Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Istilah etika muncul dari Aristoteles, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti adat,
budi pekerti (bahasa Inggris=Ethics). Disini etika dapat dipahami sebagai ilmu mengenai
kesusilaan, sedangkan etika kedokteran adalah bagian dari etika kesehatan. Etika kedokteran
merupakan pedoman-pedoman yang berkaitan dengan bidang kedokteran sebagai suatu profesi.
(Gunawan,1991:1)

Etika kedokteran merupakan tuntutan yang dipadang semakin perlu. Bahkan penaganan
secara serius atas masalah etika kedokteran cukuplah mendesak. Dewasa ini, semakin disadari
bahwa etika kedokteran tidak begitu saja dikesampingkan atau dianggap sebagai embel-embel
saja.(Gunawan,1991:2)

Etika kedokteran yang membahas tatasusila dokter dalam menjalankan profesinya,


khususnya yang berkaitan dengan pasien, semakin menjadi tantangan yang harus digeluti. Sebab
tugas profesi kedokteran adalah tugas kemanusiaan yang luhur. Apalagi kesediaan untuk terlibat
dan melayani manusia sakit adalah pilihan hidupnya, akan tetapi perlu diingat bahwa hubungan
antara dokter dengan pasienya merupakan hubungan sesama manusia maka tidak jarang dalam
hubungan ini timbul pertentangan antara dokter dan pasien karena masing-masing
mempunyainilai-nilai yang berbeda. Masalah semacam ini akan dihadapi para dokter yang
bekerja di lingkungan dengan suatu sistem yang berbeda dengan kebudayaan profesinya
sehingga perlu adanya etika untuk mengatur hubungan antara dokter maupun dengan pasien dan
tentunya sebagai orang muslim kita harus menerapkan etika dalam islam.

Oleh karena itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai Etika Dokter Terhadap
Pasien Menurut Pandangan Islam agar meminimalisir pertentangan dan kesalahpahaman antara
dokter dan pasien.
1.2 TUJUAN PENULISAN

Makalah ini dibuat bertujuan untuk :

1. Menjelaskan dan memahami definisi islam dan etika


2. Menjelaskan dan memahami definisi dokter dan pasien
3. Menjelaskan dan memahami kewajiban dokter terhadap pasien
4. Menjelaskan dan memahami etika dokter dalam prespektif islam
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI ISLAM

Islam adalah agama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai nabi dan
rasul terakhir untuk menjadi pedoman hidup seluruh manusia hingga akhir zaman. Pengertian
Islam secara  harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. Kata Islam terbentuk dari tiga
huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang bermakna dasar “selamat” (Salama).

2.1.1 Pengertian Islam Menurut Bahasa

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:

2.1.1.1 Berasal dari ‘salm’ (‫ )الس َّْلم‬yang berarti damai.

Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. 8 : 61)

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah
kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini merupakan salah
satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa
umat manusia pada perdamaian.

Dalam sebuah ayat Allah SWT berfirman : (QS. 49 : 9)

 “Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain
maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada
perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah
antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berlaku adil.”
Sebagai salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama yang sangat menjunjung tinggi
perdamaian adalah bahwa Islam baru memperbolehkan kaum muslimin berperang jika mereka
diperangi oleh para musuh-musuhnya.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman: (QS. 22 : 39)

 “Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka
telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu.”

2.1.1.2 Berasal dari kata ‘aslama’ (‫ )أَ ْسلَ َم‬yang berarti menyerah.

Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang secara
ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT. Penyerahan diri seperti ini
ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah perintahkan serta menjauhi segala
larangan-Nya. Menunjukkan makna penyerahan ini,

Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. 4 : 125) “Dan siapakah yang lebih baik
agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun
mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil
Ibrahim menjadi kesayanganNya.”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan seluruh
jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah berfirman: (QS. 6 : 162)

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam.”

Karena sesungguhnya jika kita renungkan, bahwa seluruh makhluk Allah baik yang ada di bumi
maupun di langit, mereka semua memasrahkan dirinya kepada Allah SWT, dengan mengikuti
sunnatullah-Nya. Allah berfirman: (QS. 3 : 83) :
“Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah
berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan
hanya kepada Allahlah mereka dikembalikan.”

Oleh karena itulah, sebagai seorang muslim, hendaknya kita menyerahkan diri kita
kepada aturan Islam dan juga kepada kehendak Allah SWT. Karena insya Allah dengan
demikian akan menjadikan hati kita tentram, damai dan tenang (baca; mutma’inah).

2.1.1.3 Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 37 : 26) “Bahkan mereka pada hari itu
menyerah diri.”

