4.1 Hasil
4.1.1 Data Demografis Ibu Hamil Dengan anemia di 10 Desa Lokus Stunting Kabupaten
Sumedang
umur ibu
Pada hasil tabel diatas dari jumlah sampel yang ada dapat kita lihat bahwa Interval usia ibu
Hamil yang paling banyak mengalami anemia adalah usia 26-35 tahun (50%)
usia perkawinan
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat Ibu Hamil yang menjadi sampel banyak melakukan
pernikahan di usia 17-20tahun sebanyak 18 ibu (60%).
4.1.1.3 Distribusi Ibu Hamil berdasarkan Pendidikan Terakhir
pendidikan ibu
Dari tabel distribusi Ibu hamil berdasarkan pendidikan terakhir diatas, jumlah pendidikan
terakhir ibu terbanyak adalah di tingkat SMP sebanyak 20 orang dari jumlah Sampel yang ada.
pekerjaan ibu
Tabel diatas menunjukkan bahwa 100% sampel ibu hamil pada penelitian ini memiliki
Pekerjaan sebagai Ibu Rumah Tangga
Berdasarkan Data tabel diatas Ibu hamil yang menjadi sampel pada penelitian ini jumlah anggota
keluarga sebanyak 3-5 memiliki frekuensi jumlah yang paling banyak sebesar 60%
Pada tabel diatas dapat kita lihat bersama, jumlah pendapatan ibu hamil terbanyak ada pada
intervel 1.000.000-2000.000 yaitu 26 ibu (86,7%) dari total sampel yang ada.
4.1.2. Status Kehamilan Ibu Hamil dengan anemia di 10 Desa Lokus Stunting Kabupaten
Sumedang
4.1.2.1 Usia Kehamilan Ibu Berdasarkan Trimester Kehamilan’
Usia Hamil
4.3.2.1 Gravida
Gravida
4.3.2.2 Paritas
Paritas
4.3.2.3 Abortus
Abortus
Dari tabel Gravida, Paritas, dan Abortus dapat kita lihat bahwa ibu dengan anemia yang menjadi
sampel memiliki jumlah terbanyak pada Gravida ke-2 yaitu 14 orang (46.7%), pada Paritas ke-1
yaitu 17 orang(56,7%) , dan ibu yang pernah Abortus hanya 4orang dari jumlah sampel.
Pada Tabel diatas dapat kita lihat bahwa sebanyak 26 ibu menyatakan bahwa tidak ada anggota
keluarga yang mengalami anemia dan hanya 4 orang yang menyatakan bahwa di dalam keluarga
ada yang mengalami anemia.
4.4.2 Infeksi
Infeksi
Tabel infeksi di atas menunjukkan bahwa tidak ada ibu yang mengalami infeksi selama
kehamilan ini
Jarak Kehamilan
Dari data diatas dapat kita lihat bahwa ibu hamil yang menjadi sampel sebanyak 16orang(53,3%)
adalah ibu hamil yang belum mempunyai anak atau kehamilan pertama sedangkan 12 ibu
memiliki jarak kehamilan >3tahun pada kehamilan sebelumnya.
Tabel tentang pengetahuan ibu diatas dapat kita ketahui bahwa sebesar 83,3% ibu memiliki
pengetahuan yang baik mengenai anemia , sedangkan 16,7% kurang dalam pengetahuannya
mengenai anemia.
Tabel diatas menunjukkan bahwa 20 (66,7%) dari 30 sampel yang ada ibu menyatakan bahwa
mereka patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan ini
4.5 Hasil Pemeriksaan kadar Serum Iron pada ibu hamil dengan anemia
Tabel diatas. menunjukkan distribusi kadar SI pada ibu hamil dengan anemia. Dari 30 ibu hamil
dengan anemia, mayoritas memiliki kadar SI normal dengan jumlah 23 orang (76,5%); hanya 7
orang (23,3%) memiliki kadar SI rendah. Dikatakan anemia defisiensi zat besi jika kadar serum
iron <35mg/dL pada saat tidak hamil dan Perempuan hamil : Trimester 1 : 72-143,Trimester 2 :
44-178,Trimester 3 : 30-193
4.6 Tabel 5. Karakteristik ibu hamil dengan anemia dan Pemeriksaan Serum Iron
4.2 Pembahasan
Penyebab Anemia pada kehamilan yaitu Anemia Defisiensi Besi, Herediter, Infeksi,
Penyakit Kronis, Jarak Kehamilan, Pengetahuan Ibu, Kepatuhan Minum Tablet Fe Pada tabel
Distribusi Faktor resiko terjadinya anemia nmenunjukkan persentase penyebab anemia pada 30
ibu hamil dengan anemia yang menjadi responden. Hasil didapatkan dari hasil wawancara
kuesioner dan pemeriksaan Serum Iron oleh Prodia Sumedang. Data anemia dari The World
Health Organization mengestimasi prevalensi 14% berdasarkan analisis regresi. Data terbaru
menunjukkan prevalensi Anemia Defesiensi Besi pada wanita hamil di negara industri sebanyak
17,4%, sedangkan insiden Anemia Defesiensi Besi di negara berkembang meningkat secara
signifikan sampai 56%.26 Walaupun suplementasi besi oral secara luas digunakan untuk terapi
Anemia Defesiensi Besi, tidak semua pasien memiki respon adekuat terhadap terapi besi oral.
