Anda di halaman 1dari 15

Akut: Jenis yang Paling Umum Terjadi

Jenis diare yang dialami oleh kebanyakan orang adalah diare akut. Penyebab utamanya adalah:

Infeksi saluran pencernaan akibat bakteri, virus, ataupun parasit yang didapat dari air dan
makanan yang terkontaminasi maupun melakukan kontak langsung dengan orang lain yang
sedang mengalami infeksi ini.

Mengonsumsi terlalu banyak minuman bersoda, minuman beralkohol, ataupun minuman yang
mengandung kafein.

Keracunan makanan.

Efek samping dari obat-obatan tertentu.

Selain buang air besar dalam bentuk cair dengan frekuensi yang sering, diare akut juga bisa
menimbulkan gejala, seperti muntah, terdapat darah atau lendir pada tinja, demam, sakit kepala,
dan sakit perut. Namun, dari semua gejala tersebut, dehidrasi adalah gejala yang paling perlu
kamu waspadai dari diare akut. Dehidrasi ditandai dengan gejala berupa lemas, kram otot, sakit
kepala, frekuensi buang air kecil berkurang, dan mulut kering.

Biasanya, diare akut bisa sembuh dalam beberapa hari setelah mengonsumsi obat, minum air
putih yang cukup dan beristirahat. Namun, kamu dianjurkan untuk memeriksakan diri ke dokter
bila mengalami diare yang disertai dengan gejala berikut:

Mengalami sakit perut yang tidak tertahankan.

Muntah dalam jumlah yang banyak atau sangat sering.

Keluar darah saat muntah atau buang air besar.

Disertai dengan demam tinggi yang tidak kunjung reda.

Begitu juga dengan kamu yang berusia lanjut, sedang hamil, mengidap epilepsi, diabetes, radang
usus, sakit ginjal, ataupun memiliki daya tahan tubuh yang rendah akibat kemoterapi, dianjurkan
untuk segera mengunjungi dokter bila mengalami diare.

Baca juga: 3 Penyebab BAB Berdarah

Diare Kronis: Dapat Mengancam Nyawa

Diare kronis yang berlangsung selama lebih dari dua bahkan empat minggu adalah kondisi yang
jarang terjadi. Meski demikian, kondisi ini bisa sangat berbahaya bagi mereka yang memiliki
sistem kekebalan tubuh yang lemah. Penyebabnya bisa infeksi oleh bakteri, parasit, dan virus.

Selain infeksi, diare kronis juga bisa disebabkan oleh hal-hal berikut:
Gangguan pada usus, misalnya penyakit radang usus.

Gangguan pada pankreas.

Gangguan pada tiroid, misalnya hipertiroidisme.

Gangguan sistem kekebalan tubuh.

Tumor.

Penyakit turunan, misalnya yang menyebabkan defisiensi.

Berkurangnya aliran darah pada usus.

Intoleransi tubuh terhadap makanan dan minuman tertentu, seperti susu sapi, fruktosa, atau
protein kedelai.

Obat-obatan, seperti obat pencahar atau antibiotik.

Perbedaan diare akut dan diare kronis lainnya terletak pada cara mendiagnosisnya. Selain
pemeriksaan fisik, diagnosis diare kronis biasanya membutuhkan pemeriksaan tambahan untuk
mencari tahu penyebabnya, seperti tes darah, cek feses, foto Rontgen, dan endoskopi. Diare
kronis juga bisa menimbulkan komplikasi yang berbeda-beda, tergantung usia dan kondisi
kesehatan pengidap. Pada orang yang sudah mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh, diare
kronis bisa menyebabkan malnutrisi. Jenis diare ini juga berisiko tinggi menimbulkan dehidrasi
dan gangguan elektrolit. Itulah mengapa apapun penyebabnya, diare kronis perlu mendapatkan
penanganan medis dari dokter secepatnya.

Diare akut

anak diare saat liburan

Diare akut adalah gejala diare yang muncul tiba-tiba dan berlangsung selama kurang lebih 3 hari
sampai sekitar seminggu. Bila digambarkan, Anda yang awalnya sehat langsung segera kena
diare setelah terpapar oleh makanan atau kuman penyebab diare,

Diare akut itu sendiri kemudian terbagi lagi menjad dua jenis, yaitu:

Acute watery diarrhoea

Diare ini ditandai dengan feses cair yang berlangsung selama beberapa jam sampai beberapa
hari, tapi tidak lebih dari dua minggu.

