Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

KESUBURAN TANAH

Disusun Oleh :

NAMA : NADHIFA DAMA ISNANTRI

NIM : H0716093

CO-ASS : ALFIAN RIZKY FAJAR

PROGRAM STUDI ILMU TANAH

FAKULTAS PERTANIAN UNS

SURAKARTA

2017

i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Kesuburan Tanah dan telah diterima, disetujui dan disahkan oleh Co-
Assisten dan Dosen Mata Kuliah Kesuburan Tanah pada :
Hari :
Tanggal :

Disusun oleh :
Nama : Nadhifa Dama Isnantri
NIM : H0716093

Mengetahui,

Dosen Koordinator Praktikum Co-Assisten


Kesuburan Tanah

Dr. Ir. Jauhari Syamsiyah M.S. Alfian Rizky Fajar


NIP. 195906071983032008 NIM. H0214004

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang


telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Laporan Praktikum Kesuburan Tanah yang merupakan tugas untuk
melengkapi nilai akademik mata kuliah Kesuburan Tanah di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.
2. Tim Dosen Pengampu mata kuliah Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bimbingan dalam kuliah
maupun praktikum.
3. Co-Assisten Kesuburan Tanah yang telah memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam praktikum serta penulisan laporan.
4. Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi baik berupa
doa maupun materi, dan
5. Teman-teman dan semua pihak yang telah memberi dukungan serta bantuan
dalam menyusun laporan ini.
Penyusunan laporan ini tentu masih jauh dari kesempurnaan. Penulis
menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan Laporan Praktikum
Kesuburan Tanah. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca. Penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Surakarta, Juni 2017

Penulis

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN............................................................................ ii
KATA PENGANTAR........................................................................................ iii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................... vi
I. PENDAHULUAN....................................................................................... 1
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Tujuan praktikum.................................................................................. 2
II. PEMBAHASAN.......................................................................................... 3
A. Pengamatan Kualitatif........................................................................... 3
1. Dinamika Tinggi Tanaman............................................................. 3
2. Dinamika Biomassa Tanaman........................................................ 6
3. Produksi Polong.............................................................................. 9
B. Pengamatan Kuantitatif......................................................................... 11
1. Analisis Tanah................................................................................ 11
2. Analisis Jaringan Tanaman............................................................. 18

III. PENUTUP.................................................................................................... 23
A. Kesimpulan........................................................................................... 23
B. Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Dinamika Tinggi Tanaman.................................................................. 3

Tabel 2 Berat Brangkasan................................................................................. 6

Tabel 3 Hasil Pengukuran Produksi Polong..................................................... 8

Tabel 4 Jumlah Cabang yang Menghasilkan Polong........................................ 9

Tabel 5 Hasil Analisis BO................................................................................ 11

Tabel 6 Hasil Analisis N-Total Tanah.............................................................. 13

Tabel 7 Hasil Analisis P-Tersedia.................................................................... 14

Tabel 8 Hasil Penembakan Larutan Standar P-Tersedia.................................. 14

Tabel 9 Hasil analisis K-Tersedia..................................................................... 16

Tabel 10 Hasil Penembakan Larutan Standart K-Tersedia............................... 16

Tabel 11 Hasil Analisis N-Jaringan.................................................................. 18

Tabel 12 Hasil Analisis P Jaringan................................................................... 19

Tabel 13 Hasil Penembakan Larutan Standart P-Jaringan............................... 19

Tabel 14 Hasil Analisis K Jaringan.................................................................. 21

Tabel 15 Hasil Penembakan Larutan Standar K-Jaringan................................ 21

v
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 Histogram Dinamika Tinggi Tanaman............................................... 3

Grafik 2 Berat Brangkasan Biomassa............................................................... 6

Grafik 3 Produksi Polong Kedelai.................................................................... 9

Grafik 4 Jumlah Cabang yang Menghasilkan Polong...................................... 10

Grafik 5 Hasil Penembakan PPM Kurva C-Organik........................................ 11

Grafik 6 Hasil Regresi P-Tersedia.................................................................... 15

Grafik 7 Hasil Regresi K-Tersedia Tanah........................................................ 17

Grafik 8 Hasil Penembakan P-Jaringan............................................................ 20

Grafik 9 Hasil Regresi K-Jaringan................................................................... 22

vi
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tanah merupakan bagian terluar dari kuit bumi.Tanah adalah akumulasi
tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan   relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula. Dari definisi tersebut bahwa terdapat lima
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, yaitu iklim, jasad hidup,
bahan induk, relief, dan waktu (Darmawijaya, 2012)
Tanah memiliki sifat yang bervariasi, yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia
dan biologi. Menurut Alam (2014), dengan bervariasinya sifat-sifat tersebut,
maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah berbeda-beda pula, karena
kesuburan suatu tanah tergantung pada sifat-sifat tersebut. Kesuburan tanah
dibagi menjadi dua katagori yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah
hakiki (asli/alamiah). Kesuburan tanah potensial, yaitu dapat diperoleh dengan
campur teknologi tepat guna.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
yang diperlukan tanaman.Tanah dapat dikatakan subur jika tanaman yang
ditanam di atasnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan produksinya
tinggi sepanjang tahun. Kesuburan tanah adalah istilah yang menunjukkan
tingkat subur atau tidaknya tanah untuk pertanian (Swastika 2014)
Tanah dikatakan mempunyai tingkat kesuburan tinggi/baik jika tanah
tersebut mampu menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman,
sedangkan tanah dikatakan kurang subur jika tanah tersebut tidak mampu
menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman. Tanah yang kurang
subur ,salah satu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah
adalah dengan melakukan pemupukan organik (Roidah 2013)

