Anda di halaman 1dari 19

Rizky Amalia

Pengalaman adalah guru terbaik ^ Jalan jalan adalah proses


pembelajaran
Senin, 09 Mei 2016

LAPORAN PENDAHULUAN NIFAS


    
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari (Ambarwati, 2008).
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir
ketika alat - alat  kandungan pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama 6  -  8 minggu.
Periode nifas merupakan masa kritis bagi ibu, diperkirakan bahwa
60% kematian  ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan,
yang mana 50% dari kematian ibu tersebut  terjadi dalam 24 jam
pertama setelah persalinan. Selain itu, masa nifas ini juga
merupakan  masa kritis bagi bayi , sebab dua pertiga kematian bayi
terjadi dalam 4 minggu setelah  persalinan dan 60% kematian bayi
baru lahir terjadi dalam waktu 7  hari setelah lahir  (Saifuddin
etal, 2002). Untuk itu perawatan selama masa nifas merupakan hal
yang sangat  penting untuk diperhatikan.
Perawatan masa nifas mencakup berbagai aspek mulai dari
pengaturan dalam  mobilisasi, anjuran untuk kebersihan diri ,
pengaturan diet, pengaturan miksi dan defekasi,  perawatan
payudara (mamma) yang ditujukan terutama untuk kelancaran
pemberian air susu ibu guna pemenuhan nutrisi bayi, dan lain -
lain (Rustam Mochtar, 1998 dan Saifuddin etal,  2002).
Program pelayanan kunjungan selama masa nifas dilakukan
sebanyak tiga kali.
B.Tujuan
1.Tujuan umum
Untuk menerapkan asuhan keperawatan nifas pada ibu nifas normal.
2.Tujuan khusus
Menetapkan dan mengembangkan pola pikir secara ilmiah kedalam
proses asuhan kebidanan serta mendapat pengalaman dalam
melaksanakan asuhan kebidanan penulis diharapkan mampu :
a.Melaksanakan pengkajian data subjektif pada masa nifas
b.Melaksanakan pengkajian data subjektif pada masa nifas
c.Menentukan analisis data pada masa nifas
d.Melakukan penatalaksaan pada masa nifas
C.Manfaat
1.Bagi Penulis
Dapat menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan
pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung
pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas penulis di
dalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
2.Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai tambahan sumber kepustakaan dan perbandingan pada asuhan
kebidanan pada ibu nifas fisiologis.
3.Bagi Klien dan Keluarga
Agar klien mengetahui dan memahami perubahan fisiologis yang
terjadi pada masa nifas secara fisiologis maupun psikologis
serta masalah pada masa nifas sehingga timbul kesadaran bagi
klien untuk memperhatikan keadaannya pada masa nifas.
4.Bagi Lahan Praktek
Hasil penulisan dapat memberikan masukan terhadap tenaga
kesehatan untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat dan selalu menjaga mutu kesehatan.
5.Bagi Masyarakat
Merupakan informasi kepada masyarakat tentang perubahan
fisiologis yang terjadi pada masa nifas baik secara biologis dan
psikologis serta masalah pada masa nifas
BAB II
TINJAUAN TEORI

A.Tinjauan Teori
1.Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya
placenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil
dan secara normal masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40
hari (Ambarwati, 2008).
Periode post natal adalah waktu penyerahan dari selaput
dan plasenta (menandai akhir dari periode intrapartum) menjadi
kembali ke saluran reproduktif wanita pada masa sebelum hamil.
Periode ini juga disebut puerperium (Varney, 2002).
Masa nifas dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu berikutnya (JHPEIGO, 2002).
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran
bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan
kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu
kurang lebih 6 minggu (Saleha, 2009).

2.Perubahan Fisiologis Masa Nifas


a.Sistem Reproduksi
1)Perubahan kelenjar mamae
Pada masa pertengahan masa kehamilan masing-masing
dari kedua tunas kelenjar mama pada janin yang ditakdirkan
membentuk payudara mulai tumbuh dan memisah,dengan
pembentukan 15 sampai 25 tunas sekunder yang menjadi dasar
bagi sistem duktus pada payudara dewasa. Masing-masing
tunas sekunder memanjang menjadi sebuah tali,bercabang, dan
berdiferensiasi menjadi dua lapisan konsentrik dari sel-sel
kuboid dan sebuah limen sentral. Lapisan sel bagian dalam
akhirnya membentuk epitel sekretorik, yang mensintesis air
susu, sedangkan lapisan luar menjadi mioepitel, yang
menyediakan mekanisme pengeluaran air susu.