Selain feses encer, orang yang mengalami diare berair juga akan mengalami perut mulas, mual,
maupun muntah.
Pada kebanyakan kasus, diare berair disebabkan oleh infeksi rotavirus pada bayi dan anak kecil
atau infeksi norovirus pada orang dewasa.

Acute bloody diarrhoea

Diare akut berdarah disebut juga dengan disentri, yang disebabkan oleh infeksi bakteri
Entamoeba histolytica atau Shigella bacillus pada saluran pencernaan.

Lama waktu penyakit berlangsung biasanya berkisar 1-3 hari, dengan kemunculan gejala berupa:

Perut mulas parah, mual, dan muntah

Demam menggigil

Feses berdarah dan berlendir

Tubuh kelelahan

Diare akut berdarah akibat bakteri Shigella umumnya lebih ringan dan dapat sembuh tanpa
dalam beberapa hari. Sementara itu, infeksi bakteri Entamoeba dapat menembus dinding usus
hingga merusak organ. Darah pada feses pada jenis diare akut ini disebabkan oleh adanya luka
terbuka pada usus yang diakibatkan oleh serangan bakteri tersebut

Pengobatan diare tipe ini adalah dengan mencegah dehidrasi lewat tambahan asupan cairan, baik
itu air putih, oralit, atau cairan infus. Dokter mungkin meresepkan antibiotik tunggal atau
kombinasi dengan obat amoebicidal.

2. Diare kronis

penyebab diare

Jika diare akut berlangsung paling lama sekitar 1-2 minggu, diare kronis lebih lama. Gejala diare
kronis dapat berlangsung hingga 4 minggu, bahkan lebih. Rerata sebuah penyakit dapat
dikatakan kronis jika apabila sudah diderita dalam waktu yang lama atau berkembang secara
perlahan-lahan.

Penyebab diare kronis pada umumnya adalah infeksi pencernaan jangka panjang atau masalah
medis tertentu, seperti peradangan.

Jika penyebabnya tidak diketahui setelah melewati pemeriksaan dasar, dokter mungkin
mengaitkannya dengan sindrom iritasi usus besar (IBS). Sindrom ini dapat menyebabkan gejala
diare sekaligus sembelit, mual, kembung, dan mulas.
Diare kronis juga bisa disebabkan oleh penyakit Crohn atau kolitis ulserativa. Selain membuat
feses jadi encer, dua kondisi tersebut dapat menimbulkan adanya darah pada feses disertai sakit
perut. Diare kronis yang disebabkan oleh penyakit ini dikenal juga dengan diare eksudatif.

Penyebab lain dari diare kronis adalah penggunaan obat golongan NSAID, memiliki penyakit
diabetes atau HIV, minum alkohol dan makan makanan gluten berlebihan.

Diare yang berlangsung lebih lama dari diare akut juga bisa disebabkan oleh makanan tertentu
yang merangsang proses penyerapan di usus jadi lebih cepat. Contoh makanan yang cenderung
menyebabkan diare kronis adalah susu dan makanan yang mengandung sorbitol atau fruktosa.

Diare persisten, jenis diare di antara akut dan kronis

diare berhari hari

Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, diare persisten
adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari, namun tidak lebih dari 4 minggu. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa jenis diare ini berlangsung lebih lama ketimbang diare akut tapi lebih singkat
dari yang kronis.

Diare persisten terjadi karena adanya infeksi, baik itu virus, bakteri, maupun parasit. Diare jenis
ini menyebabkan feses encer berkepanjangan disertai dengan penurunan berat badan. Pada bayi
dan anak, diare ini bisa menyebabkan malnutrisi (kekurangan gizi) bila tidak ditangani dengan
tepat.

Menurut laporan jurnal Pediatric Gastroenterology Hepatology & Nutrition, diare yang
berlangsung lebih lama dari diare akut ini terbagi lagi menjadi dua, yakni:

Diare osmotik

Tipe diare ini terjadi ketika makanan yang ada di usus tidak dapat diserap dengan baik.
Akibatnya, cairan berlebihan terbuang bersama feses dan membuat feses jadi encer.