Makna ini sebenarnya sebagai penguat makna di atas (poin kedua). Karena sebagai
seorang muslim, kita benar-benar diminta untuk secara total menyerahkan seluruh jiwa dan raga
serta harta atau apapun yang kita miliki, hanya kepada Allah SWT. Dimensi atau bentuk-bentuk
penyerahan diri secara total kepada Allah adalah seperti dalam setiap gerak gerik, pemikiran,
tingkah laku, pekerjaan, kesenangan, kebahagiaan, kesusahan, kesedihan dan lain sebagainya
hanya kepada Allah SWT. Termasuk juga berbagai sisi kehidupan yang bersinggungan dengan
orang lain, seperti sisi politik, ekonomi, pendidikan, sosial, kebudayaan dan lain sebagainya,
semuanya dilakukan hanya karena Allah dan menggunakan manhaj Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. 2 : 208)

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu.”

Masuk Islam secara keseluruhan berarti menyerahkan diri secara total kepada Allah
dalam melaksanakan segala yang diperintahkan dan dalam menjauhi segala yang dilarang-Nya.

2.1.1.4 Berasal dari kata ‘saliim’ (‫ ) َسلِ ْي ٌم‬yang berarti bersih dan suci.
Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. 26 : 89):

 “Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Dalam ayat lain Allah mengatakan (QS. 37: 84)  “(Ingatlah) ketika ia datang kepada Tuhannya
dengan hati yang suci.”

Hal ini menunjukkan bahwa Islam merupakan agama yang suci dan bersih, yang
mampu menjadikan para pemeluknya untuk memiliki kebersihan dan kesucian jiwa yang dapat
mengantarkannya pada kebahagiaan hakiki, baik di dunia maupun di akhirat. Karena pada
hakekatnya, ketika Allah SWT mensyariatkan berbagai ajaran Islam, adalah karena tujuan
utamanya untuk mensucikan dan membersihkan jiwa manusia.

Allah berfirman: (QS. 5 : 6)

 “Allah sesungguhnya tidak menghendaki dari (adanya syari’at Islam) itu hendak menyulitkan
kamu, tetapi sesungguhnya Dia berkeinginan untuk membersihkan kamu dan menyempurnakan
ni`mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

2.1.1.5 Berasal dari ‘salam’ (‫ ) َسالَ ٌم‬yang berarti selamat dan sejahtera.

Allah berfirman dalam Al-Qur’an: (QS. 19 : 47)

Berkata Ibrahim: “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun
bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.”

Maknanya adalah bahwa Islam merupakan agama yang senantiasa membawa umat
manusia pada keselamatan dan kesejahteraan. Karena Islam memberikan kesejahteraan dan juga
keselamatan pada setiap insan.

2.1.2 Pengertian Islam Menurut Istilah

Adapun Pengertian Islam Menurut Istilah, (ditinjau dari sisi subyek manusia terhadap
dinul Islam), Islam adalah ‘ketundukan seorang hamba kepada wahyu Ilahi yang diturunkan
kepada para nabi dan rasul khususnya Muhammad SAW guna dijadikan pedoman hidup dan juga
sebagai hukum/ aturan Allah SWT yang dapat membimbing umat manusia ke jalan yang lurus,
menuju ke kebahagiaan dunia dan akhirat.’

Definisi di atas, memuat beberapa poin penting yang dilandasi dan didasari oleh ayat-
ayat Al-Qur’an. Diantara poin-poinnya adalah:

2.1.2.1 Islam sebagai wahyu ilahi 

2.1.2.2 Sebagai pedoman hidup

2.1.2.3 Membimbing manusia ke jalan yang lurus.

2.2 DEFINISI ETIKA

Secara etimologis, Etika berasal dari bahasa Yunani ethos yang berarti watak kesusilaan
atau adat. (Zubair, 1980:13). Dalam Bahasa Indonesia (1991), etika diartikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral). (Poewadarminta:1991:278). Dari pengertian
kebahasaan ini terlihat bahwa etika berhubungan dengan upaya menentukan tingkah laku
manusia.

Secara terminologis, para ahli memberi pengertian etika dengan ungkapan yang
berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing. Ahmad Amin (1983) misalnya
mendefinisikan etika adalah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang
seharusnya dilakukan oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk
melakukan apa yang seharusnya diperbuat.

Selanjutnya, dalam encyclopedia Britanika, etika dinyatakan sebagai filsafat moral,


yaitu studi yang sistematik mengenai sifat dasar dari konsep-konsep nilai baik, buruk, harus,
benar, salah dan sebagainya.