Pada hari kedua postpartum sejumlah kolostrum, cairan
yang disekresi oleh payudara selama 5 hari pertama setelah
kelahiran bayi, dapat diperas dari putting susu. Kolostrum
lebih banyak mengandung lebih banyak protein, yang sebagian
besar adalah globulin, dan lebih banyak mineral tetappi
gula dan lemak lebih sedikit. Meskipun demikian kolostrum
mengandung globul lemak agak besar didalam yang disebut
korpuskelkolostrum,yang oleh beberapa hari diaanggap
merupakan sel-sel epitel yang mengalami degenerasi lemak
dan oleh ahli lain dianggap fagostmononuclear yang
mengandung cukup banyak lemak. Sekresi kolostrum bertahan
selama 5 hari, dengan perubahan bertahap menjadi susu
matur. Antibody mudah ditemukan didalam kolostrum.
Kandungan immunoglobulin A mungkin memberikan perlindungan
pada neonates melawan infeksi enteric. Faktor-faktor
kekebalan hostpes lainnya, juga imunoglobuli-imunoglobulin,
terdapat didalam kolostrum manusia dan air susu. Faktor-
faktor ini meliputi komponen komplemen, makrofag, limfosit,
laktoperoksidase, dan lisozim.
Kompenen utama air susuadalah protein, air, laktosa,
dan lemak. Air susu isotonic dengan plasma, dengan laktosa
bertanggung jawab terhadap separuh tekanan osmotiknya.
Protein utama didalam air susu ibu laktalbumin, dan kasein
disintesis didalamreticulumendoplasmic kasar sel
sekretorikalveoli. Asam amino esensial dari darah, dan asam
amino non esensial sebagian berasal dari dari darah atau
disintesis didalam kelenjar mamma. Kebanyakan protein air
susu adalah protein-protein unik yang tidak ditemukan
dimanapun. Juga prolaktinnampaknya secara aktif disekresi
didalam air susu.
Air susu manusia mengandung konsentrasi rendah besi.
Tetapi besi didalam air susu manusiabsorbsinya lebih baik
dari pada besi didalam susu sapi. Simpanan besi itu
tampaknya tidak mempengaruhi jumlah besi didalam air susu.
Kelenjar mamma seperti kelenjar teroit menghimpun
yudiumdidalam air susu. Konsentrasi perkiraan komponen yang
lebih penting didalam kolostrum, air susu manusia matur
konsentrasi ini dapat bervariasi tergantung penelitian
saaat nifas.
Mekanisme humural dan neural tepatnya yang terlibat
didalam laktasi jelas kompleks. Progesteron, esterogen,dan
laktogen plasenta, dan prolaktin, kortisol dan insulin
tampaknya bekerja secara selaras untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan apparatuspensekresi susu pada
kelenjar mamma. Dengan kelahiran, terdapat penurunan
mendadak dan besar kadar progesterone dan esterogen, yang
berfungsi mengawali laktasi. Laktasi tidak dimulai sampai
pada akhir kehamilan karena kadar eksterogen dan
progesterone yang tinggi selama kehamilan mengganggu kerja
laktogenikprolaktin dan seteroid adrenal.
Sebaliknya dalam keadaan normal, intensitas dan lama
laktasi berikutnya dikontrol sebagaian besar oleh
perangsangan berulang-ulang proses menyusui. Prolaktin
penting bagi laktasi, wanita dengan mikrosis hipofisis
luas, seperti pada sindrom Sheehan, tidak mengalami
laktasi. Meskipun prolaktin plasma turun setelah kelahiran
hingga mencapai kadar yang jauh lebih rendah daripada
selama kehamilan, setiap tindakan isappanputting
mencetuskan peninggian kadar prolaktin. Agaknya suatu
rangsang dari payudara mengurangi pelepasan faktor
penghambat prolaktin dari hipotalamus, yang pada gilirannya
menginduksi peningkatan sekresi sementara prolaktin oleh
hipofisis.