Diare osmotik dapat terjadi karena jenis makanan tertentu dan obat-obatan. Makanan yang
menyebabkan diare persisten ini yaitu yang mengandung laktosa, pemanis buatan, seperti
aspartam dan sakarin.

Sementara obat-obatan yang memicu diare osmotik adalah penggunaan antibiotik, obat
hipertensi, dan obat pencahar yang mengandung bahan aktif seperti natrium fosfat, magnesium
sulfat, atau magnesium fosfat.

Orang dengan tipe diare ini harus menghindari makanan dan obat pemicu. Dokter akan
meresepkan obat diare medis untuk mengatasinya.
Diare sekretori

Jenis diare yang lebih lama dari diare akut ini disebabkan oleh gangguan sekresi pada usus kecil
atau usus besar dalam menyerap elektrolit.

Saat kadar air cukup banyak dalam tubuh, air akan dibuang ke usus kecil yang terganggu
fungsinya. Sekresi air (pembuangan air) pada usus ini akan melebihi kemampuan usus untuk
menyerap, sehingga membuat feses jadi encer.

Selain infeksi bakteri E. coli, jenis diare persisten ini juga bisa disebabkan oleh produksi hormon
tertentu akibat adanya hormon, penggunaan obat antidepresan, dan keracunan logam atau
insektisida.

Diare pada Anak: Penyebab dan Perawatan | Ciputra Healthcare

Mengapa anak-anak lebih sering terkena diare daripada orang dewasa? Bagaimana cara Anda
mengobati ketidaknyamanan anak Anda? Artikel ini akan menjelaskan tentang penyebab diare
dan perawatan di rumah yang bisa dilakukan.

Diare pada Anak: Penyebab dan Perawatan Umum

Diare adalah respons tubuh untuk membersihkan diri dari kuman. Umumnya episode
berlangsung beberapa hari hingga seminggu. Diare sering didampingi dengan gejala demam,
mual, muntah, kram perut, dan dehidrasi. Beberapa alasan paling umum anak-anak terkena diare
meliputi:

Infeksi dari virus seperti rotavirus, infeksi bakteri seperti salmonella, dan sebagian kecil akibat
infeksi parasit seperti giardia. Virus adalah penyebab paling umum dari diare anak. Seiring
dengan tinja yang cair dan berampas, gejala infeksi gastroenteritis virus sering termasuk muntah,
sakit perut, sakit kepala, dan demam.

Ketika mengobati gastroenteritis viral yang dapat bertahan 5-14 hari, penting untuk mencegah
kehilangan cairan. Berikan ASI tambahan atau larutan rehidrasi oral (oralit) kepada bayi dan
anak kecil. Air saja tidak memiliki cukup natrium, kalium, dan nutrisi lain untuk merehidrasi
anak-anak. Pastikan untuk berbicara dengan dokter Anda tentang jumlah cairan yang dibutuhkan
anak Anda, bagaimana cara memastikan ia mendapatkannya dengan cukup, kapan harus
memberikannya, dan cara mendeteksi dehidrasi.

Anak-anak yang lebih besar dengan diare dapat minum apa saja yang mereka sukai agar tetap
terhidrasi, termasuk oralit dan produk bermerek (nama mereka biasanya berakhir dengan “lyte”).
Es loli juga bisa menjadi cara yang baik untuk memasukkan cairan ke anak yang sudah muntah
dan perlu direhidrasi secara perlahan.

Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter jika Anda baru saja bepergian ke luar negeri; anak
Anda mungkin perlu pemeriksaan tinja.
Obat-obatan seperti pencahar atau antibiotik juga dapat menyebabkan diare pada anak-anak dan
juga orang dewasa. Untuk diare ringan yang disebabkan oleh pengobatan, jaga agar anak Anda
tetap terhidrasi dengan aman. Jika antibiotik menyebabkan diare pada anak Anda, pastikan untuk
melanjutkan pengobatan dan hubungi dokter Anda. Dokter Anda dapat merekomendasikan untuk
mengurangi dosis, mengubah diet Anda, menambahkan probiotik atau beralih ke antibiotik lain.

Studi menunjukkan bahwa yogurt dengan kultur hidup atau probiotik dapat membantu
meringankan diare yang disebabkan oleh antibiotik. Kultur dan probiotik membantu mengisi
kembali bakteri usus sehat yang terbunuh oleh antibiotik.