1
2

Kegiatan praktikum kesuburan tanah perlu dilakukan untuk menilai


kesuburan suatu tanah. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melihat kondisi
hara yang ada di dalam tanah maupun respon yang ditimbulkan oleh pemberian
pupuk atau unsur hara Oleh karena itu dalam praktikum ini selain dilakukan
praktikum lapangan untuk melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman, juga dilakukan kegiatan
analisis hara di dalam tanah sehingga dapat menganalisis beberapa sifat kimia
tanah.

B. Tujuan
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman
3

II. PEMBAHASAN

A. Pengamatan Kualitatif
1. Dinamika Tinggi Tanamanan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)

Nomor Tinggi Tanaman (cm)


Kelompok
Sampe
6A 6B 6C 6D 6E 6F 6G
l
S1 18,85 23,5 19,37 23,25 22,62 19,55 18,62
S2 17 20 19,7 22,25 22,87 18,8 17,25
S3 18,5 23,62 15,72 18,5 22 20,37 20,12
S4 17,12 18,5 18,25 19,25 22,25 20,25 20,62
S5 20,87 19,12 15,9 16,87 20,62 20,75 18,75
Sumber : Data Rekapan

TINGGI TANAMAN 21 HST


25
T1H1
Tinggi Tanaman (cm)

20
T2H2
15 T3H3
T4H4
10
T5H5
5 T6H6
0 T7H7
S1 S2 S3 S4 S5

Sampel

Gambar 1. Grafik Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)

Hasil penanaman kacang kedelai (Glycine max) pada kelompok 6A


sampai 6G jenis perlakuan yang berbeda-beda sehingga didapat hasil yang
berbeda-beda pula. Praktikum kesuburan tanah ini terdiri dari tujuh perlakuan.
Perlakuan tersebut antara lain perlakuan A kontrol tanpa pupuk dengan
4

menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 18,85 cm, 17 cm,
18,5 cm, 17,12 cm, dan 20,87 cm. Perlakuan B Pupuk kompos 20 ton/ha
diberikan saat pengolahan tanah dengan menghasilkan tinggi tanaman kelima
sampel tersebut yaitu 23,5 cm, 20 cm, 23,62 cm, 18,5 cm, dan 19,12 cm.
Perlakuan C urea 25 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1
bulan dengan menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu
19,37 cm, 19,7 cm, 15,72 cm, 18,25 cm, dan 15,9 cm. Perlakuan D urea 50
kg/ha, ½ dosis saaat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan dengan
menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 23,25 cm, 22,25
cm, 18,5 cm, 19,25 cm, dan 16,87 cm. Perlakuan E urea 75 kg/ha, ½ dosis saat
tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan dengan menghasilkan tinggi
tanaman kelima sampel tersebut yaitu 22,62 cm, 22,87 cm, 22 cm, 22,25 cm,
dan 20,62 cm. Perlakuan F urea 25 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat
tanam berumur 1 bulan dan 25 kg SP36 diberikan saat tanam dengan
menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 19,55 cm, 18,8 cm,
20,37 cm, 20,25 cm, dan 20,75 cm. Perlakuan G urea 25 kg/ha, ½ dosis saat
tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan, 25 kg SP36 diberikan saat tanam,
KCL diberikan sekali bersamaan pupuk urea ke-2 dengan menghasilkan tinggi
tanaman kelima sampel tersebut yaitu 18,62 cm, 17,25 cm, 20,12 cm, 20,62
cm, dan 18,75 cm. Berdasarkan perlakuan diatas dapat dilihat bahwa setiap
perlakuan rata-rata memiliki tinggi tanaman yang hampir sama. Perlakuan
kontrol tanpa pupuk pun tanaman masih bisa tumbuh karena tanah
mengandung unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk
pertumbuhannya. Perlakuan yang paling menonjol adalah pada perlakuan 6E
dengan pemberian urea 75 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam
berumur 1 bulan. Penggunaan urea dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karena urea mengandung unsur nitrogen (N) yang tinggi dan dapat
larut dengan air, sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin kurang stabil
jika semakin besar kandungan ureanya. Pupuk urea adalah pupuk yang
5

