KESUBURAN TANAH
Disusun Oleh :
NIM : H0716093
SURAKARTA
2017
i
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Kesuburan Tanah ini disusun untuk melengkapi tugas
mata kuliah Kesuburan Tanah dan telah diterima, disetujui dan disahkan oleh Co-
Assisten dan Dosen Mata Kuliah Kesuburan Tanah pada :
Hari :
Tanggal :
Disusun oleh :
Nama : Nadhifa Dama Isnantri
NIM : H0716093
Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
III. PENUTUP.................................................................................................... 23
A. Kesimpulan........................................................................................... 23
B. Saran..................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GRAFIK
vi
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah merupakan bagian terluar dari kuit bumi.Tanah adalah akumulasi
tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar planet bumi, yang mampu
menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan
jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu
selama jangka waktu tertentu pula. Dari definisi tersebut bahwa terdapat lima
faktor yang berpengaruh dalam pembentukan tanah, yaitu iklim, jasad hidup,
bahan induk, relief, dan waktu (Darmawijaya, 2012)
Tanah memiliki sifat yang bervariasi, yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia
dan biologi. Menurut Alam (2014), dengan bervariasinya sifat-sifat tersebut,
maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah berbeda-beda pula, karena
kesuburan suatu tanah tergantung pada sifat-sifat tersebut. Kesuburan tanah
dibagi menjadi dua katagori yaitu kesuburan tanah aktual dan kesuburan tanah
hakiki (asli/alamiah). Kesuburan tanah potensial, yaitu dapat diperoleh dengan
campur teknologi tepat guna.
Kesuburan tanah adalah kemampuan tanah dalam menyediakan unsur hara
yang diperlukan tanaman.Tanah dapat dikatakan subur jika tanaman yang
ditanam di atasnya dapat tumbuh dan berkembang dengan baik dan produksinya
tinggi sepanjang tahun. Kesuburan tanah adalah istilah yang menunjukkan
tingkat subur atau tidaknya tanah untuk pertanian (Swastika 2014)
Tanah dikatakan mempunyai tingkat kesuburan tinggi/baik jika tanah
tersebut mampu menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman,
sedangkan tanah dikatakan kurang subur jika tanah tersebut tidak mampu
menyediakan semua unsur hara yang diperlukan tanaman. Tanah yang kurang
subur ,salah satu usaha yang dilakukan untuk memperbaiki kesuburan tanah
adalah dengan melakukan pemupukan organik (Roidah 2013)
1
2
B. Tujuan
1. Mahasiswa bisa melakukan analisis beberapa sifat kimia tanah
2. Mahasiswa mampu melihat pengaruh dari tindakan pemupukan atau
pengelolaan terhadap pertumbuhan atau hasil tanaman
3
II. PEMBAHASAN
A. Pengamatan Kualitatif
1. Dinamika Tinggi Tanamanan
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tinggi Tanaman Kedelai (Glycine max)
20
T2H2
15 T3H3
T4H4
10
T5H5
5 T6H6
0 T7H7
S1 S2 S3 S4 S5
Sampel
menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 18,85 cm, 17 cm,
18,5 cm, 17,12 cm, dan 20,87 cm. Perlakuan B Pupuk kompos 20 ton/ha
diberikan saat pengolahan tanah dengan menghasilkan tinggi tanaman kelima
sampel tersebut yaitu 23,5 cm, 20 cm, 23,62 cm, 18,5 cm, dan 19,12 cm.
