sub sektor
kesehatan dalam bentuk kegiatan posbindu. Selanjutnya dilakukan sosialisasi
hasil kajian kebutuhan dan pelaksanaan intervensi yang dihadiri oleh BPBD
Kabupaten Pidie, Dinas Kesehatan, Dinas Pariwisata, Kepala Desa Pasi Lhok,
Kepala Desa Jeumeurang, perangkat Desa serta kelompok sasaran yang sudah
dibentuk. Hasilnya adalah semua stakeholders menyepakati hasil kajian
kebutuhan dan pelaksanaan intervensi pada kegiatan pendampingan sosial.
Pelaksanaan intervensi adalah pembentukan kelompok, fasilitasi penyediaan
sarana prasarana untuk mendukung kegiatan pelatihan dan fasilitiasi
pendampingan kelompok.

2. Kabupaten Pidie Jaya

Lokasi yang menjadi fokus kegiatan di Kabupaten Pidie Jaya adalah Desa
Keudeue Meureudu Kecamatan Meureudu dengan sub sektor sosial terpilih
yaitu seni budaya dalam bentuk kegiatan rapa’i dan seudati, keagamaan dalam
bentuk kegiatan dalail khairat dan dzikir maulid, dan institusi sosial dalam bentuk
kegiatan pemberdayaan karang taruna untuk kegiatan olahraga. Selanjutnya
pada hari selasa tanggal 25 september tahun 2018 bertempat di Aula
Kecamatan Meureudu dilakukan sosialisasi hasil penilaian kebutuhan dan

120
pelaksanaan intervensi yang dihadiri
oleh BPBD Kabupaten Pidie Jaya,
Dinas Pendidikan, Dinas Pariwisata,
Kepala Desa, Perangkat Desa serta
kelompok sasaran yang sudah dibentuk.
Pelaksanaan intervensi terhadap
kelompok terpilih adalah pembentukan
kelompok, fasilitisasi penyediaan Gambar 76. Bantuan Stimulan Kegiatan
sarana prasarana seperti alat kesenian Pendampingan Pendampingan Sosial Kab
Pidie Jaya
dan set pakaian pentas, serta fasilitasi
pendampingan kelompok seperti kegiatan latihan kelompok sasaran dan
pembuatan legalitas kelompok.

3. Kabupaten Bireun

Lokasi yang menjadi fokus kegiatan pendampingan di Kabupaten Bireuen


adalah Desa Geuleumpang Bungkok Kecamatan Samalanga dengan sub sektor
sosial terpilih yaitu keagamaan dan pendidikan dalam bentuk kegiatan
pengajian dan dalail khairat. Selanjutnya dilakukan sosialisasi hasil penilaian
kebutuhan dan pelaksanaan intervensi yang dihadiri oleh BPBD Kabupaten
Bireuen, Organisasi Perangkat Daerah terkait sub sektor terpilih, Kepala Desa,
Perangkat Desa serta kelompok sasaran yang sudah dibentuk. Pelaksanaan
intervensi adalah pembentukan kelompok pengajian yang diberi nama darul ilmi
dan kelompok dalail khairat diberi nama darul jannah, Fasilitisasi penyediaan
sarana prasarana seperti kostum dan perlengkapan kitab untuk menunjang
kegiatan, serta fasilitasi pendampingan kelompok seperti kegiatan pengajian
dan latihan dalail khairat dan pembuatan legalitas kelompok.

4. Kabupaten Karo

121
Lokasi yang menjadi fokus kegiatan di Kabupaten Karo adalah lahan relokasi
tahap 2 di Kecamatan Simpang Empat dengan sub sektor sosial terpilih yaitu
seni budaya (tari, musik dan menyanyi tradisional Kabupaten Karo) dan Institusi
Sosial dalam bentuk penguatan kapasitas kelembagaan kelompok. Sosialisasi
hasil penilaian kebutuhan dan pelaksanaan intervensi yang dihadiri oleh BPBD
Kabupaten Bireuen, Organisasi Perangkat Daerah seperti Dinas Pariwisata,
Dinas Pendidikan Camat Simpang Empat, Kepala Desa, Perangkat Desa serta
kelompok sasaran yang sudah dibentuk. Pelaksanaan intervensi terhadap
kelompok terpilih adalah pembentukan kelompok tari dan musik Tradisional
Kabupaten Karo yang diberi nama Tiga Serangkai. Fasilitasi penyediaan sarana
prasarana seperti kostum tari dan perlengkapan alat musik untuk menunjang
kegiatan, serta fasilitasi pendampingan kelompok seperti kegiatan pelatihan
kelompok dan pembuatan legalitas kelompok.

Gambar 77. Kegiatan Pendampingan Sosial Kelompok Tari dan Musik Tiga
Serangkai di Kabupaten Karo

5. Kabupaten Garut

Kegiatan pendampingan sosial di Kabupaten Garut dilaksankan di Desa


Babakan Carik, Lengkong Jaya. Setelah dilaksanakan kajian kegiatan
pendampingan sosial mempriotaskan subsektor Kesehatan, keagamaan,
penddikan dan pembinaan danolah ragadengan kegiatan berupa :
• Pemberian makanan tambahan bagi bayi, balita, ibu hamil dan ibu menyusui
• pelatihan pengolahan makanan bergizi bagi bayi dan balita serta penyuluhan
pola hidup sehat bagi ibu hamil dan ibu menyusui

122
• pelatihan kader posyandu tentang gizi bayi, balita, dan ibu hamil
• Pengajian Rutin Warga
• Latihan Rutin olahraga
• Pertandingan olahraga
• Latihan Rutin Qasidah
• Pentas

Gambar 78. Aktivitas Kegiatan Pendampingan Sosial di Kabupaten Garut

6. Kabupaten Sumedang

Kegiatan pendampingan sosial di Kabupaten Sumedang dilaksankan di Desa


Ciherang dan Kelurahan Pasanggrahan Baru , Kecamatan Sumedang Selatan.
Setelah dilaksanakan kajian kegiatan pendampingan sosial mempriotaskan
subsektor Revitalisasi Posyandu, agama, karang taruna, dan seni budaya serta
keagamaandengan kegiatan berupa :
• Pemberian makanan tambahan bagi bayi dan balita Desa Ciherang
• Pemberian makanan tambahan bagi bayi dan balita kelurahan pasanggrahan
baru, pelatihan kader, penyuluhan hidup sehat
• Pembinaan dan Pengajian Rutin Warga Desa Ciherang
• Pembinaan dan Pengajian Rutin Warga Kelurahan Pesanggrahan Baru
• Pembinaan dan Pelatihan Pengurus DKM
• Program Magrib Mengaji
• Program Sholat Subuh Berjamaah
• Pembinaan dan Kegiatan Rutin PAUD

123
• gelar seni kuda reak

7. Kabupaten Ponorogo

Kegiatan pendampingan sosial di Kabupaten Ponorogo dilaksankan di Desa


Banaran. Setelah dilaksanakan kajian kegiatan pendampingan sosial
mempriotaskan subsektor Revitalisasi Kesenian Karawitan dan Penguatan
Karang Tarunadengan kegiatan berupa:
• latihan Karawitan, Latihan Reyog, Latihan Jaranan
• sarasehan kepemudaan dan restrukturisasi pengurus karang taruna up
grading dan raker pengurus karang taruna
• pertandingan exebisi tim volly putri banaran
• turnamen bola volly

8. Kabupaten Bima

Kegiatan pendampingan sosial di Kabupaten Bima dilaksanakan di Desa Rite


Kec. Ambalawi dan Desa Maria Kec. Wawo. Setelah dilaksanakan kajian
kegiatan pendampingan sosial mempriotaskan subsektor Pendidikan,
keagamaan, insitusi sosial, dan kebudayaandengan kegiatan berupa:
• Penghijauan halaman sekolah, pelatihan keterampilan tarian tradisonal
• Pola Siraman rohani untuk mengurangi trauma, pengajian warga
• Pelatihan kapasitas pengorganisasian relawan
• Aktivitas perlindungan hutan (semngat Ngaha Aina Ngoho)

9. Kota Bima

Kegiatan pendampingan sosial di Kota Bima dilaksankan di Kel. Rabadompu


Timur Kec. Raba danKel. Paruga Kec. Rasanae. Setelah dilaksanakan kajian
kegiatan pendampingan sosial mempriotaskan subsektor Keagamaan dan
kebudayaandengan kegiatan berupa:
• Sarasehan tokoh agama

124
• Bantuan pelaratan seni dan budaya, sarasehan seni budaya, pelatihan
hadrah, qosidah, pelestraian rumah panggung, pelerstarian budaya tenun
bima
• Revitalisasi kelompok seni, pengidupan sekolah sungai
• gelar seni kuda reak

10. Kabupaten Sumbawa

Kegiatan pendampingan sosial di Kabupaten Sumbawa dilaksankan di Kel.