mengandung nitrogen (N) berkadar tinggi. Nitrogen sangat diperlukan


tanaman dalam pembentukan senyawa asam amino yang penting dalam
sintesis protein untuk penyusunan protoplasma sel (Sopacua 2014).
Jenny Rondonuwu dalam Muzammil (2012), berpendapat bahwa
pemberian dosis pupuk nitrogen hingga 180 kg/ha masih dapat meningkatkan
tinggi tanaman dan berat kering tanaman dan tidak berpengaruh buruk
terhadap ketegaran tanaman. Penggunaan pupuk SP 36 juga mempengaruhi
tinggi tanaman karena pada pupuk SP 36 mengandung unsur fosfor (P) yang
tinggi sehingga dapat memperkuat batang tanaman dan mempercepat
pemasakan buah. Pupuk KCl mengandung unsur kalium (K) yang dapat
diserap tanaman sehingga menguatkan tanaman dari keadaan sukulen dan
tumbuh tegak tanaman menjadi kuat.
Menurut Sonbai (2013), penggunaan pupuk organik dan pupuk
anorganik sering menjadi pilihan untuk meningkatkan kesuburan.
Perlakuan yang dilakukan oleh kelompok 6E adalah perlakuan pemberian
pupuk urea 75 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1
bulan.. Perlakuan pada kelompok 6E menghasilkan hasil yang berbeda dengan
perlakuan lain. Perlakuan ini menghasilkan rata-rata tinggi tanaman paling
tinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal itu terjadi karena
kandungan pada urea yang mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P)
yang tinggi dalam tanah. Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain
hormon ZPT, suhu, kelembaban, cahaya, kandungan O2, dll. Selain itu juga
tergantung pada kondisi lingkungan, faktor genetik, kualitas benih dan
kemampuan petani dalam mengadopsi teknologi (Purwaningsih 2015).

2. Dinamika Biomassa Tanaman


Tabel 2. Berat Brangkasan Biomassa Tanaman Kedelai (Glycine max)
6

Biomassa Tanaman
Kelompok Rata-rata Berat Brangkasan (gr)
6A 9,43
6B 18,20
6C 11,47
6D 11,12
6E 10,67
6F 8,47
6G 10,38
Sumber : Data Rekapan
Grafik 2. Histogram Berat Brangkasan Biomassa Tanaman Kedelai
(Glycine max)

BIOMASSA TANAMAN
20
Berat Brangkasan Kering (gr)

18 T1H1
16
14 T2H2
12 T3H3
10 T4H4
8 T5H5
6
4 T6H6
2 T7H7
0
S1
Sampel

Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area
atau volume tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi
hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton
berat kering per satuan luas. Biomassa merupakan total berat kering dari
seluruh makhluk hidup yang dapat didukung pada masing-masing tingkat
rantai makanan (Sutaryo 2009)
Berat brangkasan ada dua, yaitu berat brangksan segar dan berat
brangkasan kering setelah dioven. Hasil pengukuran berat brangkasan
biomassa tanaman kacang kedelai (Glycine max) setiap perlakuan didapat
7

hasil yang berbeda-beda. Perlakuan 6A didapat dengan berat kering


brangkasan biomassa tanaman kedelai sebesar 9,43 gram. Perlakuan 6B
didapat dengan berat brangkasan biomassa tanaman kedelai sebesar 18,20
gram. Perlakuan 6C berat brangkasan sebesar 11,47 gram. Perlakuan D
didapat berat brangkasan sebesar 11,12 gram. Perlakuan E didapat berat
brangkasan sebesar 10,67 gram. Perlakuan F didapat berat brangkasan sebesar
8,47 gram. Perlakuan G didapat berat brangkasan sebesar 10,38 gram.
Berdasarkan data diatas bahwa yang memiliki berat brangkasan paling ringan
pada perlakuan 6F, sedangkan paling berat adalah perlakuan 6B. Jenis pupuk
berpengaruh nyata terhadap berat brangkasan segar dan kering tanaman.
Perlakuan pupuk tunggal N, P, dan K memberikan berat basah dan berat
kering tajuk yang relatif lebih tinggi dari perlakuan pupuk lengkap NPK
(Titah et al, 2016). Pupuk NPK adalah pupuk majemuk yang merupakan
pupuk campuran yang mengandung lebih dari satu macam unsur hara
tanaman, makro maupun mikro. Kelebihan pupuk NPK yaitu dengan satu kali
pemberian pupuk dapat mencakup beberapa unsur sehingga lebih efisien
dalam penggunaan bila dibandingkan dengan pupuk tunggal (Saribun 2008).
Perhitungan brangkasan kering perlu dilakukan karena bertujuan untuk
mengukur kemampuan tanaman sebagai penghasil fotosintesis yang
dinyatakan dengan berat kering. Menurut Yadi et al (2012), menyatakan
bahwa pertumbuhan dan produksi tanaman akan ditentukan oleh laju
fotosintesis yang dikendalikan oleh ketersediaan unsur hara dan air. Seperti
pendapat beberapa ahli, antara lain Sitompul dan Guritno dalam Hardiatmi et
al (2015), mengatakan jumlah maupun ukuran sel yang semakin besar
membutuhkan lebih banyak hasil-hasil fotosintesis yang ditranslokasikan ke
dalam buah. Fotosintesis membutuhkan unsur hara yang cukup sehingga dapat
meningkatkan laju fotosintesis yang berpengaruh pada buah yang
menyebabkan panjag buah semakin tinggi.
Menurut Fahrudin (2009), kandungan unsur hara dalam tanaman dapat
dihitung berdasarkan beratnya per satuan biomassa bahan kering tanaman.
Berat brangkasan biomassa tanaman kedelai pada kelompok 6E didapat berat
brangkasan sebesar 10,67 gram. Perlakuan yang dilakukan yaitu perlakuan E
8

pemberian urea 75 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1
bulan. Berat brangkasan pada perlakuan ini seharusnya mendapatkan berat
brangkasan yang paling berat tetapi karena penyerapan unsur haranya yang
kurang optimal sehingga berat brangkasan yang diperoleh menjadi kurang.
Menurut Rinsema dalam Pardono (2009), bahwa dengan pemberian pupuk
yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara
pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil
tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Apabila hal tersebut diperhatikan
dengan baik maka penyerapan unsur hara oleh tanaman pada perlakuan 6E
akan lebih optimal.