Perlakuan C urea 25 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1
bulan dengan menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu
19,37 cm, 19,7 cm, 15,72 cm, 18,25 cm, dan 15,9 cm. Perlakuan D urea 50
kg/ha, ½ dosis saaat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan dengan
menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 23,25 cm, 22,25
cm, 18,5 cm, 19,25 cm, dan 16,87 cm. Perlakuan E urea 75 kg/ha, ½ dosis saat
tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan dengan menghasilkan tinggi
tanaman kelima sampel tersebut yaitu 22,62 cm, 22,87 cm, 22 cm, 22,25 cm,
dan 20,62 cm. Perlakuan F urea 25 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat
tanam berumur 1 bulan dan 25 kg SP36 diberikan saat tanam dengan
menghasilkan tinggi tanaman kelima sampel tersebut yaitu 19,55 cm, 18,8 cm,
20,37 cm, 20,25 cm, dan 20,75 cm. Perlakuan G urea 25 kg/ha, ½ dosis saat
tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1 bulan, 25 kg SP36 diberikan saat tanam,
KCL diberikan sekali bersamaan pupuk urea ke-2 dengan menghasilkan tinggi
tanaman kelima sampel tersebut yaitu 18,62 cm, 17,25 cm, 20,12 cm, 20,62
cm, dan 18,75 cm. Berdasarkan perlakuan diatas dapat dilihat bahwa setiap
perlakuan rata-rata memiliki tinggi tanaman yang hampir sama. Perlakuan
kontrol tanpa pupuk pun tanaman masih bisa tumbuh karena tanah
mengandung unsur hara yang dapat digunakan tanaman untuk
pertumbuhannya. Perlakuan yang paling menonjol adalah pada perlakuan 6E
dengan pemberian urea 75 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam
berumur 1 bulan. Penggunaan urea dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman karena urea mengandung unsur nitrogen (N) yang tinggi dan dapat
larut dengan air, sehingga pertumbuhan tanaman akan semakin kurang stabil
jika semakin besar kandungan ureanya. Pupuk urea adalah pupuk yang
5
Biomassa Tanaman
Kelompok Rata-rata Berat Brangkasan (gr)
6A 9,43
6B 18,20
6C 11,47
6D 11,12
6E 10,67
6F 8,47
6G 10,38
Sumber : Data Rekapan
Grafik 2. Histogram Berat Brangkasan Biomassa Tanaman Kedelai
(Glycine max)
BIOMASSA TANAMAN
20
Berat Brangkasan Kering (gr)
18 T1H1
16
14 T2H2
12 T3H3
10 T4H4
8 T5H5
6
4 T6H6
2 T7H7
0
S1
Sampel
Biomassa adalah total berat atau volume organisme dalam suatu area
atau volume tertentu. Biomassa juga didefinisikan sebagai total jumlah materi
hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton
berat kering per satuan luas. Biomassa merupakan total berat kering dari
seluruh makhluk hidup yang dapat didukung pada masing-masing tingkat
rantai makanan (Sutaryo 2009)
Berat brangkasan ada dua, yaitu berat brangksan segar dan berat
brangkasan kering setelah dioven. Hasil pengukuran berat brangkasan
biomassa tanaman kacang kedelai (Glycine max) setiap perlakuan didapat
7
pemberian urea 75 kg/ha, ½ dosis saat tanam, ½ dosis saat tanam berumur 1
bulan. Berat brangkasan pada perlakuan ini seharusnya mendapatkan berat
brangkasan yang paling berat tetapi karena penyerapan unsur haranya yang
kurang optimal sehingga berat brangkasan yang diperoleh menjadi kurang.
Menurut Rinsema dalam Pardono (2009), bahwa dengan pemberian pupuk
yang tepat dalam hal macam, dosis, waktu pemupukan, dan cara
pemberiannya akan dapat mendorong pertumbuhan dan peningkatan hasil
tanaman baik kualitas maupun kuantitas. Apabila hal tersebut diperhatikan
dengan baik maka penyerapan unsur hara oleh tanaman pada perlakuan 6E
akan lebih optimal.
