Jenis diare yang dialami oleh kebanyakan orang adalah diare akut. Penyebab utamanya adalah:
Infeksi saluran pencernaan akibat bakteri, virus, ataupun parasit yang didapat dari air dan
makanan yang terkontaminasi maupun melakukan kontak langsung dengan orang lain yang
sedang mengalami infeksi ini.
Mengonsumsi terlalu banyak minuman bersoda, minuman beralkohol, ataupun minuman yang
mengandung kafein.
Keracunan makanan.
Selain buang air besar dalam bentuk cair dengan frekuensi yang sering, diare akut juga bisa
menimbulkan gejala, seperti muntah, terdapat darah atau lendir pada tinja, demam, sakit kepala,
dan sakit perut. Namun, dari semua gejala tersebut, dehidrasi adalah gejala yang paling perlu
kamu waspadai dari diare akut. Dehidrasi ditandai dengan gejala berupa lemas, kram otot, sakit
kepala, frekuensi buang air kecil berkurang, dan mulut kering.
Biasanya, diare akut bisa sembuh dalam beberapa hari setelah mengonsumsi obat, minum air
putih yang cukup dan beristirahat. Namun, kamu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
bila mengalami diare yang disertai dengan gejala berikut:
Begitu juga dengan kamu yang berusia lanjut, sedang hamil, mengidap epilepsi, diabetes, radang
usus, sakit ginjal, ataupun memiliki daya tahan tubuh yang rendah akibat kemoterapi, dianjurkan
untuk segera mengunjungi dokter bila mengalami diare.
Diare kronis yang berlangsung selama lebih dari dua bahkan empat minggu adalah kondisi yang
jarang terjadi. Meski demikian, kondisi ini bisa sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penyebabnya bisa infeksi oleh bakteri, parasit, dan virus.
Selain infeksi, diare kronis juga bisa disebabkan oleh hal-hal berikut:
Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.
Tumor.
Intoleransi tubuh terhadap makanan dan minuman tertentu, seperti susu sapi, fruktosa, atau
protein kedelai.
Perbedaan diare akut dan diare kronis lainnya terletak pada cara mendiagnosisnya. Selain
pemeriksaan fisik, diagnosis diare kronis biasanya membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
mencari tahu penyebabnya, seperti tes darah, cek feses, foto Rontgen, dan endoskopi. Diare
kronis juga bisa menimbulkan komplikasi yang berbeda-beda, tergantung usia dan kondisi
kesehatan pengidap. Pada orang yang sudah mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, diare
kronis bisa menyebabkan malnutrisi. Jenis diare ini juga berisiko tinggi menimbulkan dehidrasi
dan gangguan elektrolit. Itulah mengapa apapun penyebabnya, diare kronis perlu mendapatkan
penanganan medis dari dokter secepatnya.
Diare akut
Diare akut adalah gejala diare yang muncul tiba-tiba dan berlangsung selama kurang lebih 3 hari
sampai sekitar seminggu. Bila digambarkan, Anda yang awalnya sehat langsung segera kena
diare setelah terpapar oleh makanan atau kuman penyebab diare,
Diare akut itu sendiri kemudian terbagi lagi menjad dua jenis, yaitu:
Diare ini ditandai dengan feses cair yang berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa
hari, tapi tidak lebih dari dua minggu.
Selain feses encer, orang yang mengalami diare berair juga akan mengalami perut mulas, mual,
maupun muntah.
Pada kebanyakan kasus, diare berair disebabkan oleh infeksi rotavirus pada bayi dan anak kecil
atau infeksi norovirus pada orang dewasa.
Diare akut berdarah disebut juga dengan disentri, yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Entamoeba histolytica atau Shigella bacillus pada saluran pencernaan.
Lama waktu penyakit berlangsung biasanya berkisar 1-3 hari, dengan kemunculan gejala berupa:
Demam menggigil
Tubuh kelelahan
Diare akut berdarah akibat bakteri Shigella umumnya lebih ringan dan dapat sembuh tanpa
dalam beberapa hari. Sementara itu, infeksi bakteri Entamoeba dapat menembus dinding usus
hingga merusak organ. Darah pada feses pada jenis diare akut ini disebabkan oleh adanya luka
terbuka pada usus yang diakibatkan oleh serangan bakteri tersebut
Pengobatan diare tipe ini adalah dengan mencegah dehidrasi lewat tambahan asupan cairan, baik
itu air putih, oralit, atau cairan infus. Dokter mungkin meresepkan antibiotik tunggal atau
kombinasi dengan obat amoebicidal.