Neuro hipofisis secara berdenyut mensekresioksitosin,
yang merangsang pemerasan susu dari payudaralaktasi dengan
menyebabkan kontraksi sel-sel mioepieteldialveoli dan
duktus-duktus susu kecil sebenarnya, mekanisme ini telah
dipakai untuk melakukan assai aktivitas oksitosindidalam
cairan-cairan biologi. Pengeluaran air susu merupakan
sebuah reflek khususnya diinisiasi oleh isapan putting
susu, yang merangsang neorohipofisis untuk melepaskan
oksitosin oleh tangisan bayi atau dihambat oleh rasa takut
atau stress.
Pada wanita yang berlaktasi tetapi mulai mengalami
ovulasi lagi,terdapat perubahan akut komposisi air susu 5
sampai 6 hari sebelum dan 6 sampai 7 hari setelah ovulasi.
Perubahan ini mendadak dan ditandai dengan meningkatnya
konsentrasi natrium dan klorida, bersamaan dengan
menurunyya konsentrasi kalium, laktosal dan glukosa. Wanita
yang menjadi hamil tetapi terus menyusui, komposisi air
susu mengalami perubahan progresif yang mengesankan
hilangnya secara perlahan aktifitassekretorik dan metabolic
payudara.
Antibody terdapat didalam kolostrum dan air susu
manusia, tetapi diabsorbsi dengan buruk, bahkan tidak sama
sekali dari usus bayi. Tidak ada antibodyantide yang
terdeteksi didalam bayi yang disusui susu yang mengandung
titter tinggi antibodyantide tetapi keadaan ini tidak perlu
mengurangi pentingnya beberapa antibodydidalamasi.imunno
globulin yang menonjol didalam air susu adalah
IgAsecretorik, sebuah makro mulekul yang penting dalam
proses antimikroba pada membrammukossadiseberang tempat
sekresinya.
Hampir 2/3 wanita memberikan asi pada bayi-bayi
berumur 1 minggu, dibanding dengan kurang dari 1/3 pada 25
tahun sebelumnya. Air susu pada awalnya tampak tidak cukup,
suplay ini menjadi cukup kalau suplay penyusuan diteruskan.
Menyusui juga mempercepat involusi rahim, karena berulang
pada putting melalui pelepasan oksitosin menyebabkan
peningkatan kontraksi miometrium.
2)Perubahan Pada Uterus
Dalam masa nifas, uterus akan berangsur-angsur pulih
kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan uterus ini
dalam keseluruhannya disebut involusi. Involusi disebabkan
oleh :
a)Pengurangan estrogen plasenta
Pengurangan estrogen menghilangkan stimulus ke hipertropi
dan hyperplasia uterus.
b)Iskemia Miometrium.
Miometrium terus berkontraksi dan berinteraksi setelah
kelahiran.
c)Otolisimiometrium.
Tinggi fundusuteri dan berat uterus menurut masa involusi
terlihat pada table berikut ini:
No Waktu Tinggi FundusUteri Berat
involusi Uterus
1 Bayi Lahir Setinggi Pusat 1000 gr
2 Plasenta 2 jari bawah pusat 750 gr
lahir
3 1 minggu Pertengahan pusat- 500 gr
simfisis
4 2 minggu Tidak teraba diatas 350 gr
simfisis
5 6 minggu Bertambah kecil 50 gr
6 8 minggu Sebesar normal 30gr

3)Lochea
Lochea adalah cairangsecret yang berasal dari
cavumuteri dan vagina selama masa nifas. Lochea mempunyai
bau amis (anyir), meskipun tidak terlalu menyengat dan
volumenya berbeda pada setiap wanita. Lochea biasanya
berlangsung kurang lebih selama 2 minggu setelah bersalin,
namun penelitian terbaru mengindikasikan bahwa lochea
menetap hingga 4 minggu dan dapat berhenti atau berlanjut
hingga 56 hari setelah bersalin. Lochea juga mengalami
perubahan karena proses involusi. Pembagian lokia :
a)Lokia rubra (cruenta), muncul pada hari 1 – 2 pasca
persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa-sisa
selaput ketuban, jaringan dari decidua, vernixcaseosa,
lanugo, dan mekonium.
b)Lokia sanguilenta, muncul pada hari 3-7 pasca persalinan,
berwarna merah kuning dan berisi darah lender.
c)Lokia serosa, muncul pada hari ke 7-14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, lebih
sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi plasenta.
d)Lokia alba, muncul sejak 2-6 minggu pasca
persalinan,berwarna putih kekuningan, mengandung
leukosit, selaput lenderservix dan selaput jaringan yang
mati.
e)Lokia purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti
nanah yang berbau busuk.
f)Lochiostatis, lokia yang tidak lancar keluarnya.
4)Perubahan pada Serviks dan Segmen bawah Uterus
Segera setelah melahirkan, serviks menjadi lembek,
kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini
disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan serviks
tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan
serviks uteri berbentuk cincin. Warna serviks merah
kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. Segera setelah
bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masuk dapat dimasukkan 2-
3 jari dan setelah 1 minggu hanya 1 jari saja yang dapat
masuk. Oleh karena hiperpalpasi dan retraksi serviks,
robekan serviks dapat sembuh. Namun demikian, selesai
involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil.
Pada umumnya ostium sternum lebih besar, tetap ada retak-
retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada
pinggir sampingnya.
5)Perubahan pada Vulva, Vagina, dan Perinium
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan
yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
ebebrapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ
ini tetap berada dalam keadaan kendur vagina dan pintu
keluar vagina pada bagian pertama masa nifas membentuk
lorong ebrdinding lunak dan luas yang ukurannya secara
perlanahan-lahan mngecil tetapi jarang kembali keukuran
nulipara. Setelah minggu ketiga rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
Hymen mengalami rupture pada saat melahirkan bayi
pervaginam, kemudian setelah melahirkan hymen muncul
sebagai bebrapa potong jaringan kecil, yang selama proses
sikatrisasisiubah menjadi caranculaimirtoformis yang khas
pada wanita yang pernah melahirkan. Orifisium vagina
biasanya tetpa sedikit membuka setelah melahirkan anak.
6)Perubahan di peritoneum dan Dinding Abdomen
Ketika miometrium berkontraksi dan bertraksi setelah
kelahiran dan beberapa hari sesudahnya, peritoneum yang
membungkus sebagan besar uterus dibentuk menjadi lipatan-
lipatan dan kerutan-kerutan. Ligamentumlatum dan rotundum
jauh lebih kendur daripada kondisi tidak hamil, dan
memerlukan waktu yang cukup lama untuk kembali dari
peregangan dan pengendoran yang telah dialaminya selama
kehamilan tersebut.
b.Sistem Pencernaan
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus
kembali normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah
melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan
selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus
bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan
enema.
Kerja usus besar setelah melahirkan dapat juga
terganggu oleh rasa sakit pada perineum, hemoroid yang
menjadi prolaps dan bengkak selama kala 2 persalinan atau
kurangnya privasi pada ruang perawatan pasca natal.
c.Sistem Perkemihan
Kandung kencing masa nifas mempunyai kapasitas yang
bertambah besar dan relatif tidak sensitif terhadap tekanan
cairan intravesika. Urin dalam jumlah besar akan dihasilkan
dalam waktu 12-36 jam setelah melahirkan.
Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan
setelah wanita melahirkan. Urin dalam jumlah yang besar akan
dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan.
Ibu postpartum dianjurkan segera buang air kecil, agar
tidak mengganggu proses involusi uteri dan ibu merasa nyaman.
Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air
kecil.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam
waktu 24 jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan
sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24 jam. Bila
kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam,
lakukan katerisasi dan bila jumlah residu > 200 ml maka
kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. Maka kateter
tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian, bila volume urin<
200 ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih
sperti biasa.
d.Sistem Muskuloskeletal / diastasisrectiabdominalis
Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi
mencakup hal-hal yang dapat membantu relaksasi dan mobilitas
sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran uterus.
Stabilisasi sendi lengkap akan terjadi pada minggu ke-6
sampai ke-8 satelah wanita melahirkan.
e.Sistem Endokrin
Adanya perubahan dari hormon plasenta yaitu estrogen
dan progesteron yang menurun. Hormon-hormon pituitary
mengakibatkan prolaktin meningkat, FSH menurun, dan LH
menurun. Produksi ASI mulai pada hari ke 3 pospartum yang
mempengaruhi hormon prolaktin, oksitosin, refleklet. Down dan
refleksucking. Selama proses kehamilan dan persalinan
terhadap perubahan pada sistem endokrin. Hormon – hormon yang
berperan pada proses tersebut, antara lain :
1)Hormon plasenta
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon
yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun
dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta
(human placentallactogen) menyebabkan kadar gula darah
menurun pada masa nifas. Human chorionic gonadotropin atau
HCG menurun dengan cepat dan menetap sampai 10% dalam 3 jam
hingga hari ke-7 pospartum dan sebagai onset pemenuhan
mamae pada hari ke-3 pospartum.