3. Produksi Polong
Tabel 3. Data rekapan produksi polong kedelai (Glycine max)
Penyajian Histogram
9
Penyajian Histogram
10
B. Pengamatan Kuantitatif
1) Analisis Tanah
a. Bahan Organik Tanah
Tabel 5. Hasil Analisis BO
Hasil Penembakan
0.35
0.3
f(x) = 0 x + 0
0.25 R² = 1
Hasil Penembakan
0.2
Linear (Hasil Penembakan)
0.15
0.1
0.05
0
0 50 100 150 200 250 300
ppm P ppm P
Perlakua
X X2 Y Y2 tersedia tersedia
n
1 2
0,112120
6A 0,125 0,1741 0,0805 4 2, 894 5,435
0,14232
6B 0,221 0,234 4 0,150696 7,654 12,9199
0,10561
6C 0,164 0,179 6 0,115276 0,08192 0,095421
6D 0,233 0,204 0,103 0,084 12,533 11,610
6E 0,134 0,166 0,039 0,059 0,095 0,0979
0,09532
6F 0,211 0,225 4 0,0979 11,06073 11,36606
6G 0,14 0,101 0,042 0,172 6,869 2,825
Sumber: Data Rekapan
Tabel 8 Hasil Penembakan Larutan Standar P-Tersedia
Pp Absorba
m nsi
0 0,047
0.2 0,085
15
0.4 0,163
0.6 0,226
0.8 0,344
1 0,781
Sumber : Data Rekapan
Hasil Penembakan
0.9
0.8
0.7
0.6
f(x) = 0.64 x − 0.05 HASIL PENEMBAKAN
0.5 R² = 0.8 Linear (HASIL
0.4 PENEMBAKAN)
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2
Gambar 6. Grafik Hasil Regresi P-Tersedia Tanah
0,095 dan hasil pada ulangan ke-2 sebesar 0,0979. Kandungan P total
tanah yang rendah tersebut, dipengaruhi kadar air yang lebih rendah
dan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur kasar dan
hasil ini juga dipengaruhi oleh kadar bahan organik pada jenis tanah
alfisol yang rendah.
3) K-Tersedia Tanah
Tabel 9. Hasil Analisis K-Tersedia Tanah
ppm K ppm K
Perlakuan X X2 Y Y2
tersedia 1 tersedia 2
0,1 0,15229 0,15207
6A 4 0,13 4 3 0,152294 0, 152073
6B
6C
0,15074
6D 0,15141 7 0,045 0,051
0,1
6E 1 0,11 0,0221 0,1492 0,151631 0,151631
6F 0,01989 0,02652 0,03777 0,0388
0,3 0,15605
6G 1 0,4 1 0,15804 0,0442 0,0444
Sumber: Data Rekapan
Tabel 10. Hasil Penembakan Larutan Standart K-Tersedia
Pp
Absorbansi
m
0 0
2.5 0.12
5 0.23
7.5 0.33
1 0.42
17
Hasil Penembakan
0.45
0.4
0.35
0.3 f(x) = 0.02 x + 0.15 Hasil Penembakan
0.25 R² = 0.16 Linear (Hasil Penembakan)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
2) Analisis Jaringan
a) N-Jaringan
Tabel 11. Hasil Analisis N-Jaringan
N-Jaringan Tanah
Perlakuan Harkat
Ulangan 1 Ulangan 2
6A 14, 5376 1,15162 Sangat tinggi
6B 2,059106 2,8896 Sangat tinggi
6C 1,0472 0,7854 Sangat tinggi
6D 6,187 6,293 Sangat tinggi
6E 5,01732 12,54995 Sangat tinggi
6F 10,0865 5,25028 Sangat tinggi
6G 0,6188 0,7679 Rendah
Sumber: Data Rekapan
Patti (2013) menyataka bahwa nitrogen memiliki fungsi yaitu untuk
meningkatkan pertumbuhan vegetative, meningkatkan jumlah anakan dan
meningkatkan jumlah bulir/rumpun. N juga berperan penting dalam hal
pembentukan hijau daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis atau
untuk membentuk protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik serta
meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan.