2. Diare kronis
penyebab diare
Jika diare akut berlangsung paling lama sekitar 1-2 minggu, diare kronis lebih lama. Gejala diare
kronis dapat berlangsung hingga 4 minggu, bahkan lebih. Rerata sebuah penyakit dapat
dikatakan kronis jika apabila sudah diderita dalam waktu yang lama atau berkembang secara
perlahan-lahan.
Penyebab diare kronis pada umumnya adalah infeksi pencernaan jangka panjang atau masalah
medis tertentu, seperti peradangan.
Jika penyebabnya tidak diketahui setelah melewati pemeriksaan dasar, dokter mungkin
mengaitkannya dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Sindrom ini dapat menyebabkan gejala
diare sekaligus sembelit, mual, kembung, dan mulas.
Diare kronis juga bisa disebabkan oleh penyakit Crohn atau kolitis ulserativa. Selain membuat
feses jadi encer, dua kondisi tersebut dapat menimbulkan adanya darah pada feses disertai sakit
perut. Diare kronis yang disebabkan oleh penyakit ini dikenal juga dengan diare eksudatif.
Penyebab lain dari diare kronis adalah penggunaan obat golongan NSAID, memiliki penyakit
diabetes atau HIV, minum alkohol dan makan makanan gluten berlebihan.
Diare yang berlangsung lebih lama dari diare akut juga bisa disebabkan oleh makanan tertentu
yang merangsang proses penyerapan di usus jadi lebih cepat. Contoh makanan yang cenderung
menyebabkan diare kronis adalah susu dan makanan yang mengandung sorbitol atau fruktosa.
Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, diare persisten
adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, namun tidak lebih dari 4 minggu. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa jenis diare ini berlangsung lebih lama ketimbang diare akut tapi lebih singkat
dari yang kronis.
Diare persisten terjadi karena adanya infeksi, baik itu virus, bakteri, maupun parasit. Diare jenis
ini menyebabkan feses encer berkepanjangan disertai dengan penurunan berat badan. Pada bayi
dan anak, diare ini bisa menyebabkan malnutrisi (kekurangan gizi) bila tidak ditangani dengan
tepat.
Menurut laporan jurnal Pediatric Gastroenterology Hepatology & Nutrition, diare yang
berlangsung lebih lama dari diare akut ini terbagi lagi menjadi dua, yakni:
Diare osmotik
Tipe diare ini terjadi ketika makanan yang ada di usus tidak dapat diserap dengan baik.
Akibatnya, cairan berlebihan terbuang bersama feses dan membuat feses jadi encer.
Diare osmotik dapat terjadi karena jenis makanan tertentu dan obat-obatan. Makanan yang
menyebabkan diare persisten ini yaitu yang mengandung laktosa, pemanis buatan, seperti
aspartam dan sakarin.
Sementara obat-obatan yang memicu diare osmotik adalah penggunaan antibiotik, obat
hipertensi, dan obat pencahar yang mengandung bahan aktif seperti natrium fosfat, magnesium
sulfat, atau magnesium fosfat.
Orang dengan tipe diare ini harus menghindari makanan dan obat pemicu. Dokter akan
meresepkan obat diare medis untuk mengatasinya.
Diare sekretori
Jenis diare yang lebih lama dari diare akut ini disebabkan oleh gangguan sekresi pada usus kecil
atau usus besar dalam menyerap elektrolit.
Saat kadar air cukup banyak dalam tubuh, air akan dibuang ke usus kecil yang terganggu
fungsinya. Sekresi air (pembuangan air) pada usus ini akan melebihi kemampuan usus untuk
menyerap, sehingga membuat feses jadi encer.
Selain infeksi bakteri E. coli, jenis diare persisten ini juga bisa disebabkan oleh produksi hormon
tertentu akibat adanya hormon, penggunaan obat antidepresan, dan keracunan logam atau
insektisida.
Mengapa anak-anak lebih sering terkena diare daripada orang dewasa? Bagaimana cara Anda
mengobati ketidaknyamanan anak Anda? Artikel ini akan menjelaskan tentang penyebab diare
dan perawatan di rumah yang bisa dilakukan.
Diare adalah respons tubuh untuk membersihkan diri dari kuman. Umumnya episode
berlangsung beberapa hari hingga seminggu. Diare sering didampingi dengan gejala demam,
mual, muntah, kram perut, dan dehidrasi. Beberapa alasan paling umum anak-anak terkena diare
meliputi:
Infeksi dari virus seperti rotavirus, infeksi bakteri seperti salmonella, dan sebagian kecil akibat
infeksi parasit seperti giardia. Virus adalah penyebab paling umum dari diare anak. Seiring
dengan tinja yang cair dan berampas, gejala infeksi gastroenteritis virus sering termasuk muntah,
sakit perut, sakit kepala, dan demam.