Sementara itu, Ki Hajar Dewantara (1966) mengatakan bahwa etika adalah ilmu yang
mempelajari soal kebaikan (dan keburukan) di dalam hidup manusia semuanya, teristimewa yang
mengenai gerak gerik pikiran dan rasa yang dapat merupakan pertimbanjgan dan perasaan
sampai mengenai tujuannya yang dapat merupakan perbuatan.
Dari beberapa definisi etika tersebut dapat diketahui bahwa etika berhubungan dengan
empat hal sebagai berikut:

2.2.1 Dilihat dari segi objek pembahasannya, etika berupaya membahas perbuatan yang
dilakukan oleh manusia.
2.2.2 Dilihat dari segi sumbernya, etika bersumber pada akal pikiran atau filsafat. Sebagai hasil
pemikiran maka etika tidak bersifat mutlak, absolut dan tidak pula universal. Ia terbatas,
dapat berubah, memiliki kekurangan, kelebuhan dsb.
2.2.3 Dilihat dari segi fungsinya, etika berfungsi sebagai penilai, penentu dan penetap terhadap
suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia, yaitu apakah perbuatan tersebut akan
dinilai baik, buruk, mulia, terhormat, hina dan sebagainya.
2.2.4 Dilihat dari segi sifatnya, etika bersifat relative yakni dapat berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan zaman.

Dengan ciri-cirinya yang demikian itu, maka etika lebih merupakan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan upaya menentukan perbuatan yang dilakukan manusia untuk
dikatakan baik atau buruk.

2.3 DEFINISI DOKTER

Menurut Hariyani (2005), pengertian Dokter adalah pihak yang mempunyai keahlian di


bidang kedokteran. Pada Kedududukan ini, dokter adalah orang yang dianggap pakar dalam
bidang kedokteran.

Sedangkan Astuti (2009) menjabarkan bahwa Dokter adalah orang yang memiliki


kewenangan dan izin sebagaimana mestinya untuk melakukan pelayanan kesehatan, khususnya
memeriksa dan mengobati penyakit dan dilakukan menurut hukum dalam pelayanan kesehatan.

Dalam Undang-Undang Praktik Kedokteran tertuang juga tentang pengertian dokter.


Dokter dan dokter gigi adalah dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dan dokter gigi spesialis
lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui
oleh Pemerintah Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dokter
adalah seseorang yang telah lulus pendidikan kedokteran yang oleh hukum diberi kewenangan
untuk melakukan praktik kedokteran dalam upaya pelayanan kesehatan.

2.4 DEFINISI PASIEN


Pasal 1 Undang-undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran menjelaskan definisi
pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
dokter atau dokter gigi.

2.4 KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Kewajiban Dokter Terhadap Pasien Menurut Kode Etik Kedokteran

Pasal 10

Setiap dokten wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan ketrampilannya
untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau
pengobatan, maka atas persetujuan pasien,ia wajib menujuk pasien kepada dokten yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal 11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat berhubungan
dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah lainnya.

Pasal 12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien,
bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal 13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan, kecuali
bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
2.5 ETIKA DOKTER DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Khusus untuk kasus penyimpangan yang terjadi berkaitan dengan etika kedokteran yang
mungkin saja bersifat individual, namun apabila dilihat lebih lanjut, mungkin hanya karena
kehkilafan dari dokter yang bersangkutan atau dokter yang bersangkutan kurang menghayati
akan etika kedoketeran dan untuk ini mungkin salah satu sebabnya adalah karena pendidikan
etika kedokteran kita tidak dilandasi dengan suatu kesadaran yang lebh mendalam dan lebih
mengakar, yaitu suatu kesadaran yang tidak hanya memperkokoh tanggung jawab moril manusia
sebagai makhluk indifidual dan social semata, tetapi dan bahkan lebih dari itu semua, ia dituntut
memiliki tanggung tawab relegius, sebuah tanggung jawab yang tidak hanya mengacu kepada
sebuah kesuksesan administrative, tetapi juga tanggung jawab yang bersifat ketuhanan dengan
sebuah prinsip bahwa apapun yang diperbuat, kecil dan besar, pasti akan dipertanggung
jawabkan dihadapan Allah swt.

Penghayatan dan ketaatan seorang dokter dalam melaksanakan ajaran agamanya adalah
suatu sumbangan yang sangat positif untuk berhasilnya pendidikan etika kedokteran. Sebagai
suatu pendidikan profesi, pendidikan kedokteran diharapkan dapat menghasilkan dokter yang
menguasai ilmu teori dan praktik kedokteran beserta perilaku dan etika yang mulia pula. Dalam
upacara wisuda semua calon dokter harus mengucapkan sumpah dokter dengan disaksikan oleh
Dekan, Direktur Rumah Sakit, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan, para dosen dan
anggota keluarga. Dalam mengikrarkan sumpah yang didampingi oleh para pemuka agama,
calon dokter berjanji akan mengamalkan Kode Etik Kedokteran. Dengan adanya hal tersebut
diharapkan kelak para calon dokter akan menjadi dokter yang beretika mulia, bertanggungjawab
dan taat pada hukum yang berlaku.