3. Produksi Polong
Tabel 3. Data rekapan produksi polong kedelai (Glycine max)

Produksi Polong (gr)


Nomor
Kelompok
Sampel
6A 6B 6C 6D 6E 6F 6G
20,95 17,01 10,01
S1 7,986 9,986. 17,5 14
8 3 3
13,69 16,51 12,61
S2 7,152 8,253 11 49,78
1 3 2
14,49 15,10 10,01 17,91
S3 12,374 6,827 14,5
9 8 3 7
Sumber: Data Rekapan

Penyajian Histogram
9

Gambar 3. Grafik Produksi Polong Kedelai (Glycine max)


Tabel 4. Jumlah Cabang yang Menghasilkan Polong Kedelai (Glycine max)

Jumlah cabang yang menghasilkan polong


Nomor
Kelompok
Sampel
6A 6B 6C 6D 6E 6F 6G
S1 10 28 13 26 21 28 5
S2 5 20 20 21 24 28 4
S3 12 22 12 23 23 30 4
Sumber: Data Rekapan

Penyajian Histogram
10

Gambar 4. Grafik Jumlah Cabang yang Menghasilkan Polong


Kelompok 6E menghasilkan rata-rata produksi polong paling sedikit
dengan dibandingkan dengan kelompok lain. Hal ini mungkin dipengaruhi
oleh pengaruh pupuk yang diberikan pada masing masing perlakuan tiap
kelompok. Menurut Muklis (2007), pengaruh kombinasi pupuk organik
terhadap komponen produksi tidak nyata dan tidak konsisten namun pada
percobaan 1 terlihat kecenderungan bahwa perlakuan kombinasi pupuk
organik menghasilkan jumlah dan bobot polong isi per tanaman lebih baik
dibanding perlakuan pupuk tunggal.
Jumlah cabang yang menghasilkan polong dari sampel 1 sampai 3
kelompok 6E mendapatkan rata-rata 23 cabang yang menghasilkan polong.
Cabang yang menghasilkan polong terbanyak diperoleh kelompok 6F,
sedangkan kelompok 6G mendapatkan rata-rata terendah dari cabang yang
menghasilkan polong. Rosmarkam dan Yuwono (2012), menyatakan bahwa
bentuk polong/jumlah kotak diduga berpengaruh terhadap produksi biji per
hektar, semaikin banyak kotak dan cabang semakin tinggi jumlah biji yang
dihasilkan per polong.
11

B. Pengamatan Kuantitatif
1) Analisis Tanah
a. Bahan Organik Tanah
Tabel 5. Hasil Analisis BO

Perlakua Bahan Organik % Harkat


n
6A 0,7826 x 10-6 , 0,9576 x 10-5 Sangat Rendah
6B 596057x10-12 , 87x10-9 Sangat Rendah
6C 2,107 x 10-6, 1,17 x 10-6 Sedang, Rendah
6D 1,86x10-5 , 1,77x10-6 Rendah
6E 0,0000023067 , 0,0000022201 Sangat Rendah
-6 -6
6F 1,3572 x 10 , 1,30154 x 10 Rendah
6G 0,00153816 , 0,00118476 Sangat Rendah
Sumber : Data Rekapan

Hasil Penembakan
0.35

0.3
f(x) = 0 x + 0
0.25 R² = 1
Hasil Penembakan
0.2
Linear (Hasil Penembakan)
0.15

0.1

0.05

0
0 50 100 150 200 250 300

Gambar 5. Hasil Penembakan PPM Kurva C-Organik


Editorial (2007), menyatakan bahwa kandungan bahan organik
(karbon organik) dalam tanah mencerminkan kualitas tanah yang
12

langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada kualitas tanah


tersebut. Berdasarkan analisis lab yang telah dilakukan didapatkan bahwa
jumlah bahan organik pada tanah dengan perlakuan 6E harkatnya sangat
rendah. Hal ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor salah satunya
yaitu pemupukan. Supriyadi (2008) menyatakan bahwa bahan organik
dalam tanah terstabilkan oleh berbagai proses yang kompleks. Bahan
organik dalam tanah bisa tinggi jika dilakukan pemupukan dimana pupuk
tersebut mengandung bahan orgaik yang tinggi, seperti pupuk kompos.
Rachman (2008) menyatakan bahwa pemberian bahan organik
dan pemberian pupuk anorganik dapat meningkatkan ph tanah, N-total, P-
tersedia dan K-tersedia dalam tanah. Menurut Sabaruddin (2009), bahan
organik pada tanah merupakan komponen penting ditinjau dari siklus
hara, siklus hidrologi, produktivitas, dan neraca karbon global.
Berdasarkan hasil pengamatan kadar bahan organik dapat diketahui
dengan terlebih dahulu mencari nilai kadar C. Kadar C dalam tanah dapat
diketahui dengan analisis kadar c-organik. Kemudian hasil kadar c-
organik 0,0000023067 dan 0,0000022201 menunjukkan bahwa kadar
bahan organik sangat rendah karena nilai KL rata-rata kedua sampel
adalah 37 %.
13