Ketika mengobati gastroenteritis viral yang dapat bertahan 5-14 hari, penting untuk mencegah
kehilangan cairan. Berikan ASI tambahan atau larutan rehidrasi oral (oralit) kepada bayi dan
anak kecil. Air saja tidak memiliki cukup natrium, kalium, dan nutrisi lain untuk merehidrasi
anak-anak. Pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda tentang jumlah cairan yang dibutuhkan
anak Anda, bagaimana cara memastikan ia mendapatkannya dengan cukup, kapan harus
memberikannya, dan cara mendeteksi dehidrasi.
Anak-anak yang lebih besar dengan diare dapat minum apa saja yang mereka sukai agar tetap
terhidrasi, termasuk oralit dan produk bermerek (nama mereka biasanya berakhir dengan “lyte”).
Es loli juga bisa menjadi cara yang baik untuk memasukkan cairan ke anak yang sudah muntah
dan perlu direhidrasi secara perlahan.
Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda baru saja bepergian ke luar negeri; anak
Anda mungkin perlu pemeriksaan tinja.
Obat-obatan seperti pencahar atau antibiotik juga dapat menyebabkan diare pada anak-anak dan
juga orang dewasa. Untuk diare ringan yang disebabkan oleh pengobatan, jaga agar anak Anda
tetap terhidrasi dengan aman. Jika antibiotik menyebabkan diare pada anak Anda, pastikan untuk
melanjutkan pengobatan dan hubungi dokter Anda. Dokter Anda dapat merekomendasikan untuk
mengurangi dosis, mengubah diet Anda, menambahkan probiotik atau beralih ke antibiotik lain.
Studi menunjukkan bahwa yogurt dengan kultur hidup atau probiotik dapat membantu
meringankan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Kultur dan probiotik membantu mengisi
kembali bakteri usus sehat yang terbunuh oleh antibiotik.
Keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare pada anak-anak. Gejala biasanya datang
dengan cepat, mungkin termasuk muntah, dan cenderung hilang dalam waktu 24 jam.
Perawatan untuk diare terkait keracunan makanan sama dengan diare yang disebabkan oleh
infeksi: Jagalah agar anak Anda tetap terhidrasi dan hubungi dokter Anda jika ada pertanyaan.
Penyebab diare lainnya termasuk penyakit iritasi usus, penyakit Crohn, alergi makanan, dan
penyakit Celiac. Jika Anda tidak yakin apa yang menyebabkan diare anak Anda, hubungi dokter
Anda.
Dehidrasi adalah salah satu komplikasi diare yang paling mengkhawatirkan pada anak-anak.
Diare ringan biasanya tidak menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan dibanding diare
sedang atau berat.
Dehidrasi berat sangat berbahaya; dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan kematian.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi. Hubungi dokter Anda jika anak
Anda memiliki gejala:
Pusing
Mulut kering
Urin berwarna kuning gelap, atau sangat sedikit atau tidak ada urin
Kulit kering
Lemas
Diare biasanya hilang dalam beberapa hari, tetapi dapat menyebabkan komplikasi. Jika anak
Anda memiliki gejala-gejala ini, jangan menunggu, segeralah dapatkan bantuan tenaga medis.
Hubungi dokter Anda segera jika anak Anda:
Tidak dapat menahan cairan atau muntah lebih dari dua kali
Demam lebih dari 40 ° C atau di bawah usia 6 bulan dengan demam lebih dari 38 ° C (ditentukan
oleh termometer)
Tampak dehidrasi
Berusia kurang dari sebulan dengan tiga atau lebih episode diare
Lebih dari empat kali diare dalam delapan jam dan tidak dapat minum cukup
Memiliki ruam
Belum buang air kecil dalam 6 jam jika bayi atau 12 jam jika anak-anak
Tahukah Anda jika diare merupakan salah satu penyakit yang sering menjadi penyebab kematian
pada anak? Meski terlihat sepele, pada kondisi-kondisi tertentu, penyakit pencernaan ini bisa
berbahaya jika sampai terjadi pada Si Kecil. Karena itu, orangtua perlu tahu berbagai cara
pencegahan diare pada anak.
Namun sebelum mengetahui cara mencegahnya, orangtua perlu tahu penyebab dari penyakit ini.
Dengan begitu, Langkah pencegahan yang dilakukan bisa semakin efektif dan menyeluruh.