Dalam praktek pengobatan dan perawatan pada pasien perlu diterapkan etika. Para
dokter harus memiliki sikap tersebut dalam menjalankan profesinya itu. Karena itu sangat
berpengaruh pada keberhasilannya dalam menyembuhkan pasien. Selain sikap itu khusus untuk
menjaga nama baik atau keprofesionalan seorang dokter, sikap-sikap etis dokter juga berkaitan
dengan psikologi pasien. Bagaimana seorang dokter mampu menciptakan suasana, menciptakan
rasa percaya diri untuk sembuh dan sebagainya.

Profesi dokter yang disandang seseorang, sangat terhomat di mata pasiennya. Oleh
karena itu untuk menjaga kehormatan, nama baik maupun keharmonisan antara dokter dan
pasiennya, perlu diterapkan sikap-sikap etis yang diemban para dokter. Berangkat dari situ,
tradisi kedoteran para era kejayaan Islam menetapkan peraturan atau kode etik harus diemban
oleh para dokter. Hingga era kekhalifahan Usmani peraturan berjalan sangat ketat. Para dokter
muslim diwajibkan memegang teguh etika kedokteran dalam mengobati pasiennya.

Islam adalah agama samawi pertama yang membebaskan ilmu pengetahuan dan ilmu
medis dari kekuasaan agamawan. Islam melarang mengobati pasien dengan pendekatan agama
(religious approach) dan doa semata. Islam merupakan agama pertama yang mengakui otoritas
ilmu pengetahuan, ilmu medis dan ilmu obat-obatan

kitab “Tarikh al- Thibb” (sejarah kedokteran) menjelaskan bahwa pada masa kefakuman
pemerintah teokrasi di Eropa, pengobatan sepenuhnya berada di tangan tokoh-tokoh agama. Dan
tak seorang pun selain mereka yang diberi wewenang untuk melakukan pengobatan kepada
pasien, bahkan pernah gereja memerintahkan untuk membakar hidup-hidup para tabib (dokter)
dan sarjana atau menyiksa mereka di ujung tombak hingga mati. Maka Islam pun datang dengan
persepektif baru, yaitu :

Menurut Islam, sakit merupakan qadla dan qadar Allah yang diturunkan kepada
mukmin dan juga kepada kafir, tetapi seorang mukmin wajib bersabar terhadap cobaan yang
menimpanya, sedang bersabar (dari cobaan itu) akan diberi pahala dan mendapatkan kebaikan di
sisi Allah.

Islam tidak mengakui bahwa iman dan doa semata mempunyai pengaruh secara
langsung dan mendasar, tetapi juga mengakhiri pengaruh keduanya dalam proses terapi. Islam
juga tidak mengakui proses pengobatan yang hanya didominasi dari tokok-tokoh agama, tetapi
Islam mendorong agar menghormati ilmu medis, sains dan dokter serta mencari pertolongan dari
mereka, juga menghormati penemuan obat-obatan dan perkembangan ilmu kedokteran.
Islam berpandangan bahwa upaya menjaga kesehatan dan meminta pertolongan dokter
tidaklah berarti menghindari qadla dan qadar Tuhan, bahkan pengobatan dengan cara apapun
merupakan qadla dan qadar Allah.

Ketika rasullah SAW tiba di Madinah dan menegakkan kedaulatan di sana, banyak
orang-orang yang datang kepada beliau untuk disembuhkan dengan syafaah dan doa. Tetapi
mereka terkejut ketika belau bersabda. “Panggillah mereka (dokter) untuknya”. Mereka berkata
dengan heran; “Engkau berkata begitu wahai Rasullah?” beliau menjawab; “Ya ambilah
pengobatan dari hamba Allah. “Sesungguhnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan juga
menurunkan obat untuknya, kecuali satu”. Mereka bertanya: Apa itu? Jawab beliau. “Penyakit
tua”.

Suatu ketika sekelompok sahabat bertanya kepada rasulullah SAW : Wahai Rasulullah,
apahah obat-obatan yang senantiasa kami pakai, dan perawatan yang selalu kami lakukan bukan
ketentuan Allah? Jawab beliau; “Bahkan semua itu dari ketentuan Alloh”.

Jadi peran Islam dalam membebaskan ilmu kedokteran dan medis dari otoritas tokoh-
tokoh agama, bahkan membebaskan belenggu taklid, khurafah dan pemikiran-pemikiran sesat
yang menghalangi dan mematikan kreativitas ilmiah. Islam adalah agama pertama yang
mengangkat para dokter pada posisi terhormat dan mapan.

Islam adalah agama pertama yang memikirkan kesejahteraan dokter dan praktek
kedokteran. Islam membebaskan pengobatan medis dari cengkraman tokoh-tokoh agama dan
meletakkan hubungan yang harmonis dengan antara ilmu dan agama. Islam menempatkan di
antara keduanya pada proporsi dan profesinya masing-masing.

Anda mungkin juga menyukai