b. N-Total, P-Tersedia, K-Tersedia


1) N-Total Tanah
Tabel 6. Hasil Analisis N-Total Tanah

Perlakuan N-Total Tanah (%) Harkat

6A 0,2265 , 0,4788 Sedang

6B 1,192114 , 0,12432 Sangat Tinggi, Rendah

6C 1,0472 , 0.7854 Sangat Tinggi, Tinggi

6D 0,143 , 0,122 Rendah

6E 0,15456 , 0,092064 Rendah, Sangat Rendah

6F 0,4652 , 1,47 Sedang, Sangat Tinggi


6G 0,3094 , 0,3071 Sedang

Sumber: Data Rekapan


Nitrogen dalam tanah berasal dari bahan organik, hasil
pengikatan N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Hal ini
sejalan dengan Lopulisa (2004), bahwa nitrogen dalam tanah berasal
dari bahan organik tanah, bahan organik halus, N tinggi, C/N rendah,
bahan organik kasar, N rendah C/N tinggi. Syukur dan Harsono
(2008), menyatakan bahwa nitrogen yang dikandung tanah pada
14

umumnya rendah sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk


pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman.
Pramitasari (2016) menyatakan bahwa nitrogen membuat
bagian tanaman menjadi hijau karena mengandung klorofil yang
berperan dalam fotosintesis. Berdasarkan analisis lab yang telah
dilakukan dapat dilihat N total tanah yang dikandung oleh tanah
dengan perlakuan 6E mengandung unsur N-total tanah paling rendah,
sedangkan kandungan N-total tanah sangat tinggi pada tanah 6C. Nilai
N yang lebih tinggi ini disebabkan karena kandungan N pada pupuk
kandang lebih lambat terkena faktor – faktor yang menyebabkan
kehilangan N dari tanah yaitu seperti karena tercuci dan pemindahan
oleh tanaman, dan N pada pupuk kandang memiliki sifat slow release.
2) P-Tersedia Tanah
Tabel 7. Hasil Analisis P-Tersedia Tanah

ppm P ppm P
Perlakua
X X2 Y Y2 tersedia tersedia
n
1 2
0,112120
6A 0,125 0,1741 0,0805 4 2, 894 5,435
0,14232
6B 0,221 0,234 4 0,150696 7,654 12,9199
0,10561
6C 0,164 0,179 6 0,115276 0,08192 0,095421
6D 0,233 0,204 0,103 0,084 12,533 11,610
6E 0,134 0,166 0,039 0,059 0,095 0,0979
0,09532
6F 0,211 0,225 4 0,0979 11,06073 11,36606
6G 0,14 0,101 0,042 0,172 6,869 2,825
Sumber: Data Rekapan
Tabel 8 Hasil Penembakan Larutan Standar P-Tersedia

Pp Absorba
m nsi
0 0,047
0.2 0,085
15

0.4 0,163
0.6 0,226
0.8 0,344
1 0,781
Sumber : Data Rekapan

Hasil Penembakan
0.9
0.8
0.7
0.6
f(x) = 0.64 x − 0.05 HASIL PENEMBAKAN
0.5 R² = 0.8 Linear (HASIL
0.4 PENEMBAKAN)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Gambar 6. Grafik Hasil Regresi P-Tersedia Tanah

Menurut Fahmi (2010), menyatakan bahwa bentuk P dalam


tanah dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu organik dan anorganik.
Pupuk posfat sangat dianjurkan sebagai pupuk dasar, yaitu digunakan
pada saat tanam atau sebelum tanam. Ppupuk posfat merupakan pupuk
yang unsurnya tidak cepat atau segera tersedia dan juga dibutuhkan
pada stadia permulaan tumbuh (Jayasumarta 2012).
Berdasarkan analisis lab yang telah dilakukan didapatkan hasil
kandungan posfor pada tanah dengan perlakuan 6E dengan jumlah
0,09 ppm. Hal tersebut dikarenakan perbandingan kedua anion ini
sangat dipengaruhi oleh pH tanah. Menurut Liferdi (2010),
menyatakan bahwa pola respons tinggi tanaman dan panjang terhadap
pemberian pupuk P adalah kuadratik. Hasil pada ulangan ke-1 sebesar
16

0,095 dan hasil pada ulangan ke-2 sebesar 0,0979. Kandungan P total
tanah yang rendah tersebut, dipengaruhi kadar air yang lebih rendah
dan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar dan
hasil ini juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik pada jenis tanah
alfisol yang rendah.

3) K-Tersedia Tanah
Tabel 9. Hasil Analisis K-Tersedia Tanah

ppm K ppm K
Perlakuan X X2 Y Y2
tersedia 1 tersedia 2
0,1 0,15229 0,15207
6A 4 0,13 4 3 0,152294 0, 152073
6B
6C
0,15074
6D 0,15141 7 0,045 0,051
0,1
6E 1 0,11 0,0221 0,1492 0,151631 0,151631
6F 0,01989 0,02652 0,03777 0,0388
0,3 0,15605
6G 1 0,4 1 0,15804 0,0442 0,0444
Sumber: Data Rekapan
Tabel 10. Hasil Penembakan Larutan Standart K-Tersedia

Pp
Absorbansi
m
0 0
2.5 0.12
5 0.23
7.5 0.33
1 0.42
17

Sumber: Data Rekapan

Hasil Penembakan
0.45
0.4
0.35
0.3 f(x) = 0.02 x + 0.15 Hasil Penembakan
0.25 R² = 0.16 Linear (Hasil Penembakan)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8

Gambar 7. Grafik Hasil Regresi K-Tersedia Tanah


Mobilitas kalium di dalam tanah, kalium berada diantara
nitrogen dan fosfor. Menurut Hanafiah (2010), kalium terlarut dan
kalium yang dapat dipertukarkan keduanya dianggap tersedia bagi
tanaman. Kebutuhan tanaman terhadap ion K+ tidak dapat diganti oleh
kation alkali lain. Unsur Kalium dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah yang besar, yakni terbesar kedua setelah hara Nitrogen Kalium
diserap dalam bentuk ion K+ dan di dalam tanah ion tersebut bersifat
dinamis (Novisan, 2002).