Bugis Kec. Sumbawa. Setelah dilaksanakan kajian kegiatan pendampingan
sosial mempriotaskan subsektor Pendidikan, olahraga, seni budaya dan agama,
serta kesehatandengan kegiatan berupa :
• lomba mewarnai anak-anak
• Lomba voli putra dan putri
• Forum budaya dan pntas seni budaya
• Trauma healing dan pelatihan trauma healing
• Penyuluhan kesehatan

Gambar 79. Kegiatan pendampingan sosial di wilayah pascabencana

125
c. Gelar Budaya di Wilayah Pasca bencana

Gelar budaya merupakan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk


menyalurkan minat, bakat dan talenta yang dimiliki masyarakat guna menumbuhkan
kembali semangat, motivasi dan kepercayaan diri masyarakat pasca bencana.
Kegiatan ini berupa kegiatan lomba lukis, teater dan permainan tradisional. Dengan
kegiatan ini diharapkan tali silaturahmi dan kehidupan sosial masyarakat dapat pulih
dan menumbuhkan kreatifitas serta gagasan baru dalam tiap individu masyakarat
terdampak bencana. Kegiatan gelar budaya ini juga di-design dengan agar sesuai
dengan metoda pemulihan psikososial dan sosial-budaya masyarakat. Adapun
pelaksana kegiatan ini adalah kelompok pemberdayaan dengan melibatkan seluruh
unsur masyarakat di lokasi yang telah dipilih sebelumnya. Pemulihan sosial melalui
kesenian akan dapat memberikan kesempatan kepada warga untuk dapat
mengekspresikan diri dan perasaannya dan dapat menjadi saran komunikasi antar
warga yang terpisah. Dengan seni juga memungkinkan sesorang untuk menguasi
dan mengubah keadaan sehingga mereka dapat merasa memliki kemampuan
mengontrol situasi yang tidak pasti seteleh bencana.
Pada tahun 2018 telah kegiatan gelar budaya di Kabupaten Karangasem dan
kegiatan gelar budaya di Kabupaten Ponorogo. Kegiatan gelar budaya di Kabupaten
Karangasem bertujuan untuk memulihkan korban pascabencana erupsi Gunung
Agung. Tujuan kegiatan Gelar Budaya Pertunjukan Wayang Cenk Blong di wilayah
pasca bencana erupsi Gunung Agung Kabupaten Karangasem adalah:

1. Memulihkan serta meningkatkan kondisi sosial yang terganggu setelah


bencana;

2. Mendukung dan melestraikan budaya yang menjadi bagian dari kearifan lokal
sehingga tumbuh rasa menghargai dan memiliki budaya tersebut;

3. Mensosialisasikan materi tentang edukasi kebencanaan dalam pertunjukan


Gelar Budaya Wayang Cenk Blong

126
Gambar 80. Kegiatan gelar budaya Wayang Ceng Blong di Kabupaten Karang Asem

Kegiatan gelar budaya dilaksanakan di Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur.


tepatnya pada hari Minggu tanggal 18 November 2018 di dua tempat, yaitu depan
Balai Desa Banaran dan Stadion Lapangan Bola Voli Desa Banaran Kecamatan
Pulung Kabupaten Ponorogo. Seni budaya yang dipagelarkan antara lain Reog
Dadak Merak, Reog Pegon, Seni Tari / Karawitan, Seni Musik (Campur Sari). serta
Hadroh / Sholawatan.

Masyarakat sasaran gelar budaya adalah masyarakat yang terdampak bencana


tanah longsor pada tanggal 1 April 2017, khususnya yang ada di lokasi bencana dan
masyarakat umum yang ada di sekitar lokasi kegiatan gelar budaya. Sedangkan
pengisi kegiatan gelar budaya anatra lain kelompok seni hasil binaan pemulihan
pascabencana, tarian siswa anak sekolah, kelompok seni lokal, dan artis/penyanyi
lokal dari Kabupaten Ponorogo.

Gambar 81. Kegiatan Gelar Budaya di Kabupaten Ponorogo

Dampak langsung kegiatan gelar budaya adalah adanya keterlibatan masyarakat


dalam menyukseskan kegiatan ini. Masyarakat lokal terlibat dari persiapan hingga
127
pelaksanaan kegiatan. Seperti terlibat dalam menyiapkan lokasi kegiatan hingga
publikasi mengenai acara gelar budaya, berpartisipasi dalam mengisi kegiatan
dengan mengikuti perlombaan dan ikut memberikan tampilan kesenian (melalui
seni tari, seni karawitan, atau seni musik), hingga ikut mengajak masyarakat sekitar
untuk hadir dan meramaikan kegiatan.

Sisi ekonomi masyarakat juga tumbuh pada kegiatan ini, khususnya pada hari
pelaksanaan kegiatan. Hal ini terlihat dari banyaknya pedagang asongan yang
datang menjajakan dagangannya serta ikut sertanya kelompok UKM setempat untuk
memperkenalkan hasil usaha kelompok mereka. Maka, melalui kegiatan gelar
budaya ini selain menggairahkan kembali sektor seni masyarakat juga
menumbuhkan kembali sektor ekonomi masyarakat.
BNPB dalam upaya melakukan pemulihan tidak hanya memberikan bantuan bibit
ataupun bahan produksi akan tetapi juga dukungan pemasaran kepada kelompok
terdampak bencana guna memberikan media promosi dan penjualan kepada
pembeli/konsumen.
Strategi kegiatan dukungan pemasaran ini adalah untuk memunculkan produk
unggulan, menciptakan wahana interaksi bisnis bagi UMKM antara para pengusaha,
pembeli, dan investor dari dalam dan luar negeri. Selain itu memberikan informasi
tentang produk yang dihasilkan masyarakat dan untuk membangun citra positif
BNPB kepada masyarakat tentang keberhasilan kegiatan rehabilitasi dan
rekonstruksi bidang sosial ekonomi di wilayah pascabencana melalui kegiatan
pemulihan dan peningkatan ekonomi.
Beberapa penghargaan yang diterima oleh BNPB dalam kegiatan pameran yang
diikuti selama tahun 2018 adalah :

1. Penghargaan juara II Kategori stand terbaik dalam acara Pameran Investment,


Tourism, Trade 2018 di Batam pada tanggal 27-30 September 2018

2. Penghargaan juara III Kategori stand terbaik dalam event Gelar Produk
Unggulan Khas Daerah (GPUKD) Expo 2018 tanggal 22-25 November 2018 di
Bandung,

3. Penghargaan juara I kategori stand terbaik dalam acara Pameran Produk

128
Unggulan, Perdagangan, Pariwisata dan Investasi di Yogykarta 8-11 November
2018

Dalam rangka apresiasi keikutsertaan peserta Pameran Pengurangan Risiko


Bencana, BNPB melakukan penilaian stand pameran dengan kriteria Firmitas
(Kesesuaian dengan tema), Utilitas (Penempatan dan pemanfaatan ruang),
Venusitas (Keindahan), dan Person (Perilaku) ditetapkan3 (tiga ) pemenang stand
terbaik sebagai berikut :

1. Juara 1 stand terbaik : BPBD Provinsi Papua

2. Juara 2 stand terbaik : BMKG

3. Juara 3 stand terbaik : Senkom Rescur

Gambar 82. Penyerahan Piagam Penghargaan dalam Pameran BNPB

129
6. Rata-rata Waktu Penyebaran Informasi Kejadian Bencana

Indikator kinerja utama (IKU) selanjutnya adalah rata-rata waktu penyebaran


informasi kejadian bencana. Pencapaian IKU pada 2018 sangat baik, yaitu
sebesar 401.67%. Target rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana
kepada publik pada tahun 2018 adalah 4 jam dan BNPB mampu merealisasikan
dalam waktu rata-rata sudden on set dan slow on set dalam waktu 59 menit 45
detik. Sementara itu, sebagai perbandingan target BNPB pada 2017 selama 4,5
jam tercapai dalam waktu 2 jam 15 menit. Tahun 2018 target yang dibutuhkan
selama 4 jam pencapaian BNPB 59 menit 45 detik. Berikut ini perbandingan
antara realisasi kinerja serta capaian kinerja pada tahun sebelumnya.

Tabel 32. Perbandingan Realisasi Kinerja Tahun 2015 s/d 2019

Tahun Target Penyebaran Pencapaian Persentase


Informasi Peningkatan
(waktu yang dibutuhkan)
2015 5 jam 3 jam 30 menit 142.9%
2016 5 jam 2 jam 15 menit 222.2%
2017 4,5 jam 1 jam 9 menit 391.3%
2018 4 jam 59 menit 45 detik 401.67%
2019 3,5 jam N/A N/A

BNPB menilai bahwa penyebaran data dan informasi sangat penting dengan latar
belakang prinsip keselamatan jiwa dan seminimum mungkin kerugian dampak
bencana. Target penerima dan pengguna data dan informasi tersebut adalah
publik, seperti masyarakat dan media massa. Di samping itu, BNPB juga
memandang mitra kerja seperti Kementerian/Lembaga, TNI, Polri, Pemerintah
Daerah, Lembaga Non Pemerintah, Organisasi Masyarakat, Lembaga Donor,
maupun dunia usaha yang memiliki kepedulian dibidang bencana untuk
mendapatkan data dan informasi. Melihat pencapaian dalam penyebaran data
dan informasi, BNPB menggunakan media atau kanal yang dapat diakses secara
mudah oleh publik. Penyebaran data dan informasi bencana yang dilakukan
melalui beberapa media, sebagai berikut:

130
1. Media sosial (Instagram BNPB Indonesia, Twitter @BNPB_Indonesia,
Facebook Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Youtube BNPB
Indonesia).
2. Sistem Informasi/Aplikasi (website BNPB, Whatsapp, InAWARE, Pantauan
Bencana, Geospasial, DIBI, Petabencana.id, sms broadcast). BNPB TV,
tv.bnpb.go.id dapat juga diakses di aplikasi Google Playstore dan IoS.
Diorama Kebencanaan, juga dapat diakses di Google Playstore.
3. Pendekatan Media Massa (konferensi pers, media monitoring, siaran pers,
forum komunikasi wartawan).
4. Pendekatan melalui badan kehumasan antar kementerian dan lembaga
(Bakohumas, Grup Milis dan Whatsapp grup admin media sosial
kementerian/lembaga).
5. Pelayanan publik dalam hal edukasi bencana seperti diorama edukasi
bencana di Graha BNPB.
6. Pelayanan publik dengan terbentuknya Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi bertujuan untuk menjadi acuan setiap satuan kerja dalam
penyediaan, pengumpulan, pendokumentasian, dan pelayanan informasi
publik kepada masyarakat sebagai amanat dari Undang-Undang KIP No. 14
Tahun 2008. PPID BNPB melakukan pelayanan baik yang datang langsung
melalui meja informasi, melalui surat, dan fax dan melalui layanan elektronik
website www.bnpb.go.id , media sosial seperti twitter, Facebook, Instagram
dan Youtube. Pemohon informasi rata-rata berasal dari individu, LSM,
organisasi masyarakat, Kementerian/Lembaga.
7. Sosialisasi dan edukasi bencana ke masyarakat langsung melalui kesenian
tradisional (wayang kulit, wayang golek) dan lomba kreativitas kebencanaan
(lomba karya tulis jurnalistik, lomba karya tulis ilmiah, foto, film dan poster).
8. Sosialisasi dan edukasi bencana melalui media elektronik (radio dan televisi).
9. Sosialisasi dan edukasi bencana melalui media cetak (Majalah GEMA, Jurnal
Penanggulangan Bencana, serta buku-buku mengenai penanggulangan
bencana).