2)Hormon pituitary
Hormon pituitary antara lain : hormon prolaktin, FSH,
dan LH. Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada
wanita tidak menyusui menuru dalam waktu 2 minggu. Hormon
prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang produksi susu, FSH dan LH meningkat pada fase
konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah
hingga ovulasi terjadi.
3)Hipotalamikpituary ovarium
Hipotalamikpituary ovarium akan mempengaruhi lamanya
mendapatkan menstruasi pada wanita yang menyusui maupun
tidak menyusui. Pada wanita yang menyusui mendapatkan
menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan berkisar 16 % dan
45 % setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi
berkisar 40 % setelah 6 minggu pasca melahirkan dan 90%
setelah 24 minggu.
4)Hormon oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak
bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan
payudara. Selama tahap ketiga persalinan,hormonoksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga
dapat membantu involusi uteri.
5)Hormon estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat.
Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti
diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Sedangkan
hormon progesteron  mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena,
dasar panggul, perinium dan vulva serta vagina.
f.Sistem Kardiovaskuler
Kehilangan darah pada persalinan pervaginam sekitar
300-400cc,sedangkan kehilangan darah dengan persalinan
seksio-sesaria menjadi dua kali lipat. Perubahan yang terjadi
terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada
persalinan pervaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada
persalinan seksiosesaria, hemokonsentrasi cenderung stabil
dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
g.Sistem Pernapasan
Selama kehamilan sirkumferensia torak akan bertambah
±6cm, tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru-paru karena pengaruh
diafragma yang naik ±4cm selama kehamilan.Frekuensi
pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu postpartum umumnya pernafasan lambat atau
normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau
dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali
apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila
pernafasan pada masa postpartum menjadi lebih cepat,
kemungkinan ada tanda-tanda syok. Perubahan ini akan mencapai
puncaknya pada minggu ke 37 dan akan kembali hampir seperti
sediakala dalam 24 minggu setelah persalinan.
h.Sistem Hematologi
Pada ibu masa nifas 72 jam pertama biasanya akan
kehilangan volume plasma daripada sel darah, penurunan plasma
ditambah peningkatan sel darah pada waktu kehamilan
diasosiasikan dengan peningkatan hematoktir, dan haemoglobin
pada hari ketiga sama tujuh hari setelah persalinan. Jumlah
sel darah putih atau leukosit selama 10 sampai 12 setelah
persalinan umumnya berkisar antara 20.000 sampai
25.000/mm,faktor pembekuan darah akan terjadi ekstensif
setelah persalinan yang bersama dengan pergerakan,trauma atau
sepsis bisa menyebabkan trombo emboli. Keadaan produksi
tertinggi dan pemecahan fibrin mungkin akibat pengeluaran
tempat pelepasan plasenta.
3.Perubahan Psikologis Masa Nifas
a.Periode taking in
1)Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru
pada umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju
pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2)Ia mungkin akan mengulang-ulang menceritakan pengalamannya
waktu melahirkan.
3)Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi
gangguan kesehatan akibat kurang istirahat.
4)Peningkatan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan
dan penyembuhan luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5)Dalam memberikan asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi
kebutuhan psikologis ibu. Pada tahap ini, bidan dapat
menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan
pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi
atas hasil perjuangan ibu. Bidan harus dapat menciptakan
suasana nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa
dan terbuka mengemukakan permasalahan yang dihadapi.
b.Periode Taking On
1)Periode ini berlangsung pada hari ke2-4 postpartum.
2)Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orangtua
yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi.
3)Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB,
BAK, serta kekuatan dan ketahanan tubuhnya.
4)Ibu berusaha keras untuk menguasai keterampilan perawatan
bayi, misalnya menggendong, memandikan, memasang popok, dan
sebagainya.
5)Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitive dan tidak mahir
dalam melakukan hal-hal tersebut.
6)Pada tahap ini bidan harus tanggap terhadap kemungkinan
perubahan yang terjadi.
7)Tahap ini merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk
memberikan bimbingan cara perawatan bayi.
4.Kebutuhan Dasar pada Ibu Nifas
a.Nutrisi dan Cairan
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan kalori dan karbohidrat. Gizi ibu
nifas sangat erat kaitannya dengan produksi air susu yang di
butuhkan untuk tumbuh kembang bayi. Ibu nifas tidaklah
terlalu ketat dalam mengatur nutrisinya, yang terpenting
adalah makanan yang menjamin pembentukan air susu yang
berkualitas dalam jumlah yang cukup.
1)Kebutuhan kalori harus proposional dengan jumlah air susu
ibu yang dihasilkan dan lebih tinggi selama menyusui di
banding selama hamil. Rata-rata kandungan kalori ASI yang
di hasilkan ibu dengan nutrisi yang baik adalah 70 kal/
100ml dan kira-kira 85kal yang di butuhkan ibu untuk 100ml
ASI yang di hasilkan.
2)Ibu memerlukan tambahan 20gr protein di atas kebutuhan
normal. Protein di perlukan untuk pertumbuhan dan
pergantian sel yang rusak dan mati.
3)Nutrisi lain yang perlukan adalah asupan cairan. Ibu di
anjurkan minum 2-3 liter per hari dalam bentuk air putih,
susu, dan jus buah. Mineral, air dan vitamin di gunakan
untuk melindungi tubuh dari serangan penyakit dan mengatur
metabolisme dalam tubuh.
4)Pil zat besi atau Fe harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya setelah melahirkan.
5)Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) sebanyak 2 kali yaitu
pada 1 jam setelah melahirkan dan 24 jam setelahnya agar
dapat memberikan vitamin A pada bayinya melalui ASI.
b.Ambulansi
Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi di kerjakan
setelah 2 jam ( ibu boleh miring ke kiri atau ke kanan).
Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah :
1)Ibu merasa lebih sehat dan kuat
2)Faal usus dan kandung kemih yang lebih baik
3)Kesempatan yang baik untuk mengajari ibu merawat atau
memelihara anaknya.
4)Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal
5)Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di
perut.
6)Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.
Ambulansi dini di lakukan secara berangsur- angsur, maksudnya
bukan berarti ibu harus langsung bekerja (mencuci, memasak,
dan sebagainya) setelah bangun.
c.Eliminasi
Buang air besar harus ada dalam 3 hari setalah
melahirkan. Bila ada konstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala (feses yang mengeras) tertimbun di rektum, mungkin
akan terjadi febris. Bila terjadi hal demikian dapat
dilakukan klisma atau diberi laksan peroral.
Pengeluaran cairan lebih banyak pada waktu persalinan
sehingga dapat mempengaruhi terjadinya konstipasi. Biasanya
2-3 hari postpartum masih susah BAB, maka sebaiknya di
berikan laksan atau paraffin (1-2 postpartum), atau pada hari
ke 3 di beri laksan supositoria dan minum air hangat.
d.Kebersihan diri
Karena keletihan dan kondisi psikis yang belum stabil,
biasanya ibu postpartum masih belum cukup kooperatif untuk
membersihkan dirinya. Bidan harus bijaksana dalam memberikan
motivasi ini tanpa mengurangi keaktifan ibu untuk melakukan
personal hygiene secara mandiri. Pada tahap awal, bidan dapat
melibatkan keluarga dalam perawatan kebersihan ibu.
e.Istirahat
Ibu postpartum sangat membutuhkan istirahat yang
berkualitas untuk memulihkan kembali keadaan fisiknya.
Keluarga disarankan untuk memberikan kesempatan kepada ibu
untuk beristirahat yang cukup sebagai persiapan untuk energi
menyusu ibayinya nanti.
Kurang istirahat pada ibu postpartum akan mengakibatkan
beberapa kerugian, misalnya :
1)Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2)Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
3)Menyebabkan depresi dan ketidaknyamanan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.
f.Seksual
Secara fisik, aman untuk melakukan hubungan seksual
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau diajarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Banyak
budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan
seksual sampai masa waktu tertentu misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah kelahiran. Keputusan bergantung pada
pasangan yang bersangkutan .
g.Latihan / Senam Nifas
Untuk mencapai hasil pemulihan otot yang maksimal
sebaiknya latihan masa nifas dilakukan seawal mungkin dengan
catatan ibu menjalani persalinan dengan normal dan tidak
berpenyulitpostpartum.
Sebelum memulai bimbingan cara senam nifas, sebaiknya
bidan mendiskusikan terlebih dahulu dengan pasien mengenai
pentingnya otot perut dan panggul untuk kembali normal.
Dengan kembalinya kekuatan otot perut dan panggul akan
mengurangi keluhan sakit punggung yang biasanya dialami oleh
ibu nifas. Latihan tertentu beberapa menit setiap hari akan
sangat membantu untuk mengencangkan otot bagian perut.
5.Kunjungan Ibu Nifas
a.Kunjungan ke-1 (6 jam sampai 3 hari setelah persalinan),
tujuannya untuk:
1)Mencegah perdarahan masa nifas karena atoniauteri.
2)Memeriksa TFU
3)Melihat kondisi jahitan jalan lahir untuk mendeteksi
kemungkinan infeksi
4)Medeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan
merujuk apabila perdarahan berlanjut
5)Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atoniauteri.
6)Pemberian ASI awal.
7)Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
8)Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. 
9)Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus
tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan
stabil 2
10) Mengkaji eliminasi Ibu. Ibu harus sudah BAK pada 6 jam
pertama. Ibu harus sudah BAB pada 3 hari pertama.
11) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan
istirahat.
12) Memberi pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya masa
nifas
b.Kunjungan ke-2 (3-28  hari setelah persalinan), tujuannya
untuk:
1)Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2)Memastikan ibu mendapatkan istirahat yang cukup
3)Memastikan ibu dapat merawat bayi nya dengan baik.
4)Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan
abnormal.
5)Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan
tanda-tanda penyulit.
6)Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,
tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
c.Kunjungan ke-3 (29-42 hari setelah persalinan), tujuannya
untuk:
1)Mengkaji pola eliminasi Ibu
2)Memastikan ibu menyusui bayi nya dengan benar
d.Kunjungan ke-4 (42 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
1)      Memberikan konseling untuk KB secara dini.
6.      Deteksi Dini Komplikasi Masa Nifas
a.       Perdarahan
Perdarahan pervaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai perdarahan pasca persalinan. Terdapat beberapa
masalah mengenai definisi ini , yaitu :
1)      Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang
sebenarnya , kadang-kadang hanya setengah dari biasanya . Darah
tersebut bercampur cairan amnion atau urine. Darah tersebar pada
spon, handuk, dan kain didalam ember dan lantai.
2)      Volume darah yang hilang juga bervariasi. Kekurangan darah
dapat diketahui dari kadar hemoglobin ibu. Seorang ibu dengan kadar
Hb normal dapat menyesuaikan diri terhadap kehilangan darah yang
mungkin dapat menyebabkan anemia. Seorang ibu yang sehat dan tidak
anemia pun dapat mengalami akibat fatal dari kehilangan darah.
3)      Perdarahan dapat terjadi secara lambat dalam jangka waktu
beberapa jam dan kondisi ini mungkin tidak dikenali sampai terjadi
syok.
Penilaian risiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan
terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penanganan akut kala III
sebaiknya dilakukan pada semua wanita yang bersalin. Hal ini dapat
menurunkan insiden perdarahan pasca persalinan akibat atoniauteri.
Semua ibu pasca persalinan harus dipantau dengan ketat untuk
kemungkinan perdarahan fase persalinan.
Penyebab perdarahan pada masa nifas adalah sebagai berikut :
1)      Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas menyebabkan perdarahan dan infeksi.
Perdarahan yang banyak dalam nifas hampir selalu disebabkan oleh
sisa plasenta. Jika pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan
plasenta tidak lengkap,maka harus dilakukan eksplorasi dari
cavumuteri. Potongan-potongan plasenta yang ketinggalan tanpa
diketahui biasanya menimbulkan perdarahan postpartum lambat.
2)      Endometritispuerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang
terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan
bekuan darah menjadi nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang
terdiri atas keping-keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara
daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan yang banyak
terdapat leukosit-leukosit. Perdarahan biasanya tidak banyak,
pengobatannya diberi obat antibiotik.
b.      Infeksi Masa Nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genitalia setelah
persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta .
Pada umumnya disebabkan oleh bakteri aerob dan anaerob, yaitu :
1)      Streptococcushaemolyticusaerobicus
2)      Staphylococcusaereus
3)      Escherichia coli
4)      Clostridiumwelchii
Infeksi puerperalis dibagi dalam dua golongan yaitu sebagai berikut:
1)      Infeksi terbatas, Infeksi yang terbatas pada
perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium.
2)      Infeksi yang menyebar, Penyebaran infeksi ini dapat melalui
pembuluh darah , limfe, dan permukaan endometrium
(tromboflebitis, parametritis, s

Anda mungkin juga menyukai