Yuwono (2007) menyatakan unsur hara kalium di dalam tanah


selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh
pH dan kejenuhan basa. Berdasarkan analisis lab yang telah dilakukan
didapatkan bahwa kandungan K dalam tanah pada perlakuan E sangat
tinggi karena unsur K dalam tanah dibutuhkan dalam jumlah yang
besar. Data yang diperoleh bahwa hasil kandungan K sebesar 38,62%
pada sampel 1 dan 35,85% pada sampel 2, pada perlakuan 6E ini
memiliki kadar K tersedia tanah sebesar 0,151631 ppm. Nugroho
18

(2011) menyatakan K diserap tanaman lebih besar daripada P, Ca dan


Mg, tetapi lebih rendah jika dibandingkan dengan N.

2) Analisis Jaringan

a) N-Jaringan
Tabel 11. Hasil Analisis N-Jaringan

N-Jaringan Tanah
Perlakuan Harkat
Ulangan 1 Ulangan 2
6A 14, 5376 1,15162 Sangat tinggi
6B 2,059106 2,8896 Sangat tinggi
6C 1,0472 0,7854 Sangat tinggi
6D 6,187 6,293 Sangat tinggi
6E 5,01732 12,54995 Sangat tinggi
6F 10,0865 5,25028 Sangat tinggi
6G 0,6188 0,7679 Rendah
Sumber: Data Rekapan
Patti (2013) menyataka bahwa nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetative, meningkatkan jumlah anakan dan
meningkatkan jumlah bulir/rumpun. N juga berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis atau
untuk membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik serta
meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
Berdasarkan analisis lab yang telah dilakukan dapat diketahui
Kelompok 6E memiliki kadar N-jaringan 5,01732 dan 12,54995 dengan

harkat sangat tinggi. Semua perlakuan memiliki harkat N-jaringan yang


sangat tinggi pada kelompok 6A-6F kecuali pada kelompok 6G yang
memiliki harkat rendah yaitu 0,6188 dan 0,7679. Perlakuan 6G berarti
mengalami kekurangan unsur N. Menurut Darmawijaya (2010) defisiensi
unsure hara esensial khususnya N dapat menyebabkan khlorosis pada daun
tua, karena unsure hara ini bersifat mobile. Gejala defisiensi unsure hara N
adalah daun tua berwarna kekuningan, selain itu pertumbuhan tanaman
19

yang kekurangan unsure N juga terhambat. Sebaliknya jika kelebihan


unsure hara tanaman akan mudah roboh karena tanaman bersifat sukulen
atau berair, jadi tanaman menjadi lunak.
b) P-Jaringan

Tabel 12. Hasil Analisis P-Jaringan Tanaman

ppm P ppm P
Perlakuan X X2 Y Y2 jaringan jaringan
1 2
0,1007025 0,1618678
6A 0,174 0,239 0,008526 0,011711 x 10-3 x 10-3
0,016219 0,017156 1,5913x10- 2,6430x10-
6B 0,329 0,348 7 4 4 4

6C 0,022 0,024 0,001922 0,001824 -0,00015 -0,00015


6D 0,137 0,179 0,004 0,006 0,000077 0,00013
0,003598
6E 0,073 0,03 9 0,001479 - 0,000264 -0,487
0,0977 x 0,07535 x
6F 0,183 0,159 0,008967 0,007791 10-3 10-3
- -
0,001430 0,002170 - 2,52737 x -3,8058 x
−5
6G 0,044 0,029 8 3 10 10−5
Sumber: Data Rekapan

Tabel 13 Hasil Penembakan Larutan Standart P-Jaringan


Ppm Absorbansi
0 0
2,5 0,131
5 0,258
7,5 0,367
10 0,429
12,5 0,595
15 0,785
Sumber: Data Rekapan
20

HASIL PENEMBAKAN
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.05 x − 0
0.6 R² = 0.98 HASIL PENEMBAKAN
0.5 Linear (HASIL
PENEMBAKAN)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16