131
10. Sosialisasi dan edukasi bencana pada tingkat sekolah dasar, "BNPB BPBD
Mengajar”.
Secara ringkas, alur data dan informasi yang disebarkan kepada publik
bersumber dari monitoring room BNPB, Pusdalops Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) di tingkat provinsi, kabupaten/kota, pejabat BPBD di
tingkat provinsi, kabupaten/kota serta stakeholders, seperti Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) dan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi (PVMBG) Badan Geologi, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
(Basarnas).

Data dan informasi dari unit Pusat Data Informasi dan Humas BNPB digunakan
sebagai acuan sumber informasi oleh media massa dalam bentuk berita di media
online, running text di televisi serta berita di media konvensional, seperti koran,
radio dan televisi. Pada era teknologi informasi, media sosial merupakan kanal
yang paling efektif dalam penyebaran data dan informasi kejadian bencana.
Selain itu cara kerja penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang cepat
dilakukan oleh BNPB dengan membroadcast berita menggunakan Whatsapp dan
media massa menerbitkan berita berdasarkan sumber BNPB tersebut.

Strategi Pusat Data Informasi dan Humas BNPB menggunakan media sosial dan
Whatsapp karena beberapa hal sebagai berikut:

1. Aplikasi tersebut lebih popular dan mudah dalam penggunaan untuk


berkomunikasi via telepon atau fax.
2. Kemampuan untuk mengirimkan text dengan karakter tidak terbatas, gambar,
suara dan video.
3. Kapasitas penyimpan contact person besar di dalam grup.

132
Gambar 83. Media atau Kanal BNPB

Melalui media atau kanal yang dimiliki BNPB, informasi dapat disampaikan
secara cepat dan akurat kepada masyarakat, khususnya kejadian bencana, baik
upaya penanganan dan perkembangan terkini pascabencana. Rilis berita
resminya disebarluaskan langsung oleh Kapusdatinmas BNPB melalui WhatsApp
Group yang terdiri dari Medkom Bencana (sebanyak 7 group) dan Wartawan
Peduli Bencana (Wapena) yang terbagi dalam berbagai daerah provinsi
(sebanyak 7 group).

Rata-rata penyebaran informasi kebencanaan 59 menit 45 detik terbagi dalam 2


(dua) kategori bencana yang bersifat slow on set membutuhkan waktu 54 menit
30 detik dan sudden on set membutuhkan waktu 1 jam 5 menit. Kecepatan
penyebaran informasi ini didukung oleh penyampaian laporan kejadian bencana
yang cepat dari daerah ke pusat. Hal ini tidak terlepas dari bantuan Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB ke BPBD-BPBD di tingkat provinsi dan
kabupaten/kota daerah berupa peralatan radio komunikasi, teknologi informasi,
pembentukan pusat pengendali operasi dan mobil komunikasi. Perkembangan
teknologi informasi dan mudahnya masyarakat dalam mengakses berita
membuat penyampaian informasi kebencanaan lebih cepat sampai kepada
masyarakat.

133
Peningkatan Penyebaran Informasi kejadian bencana yang dilakukan BNPB
menggunakan 2 (dua) cara. Pertama diukur dari waktu kejadian bencana atau
rilis pers dibuat dan disebarkan ke wartawan, sampai berita tersebut
dimuat/ditayangkan di media massa wartawan tersebut bekerja. Kedua, diukur
dari rilis yang diterbitkan di website BNPB dan waktu disiarkan oleh awak media
di kanal berita media massa masing-masing.

Gambar 84. Medkom Bencana dan Wartawan Peduli Bencana (Wapena) via Whatsapp

134
a. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana slow on set (durasi waktu yang
dibutuhkan rata-rata 54 menit 30 detik pascabencana).

Tabel 33. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana slow on set (durasi waktu yang dibutuhkan rata-rata
54 menit 30 detik pascabencana)

Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang Durasi


mengacu pada Waktu
Media yang informasi BNPB
(jam)
No Jenis Waktu dari sumber digunakan BNPB
Waktu
Bencana informasi dalam menyebarkan
Informasi bencana

1. Gunung Ijen 21 Maret 19.15 https://bnpb.go.id/gunung 21 Maret 20.45 https://daerah.sindon 1 jam 30


Keluarkan Gas 2018 WIB -ijen-keluarkan-gas- 2018 WIB ews.com/read/12917 menit
Berbahaya, 30 berbahaya-30-orang- 67/23/gunung-ijen-
Orang Dirawat dirawat keluarkan-gas-
berbahaya-30-orang-
dirawat-1521703762

2. Gunung Merapi 11 Mei 2018 07.32 https://bnpb.go.id/gunung 11 Mei 08.23 https://news.detik.co 51 menit
Meletus Freatik WIB -merapi-meletus-freatik- 2018 WIB m/berita/4015188/ting
Tinggi Kolom tinggi-kolom-letusan- gi-kolom-letusan-
Letusan 5.500 5500-meter-status- freatik-gunung-
Meter, Status normal merapi-55-km
Normal

3.. Wow, Gunung 19 August 17.50 https://www.bnpb.go.id/w 19 August 18.11 https://www.beritasat 21 menit
Anak Krakatau 2018 WIB ow-gunung-anak- 2018 WIB u.com/nasional/50617
Meletus 576 Kali krakatau-meletus-576- 6-wow-dalam-sehari-
kali anak-krakatau-
meletus-576-kali.html

135
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang Durasi
mengacu pada Waktu
Media yang informasi BNPB
(jam)
No Jenis Waktu dari sumber digunakan BNPB
Waktu
Bencana informasi dalam menyebarkan
Informasi bencana

4. 10 Helikopter 23 August 19.00 https://www.bnpb.go.id/1 23 August 19.20 https://www.viva.co.id 20 menit


Water Bombing 2018 WIB 0-helikopter- 2018 WIB /berita/nasional/1067
dan Hujan Buatan waterbombing 734-10-helikopter-
Dikerahkan Untuk water-bombing-
Padamkan dikerahkan-untuk-
Kebakaran Hutan kebakaran-hutan-
dan Lahan di kalbar
Kalimantan Barat

5. 32.129 Unit 29 August 14.01 https://www.bnpb.go.id/3 29 Agustus 14.28 http://bali.tribunnews. 27 menit


Rumah Rusak 2018 WIB 2129-unit-rumah-rusak- 2018 WIB com/2018/08/29/3212
Akibat Gempa akibat-gempa-lombok- 9-unit-rumah-rusak-
Lombok Telah telah-diverifikasi-upaya- akibat-gempa-
Diverifikasi, perbaikan-rumah-terus- lombok-telah-
Upaya Perbaikan dilakukan diverifikasi-upaya-
Rumah Terus perbaikan-terus-
Dilakukan dilakukan

6. 4,87 Juta Jiwa 6 September 17.41 https://www.bnpb.go.id/4 6 18.43 https://www.viva.co.id 1 Jam 02


Penduduk 2018 WIB 87-juta-jiwa-penduduk- September WIB /berita/nasional/1072 menit
Terdampak terdampak-kekeringan- 2018 446-4-87-juta-jiwa-
Kekeringan Yang yang-tersebar-di-4053- dari-4-053-desa-
Tersebar di 4.053 desa terdampak-
Desa kekeringan

136
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang Durasi
mengacu pada Waktu
Media yang informasi BNPB
(jam)
No Jenis Waktu dari sumber digunakan BNPB
Waktu
Bencana informasi dalam menyebarkan
Informasi bencana

7. Gunung Soputan 3 Oktober 08.47 https://www.bnpb.go.id/g 3 Oktober 08.57 https://tekno.tempo.c 10 menit


Meletus Hingga 2018 WIB unung-soputan-meletus- 2018 WIB o/read/1132444/gunu
Tinggi Kolom Abu hingga-tinggi-kolom-abu- ng-soputan-meletus-
Vulkanik 4 Km vulkanik-4-km tinggi-kolom-abu-
vulkanik-4-
km/full&view=ok

8. Heli MI-8 Lakukan 18 Oktober 13.59 https://www.bnpb.go.id/h 18 Oktober 15.53 https://www.inews.id/ 1 Jam 54
Water-Bombing 2018 WIB eli-mi-8-lakukan-water- 2018 WIB daerah/regional/heli- menit
Wilayah bombing-wilayah- mi-8-lakukan-water-
Terdampak terdampak-likuifaksi- bombing-wilayah-
Likuifaksi Sulteng sulteng terdampak-likuifaksi-
sulteng/285113

9. Enam Pesawat 19 Oktober 13.05 https://www.bnpb.go.id/e 19 Oktober 13.28 https://news.okezone. 23 menit


Bantuan Asing 2018 WIB nam-pesawat-bantuan- 2018 WIB com/read/2018/10/19/
Angkut 103 Ton asing-angkut-103-ton- 337/1966185/6-
Bantuan bantuan-kemanusiaan- pesawat-asing-
Kemanusiaan untuk-penanganan- angkut-103-ton-
untuk bencana-di-sulawesi- bantuan-
Penanganan tengah kemanusiaan-
Bencana di penanganan-gempa-
Sulawesi Tengah sulteng

137
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang Durasi
mengacu pada Waktu
Media yang informasi BNPB
(jam)
No Jenis Waktu dari sumber digunakan BNPB
Waktu
Bencana informasi dalam menyebarkan
Informasi bencana

10. Kerugian dan 21 Oktober 13.50 https://www.bnpb.go.id/k 21 Oktober 15.44 https://news.okezone. 1 jam 54
Kerusakan 2018 WIB erugian-dan-kerusakan- 2018 WIB com/read/2018/10/21/ menit
Dampak Bencana dampak-bencana-di- 337/1966925/kerugia
di Sulawesi sulawesi-tengah- n-dan-kerusakan-
Tengah Mencapai mencapai-1382-trilyun- dampak-bencana-di-
13,82 Trilyun rupiah sulteng-capai-rp13-
Rupiah 82-triliun