Berdasarkan analisis lab yang telah dilakukan dapat diketahui
Kelompok 6E memiliki kadar N-jaringan 5,01732 dan 12,54995 dengan
ppm P ppm P
Perlakuan X X2 Y Y2 jaringan jaringan
1 2
0,1007025 0,1618678
6A 0,174 0,239 0,008526 0,011711 x 10-3 x 10-3
0,016219 0,017156 1,5913x10- 2,6430x10-
6B 0,329 0,348 7 4 4 4
HASIL PENEMBAKAN
0.9
0.8
0.7 f(x) = 0.05 x − 0
0.6 R² = 0.98 HASIL PENEMBAKAN
0.5 Linear (HASIL
PENEMBAKAN)
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 2 4 6 8 10 12 14 16
c) K-Jaringan
ppm K ppm K
Perlakuan X Y
jaringan 1 jaringan 2
6A
6B
6C
6D 0,154 0,157 0,0089551 0,0103777
6E 0,15362 0,152736 0, 125159 0,011908
6F
6G 0,00442 0,003094 0,008487505 0,0083533259
Sumber: Data Rekapan
Tabel 15 Hasil Penembakan Larutan Standar K-Jaringan
Ppm Absorbansi
0 0
2.5 0,12
5 0.23
7.5 0.33
1 0,42
Sumber: Data Rekapan
22
GRAFIK REGRESI
0.45
0.4
0.35
0.3 f(x) = 0.02 x + 0.15 Hasil Penembakan
0.25 R² = 0.16
Linear (Hasil Penembakan)
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8
Gambar 9. Grafik Regresi Hasik Penembakan K-Jaringan Tanaman
Unsur K dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak karena K
termasuk unsur hara mikro essensial. Menurut Suminarti (2010), tanaman
yang ketersediaan K nya rendah, aktivitas fotosintesisnya juga rendah,
yang selanjutnya berdampak pada rendahnya fotosintat yang dihasilkan.
Fotosintat merupakan karbohidrat sederhana yang berfungsi sebagai energi
pertumbuhan. Oleh karenanya apabila kandungan K tanaman rendah
sebagai akibat rendahnya aplikasi K ke dalam tanah, menyebabkan
rendahnya energi untuk pertumbuhan.
Kalium dalam tanaman berperan sebagai aktivator berbagai enzim,
menjamin Vigor tanaman, merangsang pertumbuhan akar dan sebagai
katalisator (Soepandi, 2003). Berdasarkan analisis tanaman perlakuan 6E,
diperoleh ppm K jaringan tanaman sebesar 0, 125159 dan 0,011908 .
Kandungan K jaringan tergolong tinggi karena tanaman menyerap unsur K
dari dalam tanah yang jumlahnya banyak. Unsur K berfungsi dalam proses
fotosintesis, peningkatan daya tahan tanaman. Hal ini juga terjadi karena
pada saat pemanenan tanaman jagung pada fase vegetatif akhir atau pada
awal fase generatif.
23
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum kesuburan tanah yang telah dilakukan di Lahan
Jumantono, Kabupaten Karanganyar dan di Laboratorium Kimia Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dapat kita tarik kesimpulan antara
lain
a. Pemupukan akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman, termasuk
didalamnya pertumbuhan tinggi. Dosis pemupukan juga berpengaruh pada
cepat atau lambatnya pertambahan tinggi. Perlakuan E yaitu pemberian
pupuk sebanyak 28 gram, mempengaruhi pertambahan tinggi tanaman
kedelai. Pertambahan tinggi cenderung stabil.
b. Berat brangkasan kering digunakan untuk menentukan banyaknya timbunan
hasil fotosintesis, semakin tinggi dan besar tanaman maka semakin besar pula
beratnya. Perlakuan dengan pemupukan 28 gram urea menunjukkan berat
brangkasan tertinggi dibanding dosis pemupukan lain
c. Pengaruh interaksi pemberian urea terlihat pada jumlah polong bernas per
tanaman dan urea memberikan pengaruh nyata terhadap uji hitung pertama,
dan uji muncul tanah.
d. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme yang melakukan
poses dekomposisi akan berbanding lurus dengan jumlah bahan organik yang
tebentuk. Semakin banyak kandungan bahan organik, maka semakin baik
proses dekomposisi dan semakin baik suplai hara terhadap tanaman. C-
Organik ini yang akan menentukan tinggi rendahnya kandungan bahan
organik dalam tanah.
e. Perlakuan dosis pupuk (N,P,K) menyebabkan peningkatan secara nyata
terhadap jumlah batang padi produktif, kadar P dan K-tersedia tanah. N total
yang sangat rendah dapat ditingkatkan dengan penambahan pupuk urea.
Peningkatan serapan N tanaman ada keterkaitannya dengan peningkatan
24
DAFTAR PUSTAKA
Patti PS. 2013. Analisis Status Nitrogen Tanah dalam Kaitannya dengan Serapan N
oleh Tanaman Padi Sawah di Desa Waimital, Kecamatan Kairatu, Kabupaten
Seram Bagian Barat. J Agrologia. 2(1):51-58.
Pramitasari H E. 2016. Pengaruh dosis pupuk nitrogen dan tingkat kepadatan
tanaman terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman Kailan (Brassica oleraceae
L). J Produksi Tanaman 4(1):49-56.
Purwaningsih S. 2015. Pengaruh Inokulasi Rhizobium terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kedelai (Glycine max L) Varietas Wilis Di Rumah Kaca. Berita
Biologi. Vol 14(1): 69-76
Rachman I A, Djuniwati S, Idris K. 2008. Pengaruh bahan organic dan pupuk NPK
terhadap serapan hara dan produksi jagung di Inceptiol Ternate. J Tanah dan
Lingkungan 10(1):7-13.
Roidah IS. 2013. Manfaat Penggunaan Pupuk Organik untuk Kesubuan Tanah. Jurnal
Universitas Tulungagung Bonrowo. Vol 1(1): 30-42
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius,
Yogyakarta.
Sabaruddin, Fitri S N A, Lestari L. 2009. Hubungan antara kandungan bahan organic
tanah dengan periode pasca tebang tanaman HTI Aracia mangium Wild. J
Tanah Tropika 14(2):105-110
Saribun DS. 2008. Pengaruh Pupuk MAjemuk NPK pada berbagai Dosis terhadap
pH, P-Potensial, dan P-Tersedia Serta Hasil Caysim (Brassica juncea L) pada
Fluventic Eutrudepis Jatinagor. Jurusan Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian.
Universitas Padjajaran.
Sonbai JHH, Prajitno D, Syukur A. 2013. Pertumbuhan dan HAsil Jagung pada
Berbagai Pemberian Pupuk Nitrogen Di Lahan Kering Regosol. Jurnal Ilmu
Pertanian. Vol 16(1): 77-89
Sopacua RAB. 2014. Pengaruh Inokulasi Bakeri Rhizobium japanicum terhadap
Pertumbuhan Kacang Kedelai (Glycine max L). Jurnal Biopendix. Vol 1(1):
48-53.
Supriyadi S. 2008. Kandungan bahan organic sebagai dasar pengelolaan tanah
dilahan kering Madura. J Embriyo 5(2):176-183
Sutaryo, Dandun. 2009. Penghitungan Biomassa. Bogor: Wetlands International
Indonesia Programme.
Sutedjo. 2002. Dry Matter Yield, N and P Uptake with Glomus Mariholisand.
Abstract. Vol.11 Symposium 17. Paper No.17th. The 17th World Congress
of Soil Science. Bangkok-Thailand.14-21 August, hal.696.
Swastika et al. 2014. Pengelolaan Tanah dan Hara untuk Pertanian. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian Kementrian Pertanian.
Yuwono . 2007. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Erlangga