Gambar 8. Grafik Hasil Penembakan PPM Kurva P Jaringan Tanaman


Muklis (2008), menyatakan bahwa salah satu hara yang berperan
penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan adalah fosfor
karena termasuk hara makro esensial. Unsur pospor diperlukan tanaman
dalam jumlah banyak karena termasuk unsur makro. Fosfor merupakan
perangsang tumbuh bagi akar-akar tanaman dan merupakan bahan mentah
untuk pertumbuhan dan pembentukan sejumlah protein serta membantu
asimilasi dan pernapasan bahkan mempercepat pembuangan pemasakan
biji dan buah (Sutedjo 2002).
Menurut Mulyadi (2012) perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap kandungan P total tanaman kedelai. Tanaman yang dipupuk NPK
memperlihatkan peningkatan kandungan P total pada jaringan tanaman
yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman yang dipupuk urea.
Praktikum analisis kadar P-jaringan untuk mengetahui kandungan unsur P
didalam jaringan tanaman kedelai. Berdasarkan analisis lab yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa kelompok 6E sebesar - 0,000264 dan-0,487.
Berdasarkan data P-jaringan tertinggi adalah perlakuan 6B dan kandungan
P-jaringan terendah adalah perlakuan 6G.
21

c) K-Jaringan

Tabel 14 Hasil Analisis K-Jaringan

ppm K ppm K
Perlakuan X Y
jaringan 1 jaringan 2
6A
6B
6C
6D 0,154 0,157 0,0089551 0,0103777
6E 0,15362 0,152736 0, 125159 0,011908
6F
6G 0,00442 0,003094 0,008487505 0,0083533259
Sumber: Data Rekapan
Tabel 15 Hasil Penembakan Larutan Standar K-Jaringan
Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0,12
5 0.23
7.5 0.33
1 0,42
Sumber: Data Rekapan
22

GRAFIK REGRESI
0.45
0.4
0.35
0.3 f(x) = 0.02 x + 0.15 Hasil Penembakan
0.25 R² = 0.16
Linear (Hasil Penembakan)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 9. Grafik Regresi Hasik Penembakan K-Jaringan Tanaman
Unsur K dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak karena K
termasuk unsur hara mikro essensial. Menurut Suminarti (2010), tanaman
yang ketersediaan K nya rendah, aktivitas fotosintesisnya juga rendah,
yang selanjutnya berdampak pada rendahnya fotosintat yang dihasilkan.
Fotosintat merupakan karbohidrat sederhana yang berfungsi sebagai energi
pertumbuhan. Oleh karenanya apabila kandungan K tanaman rendah
sebagai akibat rendahnya aplikasi K ke dalam tanah, menyebabkan
rendahnya energi untuk pertumbuhan.
Kalium dalam tanaman berperan sebagai aktivator berbagai enzim,
menjamin Vigor tanaman, merangsang pertumbuhan akar dan sebagai
katalisator (Soepandi, 2003). Berdasarkan analisis tanaman perlakuan 6E,
diperoleh ppm K jaringan tanaman sebesar 0, 125159 dan 0,011908 .
Kandungan K jaringan tergolong tinggi karena tanaman menyerap unsur K
dari dalam tanah yang jumlahnya banyak. Unsur K berfungsi dalam proses
fotosintesis, peningkatan daya tahan tanaman. Hal ini juga terjadi karena
pada saat pemanenan tanaman jagung pada fase vegetatif akhir atau pada
awal fase generatif.
23

III. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kesuburan tanah yang telah dilakukan di Lahan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat kita tarik kesimpulan antara
lain
a. Pemupukan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk
didalamnya pertumbuhan tinggi. Dosis pemupukan juga berpengaruh pada
cepat atau lambatnya pertambahan tinggi. Perlakuan E yaitu pemberian
pupuk sebanyak 28 gram, mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman
kedelai. Pertambahan tinggi cenderung stabil.
b. Berat brangkasan kering digunakan untuk menentukan banyaknya timbunan
hasil fotosintesis, semakin tinggi dan besar tanaman maka semakin besar pula
beratnya. Perlakuan dengan pemupukan 28 gram urea menunjukkan berat
brangkasan tertinggi dibanding dosis pemupukan lain
c. Pengaruh interaksi pemberian urea terlihat pada jumlah polong bernas per
tanaman dan urea memberikan pengaruh nyata terhadap uji hitung pertama,
dan uji muncul tanah.
d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang melakukan
poses dekomposisi akan berbanding lurus dengan jumlah bahan organik yang
tebentuk. Semakin banyak kandungan bahan organik, maka semakin baik
proses dekomposisi dan semakin baik suplai hara terhadap tanaman. C-
Organik ini yang akan menentukan tinggi rendahnya kandungan bahan
organik dalam tanah.
e. Perlakuan dosis pupuk (N,P,K) menyebabkan peningkatan secara nyata
terhadap jumlah batang padi produktif, kadar P dan K-tersedia tanah. N total
yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk urea.
Peningkatan serapan N tanaman ada keterkaitannya dengan peningkatan
24

bobot kering tanaman, perbaikan perkembangan akar tanaman, dan


peningkatan ketersediaan N tanah. Perlakuan pupuk NPK berpengaruh nyata
terhadap kandungan P total tanaman kedelai. Transportasi unsur hara maupun
asimilat dalam tanaman dapat berlangsung optimal maka unsur K dalam
tanaman harus optimal.
f. Nitrogen jaringan tanaman berpengaruh pada pembentukan klorofil dan
protein. P jaringan tanaman akan mepengaruhi pembentukkan energi. K
jaringan tanaman akan menyebabkan reaksi didalam tanaman berjalan karena
K merupakan aktivator enzim. 
B. Saran

Berdasarkan Praktikum Kesuburan Tanah yang dilakukan di Lahan


Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta maka saran yang dianjurkan
sebagai berikut:
a. Setiap perlakuan kiranya diberi dosis yang tepat agar hasilnya akurat dan
sesuai dengan pengamatan.
b. Pupuk yang baik digunakan untuk menanam kedelai (Glycine max) adalah
pupuk lengkap N, P, dan K karena jika salah satu unsur hara tersebut tidak
terpenuhi maka akan terjadi kekahatan.
c. Sebaiknya tanaman yang digunakan untuk pengamatan dilakukan pengamatan
secara intensif agar hasilnya akurat.
25