Secara umum, penyebab diare pada anak adalah karena infeksi virus atau bakteri, seperti
rotavirus dan bakteri salmonella. Terkadang, diare pada anak bisa disebabkan oleh parasit,
seperti giardia. Namun, hal ini jarang terjadi. Diare pada anak biasanya juga diikuti dengan
demam, muntah, sakit perut, sakit kepala, dan dehidrasi.
Penyebab lain diare pada anak misalnya tidak dapat mencerna makanan tertentu (intoleransi
makanan), alergi makanan tertentu, reaksi obat-obatan tertentu, penyakit saluran pencernaan,
keracunan makanan, masalah di cara kerja saluran pencernaan, dan operasi perut.
Anda tentunya familiar dengan pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Oleh
karenanya, penting bagi para orangtua untuk mengetahui bagaimana cara mencegah diare pada
anak.
Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit saluran
pencernaan ini:
Mengajarkan anak untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama sebelum makan
dan setelah buang air besar (BAB).
Cuci sayur dan buah dengan baik sebelum memberikannya pada anak.
Cuci peralatan masak dengan baik, terutama setelah digunakan untuk memotong daging atau
ayam mentah.
Tidak memberikan susu yang belum dipasteurisasi kepada anak. Susu yang belum dipasteurisasi
tidak melewati proses untuk membunuh bakteri tertentu.
Tidak memberikan daging, ikan dan bahan makanan lain yang masih mentah atau belum
dimasak.
Batasi anak untuk mengonsumsi makanan yang dibeli di luar rumah karena tidak terjamin
kebersihannya.
Demam.
Menggigil.
Kembung di perut.
Dehidrasi.
- Diare akut, terjadi secara akut selama tiga sampai lima hari.
Penyebab Diare:
- Mengkonsumsi makanan yang basidan beracun dan alergi terhadap makanan (Gangguan pada
saluran cerna).
- Gangguan penyerapan makanan, sperti tidak toleransi terhadap Karbohidrat, Lemak atau
Protein (makanan basi,beracun,alergi terhadap makanan)
- Gangguan psikologis, rasa takut dan cemas yang berlebihan dan sistem kekebalan tubuh
menurun.
- Sampah berserakan
- Gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, frekuensi BAK menurun
- Terjadi dehidrasi
- Finger ( jari )
- Food ( makanan )
- Fly ( lalat )
- Mencuci tangan dengan baik sebelum makan dan setelah bermain dan BAB.(Cuci tangan 6
langkah )
Penanganan Diare:
- Mencegah dehidrasi, mengganti cairan yang telah hilang ( rehidrasi ), memenuhi kebutuhan
nutrisi serta mencegah masalah lain yang mungkin muncul.
- Minum air matang, air tajin, atau kuah sayur sebanyak – banyaknya.
Sediakan 1 sdt gula pasir tambahkan ¼ sdt garam, kemudian larutkan di dalam air 200 ml ( 1
gelas belimbing ) atau Sediakan 8 sdt gula pasir tambahkan 1 sdt garam, kemudian larutkan di
dalam air 1000 ml ( 5 gelas belimbing ).
Pembuatan ORALIT:
Siapkan Gula 1 sendok teh penuh, Garam ¼ sendok teh, Air masak 200cc/±1 gelas (atau air teh 1
gelas) lalu Campuran bahan-bahan tersebut diaduk sampai larut benar.
Bila diare terus menerus, ada muntah berulang – ulang, tidak mau makan dan minum dan ada
darah dalam feses.
- Cukup Energi
- Cukup Lemak
- Karbohidrat cukup
Etiologi
Infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan parasit merupakan penyebab diare tersering. Virus,
terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan
sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit.
Cairan rehidrasi oral (CRO) atau yang dikenal dengan nama ORALIT adalah cairan yang
dikemas khusus, mengandung air dan elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi saat diare.
Tata laksana
Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare
pada anak, terutama dalam hal menemukan derajat dehidrasi. Adanya darah di dalam tinja harus
dipikirkan adanya infeksi usus oleh bakteri patogen. Peningkatan jumlah leukosit dalam tinja
merupakan petanda adanya infeksi bakteri.
Terapi rehidrasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah atau mengatasi dehidrasi pada anak yang
mengalami diare, yaitu (1) mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi, (2) mengganti
kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan (3) pemberian cairan rumatan.
Tanpa dehidrasi
Pada keadaan ini, buang air kecil masih seperti biasa. ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau
mengganti makanan, termasuk susu formula. Dapat diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air
besar cair.