Hal ini disebabkan beberapa faktor meliputi efek samping dari besi oral yang mengarah pada
kepatuhan yang buruk dan kurangnya efikasi. Efek samping, predominan gangguan
gastrointestinal, terjadi pada sejumlah besar pasien yang menerima preparat besi oral.
Penyebab anemia karena penyakit kronik dan infeksi jarang dijumpai pada kehamilan.
Tetapi penyebab anemia karena penyakit kronik merupakan terbanyak kedua ditemukan setelah
anemia defisiensi besi. Ciri khas anemia pada penyakit kronik adalah gangguan homeostasis besi
yaitu terjadi hipoferemia disertai peningkatan uptake dan retensi besi dalam sel sistem
retikuloendotelial yang menimbulkan diversi besi dari sirkulasi ke dalam simpanan sistem
retikuloendotelial dan menyebabkan keterbatasan penyediaan besi untuk sel-sel progenitor
eritroid dan eritropoeisis yang mengalami restriksi besi26
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Cash et all ,dalam evaluasinya pada pasien-pasien
anemia yang dirawat di rumah sakit selama 2 bulan, melaporkan 52% pasien anemia memenuhi
kriteria untuk anemia penyakit kronik setelah menyingkirkan penyebab anemia lainnya seperti
perdarahan aktif, hemolisis dan keganasan hematologi.26 Jenis anemia ini dapat dicetuskan pada
berbagai penyakit inflamasi, baik akut maupun kronik, seperti infeksi (infeksi bakteri, virus,
jamur, atau parasit), penyakit autoimun, dan keganasan; sehingga sering juga disebut dengan
istilah anemia pada inflamasi. Dari hasil penelitian ini, tidak didapatkan adanya riwayat infeksi
dan penyakit kronik yang dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi
Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya hasil yang mendukung hubungan ibu hamil
anemia defisiensi zat besi terhadap herediter. Contoh penyebab anemia akibat herediter misalnya
thalassemia, anemia megaloblastic, dan lain-lain.
Jarak kehamilan adalah waktu sejak ibu hamil sampai terjadi kelahiran berikut. Jarak
kelahiran terlalu dekat dapat menyebabkan terjadi anemia. Salah satu penyebab yang dapat
mempercepat terjadinya anemia pada wanita hamil adalah jarak kehamilan pendek. Hasil
penelitian ini didapatkan pada jarak kehamilan <1 sebesar 53,3%. 29
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Serli Febriana dengan judul Faktor-faktor yang
Berhubungan Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di Puskesmas. Terdapat hubungan yang
signifikan antara jarak kehamilan dengan kejadian anemia. Menurut asumsi penelitian,
menunjukkan bahwa ada hubungan responden paling banyak menderita anemia pada jarak
kehamilan <1 tahun. Jarak kehamilan yang terlalu dekat dapat menyebabkan terjadinya anemia
karena kondisi ibu masih belum pulih dan pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi belum optimal,
sudah harus memenuhi kebutuhan nutrisi janin yang dikandungnya. (30)
Hasil penelitian didapatkan sebanyak 25 (83,33%) ibu hamil yang anemia memiliki
pengetahuan baik dan sebanyak 5 (16,7%) ibu hamil yang anemia memiliki pengetahuan tidak
baik. Ibu hamil yang memiliki pengetahuan kurang baik berisiko mengalami defisiensi zat besi
sehingga tingkat pengetahuan yang kurang tentang defisiensi zat besi akan berpengaruh pada ibu
hamil dalam perilaku kesehatan dan berakibat pada kurangnya konsumsi makanan yang
mengandung zat besi dikarenakan ketidaktahuannya.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan Purbadewi dan Noor pengetahuan berhubungan
dengan kejadian anemia pada ibu hamil karena pengetahuan yang kurang tentang anemia
mempunyai pengaruh terhadap perilaku kesehatan ibu hamil dan akan berakibat pada kurang
optimalnya perilaku kesehatan ibu hamil untuk mencegah terjadinya anemia kehamilan31
Dalam hal kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe, Hasil penelitian yang dilakukan
menunjukkan bahwa ibu hamil anemia yang patuh mengkonsumsi tablet Fe lebih banyak yaitu
(66,7%), dan hanya 33,3% yang teratur dalam konsumsi tablet Fe. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin patuh ibu hamil mengkonsumsi tablet fe semakin kecil kemungkinan mengalami anemia
dalam kehamilannya khususnya anemia defisiensi zat besi 32