11. Siapkah Anda 04 November 12.04 https://www.bnpb.go.id/si 04 13.22 https://sains.kompas. 1 jam 18


Menghadapi 2018 WIB apkah-anda- November WIB com/read/2018/11/04/ menit
Bencana? Miliki menghadapi-bencana- 2018 132255023/polling-
Buku Saku miliki-buku-saku- sutopo-seberapa-
Menghadapi menghadapi-bencana siap-kita-
Bencana menghadapi-bencana

12. Indonesia Tuan 6 November 11.43 https://www.bnpb.go.id 6 13.22 https://news.okezon 1 Jam 39


Rumah Ke-7 2018 WIB /indonesia-tuan-rumah- November WIB e.com/read/2018/11 Menit
Simulasi Respon ke-7-simulasi-respon- 2018 /05/337/1973455/in
Bencana bencana-regional- donesia-jadi-tuan-
Regional ASEAN
asean rumah-simulasi-
respons-bencana-
regional-asean

138
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang Durasi
mengacu pada Waktu
Media yang informasi BNPB
(jam)
No Jenis Waktu dari sumber digunakan BNPB
Waktu
Bencana informasi dalam menyebarkan
Informasi bencana

13. Warga Serang 27 Desember 08.50 https://www.bnpb.go.id 27 09.40 http://www.satuhara 50 menit


Habis Tercekam 2018 WIB /warga-serang-habis- Desember WIB pan.com/read-
Ancaman tercekam-ancaman- 2018 detail/read/serang-
Tsunami, tsunami-sekarang- habis-ancaman-
Sekarang
terendam-banjir tsunami-sekarang-
Terendam Banjir
terendam-banjir

14. Status Gunung 27 Desember 09.00 https://www.bnpb.go.id 27 09.04 https://regional.kom 4 menit


Anak Krakatau 2018 WIB /status-gunung-anak- Desember WIB pas.com/read/2018/
Dinaikkan Siaga krakatau-dinaikkan- 2018 12/27/09041631/gu
(Level III), Radius siaga-level-iii-radius- nung-anak-
Berbahya
berbahaya-diperluas- krakatau-siaga-
Diperluas Menjadi
menjadi-5-km level-iii-warga-
5 Km
diminta-hindari-
radius-5-km

139
Penyebaran data dan informasi kejadian bencana slow on set mengarah
kepada kejadian bencana yang sebelumnya dapat diprediksikan, seperti
banjir dan erupsi gunungapi. Sebagai contoh pada kejadian bencana erupsi
gunungapi, lembaga yang berwenang, PVMBG – Badan Geologi akan
menetapkan status dan rekomendasi terkait dengan gunung api (umumnya
kenaikan status diberlakukan pada durasi 1 – 2 jam kemudian sebelum
kejadian). Data dan informasi yang berupa status dan rekomendasi tersebut
mengalami proses analisis hingga pernyataan resmi pemerintah pertama ke
publik melalui Whatsapp (khusus media massa), Twitter, Facebook,
Instagram, youtube dan website BNPB pada durasi 5 – 10 menit. Setelah itu,
jika terjadi bencana, dalam durasi 30-60 menit, pemerintah mengeluarkan
pernyataan resmi kedua ke publik yang berisi analisis lebih lanjut berupa
dampak dan penanggulangan kejadian bencana.

Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah:

● Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara


BNPB, BMKG, PVMBG-Badan Geologi, Badan Informasi Geospasial
(BIG), Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK), BPBD di tingkat provinsi, kabupaten/kota serta mitra
penanggulangan bencana, seperti Palang Merah Indonesia, Taruna
Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa Bangsa, lembaga non-
pemerintah, dan lembaga donor.
● Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah
terdampak dari BNPB.
● Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di
lokasi bencana.
● Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik
lokal, nasional maupun internasional.
● BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian
bencana.

140
Dengan capaian ini informasi kejadian bencana bisa lebih cepat dari yang
ditargetkan sehingga memungkinkan masyarakat atau para pemangku
kepentingan untuk melakukan langkah-langkah antisipasi sehingga dengan
demikian risiko bencana dapat dikurangi. Berikut ini beberapa penyebaran
data dan informasi kejadian bencana yang slow on set dari beberapa kejadian
bencana yang besar sepanjang tahun 2018 yang bersumber dari BNPB, baik
melalui Whatsapp (WA), konferensi pers dan website BNPB www.bnpb.go.id.

Gambar 85. Whatsapp Group Wartawan (Medkom Bencana-7) dan website BNPB

Dalam menyebarkan informasi dan mensosialisasikan program kinerja BNPB


kinerja BNPB bidang humas menggunakan media sosial. Agar lebih mudah
dan efektif dalam membangun budaya sadar bencana untuk masyarakat
Indonesia. Hal ini dianggap efektif karena Indonesia termasuk 4 besar dalam

141
pengguna media sosial. Antara lain yang digunakan adalah Fanpage
Facebook, Twitter, Instagram dan YouTube.

Akun resmi media sosial BNPB dan jumlah followersnya (update 31


Desember 2018) adalah :

1. Twitter : @BNPB_Indonesia (165.095 followers) mengalami kenaikan


66.25% atau bertambah 65.789 followers dari tahun 2017 sejumlah 99.306.
2. Fanpage Facebook: Badan Nasional Penanggulangan
Bencana/@HumasBNPB (78.553 followers) mengalami kenaikan 28,53%
atau bertambah 17.437 followers dari tahun 2017 sejumlah 61.116.
3. Instagram : @bnpb_indonesia (93.689 followers) mengalami kenaikan
489,61% atau bertambah 77.799 followers dari tahun 2017 sejumlah
15.980.
4. Youtube : BNPB Indonesia (8.144 followers) mengalami kenaikan 221,52%
atau bertambah 5.611 followers dari tahun 2017 sejumlah 2.533.
Tabel 34. Akun resmi media sosial BNPB dan jumlah followersnya

Followers Twitter Facebook Instagram Youtube


Tahun
2015 65.789 17.437 233 131
2016 70.792 40.092 780 971
2017 99.306 61.116 15.890 2.533
2018 165.095 78.553 93.689 8.144
2019 N/A N/A N/A N/A

142
Gambar 87. Akun twitter BNPB

Gambar 86. Akun Facebook BNPB

143
Gambar 89. Aktivitas Facebook BNPB di Kementerian/Lembaga

Gambar 88. Akun Resmi Instagram BNPB

144
Gambar 90. Akun Youtube BNPB Indonesia

Gambar 91. InAWARE (http://inaware.bnpb.go.id/inaware/)

145
Gambar 92. Geospasial (http://geospasial.bnpb.go.id/)

Gambar 93. Peta Bencana (http://petabencana.id/)

146
Gambar 94. Data Informasi Bencana Indonesia/DIBI (http://bnpb.cloud/dibi/)

Gambar 95. Aplikasi BNPB TV dan Diorama BNPB dapat diakses di


Google Playstore

147
b. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana sudden on set (durasi waktu yang
dibutuhkan rata-rata 1 jam 5 menit pascabencana)

Tabel 35. Rata-rata waktu penyebaran informasi kejadian bencana untuk kejadian bencana sudden on set (durasi waktu yang dibutuhkan rata-
rata 1 jam 5 menit pascabencana)

Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang mengacu Durasi
pada informasi BNPB Waktu
Media yang digunakan
No (jam)
Waktu dari sumber BNPB dalam
Jenis Bencana Waktu
informasi menyebarkan Informasi
bencana

1. Ratusan 23 Januari 13.34 https://bnpb.go.id/ratusan- 23 14.59 WIB https://nasional.kompas. 1 jam 25


Rumah Rusak 2018 WIB rumah-rusak-diguncang- Januari com/read/2018/01/23/17 menit
Diguncang gempa-61-sr-banten-dan- 2018 404831/ratusan-rumah-
Gempa, 6,1 SR jawa-barat di-jabar-dan-banten-
Banten Dan rusak-akibat-gempa-61-
Jawa Barat sr

2. Update Longsor 22 Febuari 14.30 https://bnpb.go.id/update- 22 15.05 WIB https://daerah.sindonew 35 menit


Brebes : 5 2018 WIB longsor-brebes-5-tewas- Febuari s.com/read/1284289/22/
Tewas, 15 15-hilang-dan-14-selamat 2018 data-korban-longsor-
Hilang Dan 14 brebes-5-tewas-15-
Selamat hilang-14-selamat-
151928737

3. Longsor 26 Maret 19.00 https://bnpb.go.id/longsor- 26 Maret 20.54 WIB https://www.republika.co 1 jam 54


Timbun Rumah 2018 WIB timbun-rumah-di-sibolga- 2018 .id/berita/nasional/daera menit
Di Sibolga, Ibu ibu-dan-anaknya-menjadi- h/18/03/27/p68vvm409-
dan Anaknya korban longsor-timbun-rumah-
Menjadi Korban

148
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang mengacu Durasi
pada informasi BNPB Waktu
Media yang digunakan
No (jam)
Waktu dari sumber BNPB dalam
Jenis Bencana Waktu
informasi menyebarkan Informasi
bencana
di-sibolga-korban-tewas-
ibu-dan-anak

4. Gempa 18 April 13.28 https://bnpb.go.id/gempa- 18 April 14.30 WIB http://www.tribunnews.c 1 jam 2


Berkekuatan 2018 WIB berkekuatan-44-sr- 2018 om/nasional/2018/04/18/ menit
4,4 SR berpusat-di-darat-guncang- digoncang-gempa-
Berpusat Di banjarnegara-ratusan- berkekuatan-44-sr-
Darat Guncang bangunan-rusak ratusan-bangunan-di-
Banjarnegara, banjarnegara-rusak
Ratusan
Bangunan
Rusak

5. Menjelang 13 Juni 20.06 https://bnpb.go.id/menjelan 13 Juni 21.15 WIB https://news.detik.com/b 1 jam 9


Lebaran 2018 WIB g-lebaran-masyarakat- 2018 erita/d-4068324/gempa- menit
Masyarakat sumenep-dikejutkan- sumenep-rusak-77-
Sumenep gempa-48-sr-6-luka-dan- rumah-dan-1-madrasah
Dikejutkan 77-rumah-rusak
Gempa 4,8 SR
: 6 Luka Dan
77 Rumah
Rusak

6. 3 Orang Luka 15 Juni 07.57 https://bnpb.go.id/3-orang- 15 Juni 10.00 WIB https://news.okezone.co 2 jam 3
Berat Dan 118 2018 WIB luka-berat-dan-118-rumah- 2018 m/read/2018/06/15/340/ menit

149
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang mengacu Durasi
pada informasi BNPB Waktu
Media yang digunakan
No (jam)
Waktu dari sumber BNPB dalam
Jenis Bencana Waktu
informasi menyebarkan Informasi
bencana
Rumah Rusak rusak-akibat-diguncang- 1910732/3-orang-luka-
Akibat gempa-57-sr-di-sarmi dan-118-rumah-rusak-
Diguncang akibat-gempa-5-7-sr-di-
Gempa 5,7 SR papua
Di Sarmi

7. Gempa 6,4 SR 29 Juli 05.47 https://bnpb.go.id/gempa- 29 Juli 07.00 WIB http://bali.tribunnews.co 1 jam 13
Guncang 2018 WIB 64-sr-guncang-lombok- 2018 m/2018/07/29/gempa- menit
Lombok Timur, timur-beberapa-bangunan- 64-sr-guncang-lombok-
Beberapa rusak timur-beberapa-
Bangunan bangunan-dilaporkan-
Rusak rusak?page=2

8. Gempa 7 SR 05 Agustus 18.46 https://www.bnpb.go.id/ge 05 19.51 WIB https://nasional.kompas. 1 jam 5


Guncang 2018 WIB mpa-7-sr-guncang-lombok- Agustus com/read/2018/08/05/20 menit
Lombok Utara, utara-peringatan-dini- 2018 235371/peringatan-dini-
Peringatan tsunami-diaktivasi tsunami-gempa-lombok-
Dini Tsunami diaktivasi-masyarakat-
Diaktivasi diperintahkan

9. Gempa 28 17.02 https://bnpb.go.id/gempa- 28 18.02 WIB https://www.pilihanrakya 60 menit


Berkekuatan September WIB berkekuatan-magnitudo- Septemb t.id/2018/09/peringatan-
Magnitudo 7.7, 2018 77-peringatan-dini- er 2018 dini-tsunami-
Peringatan tsunami-sempat-diaktifkan- sempat.html
Dini Tsunami namun-sudah-berakhir

150
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang mengacu Durasi
pada informasi BNPB Waktu
Media yang digunakan
No (jam)
Waktu dari sumber BNPB dalam
Jenis Bencana Waktu
informasi menyebarkan Informasi
bencana
Sempat
Diaktifkan
Namun Sudah
Berakhir

10. Satu Orang 28 15.21 https://www.bnpb.go.id/sat 28 16.38 WIB https://regional.kompas. 1 jam 17


Meninggal September WIB u-orang-meninggal-dunia- Septemb com/read/2018/09/28/16 menit
Dunia, 10 2018 10-orang-luka-luka-dan- er 2018 380721/gempa-di-
Orang Luka- rumah-rusak-akibat- donggala-1-orang-
Luka dan gempa-m-6-di-donggala tewas-10-terluka-dan-
Rumah Rusak sejumlah-rumah-hancur
Akibat Gempa
M 6 Di
Donggala

11. Tsunami 28 21.42 https://www.bnpb.go.id/tsu 28 22.28 WIB https://news.okezone.co 46 menit


Terjang Pantai September WIB nami-terjang-pantai-palu- Septemb m/read/2018/09/28/337/
Palu, 2018 penanganan-darurat-terus- er 2018 1957192/tsunami-
Penanganan dilakukan terjang-palu-bnpb-
Darurat Terus pastikan-penanganan-
Dilakukan darurat-terus-dilakukan

12. Gempa 16 18.34 https://www.bnpb.go.id/ge 16 18.44 WIB https://www.cnbcindone 10 Menit


Magnitudo 6,1 Desember WIB mpa-magnitudo-61- Desemb sia.com/news/20181216
Guncang 2018 er 2018 184051-4-46618/gempa-

151
Kejadian Bencana Penyebaran Data dan Informasi Media yang mengacu Durasi
pada informasi BNPB Waktu
Media yang digunakan
No (jam)
Waktu dari sumber BNPB dalam
Jenis Bencana Waktu
informasi menyebarkan Informasi
bencana
Keerom Papua guncang-keerom-papua- magnitudo-61-guncang-
Dirasakan dirasakan-kuat papua
Kuat

13. Korban 23 05.52 https://www.bnpb.go.id/kor 23 06.23 WIB http://jateng.tribunnews. 31 menit


Tsunami Terus Desember WIB ban-tsunami-terus- Desemb com/2018/12/23/korban-
Bertambah, 20 2018 bertambah-20-meninggal- er 2018 tsunami-di-selat-sunda-
Meninggal dunia-165-luka-luka-dan-2- terus-bertambah-20-
Dunia, 165 hilang meninggal-dunia-165-
Luka-Luka dan luka-luka-dan-2-hilang
2 Hilang

152
Penyebaran data dan informasi kejadian bencana sudden on set mengarah
kepada kejadian bencana yang tidak dapat diprediksikan, seperti
gempabumi, putting beliung dan longsor. Sebagai contoh pada kejadian
bencana gempabumi, lembaga yang berwenang, yaitu BMKG akan
menginformasikan kejadian yang terjadi dalam durasi 5 menit kepada Pusat
Pengendali Operasi (Pusdalops) BNPB dan Kepala BNPB. Kemudian
Pusdalops melakukan pengecekan ke lokasi dan pemetaan otomatis dampak
gempabumi tersebut. Ini memerlukan waktu 10 menit. Setelah itu, proses
analisis awal hingga pernyataan resmi pemerintah awal dengan periode
waktu yang dibutuhkan 5 – 10 menit. Pernyataan itu disebarluaskan kepada
publik melalui Whatsapp (khusus media massa), twitter, facebook, instagram,
youtube dan website BNPB. Selanjutnya pemerintah memberikan pernyataan
resmi kedua pada publik dengan periode waktu 30 – 60 menit. Pernyataan
resmi kedua berisi analisis lebih lanjut berupa dampak dan penanggulangan.

Indikator yang digunakan dalam mengukur sasaran strategis ini adalah:

● Terbangun koordinasi dalam bentuk pertukaran data dan informasi antara


BNPB, BMKG, PVMBG, BIG, BPS, KLHK, BPBD di tingkat provinsi,
kabupaten/kota serta mitra penanggulangan bencana, seperti Palang
Merah Indonesia, Taruna Siaga Bencana, lembaga Perserikatan Bangsa
Bangsa, lembaga non-pemerintah, dan lembaga donor.
● Integrasi data kependudukan BPS dan informasi geospasial wilayah
terdampak dari BNPB.
● Akses secara online kejadian bencana dengan internet (InAWARE dan
Pantauan Bencana)
● Publik mendapatkan informasi terkini terkait tanggap darurat bencana di
lokasi bencana.
● Tersebarnya informasi, yang bersumber dari BNPB, di media massa baik
nasional maupun lokal.
● BNPB sebagai acuan media massa dalam menginformasikan kejadian
bencana

153
Berikut ini beberapa penyebaran data dan informasi kejadian bencana yang
sudden on set dari beberapa kejadian bencana yang besar sepanjang tahun
2018 yang bersumber dari BNPB, baik melalui Whatsapp (WA), konferensi
pers, dan website BNPB (www.bnpb.go.id):

Gambar 96. Penyebaran data dan informasi kejadian bencana melalui website BNPB

Konferensi pers

Gambar 97. Pelaksanaan Live melalui TV, Konferensi Pers Kepala BNPB dan
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas

154
Sarana Prasarana Pendukung Kecepatan Informasi

Kecepatan informasi mengenai bencana yang disebarkan oleh BNPB tergantung


dari laporan kejadian bencana dari daerah ke pusat. Kejadian bencana yang
terjadi di seluruh wilayah Indonesia dipantau oleh Pusdalops yang bekerja selama
24 jam. Informasi dari daerah dapat secara cepat didapatkan karena bantuan
peralatan teknologi informasi yang sangat mendukung. Berdasarkan data
bencana BNPB, kecenderungan kenaikan kejadian bencana meningkat, salah
satu faktor adalah pencatatan yang lebih baik dilakukan oleh BPBD di tingkat
kabupaten dan kota.

Informasi bencana yang didapatkan dari daerah, langsung disebarluaskan ke


media massa melalui Whatsapp dan dimuat dalam website, twitter, instagram
ataupun facebook BNPB. Dukungan BNPB kepada BPBD dengan pembuatan
pusdalops daerah, pemberian bantuan peralatan teknologi informasi dan mobil
komunikasi sangat membantu dalam penyampaian informasi bencana. Selain itu,
peningkatan sumberdaya di daerah juga dilakukan dengan mengadakan
pelatihan-pelatihan, sehingga sumber daya daerah semakin handal dalam
pelaporan kejadian bencana.

Tantangan

BNPB melakukan penyebaran informasi kejadian bencana yang sifatnya slow dan
sudden on set sepanjang tahun 2018. Namun demikian, suatu tantangan
khususnya dalam mengukur indikator yang bersifat kualitatif khususnya
bagaimana perilaku dan pemahaman publik menyikapi informasi yang
disampaikan oleh BNPB, baik secara langsung maupun melalui media massa.

Berikut ini beberapa tantangan yang dihadapi BNPB dalam menjawab target dari
sasaran rencana strategis.

● Kecepatan penyebaran data dan informasi kejadian bencana dipengaruhi oleh


alur data dan informasi dari lapangan ke pusdalops untuk kemudian diteruskan
ke bagian Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB (khususnya terkait
penyebaran informasi ke publik), kemudian data dan informasi tersebut

155
diberikan dengan skala prioritas pada pimpinan BNPB sebagai pengambil
kebijakan tanggap darurat.
● Tim lapangan dari unit kerja lain belum memiliki kapasitas dalam menganalisis
kondisidi lokasi bencana secara spasial. Kondisi ini berpengaruh pada
pembuatan peta geospasial tematik terkait kejadian bencana.
● Optimalisasi pendirian infrastruktur dan penyediaan jaringan internet melalui v-
sat saat kejadian bencana.
● Belum ada prosedur baku atau standard operating procedure (SOP) untuk
mendelegasikan secara cepat tim Pusat Data, Informasi, dan Humas BNPB ke
lokasi bencana.

Capaian Penyebaran Informasi untuk Kejadian Bencana dan Penurunan


Risiko

a. Dukungan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)


Pencapaian rata-rata yang melebihi target dalam penyebaran informasi
kejadian bencana tidak terlepas dari ketersediaan sarana dan prasarana
yang memadai antara lain dengan terbangunnya sistem informasi dan
komunikasi yang handal pada seluruh fase bencana. BNPB selalu melakukan
peningkatan dan penguatan kapasitas perangkat TIK di BNPB dan BPBD.

Pembangunan pusdalops di 136 BPBD provinsi dan kabupaten/kota adalah


suatu upaya nyata dengan tujuan untuk mendukung penyebaran data dan
informasi secara cepat, khususnya kepada BNPB dan publik, sehingga
sasaran indeks resiko bencana turun di Indonesia. BNPB memberikan
bantuan ke daerah berupa renovasi ruangan, meubeleir dan perangkat
teknologi informasi di 10 Pusdalops BPBD Kabupaten/Kota di tahun 2017 dan
20 Pusdalops di tahun 2018.

Selain itu, penguatan dan pemeliharaan perangkat lunak maupun perangkat


keras di Data Center yang diupgrade, pemberian mobil komunikasi ke 33
provinsi dan peng-Upgrade-an auto pointing, LNB dan BUC pada perangkat
satelit di mobil komunikasi juga dapat membantu mengoptimalkan

156
penyebaran data dan informasi lebih cepat, akurat dan menyeluruh kepada
publik.

Rutinitas rollcallradio komunikasidan video conference melalui Mondopad


dan mobil komunikasiyang dilaksanakan setiap harinya oleh operator radio
dan pusdalops di BPBD merupakan aksi untuk penyebaran informasi yang
efektif dan efisien.

Gambar 98. Peta Sebaran Pusdalops BPBD Kab/Kota

b. Respon Media Massa


Melalui mesin monitoring, berita bencana yang bersumber dari BNPB sangat
tinggi. Hal tersebut dapat dilacak dengan kata kunci “BNPB”. Sepanjang
tahun 2018, berita terkait bencana didominasi sumber BNPB dengan
narasumber Kepala BNPB dan Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas
BNPB. Ini menunjukkan bahwa BNPB sangat cepat dan responsif pada setiap
kejadian bencana maupun informasi perkembangan terkini penanggulangan

157
bencana di Indonesia. Data tersebut diakses pada
http://mediapublik.bnpb.go.id, sepanjang tahun 2018.

Gambar 99. Media Publik BNPB

c. Diorama Edukasi Bencana


BNPB tidak hanya melakukan penyebaran data dan informasi ke publik pada
konteks kejadian bencana, tetapi juga penyebaran informasi prabencana.
Kegiatan unggulan yang saat ini menjadi trending topik yaitu diorama edukasi
bencana. Diorama edukasi bencana merupakan media untuk meningkatkan
pemahaman kepada publik terkait risiko dan penanggulangan bencana di
Indonesia. Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB mencatat kelompok
pengunjung sangat beragam, mulai dari Playgroup/TK, siswa sekolah dasar
(SD), sekolah menengah pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA),
mahasiswa, para menteri, delegasi asing dan mitra kerja BNPB, nasional dan

158
internasional. Sepanjang 2018, kunjungan ke diorama kebencanaan BNPB
berjumlah 2.177 orang dari berbagai kalangan tersebut.

Gambar 100. Data Kunjungan Diorama BNPB di tahun 2018


d. Forum Komunikasi dan Bimbingan Teknis Data Informasi dan Humas

Gambar 101. Forum Komunikasi & Bimbingan Teknis Data Informasi &
Humas 2018

159
e. Penyebaran Informasi Kebencanaan Melalui Radio

Gambar 102. Sosialisasi Edukasi Bencana melalui Sandiwara Radio

f. Sosialisasi dan Edukasi Bencana melalui media cetak antara lain


terdapat buku-buku bencana

Gambar 103. Sosialisasi Edukasi Penanggulangan Bencana BNPB


160
g. Pelayanan Perpustakaan Digital

Gambar 104. Perpustakaan online BNPB

Gambar 105. Koleksi Buku Pusdatinmas BNPB Tahun 2018

161
h. Penghargaan dan Capaian

Gambar 106. Penghargaan BNPB atas Inovasi, Kreativitas, & orestasi di Tingkat
Nasional/Internasional

C. Capaian Kinerja Anggaran


Alokasi anggaran BNPB tahun 2018 adalah sebesar Rp. 7.192.186.163.000,-
yang terdiri dari APBN untuk program rutin sebesar Rp. 748.584.508.000,- yang
terbagi dalam 3 (tiga) Program yaitu Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNPB, Program Penanggulangan Bencana,
Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB dan APBN
untuk penanganan darurat (Dana Siap Pakai) sebesar Rp. 6.443.601.655.000,-.

162
Rincian pagu dan realisasi anggaran berdasarkan program dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:

Tabel 36. Realisasi anggaran BNPB tahun 2018


Realisasi
Realisasi
No Program Pagu Anggaran
Anggaran
(%)
1 Program Dukungan 258.276.396.000 242.905.340.874 94.05%
Manajemen dan Pelaksanaan
Tugas Teknis Lainnya BNPB
2 Program Penanggulangan 6.920.909.767.000 6.858.891.407.191 99.10%
Bencana
APBN 19.987.698.000 19.436.994.117 97.27%
DSP 6.443.601.655.000 6.402.594.113.110 99.36%
3 Program Pengawasan dan 13.000.000.000 12.696.930.897 97.67%
Peningkatan Akuntabilitas
Aparatur BNPB
Total 7.192.186.163.000 7.114.493.678.962 98.92%

Disamping dana yang terdapat dalam DIPA BNPB, Kementerian Keuangan


melalui Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menyalurkan dana hibah
Rehabilitasi Rekonstruksi pasca bencana atas dasar pengajuan dari BNPB
sebesar Rp.602.333.079.443 untuk 4 (empat) provinsi dan 9 Kabupaten/Kota
untuk pemulihan pasca bencana Gunung Sinabung dan badai siklon cempaka.

Capaian Realisasi Anggaran Tahun 2018

97,67%

% 99,10%

94,05%

90,00% 95,00% 100,00%

Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur BNPB


Program Penanggulangan Bencana
Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BNPB

Gambar 107. Capaian realisasi Anggaran BNPB Tahun 2018

163
Capaian Realisasi Anggaran Periode 2015-2018
100 99,39
98,92
99

98

97

96 95,35
95,17
95

94

93

2015 2016 2017 2018

Gambar 108.Capaian Realisasi Anggaran Periode 2015-2018

Jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang mencapai realisasi anggaran


sebesar 95.35%, realisasi anggaran di tahun 2018 mengalami peningkatan
sebesar 3.57% menjadi 98.92%. Beberapa hal yang mendorong peningkatan
realisasi anggaran diantaranya:

1. Intensitas kejadian bencana yang meningkat dan terjadinya bencana besar di


Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat Sunda di
tahun 2018 mendorong semua sumber daya baik personil maupun anggaran
untuk dapat mendukung pelaksanaan penanganan bencana yang optimal.

2. Peningkatan pemantauan kemajuan pelaksanaan program dan anggaran


yang dilakukan secara intensif setiap bulan dengan masing-masing unit kerja
eselon II.

3. Dikeluarkannya Surat Edaran Sekretaris Utama selaku KPA Nomor: SE-


14/BNPB/09/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengeluaran Negara Pada
Akhir Tahun Anggaran 2018 di Lingkungan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana sebagai langkah-langkah percepatan pelaksanaan pengeluaran
belanja unit kerja.

164
BAB IV
PENUTUP

Selama tahun 2018, BNPB menunjukkan capaian kinerja yang terukur dari 6 (enam)
indikator kinerja yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja Tahun 2018. Dalam
rangka peningkatan kinerja Badan Nasional Penanggulangan Bencana, informasi
capaian dan permasalahan yang dituangkan dalam laporan kinerja akan menjadi
bahan perbaikan di tahun berikutnya. Untuk itu rencana aksi ke depan sesuai
dengan arahan Presiden Republik Indonesia pada Rapat Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana Tahun 2019 di Surabaya yaitu:
a. Perencanaan pembangunan daerah harus berlandaskan aspek-aspek
pengurangan risiko bencana
b. Pelibatan akademisi dan pakar-pakar kebencanaan secara masif untuk
memprediksi ancaman, mengantisipasi, dan mengurangi dampak bencana,
serta sosialisasi hasil-hasil kajian dan penelitiannya
c. Gubernur akan secara otomatis menjadi komandan satgas darurat pada saat
kejadian bencana, serta Pangdam dan Kapolda menjadi wakil komandan satgas
d. Pembangunan sistem peringatan dini yang terpadu berbasiskan rekomendasi
dari pakar dikoordinasikan oleh Kepala BNPB
e. Edukasi kebencanaan oleh Kepala BNPB ini terutama di daerah rawan bencana,
kepada sekolah melalui guru dan kepada masyarakat melalui para pemuka
agama
f. Lakukan simulasi latihan penanganan bencana secara berkala dan
berkesinambungan

Dengan arahan tersebut diharapkan kesiapsiagaan dan pencegahan bencana


berbasis ekosistem dapat dimulai dari level terkecil yaitu keluarga untuk dapat
bersama-sama mengurangi resiko bencana dengan tata kelola alam yang lebih
baik baik sesuai dengan slogan “Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita”.