DAFTAR PUSTAKA

Alam S, Tufaila M. 2014. Karakteristik Tanah dan Evaluasi Lahan untuk


Pengembangan Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Oheo Kabupaten Konawe
Utara. Jurnal Agriplus. Vol 24(2): 184-194
Darmawijaya, 2012. Klasifikasi Tanah Dasar Teori Bagi Peneliti Tanah dan
Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University.
Editorial. 2007. Farming Carbo. Soil & Tillage Research. 96(2007):1-5
Fahmi A, Syamsudin, Utami S NH, Radjagukguk B. 2010. Pengaruh interaksi hara
nitrogen dan fosfor terhadap pertumbuhan tanaman jagung (Zea mays L) pada
tanah regosol dan latosol. 2010. J Berita Biologi 10(3):297-304
Fahrudin, Fuad. 2009. Bududaya Caisim (Brassica juncea L) Menggunakan ekstrak
ted an Pupuk Kascing. Surakarta: UNS Press.
Hanafiah, Ali Kemas.  2010.  Dasar-dasar Ilmu Tanah.  Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Hardiatmi S, Santosa SJ, Suryanegara SS. 2015. Pengaruh KOnsentrasi Ekstrak The
dan Dosis Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Timun
(Cucumis sativus L.). Jurnal Inovasi Pertanian. Vol 14(1): 78-87
Jayasumarta D. 2012. Pengaruh system olah tanah dan pupuk P terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman kedelai (Glycine max L. Merril). J
Agrium 17(3):148-154.
Liferdi L. Efek Pemberian Posfor terhadap Pertumbuhan dan Status Hara pada Bibit
Manggis. J Hortikultura 20(1):18-26.
Lopulisa C. 2004. Tanah-Tanah Utama Dunia Pengaruh Sistem Olah Tanah dan
Pupuk P terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Kedelai Ciri, Genesa,
dan Klasifikasinya. Makassar: Lembanga Penerbitan Universitas Hasanuddin.
Mulyadi A. 2012. Pengaruh Pemberian Legin, Pupuk Npk (15:15:15) dan Urea Pada
Tanah Gambut Terhadap Kandungan N, P Total Pucuk dan Bintil Akar
Kedelai (Glycine max (L.) Merr.). J. Kaunia. 8(1): 21-29
Muklis. 2008. Analisis Tanah dan Tanaman. Medan: Universitas Sumatera Utara
Press.
Muzammil D et al. 2012. Pengaruh Dosisi Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Kedelai di Lahan Bekas Tambang TImah Bangka Tengah,
Kepulauan Bangka Belitung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Kepulauan Bangka Belitung.
Novisan.2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. AgroMedia Pustaka.
Nugroho 2009. Tanah dan Pengolahan. Bandung: CV Alfabeta.
Pardono. 2009. Pengaruh Pupuk Organik Air Kencing Sapi dan Pupuk Kandang
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Panjang (Vigna sinensis L.). Jurnal
Agrosains. Vol 11(1): 11-14.
26

Patti PS. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan Serapan N
oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat. J Agrologia. 2(1):51-58.
Pramitasari H E. 2016. Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan tingkat kepadatan
tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Kailan (Brassica oleraceae
L). J Produksi Tanaman 4(1):49-56.
Purwaningsih S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Berita
Biologi. Vol 14(1): 69-76
Rachman I A, Djuniwati S, Idris K. 2008. Pengaruh bahan organic dan pupuk NPK
terhadap serapan hara dan produksi jagung di Inceptiol Ternate. J Tanah dan
Lingkungan 10(1):7-13.
Roidah IS. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesubuan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonrowo. Vol 1(1): 30-42
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Sabaruddin, Fitri S N A, Lestari L. 2009. Hubungan antara kandungan bahan organic
tanah dengan periode pasca tebang tanaman HTI Aracia mangium Wild. J
Tanah Tropika 14(2):105-110
Saribun DS. 2008. Pengaruh Pupuk MAjemuk NPK pada berbagai Dosis terhadap
pH, P-Potensial, dan P-Tersedia Serta Hasil Caysim (Brassica juncea L) pada
Fluventic Eutrudepis Jatinagor. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjajaran.
Sonbai JHH, Prajitno D, Syukur A. 2013. Pertumbuhan dan HAsil Jagung pada
Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol 16(1): 77-89
Sopacua RAB. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakeri Rhizobium japanicum terhadap
Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine max L). Jurnal Biopendix. Vol 1(1):
48-53.
Supriyadi S. 2008. Kandungan bahan organic sebagai dasar pengelolaan tanah
dilahan kering Madura. J Embriyo 5(2):176-183
Sutaryo, Dandun. 2009. Penghitungan Biomassa. Bogor: Wetlands International
Indonesia Programme.
Sutedjo. 2002. Dry Matter Yield, N and P Uptake with Glomus Mariholisand.
Abstract. Vol.11 Symposium 17. Paper No.17th. The 17th World Congress
of Soil Science. Bangkok-Thailand.14-21 August, hal.696.
Swastika et al. 2014. Pengelolaan Tanah dan Hara untuk Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
Yuwono . 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai