Anda di halaman 1dari 5

BAGIAN 1

Perkerasan kaku (rigid pavement) adalah suatu perkerasan jalan yang terdiri atas plat beton
semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah di atas tanah dasar. Karena memakai beton
sebagai bahan bakunya, perkerasan jenis ini juga biasa disebut sebagai jalan beton. Dalam
konstruksinya, plat beton sering dinamakan lapis pondasi sebab adanya kemungkinan lapisan aspal
beton di atasnya sebagai lapis permukaan.

Pada awal penemuannya, pembangunan perkerasan kaku dilakukan tanpa mempertimbangkan


jenis tanah dasar dan drainase yang dimilikinya. Namun seiring dengan perkembangan teknologi dan
tuntutan zaman bahwa jalan harus mampu menahan beban dari kendaraan berat, maka jenis tanah
dasar pun menjadi faktor paling penting yang harus diperhatikan. Pembangunan perkerasan kaku di atas
tanah yang tidak sesuai akan memperbesar risiko terjadinya pumping yaitu menurunnya daya dukung
jalan tersebut akibat butiran-butiran penyusunnya keluar dari dalam tanah.

Perkerasan kaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis menurut ada tidaknya sambungan dan
tulangan plat beton di dalamnya, antara lain :

1. Perkerasan kaku dengan sambungan tanpa tulangan untuk kendali retak.


2. Perkerasan kaku dengan sambungan dan tulangan untuk kendali retak. Bagian yang berperan
sebagai kendali retak yakni wire mesh yang dipasang di antara siar yang dipakai secara
independen terhadap tulangan dowel.
3. Perkerasan kaku dengan tulangan tanpa sambungan. Tulangan yang digunakan berupa baja
tulangan yang mengandung besi sebanyak 0,02% dari luas penampang beton.

Dari ketiga jenis perkerasan kaku di atas, perkerasan kaku dengan tulangan tanpa sambungan
atau yang disebut perkerasan beton bertulang menerus adalah jenis yang paling banyak digunakan
terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Jerman.

Perkerasan beton yang kaku mempunyai modulus elastisitas yang besar untuk mendistribusikan
beban yang berasal dari bagian atas menuju ke bidang tanah dasar yang cukup luas. Hal ini berarti
bagian perkerasan kaku yang memiliki andil terbesar datang dari kapasitas struktur perkerasan yang
diperoleh dari plat beton itu sendiri. Jadi faktor yang paling penting untuk diperhatikan dalam membuat
perencanaan perkerasan kaku ialah kekuatan beton sehingga kita dapat mengetahui kapasitas struktur
yang akan menanggung beban nantinya. Berbeda dengan perkerasan lentur yang kekuatannya didapat
dari tingkat ketebalan antara lapis pondasi bawah, lapis pondasi, serta lapis permukaan.

Beberapa persyaratan umum yang wajib untuk diperhatikan dalam merencanakan perkerasan kaku, di
antaranya :

1. Tanah Dasar
Kapasitas daya dukung tanah ditentukan oleh CBR insitu sesuai SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium
sesuai SNI 03-1744-1989. Masing-masing dari standar tersebut mengatur tentang perencanaan tebal
perkerasan lama perkerasan jalan baru. Jika tanah dasar mempunyai nilai CBR di bawah 2%, maka perlu
digunakan pondasi bawah yang terbuat dari beton setebal 15 cm sehingga nilai CBR tanah tersebut
meningkat dan dianggap lebih dari 5%. Adapun campuran bahan-bahan yang dipakai untuk membuat
pondasi bawah beton ini yaitu material berbutir, stabilisasi dengan beton giling padat, dan campuran
beton kurus.

2. Beton Semen
Kekuatan beton semen dinyatakan dalam nilai kuat tarik uji lentur saat usianya mencapai 28 hari setelah
pembuatan. Nilai ini didapatkan dari hasil pengujian balok dengan pembebanan tiga titik sesuai ASTM C-
78 yang besarnya secara tipikal berkisar antara 3-5 Mpa atau 30-50 kg/cm2. Pembangunan beton semen
ini juga bisa diperkuat menggunakan serat baja untuk menaikkan nilai kuat tarik lenturnya dan
mengendalikan risiko keretakan pada plat.

3. Lalu Lintas
Penentuan terhadap beban lalu lintas dinyatakan dalam jumlah sumbu kendaraan sesuai dengan
konfigurasi sumbu pada lajur rencana selama usia perencanaan. Sedangkan analisis terhadap lalu lintas
dilakukan menurut hasil perhitungan volume lalu lintas dan konfigurasi sumbu berdasarkan data terbaru
minimal 2 tahun terakhir. Kendaraan-kendaraan yang ditinjau dan dimasukkan ke dalam data ialah
kendaraan yang mempunyai bobot total paling sedikit seberat 5 ton.

4. Bahu
Bagian bahu perkerasan kaku bisa dibuat dari material lapisan pondasi bawah dengan atau tanpa lapisan
penutup beraspal atau lapisan beton semen. Bahu beton semen ialah bahu yang dikunci dan diikat pada
lajur lalu lintas yang memiliki ukuran lebar minimal 1,5 m atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu
lintas selebar 0,6 m termasuk saluran dna kereb.

5. Sambungan
Sambungan pada perkerasan kaku mempunyai panel yang bentuknya diusahakan sepersegi mungkin
dengan perbandingan panjang dan lebar maksimal sebesar 1,25. Jarak maksimum sambungan
memanjang ialah 3-4 m serta jarak maksimum sambungan melintang maksimum adalah 5 m atau 25 kali
tebal plat. Antar sambungan ini kemudian dihubungkan pada satu titik untuk menghindari terjadinya
retak refleksi pada lajur yang bersebelahan. Sudut sambungan yang kurang dari 60 derajat wajib
dihindari dengan cara mengatur panjang terakhir 0,5 m dan dibuat tegak lurus terhadap bagian tepi
perkerasan. Semua bangunan lain juga harus dari perkerasan menggunakan sambungan muai selebar 12
mm mencakup keseluruhan tebal plat.
BAGIAN II

Perkerasan kaku atau perkerasan beton semen adalah suatu konstruksi (perkerasan) dengan
bahan baku agregat dan menggunakan semen sebagai bahan ikatnya, ( Aly,2004 ). Perkerasan kaku
merupakan struktur yang terdiri dari pelat beton semen yang bersambung (tidak menerus) tanpa atau
dengan tulangan, atau menerus dengan tulangan dan terletak di atas lapis pondasi bawah, tanpa atau
dengan pengaspalan sebagai lapis aus (nonstruktural).

Pada saat ini dikenal ada 5 jenis perkerasan beton semen yaitu :

1.Perkerasan beton semen tanpa tulangan dengan sambungan (Jointed plain concrete pavement).

2.Perkerasan beton semen bertulang dengan sambungan (Jointed reinforced concrete pavement).

3.Perkerasan beton semen tanpa tulangan (Continuosly reinforced concrete pavemen).

4.Perkerasan beton semen prategang (Prestressed concrete pavement).

5.Perkerasan beton semen bertulang fiber (Fiber reinforced concrete pavemen).

Perkerasan kaku mempunyai sifat yang berbeda dengan perkerasan lentur. Pada perkerasan
kaku daya dukung perkerasan terutama diperoleh dari pelat beton. Hal ini terkait dengan sifat pelat
beton yang cukup kaku, sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan
tegangan yang rendah pada lapisan – lapisan di bawahnya.

Dalam perkerasan kaku untuk dapat memenuhi fungsi perkerasan dalam memikul beban, maka
perkerasan harus:

a. Mereduksi tegangan yang terjadi pada tanah dasar sampai batas-batas yang masih mampu dipikul
tanah dasar tersebut tanpa menimbulkan perbedaan lendutan/penurunan yang dapat merusak
perkerasan itu sendiri.

b. Direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga mampu mengatasi pengaruh kembang susut
dan penurunan kekuatan tanah dasar serta pengaruh cuaca dan kondisi lingkungan.

Dalam perencanaan perkerasan kaku ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