165
LAMPIRAN

166
LAMPIRAN I. PENETAPAN KINERJA

167
168
LAMPIRAN II. DESA TANGGUH BENCANA 2018

JUMLAH DESA
No. PROVINSI NO. KABUPATEN/KOTA ANCAMAN
YANG DI FASILITASI

1 BENGKULU 2 REJANG LEBONG 2 Desa Gunung Api dan

Desa Empat Suku Gempa Bumi

Menanti
Desa Talang Blitar
2 GORONTALO 3 KOTA GORONTALO 4 Desa Banjir dan Longsor

Kel. Leato Utara


Kel. Talumolo
Kel. Tanjung Kramat
Kel. Tenda
4 BONE BOLANGO 3 Desa Banjir dan Longsor

Desa Oluhuta
Desa Timbuwolo
Desa Bulondala
3 JAWA BARAT 5 CIREBON 2 Desa Banjir dan Tanah
Desa Wanakaya Longsor
Desa Gemulung
4 JAWA TENGAH 6 PEKALONGAN 4 Desa Banjir dan Longsor

Desa
Galangpengampon
Desa Kutorembet
Desa Kesesi
Desa Tengengwetan
7 WONOGIRI 3 Desa Tanah Longsor

Desa Sendang
Desa Sumber
Desa Temboro
5 JAWA TIMUR 8 PACITAN 4 Desa Longsor, Tanah

Desa Kedungbendo Gerak dan Gempa

Desa Karanganyar Bumi

Desa Mangunharjo
Desa Klesem
9 PONOROGO 4 Desa Banjir, Tanah Retak

Desa Tugurejo dan Longsor

169
JUMLAH DESA
No. PROVINSI NO. KABUPATEN/KOTA ANCAMAN
YANG DI FASILITASI

Desa Maguwan
Desa Banaran
Desa Dayakan
6 KALIMANTAN 10 KOTA TARAKAN 2 Desa Banjir, Tanah
UTARA Kel. Sebengkok Longsor dan Cuaca
Ekstrim
Kel. Juata Laut
7 NUSA 11 LOMBOK TENGAH 3 Desa Erupsi Gunung,
TENGGARA Desa Aik Berik Banjir, Tsunami dan
BARAT Desa Karangsidemen Longsor

Desa Kuta
8 NUSA 12 NGADA 2 Desa Erupsi Gunung,
TENGGARA Desa Manubhara Banjir, Longsor dan
TIMUR Desa Wasae Cuaca Ekstrim

13 MANGGARAI 4 Desa Longsor dan Cuaca

Desa Bangka Dese Ekstrim

Kel. Bangka Leda


Desa Mocok
Desa Pong Umpu
14 BELU 3 Desa Longsor, Banjir dan

Desa Fulur Abrasi

Desa Silawan
Desa Fatukei
9 SULAWESI 15 GOWA 2 Desa Banjir
SELATAN Desa Panakkukang
Desa Bili bili
10 SULAWESI 16 POSO 2 Desa Banjir
TENGAH Desa Maranda
Desa Kilo
11 SULAWESI 17 KONAWE UTARA 2 Desa Banjir, Longsor,
TENGGARA Desa Laronanga Kekeringan dan

Desa Tapunggaya Cuaca Ekstrim

18 BUTON UTARA 3 Desa Banjir

Desa Kotawo
Desa Lambale
Lapandewa

170
JUMLAH DESA
No. PROVINSI NO. KABUPATEN/KOTA ANCAMAN
YANG DI FASILITASI

12 SULAWESI 19 MINAHASA 4 Desa Banjir dan Longsor


UTARA SELATAN Desa Tumpaan
Desa Wuwuk Barat
Desa Wuwuk
Desa Teep
13 JAMBI 20 BUNGO 4 Desa Karhutla

Dusun Sungai
Beringin
Dusun Batu Kerbau
Dusun Renah Sungai
Besar
Dusun Laman
Panjang
14 KALIMANTAN 21 SAMBAS 2 Desa Karhutla
BARAT Desa Sarang Burung
Danau
Desa Buduk
Sempadang
15 KALIMANTAN 22 TANAH LAUT 3 Desa Banjir, Longsor dan
SELATAN Desa Panjaratan Karhutla

Desa Sungai Bakar


Desa Kali Besar
16 SUMATERA 23 LAHAT 2 Desa Banjir dan Tanah
SELATAN Desa Tanjung Sirih Longsor