Sedangkan pada Hasil penelitian ini didapatkan kadar serum iron yang rendah memiliki
persentase lebih rendah yaitu 23,3% yang berarti ibu hamil dengan anemia defisiensi zat besi di 8
desa lokus stunting sebanyak 7 orang dari 30 ibu hamil dengan anemia. Hasil ini dapat
dibandingkan dengan laporan badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization) yang
menyatakan prevalensi global ibu hamil dengan anemia yang mengalami defisiensi zat besi
sekitar 35-75% dan semakin meningkat seiring dengan pertambahan usia kehamilan.
Berdasarkan tabel diatas dilihat, pada pemeriksaan serum iron pada wanita hamil dengan
anemia didapatkan jumlah serum iron yang rendah sebanyak 7 orang. Pada kelompok usia ibu
jumlah terbanyak berada di interval usia 26-35 tahun (57,1%) kemudian di usia 16-25 tahun
(42,9%). Mengenai hasil penelitian usia terhadap Anemia Defisiensi besi tidak sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Willy Astriana dimana ibu hamil pada umur beresiko (< 20
Tahun) berpeluang mendapatkan anemia 1,8 kali dibandingkan dengan ibu hamil pada umur
tidak beresiko (20 - 35 Tahun).33 Hal ini dikarenakan Kehamilan diusia < 20 tahun menyebabkan
anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilannya.34
Berdasarkan Usia Perkawinan ibu hamil dengan anemia, terbanyak ditemukan pada ibu
yang menikah di usia 17-20 Tahun (57,1%). Pada Usia tersebut dapat dikatakan usia remaja
dimana merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah defisiensi zat gizi
diantaranya besi dan asam folat yang sangat dibutuhkan untuk pembentukan Hemoglobin. Ketika
usia tersebut menjadi ibu hamil dimana kebutuhan gizi ibu hamil sendiri akan meningkat, yaitu
protein meningkat sampai 68%, asam folat 100%, berbagai vitamin 50% dan zat besi 200-
300%.)35 Maka di usia tersebut asupan makanan harus adekuat, jika tidak adekuat menyebabkan
zat besi yang tersedia tidak mencukupi untuk sintesis hemoglobin karena defisiensi besi dalam
makanan. Kekurangan zat besi akan mengakibatkan kecepatan pembentukan hemoglobin dan
konsentrasinya dalam peredaran darah menurun dan akan mempengaruhi status gizi ibu hamil
Berdasarkan Pendidikan Ibu Serum Iron yang rendah banyak ditemukan pada ibu yang
memiliki pendidikan terakhir tingkat SMP sebanyak 6 orang (85,7%). Menurut penelitian yang
dilakukan oleh Florencia T. Paendong et all. tingkat Pendidikan ibu merupakan faktor resiko
terjadinya Anemia pada ibu hamil terutama anemia defesiensi besi 36. Tingkat pendidikan yang
rendah juga mempengaruhi kejadian anemia pada rendahnya tingkat pendidikan ibu
memengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang anemia dan faktor-faktor
resiko yang berhubungan dengannya menjadi terbatas, dan berpengaruh pada kesadaran ibu
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan selama kehamilan sehingga memungkinkan ibu
mengalami anemia terutama anemia defesiensi besi.37
Dilihat dari usia paritas Ibu, serum iron yang rendah terdapat pada ibu dengan paritas
terbanyak pada ibu yang primigravida sebanyak 6 orang (85,7%). Paritas mempengaruhi
kejadian anemia pada kehamilan, semakin sering seorang wanita hamil dan melahirkan maka
risiko mengalami anemia semakin besar pada kehamilan berikutnya karena kehamilan menguras
cadangan besi dalam tubuhnya . Adapun seorang ibu yang hamil pertama kali berisiko pula
karena belum memiliki pengalaman dan pengetahuan yang berkaitan dengan asupan nutrisi yang
dibutuhkan saat kehamilan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Yuliatuti, E, Ana
Tutiana, Ahmad Syahlani (2014) yang mengatakan bahwa paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari
3) mempunyai angka kematian maternal lebih tinggi.38 Lebih tinggi paritas, lebih tinggi kematian
maternal. Selama kehamilan cadangan besi ibu hamil akan berkurang, semakin tinggi frekuensi
kehamilan maka semakin banyak ibu itu mengalami kehilangan zat besi, sehingga perlu
diperhatikan frekuensi kehamilan serta jarak kehamilannya. Hal ini dikarenakan selama hamil zat
– zat gizi akan berbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya. Setiap kali wanita melahirkan, ia
mengalami kehilangan zat besi sebesar 250 mg.38
Lampiran 1.