a. Peranan perkerasan kaku dan intensitas lalu lintas yang akan dilayani.
b. Volume lalu lintas, konfigurasi sumbu dan roda, beban sumbu, ukuran dan tekanan beban,
pertumbuhan lalu lintas, jumlah jalur dan arah lalu lintas.
c. Umur rencana perkerasan kaku ditentukan atas dasar pertimbangan- pertimbangan peranan
perkerasan, pola lalu lintas dan nilai ekonomi perkerasan serta faktor pengembangan wilayah.
d. Kapasitas perkerasan yang direncanakan harus dipandang sebagai pembatasan.
e. Daya dukung dan keseragaman tanah dasar sangat mempengaruhi keawetan dan kekuatan
pelat perkerasan.
f. Lapis pondasi bawah meskipun bukan merupakan bagian utama dalam menahan beban, tetapi
merupakan bagian yang tidak bisa diabaikan dengan fungsi sebagai berikut:
 mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar
 mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan pada tepi-tepi pelat
 memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat
 sebagai perkerasan jalan kerja selama pelaksanaan
g. Kekuatan lentur beton ( flexural strength) merupakan pencerminan kekuatan yang paling cocok
untuk perencanaan karena tegangan kritis dalam perkerasan beton terjadi akibat melenturnya
perkerasan beton tersebut.

Komponen Konstruksi Perkerasan Kaku

Pada konstruksi perkerasan beton semen, sebagai konstruksi utama adalah berupa satu lapis
beton semen mutu tinggi. Sedangkan lapis pondasi bawah (subbase berupa cement treated subbase
maupun granular subbbase) berfungsi sebagai konstruksi pendukung atau pelengkap.

Adapun Komponen Konstruksi Perkerasan Beton Semen ( Rigid Pavement ) adalah sebagai berikut :

1. Tanah Dasar ( Subgrade )


Tanah dasar adalah bagian dari permukaan badan jalan yang dipersiapkan untuk
menerima konstruksi di atasnya yaitu konstruksi perkerasan. Tanah dasar ini berfungsi sebagai
penerima beban lalu lintas yang telah disalurkan / disebarkan oleh konstruksi perkerasan.
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyiapan tanah dasar (subgrade) adalah lebar,
kerataan, kemiringan melintang keseragaman daya dukung dan keseragaman kepadatan.
Daya dukung atau kapasitas tanah dasar pada konstruksi perkerasan kaku yang umum
digunakan adalah CBR dan modulus reaksi tanah dasar (k). Pada konstruksi perkerasan kaku
fungsi tanah dasar tidak terlalu menentukan, dalam arti kata bahwa perubahan besarnya daya
dukung tanah dasar tidak berpengaruh terlalu besar pada nilai konstruksi (tebal) perkerasan
kaku.

2. Lapis Pondasi ( Subbase )


Lapis pondasi ini terletak di antara tanah dasar dan pelat beton semen mutu tinggi.
Sebagai bahan subbase dapat digunakan unbound granular (sirtu) atau bound granural (CTSB,
cement treated subbase). Pada umumnya fungsi lapisan ini tidak terlalu struktural, maksudnya
keberadaan dari lapisan ini tidak untuk menyumbangkan nilai struktur perkerasan beton semen.
Fungsi utama dari lapisan ini adalah sebagai lantai kerja yang rata dan uniform. Apabila subbase
tidak rata, maka pelat beton juga tidak rata. Ketidakrataan ini dapat berpotensi sebagai crack
inducer. Selain fungsi tersebut terdapat juga fungsi lainnya, antara lain :
1. Menyediakan lapisan yang seragam, stabil, dan permanen.
2. Menaikkan harga Modulus Reaksi Tanah Dasar (Modulus of Sub-grade Reaction = K),
menjadi Modulus Reaksi Komposit (Modulus of Composit Reaction).
3. Mengurangi kerusakan sebagai akibat pembekuan (frost action).
4. Melindungi gejala “ pumping ” butiran-butiran halus tanah pada daerah sambungan,
retakan dan ujung samping perkerasan.“ Pumping ” : adalah proses pengocokan
butiran-butiran sub-grade atau sub-base pada daerah-daerah sambungan (basah
atau kering) akibat gerakan vertical plat karena beban lalu lintas kejadian ini
mengakibatkan turunnya daya dukung lapisan bawah tersebut.
5. Mengurangi bahaya retak
6. Menyediakan lantai kerja bagi alat-alat berat.

3. Subbase Course
Subbase course adalah bagian dari struktur perkerasan antara base course dan tanah
dasar.fungsi utama adalah pendukung struktural tapi juga dapat:
1. Meminimalisir terjadinya ambles pada jalan
2. Meningkatkan drainase subbase umumnya terdiri dari bahan bahan kualitas lebih
rendah dari pada lapisan atas, tetapi lebih baik daripada tanah dasar. Bahan agregat
yang bagus dan berkualitas tinggi mengisi struktural. Sebuah subbase tidak selalu
dibutuhkan atau digunakan.

Anda mungkin juga menyukai