Desa Gunung
Kembang

171
LAMPIRAN III. DESTANA PENGEMBANGAN TAHUN 2017

NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

1 ACEH BESAR LHOKNGA 1 DESA MON IKEUN

2 DESA LAMKRUET

PEUKAN BADA 3 GAMPONG LAM RUKAM

4 GAMPONG LAM KEUMOK

2 KOTA MEDAN MEDAN MAIMUN 5 KEL. SEI MATI

6 KEL. A U R

MEDAN BARU 7 KEL. PADANG BULAN

MEDAN BELAWAN 8 KEL. BELAWAN BAHARI

3 SIAK KOTO GASIB 9 (KAMPUNG) BUATAN II

TUALANG 10 KAMPUNG PERAWANG BARAT

BUNGA RAYA 11 KAMPUNG TUAH INDRAPURA

PUSAKO 12 (KAMPUNG) DOSAN

4 TANJUNG JABUNG BARAT TUNGKAL ULU 13 DESA KUALA DASAL

14 DESA PEMATANG PAUH

BETARA 15 DESA SERDANG JAYA

16 DESA MUNTIALO

5 SAROLANGUN BATHIN VIII 17 DESA PULAU LINTANG

AIR HITAM 18 DESA BUKIT SUBAN

MANDIANGIN 19 DESA TAMAN DEWA

PAUH 20 DESA DANAUSERDANG

6 MUKOMUKO IPUH 21 DESA PASAR IPUH

172
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

TERAMANG JAYA 22 DESA TERAMANG JAYA

XIV KOTO 23 DESA RAWA BANGUN

KOTA MUKOMUKO 24 KEL. KOTO JAYA

7 OGAN KOMERING ILIR TANJUNG LUBUK 25 DESA KOTABUMI

26 TANJUNG BERINGIN

PEDAMARAN 27 DESA CINTA JAYA

28 DESA SUKA PULIH

8 LEBAK KEC. GUNUNGKENCANA 29 DESA CIAKAR

KEC. CIHARA 30 DESA PANYAUNGAN

9 BEKASI CIKARANG UTARA 31 DESA KARANGASIH

CIBARUSAH 32 DESA RIDOGALIH

BABELAN 33 DESA BABELAN KOTA

MUARA GEMBONG 34 DESA PANTAIBAKTI

10 KOTA SEMARANG NGALIYAN 35 DESA KALIPANCUR

36 DESA WONOSARI

SEMARANG SELATAN 37 KEL. RANDUSARI

38 DESA GONDORIYO

11 GRESIK BUNGAH 39 DESA BUNGAH

40 DESA BEDANTEN

MANYAR 41 DESA SUKOMULYO

42 DESA ROOMO

12 SIDOARJO JABON 43 DESA SEMAMBUNG

44 DESA KUPANG

173
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

45 DESA KEDUNGPANDAN

46 DESA KEDUNGREJO

13 BOJONEGORO KALITIDU 47 DESA MOJO

KAPAS 48 DESA BOGO

KANOR 49 DESA KEDUNGPRIMPEN

50 DESA GEDONGARUM

14 BADUNG KUTA UTARA 51 DESA CANGGU

52 DESA TIBUBENENG

KUTA SELATAN 53 DESA KUTUH

54 DESA PECATU

15 KARANGASEM KARANGASEM 55 KEL. PADANG KERTA

56 DESA SERAYA BARAT

BEBANDEM 57 DESA JUNGUTAN

58 DESA SIBETAN

16 LOMBOK BARAT BATU LAYAR 59 DESA BATU LAYAR

NARMADA 60 DESA PAKUAN

LABU API 61 DESA KURANJI DALANG

SEKOTONG 62 DESA SEKOTONG TENGAH

17 ALOR TELUK MUTIARA 63 KEL. WETABUA

64 KEL. BINONGKO

ALOR BARAT LAUT 65 KEL. ADANG

KABOLA 66 DESA PANTE DEERA

18 SIKKA KANGAE 67 DESA WATUMILOK

174
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

68 DESA WATUMILOK

WAIGETE 69 DESA EGON

MAPITARA 70 DESA EGON GAHAR

19 BENGKAYANG SUNGAI RAYA 71 DESA SUNGAI DURI

MENTERADO 72 DESA MENTERADO

JAGOI BABANG 73 DESA SEKIDA

SELUAS 74 DESA SAHAN

20 LANDAK 75 DESA SIMPANG KASTURI

76 DESA SALATIGA

77 DESA MANDOR

78 DESA JELIMPO

21 KAPUAS BASARANG 79 DESA BATUAH

80 DESA TARUNG MANUAH

MATANGAI 81 DESA SEI AHAS

82 DESA KATUNJUNG

22 KOTAWARINGIN TIMUR MENTAYA ILIR SELATAN 83 DESA HANDIL SOHOR

BAAMANG 85 DESA TINDUK

KOTA BESI 86 DESA KANDAN

23 BARITO KUALA RANTAU BADAUH 87 DESA SIMPANG ARJA

CERBON 88 DESA SIMPANG NUNGKI

MARABAHAN 89 DESA ANTAR JAYA

TABUKAN 90 DESA KARYA JADI

24 TANAH BUMBU BATU LICIN 91 DESA KERSIK PUTIH

175
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

92 KEL. GUNUNG TINGGI

SIMPANG EMPAT 93 DESA GUNUNG BESAR

94 DESA SARI GADUNG

25 NUNUKAN SEMBAKUNG 95 DESA ATAP

96 DESA LUBAKAN

97 DESA TUJUNG

98 DESA MANUK BUNGKUL

26 BANTAENG BISSAPPU 99 DESA BONTO JAI

SINOA 100 DESA BONTO KARAENG

TOMPOBULU 101 DESA LABBO

PA'JUKUKANG 102 DESA BARUGA

27 TAKALAR GALESONG SELATAN 103 DESA MANGINDARA

104 DESA POPO

POLOMBANGKENG SELATAN 105 KEL. CANREGO

28 BANGGAI TOILI BARAT 107 DESA KAMI WANGI

TOILI 108 DESA SENTRAL SARI

BANTALAK UTARA 109 DESA KAMPANGAR

MASAMA 110 DESA MINANGANDALA

29 BUTON KAPONTORI 111 DESA MABULUGO

112 DESA WAKALAMBE

PASAR WAJO 113 KEL. PASAR WAJO

LASALIMU SELATAN 114 DESA BALIMU

30 KOTA MANADO TUMINTING 115 KEL. TUMUMPA DUA

176
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

SINGKIL 116 KEL. TERNATE TANJUNG

WANEA 117 KEL. PAKOWA

PAAL DUA 118 KEL. DENDENGAN DALAM

31 KOTA BITUNG MAESA 119 KEL. KAKENTURAN SATU

120 KEL. KAKENTURAN DUA

KEC. AERTEMBAGA 121 KEL. TANDU RUSA

KEC. LEMBEH SELATAN 122 KEL. BATULUBANG

32 KOTA GORONTALO TILANGO 123 DESA TUALANGO

124 DESA TILOTE

LIMBOTO BARAT 125 DESA PADENGO

BILATO 126 DESA TOTOPO

33 MALUKU TENGGARA KEI KECIL 127 DESA OHOILILIR

128 DESA OHOIDERTAWUN

34 SERAM BAGIAN TIMUR BULA BARAT 131 DESA AKI JAYA

BULA 133 DESA BULA

134 DESA SESAR

35 KOTA TERNATE PULAU TERNATE 135 KEL. KULABA

136 KEL. TABAM

BIKOMI NILULAT 137 KEL. TUBU

TERNATE UTARA 138 KEL. SANGAJI UTARA

36 KOTA TIDORE KEPULAUAN OBA 139 DESA BALE

OBA 141 DESA KOLI

142 DESA KOSA

177
NO KABUPATEN/KOTA NO KECAMATAN NO DESA/KELURAHAN

37 TELUK WONDAMA DISTRIK WONDIBOY 143 KAMPUNG KABUOW

DISTRIK RASIEY 144 KAMPUNG ISEI

DISTRIK WASIOR 145 KAMPUNG MORU

146 KAMPUNG RADO

38 NABIRE DISTRIK NABIRE 147 KEL. SIRIWINI

148 KEL. KALIBOBO

149 KAMPUNG SANOBA PANTAI

DISTRIK NABIRE BARAT 150 KAMPUNG WAROKI

178
LAMPIRAN IV. DESTANA 2016

NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

1 ACEH BANDA ACEH 1 MEURAXA 1 DEAH GLUMPANG

2 SYIAH KUALA 2 ALUE NAGA

2 SUMATERA UTARA TAPANULI SELATAN 3 ANGKOLA SANGKUNUR 3 BATU GODANG

4 BANDAR TARUTUNG

DELI SERDANG 4 HAMPARAN PERAK 5 KOTA RANTANG

5 SUNGGAL 6 PAYA GELI

PADANG LAWAS 6 SOSOPAN 7 HULIM

7 SOSA 8 HAPUNG

LABUHAN BATU SELATAN 8 SUNGAI KANAN 9 MARSONJA

9 KAMPUNG RAKYAT 10 TANJUNG MULIA

3 SUMATERA BARAT TANAH DATAR 10 BATIPUH SELATAN 11 GUGUAK MALALO

11 BATIPUH 12 GUNUNG RAJO

PASAMAN 12 PANTI 13 NAGARI PANTI

13 BONJOL 14 NAGARI KOTO KACIAK

4 RIAU SIAK 14 DAYUN 15 DAYUN

179
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

15 SIAK 16 RAWANG AIR PUTIH

16 DAYUN 17 DAYUN

17 SUNGAI APIT 18 MENGKAPAN

KAMPAR 18 TAPUNG 19 KARYA INDAH

19 KAMPAR KIRI HILIR 20 MENTULIK

5 JAMBI TANJUNG JABUNG TIMUR 20 GERAGAI 21 PANDAN SEJAHTERA

21 DENDANG 22 CATUR RAHAYU

22 GERAGAI 23 RANTAU KARYA

JAMBI 23 JAMBI TIMUR 24 PAYO SILINCAH

25 SIJINJANG

6 SUMATERA SELATAN BANYUASIN 24 TALANG KELAPA 26 TALANG KERAMAT

25 RAMBUTAN 27 SUNGAI DUA

7 BENGKULU KAUR 26 NASAL 28 MERPAS

29 SUKU TIGA

8 LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 27 TELUK BETUNG TIMUR 30 KOTA KARANG

31 KOTA KARANG

180
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

9 JAWA BARAT CIANJUR 119/224/PBD/207 28 CAMPAKA 32 SUSUKAN

29 CIBEBER 33 KARANGNUNGGAL

BANDUNG BARAT 30 LEMBANG 34 CIKAHURIPAN

31 CIPONGKOR 35 CINTAASIH

BOGOR 32 BOGOR TENGAH 36 PANARAGAN

33 BOGOR BARAT 37 PASIRJAYA

10 JAWA TENGAH JEPARA 34 KALINYAMATAN 38 BATUKALI

35 MAYONG 39 BUNGU

36 KELING 40 TEMPUR

KENDAL 37 PLANTUNGAN 41 TLOGOPAYUNG

38 SINGOROJO 42 CENING

39 KOTA KENDAL 43 KEBONDALEM

11 DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SLEMAN 40 CANGKRINGAN 44 UMBUL HARJO

41 PAKEM 45 PURWO BINANGUN

42 TURI 46 WONO KERTO

12 JAWA TIMUR NGANJUK 43 SAWAHAN 47 BARENG

181
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

48 KEBON AGUNG

BANGKALAN 360/69/433.208/2017 44 BLEGA 49 BLEGA

45 TANJUNGBUMI 50 TANJUNG BUMI

13 BANTEN PANDEGLANG 46 SAKETI 51 SUKALANGU

52 TALAGASARI

CILEGON 47 PULOMERAK 53 LEBAK GEDE

14 BALI TABANAN 48 KERAMBITAN 54 TIBUBIYU

49 TABANAN 55 SUDIMARA

BADUNG 50 PETANG 56 PELAGA

57 SULANGAI

15 NUSA TENGGARA BARAT LOMBOK TIMUR 51 SAMBELIA 58 BELANTING

52 LABUHAN HAJI 59 SURYA WANGI

SUMBAWA 53 ALAS 60 BARU

61 KALIMANGO

16 NUSA TENGGARA TIMUR ROTE NDAO 54 Lobalain 62 Metina

63 Namodale

182
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

KOTA KUPANG 55 Kelapa Lima 64 Oesapa

56 Oebobo 65 Tuak Daun Merah

17 KALIMANTAN BARAT KETAPANG 57 MATAN HILIR SELATAN 66 SUNGAI PELANG

67 SUNGAI BESAR

KUBU RAYA 58 SUNGAI AMBAWANG 68 TELUK BAKUNG

59 TERENTANG 69 TELUK EMPENING

70 PERMATA

18 KALIMANTAN TENGAH PULANG PISAU 60 JABIREN RAYA 71 GARUNG

72 HENDA

73 TUMBANG NUSA

PALANGKA RAYA 61 SABANGAU 74 KERENG BENGKIRAI

62 JEKAN RAYA 75 PETUK KATIMPUN

19 KALIMANTAN SELATAN KOTA BARU 63 PULAU SEMBILAN 76 TELUK SUNGAI

64 PULAU LAUT UTARA 77 STAGEN

65 PULAU LAUT TENGAH 78 SUNGUP KANAN

BANJAR 66 SUNGAI TABUK 79 LOKBUNTAR

183
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

67 MARTAPURA BARAT 80 TANGKAS

20 KALIMANTAN TIMUR KUTAI TIMUR 68 SANGATTA UTARA 81 SANGATTA UTARA

69 TELUK PANDAN 82 TELUK PANDAN

70 SANGATTA SELATAN 83 SANGKIMA

SAMARINDA 71 SAMBUTAN 84 MAKROMAN

85 SUNGAI KAPIH

21 SULAWESI UTARA BOLAANG MONGONDOW 72 SANGTOMBOLANG 86 LOLANAN

87 BOLANGAT

MINAHASA 73 MANDOLANG 88 TATELI

74 TOMBULU 89 RUMENGKOR

22 SULAWESI TENGAH PARIGI MOUTONG 75 PARIGI SELATAN 90 LEMUSA

91 GANGGA

92 LEMUSA

93 LEMUSA

23 SULAWESI SELATAN MAROS 76 LAU 94 MATTIRO DECENG

77 SIMBANG 95 BONTO TALLASA

184
NO PROVINSI KABKOT PKS_DAERAH(TA.2017) NO KECAMATAN NO DESA

24 SULAWESI TENGGARA KONAWE 78 PONDIDAHA 96 AMBU ULANU

97 LALONGGOTOMI

25 GORONTALO GORONTALO UTARA 79 MONANO 98 MOKONOWU

80 SUMALATA 99 HUTAKALO

26 SULAWESI BARAT MAMUJU TENGAH 81 TOBADAK 100 SEJATI

82 PANGALE 101 PANGALE

27 MALUKU AMBON 83 NUSANIWE 102 AMAHUSU

84 LEITIMUR SELATAN 103 HUTUMURI

28 MALUKU UTARA HALMAHERA UTARA 85 GALELA BARAT 104 ROKO

86 GALELA UTARA 105 LIMAU

29 PAPUA JAYAPURA 87 DEPAPRE 106 TABLASUPA

185

Anda mungkin juga menyukai