Dehidrasi ringan-sedang
Anak terlihat haus dan buang air kecil mulai berkurang. Mata terlihat agak cekung, kekenyalan
kulit menurun, dan bibir kering. Pada keadaan ini, anak harus diberikan cairan rehidrasi dibawah
pengawsan tenaga medis, sehingga anak perlu dibawah ke rumah sakit. CRO diberikan sebanyak
15-20 ml/kgBB/jam. Setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum. ASI
diteruskan. Pemberian minuman seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga
(sports drink) umumnya mengandung kadar karbohidrat dan osmolaritas yang tinggi. Minuman
tersebut dapat menyebabkan diare osmotik yang lebih berat disamping mengandung kadar Na
yang rendah sehingga sering menyebabkan hiponatremia. Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai
cairan rehidrasi karena juga mengandung kadar Na yang rendah. Makanan tidak perlu dibatasi
karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi CRO cukup
dilaksanakan pada ruang observasi di UGD atau Ruang Rawat Sehari.
Muntah bukan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus diberikan secara perlahan-lahan dan
konstan untuk mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin direevaluasi
Dehidrasi Berat
Selain gejala klinis yang terlihat pada dehidrasi ringan-sedang, pada keadaan ini juga terlihat
napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, keasadaran menurun, denyut nadi cepat, dan
kekenayalan kulit sangat menurun. Anak harus dibawa segera ke Rumah Sakit untuk mendapat
cairan rehidrasi melalui infus.
Dietetik
Memuasakan anak yang menderita diare akut hanya akan memperpanjang durasi diarenya. Air
susu ibu harus diteruskan pemberiannya. Pada bayi yang telah mendapat susu formula, susu
formula bebas laktosa hanya diberikan kepada bayi yang mengalami dehidrasi berat dan bayi
yang secara klinis memperlihatkan intoleransi laktosa berat dan diarenya bertambah pada saat
diberikan susu. Susu tersebut dapat diberikan selama 1 minggu. Intoleransi laktosa umumnya
bersifat sementara akibat adanya kerusakkan mukosa usus. Aktivitas laktase akan kembali
normal begitu epitel mukosa usus mengalami regenerasi. Gejala intoleransi laktosa mencakup
diare cair profus, kembung, sering flatus, sakit perut, kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau
asam.
Antibiotika
Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun dicurigai adanya bakteri
sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus diare akut merupakan self
limiting. Pemberian antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat
disregulasi mikroflora usus.
Lintas diare
Berikan oralit
Teruskan ASI-makan
Diare pada anak adalah salah satu penyakit yang bisa disembuhkan di rumah, asalkan dengan
penanganan yang tepat. Selain memberikan obat-obatan sesuai resep dokter, memastikan anak
tidak sampai dehidrasi, Bunda juga bisa memberikan penanganan tepat dari segi asupan
makanan.
Penanganan diare pada anak dari segi makanan harus dilakukan dengan tepat ya, Bun. Yuk,
ketahui tips penanganan diare pada anak berikut ini.
Diare pada anak sering dibarengi dengan kondisi kekurangan cairan dan dehidrasi. Kehilangan
cairan tubuh harus segera diatasi, yaitu dengan meningkatkan konsumsi cairan harian. Produk
minuman lain seperti oralit atau pedialit bisa membantu kadar cairan tubuh anak. Produk ini
umumnya tersedia di apotek. Selain itu, Bunda bisa memberikan makanan yang lembut seperti
agar-agar sebagai alternatif cairan untuk anak.
Sup kaldu, jus buah, dan susu tanpa laktosa juga dapat menjadi pilihan nutrisi. Susu
pertumbuhan berbahan dasar kedelai (tanpa kandungan laktosa), dapat diberikan kepada buah
hati saat ia diare.
Jika dibutuhkan, penanganan diare pada anak boleh mengikutsertakan beberapa jenis makanan
berikut:
Daging ayam, ikan, atau sapi yang sudah dimasak dengan baik
Telur rebus
Pisang
Bubur apel
Sereal
Kentang panggang/rebus
Pastikan seluruh jenis makanan telah dibersihkan dan dimasak sampai matang.
Susu sapi (terutama jika semakin memperparah diare), Bunda bisa mengganti dengan susu
pertumbuhan berbahan dasar kedelai.
Sayuran dan buah-buahan yang memicu gas, misalnya brokoli, kacang-kacangan, jagung.
Anak sangat lemas dan tidak beraktivitas seperti biasa (tidak bisa duduk atau memalingkan
kepala)
Mulut kering
Demam berkepanjangan
Sakit perut
D. Patofisiologi
Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:
1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan kotor.
3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.
4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.