Gambar Grafik distribusi Umur Ibu Hamil dengan anemia yang menjadi responden.
Lampiran 2.
Gambar Grafik distribusi Umur Ibu yang menjadi responden saat pertama kali menikah
Lampiran 3.
Gambar Grafik
distribusi Pendidikan
Terakhir ibu hamil yang
menjadi responden.
Lampiran 4.
Gambar Grafik distribusi Jumlah Anggota keluarga ibu hamil yang menjadi responden.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Gambar Grafik distribusi Status Kehamilan ibu hamil yang menjadi responden
Gravida
Paritas
Abortus
Lampiran 7.
Gambar Grafik distribusi herediter (keturunan) kejadian anemia pada ibu hamil yang menjadi
responden
Lampiran 8.
Gambar Grafik distribusi Jarak kehamilan pada ibu hamil yang menjadi responden
Lampiran 9.
Gambar Grafik distribusi Pengetahuan pada ibu hamil yang menjadi responden
Lampiran 10.
Gambar Grafik distribusi kepatuhan mengkonsumi tablet Fe pada ibu hamil yang menjadi
responden
Lampiran 11.
Gambar Grafik distribusi Status Anemia Defesiensi Besi pada ibu hamil yang menjadi responden
29. Tengah DKPJ. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 2012. Semarang: Dinkes Jateng.
2014
30. Febriana S. Faktor-faktor Yang berhubungan dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2010.Akademi Kebidanan Rizki Patya palembang 2010
31. Purbadewi, Lindung., Yuliana Noor Setiawati Ulvie. ‘Hubungan Tingkat Pengetahuan
Tentang Anemia Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil’. Jurnal Gizi Universitas
Muhammadiyah Semarang April 2013, 2007. Vol.2 No. 1
32. Putri PH, Sulistyono A, Mahmudah. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada
Kehamilan Remaja. Majalah Obstetri & Ginekologi: 23:1. 2015:33-36
33. Astriana W. Kejadian Anemia pada Ibu Hamil ditinjau dari Paritas dan Usia. Jurnal Aisyah :
Jurnal Ilmu Kesehatan. 2017.Vol.2,No. 2
34. Siti CQ, Herry SD, Siti N. Hubungan antara paritas dan umur ibu dengan anemia pada ibu
hamil trimester III tahun 2012. Jurnal Kebidanan. 2013;2:21-25
35. Istiany, Ari, Ruslianti. Gizi Terapan. PT Remaja Rosdakarya : Bandung. 2013.
36. Florencia TP,Eddy Suparman,Hermie MM. Profil zat besi (Fe) pada ibu hamil dengan
anemia di Puskesmas Bahu Manado. Tahun 2016. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4, Nomor 1,
Januari-Juni 2016
37. Cucu H, Sri A. Faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia gizi pada ibu hamil di
puskesmas jalaksana kuningan tahun 2010. Tahun 2010. Jurnal Kesehatan Kartika
38. Yuliatuti, E.,dkk. 2014. Hubungan Pendidikan Dan Paritas Ibu Dengan Kejadian Anemia
Pada Ibu Hamil Dinamika Kesehatan Vol.14 Desember 2014.