Keracunan makanan juga dapat menyebabkan diare pada anak-anak. Gejala biasanya datang
dengan cepat, mungkin termasuk muntah, dan cenderung hilang dalam waktu 24 jam.

Perawatan untuk diare terkait keracunan makanan sama dengan diare yang disebabkan oleh
infeksi: Jagalah agar anak Anda tetap terhidrasi dan hubungi dokter Anda jika ada pertanyaan.

Penyebab diare lainnya termasuk penyakit iritasi usus, penyakit Crohn, alergi makanan, dan
penyakit Celiac. Jika Anda tidak yakin apa yang menyebabkan diare anak Anda, hubungi dokter
Anda.

Anak-anak dan Diare: Mengenali Dehidrasi

Dehidrasi adalah salah satu komplikasi diare yang paling mengkhawatirkan pada anak-anak.
Diare ringan biasanya tidak menyebabkan kehilangan cairan yang signifikan dibanding diare
sedang atau berat.

Dehidrasi berat sangat berbahaya; dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, bahkan kematian.
Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui tanda-tanda dehidrasi. Hubungi dokter Anda jika anak
Anda memiliki gejala:

Pusing

Mulut kering

Urin berwarna kuning gelap, atau sangat sedikit atau tidak ada urin

Sedikit atau tidak ada air mata saat menangis

Kulit kering

Lemas

Kapan Harus Menghubungi Dokter Tentang Diare Anak Anda

Diare biasanya hilang dalam beberapa hari, tetapi dapat menyebabkan komplikasi. Jika anak
Anda memiliki gejala-gejala ini, jangan menunggu, segeralah dapatkan bantuan tenaga medis.
Hubungi dokter Anda segera jika anak Anda:

Tampak sangat sakit

Sudah diare lebih dari tiga hari

Berusia lebih muda dari 6 bulan

Muntah cairan hijau atau kuning berdarah

Tidak dapat menahan cairan atau muntah lebih dari dua kali

Demam lebih dari 40 ° C atau di bawah usia 6 bulan dengan demam lebih dari 38 ° C (ditentukan
oleh termometer)

Tampak dehidrasi

Memiliki tinja berdarah

Berusia kurang dari sebulan dengan tiga atau lebih episode diare

Lebih dari empat kali diare dalam delapan jam dan tidak dapat minum cukup

Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah

Memiliki ruam

Memiliki sakit perut selama lebih dari dua jam

Belum buang air kecil dalam 6 jam jika bayi atau 12 jam jika anak-anak

Gejala Diare pada Anak

Tahukah Anda jika diare merupakan salah satu penyakit yang sering menjadi penyebab kematian
pada anak? Meski terlihat sepele, pada kondisi-kondisi tertentu, penyakit pencernaan ini bisa
berbahaya jika sampai terjadi pada Si Kecil. Karena itu, orangtua perlu tahu berbagai cara
pencegahan diare pada anak.

Namun sebelum mengetahui cara mencegahnya, orangtua perlu tahu penyebab dari penyakit ini.
Dengan begitu, Langkah pencegahan yang dilakukan bisa semakin efektif dan menyeluruh.

Penyebab Diare pada Anak

Secara umum, penyebab diare pada anak adalah karena infeksi virus atau bakteri, seperti
rotavirus dan bakteri salmonella. Terkadang, diare pada anak bisa disebabkan oleh parasit,
seperti giardia. Namun, hal ini jarang terjadi. Diare pada anak biasanya juga diikuti dengan
demam, muntah, sakit perut, sakit kepala, dan dehidrasi.
Penyebab lain diare pada anak misalnya tidak dapat mencerna makanan tertentu (intoleransi
makanan), alergi makanan tertentu, reaksi obat-obatan tertentu, penyakit saluran pencernaan,
keracunan makanan, masalah di cara kerja saluran pencernaan, dan operasi perut.

Cara Pencegahan Diare pada Anak

Anda tentunya familiar dengan pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Oleh
karenanya, penting bagi para orangtua untuk mengetahui bagaimana cara mencegah diare pada
anak.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit saluran
pencernaan ini:

Pemberian vaksin rotavirus kepada anak.

Mengajarkan anak untuk rajin mencuci tangan dengan sabun dan air, terutama sebelum makan
dan setelah buang air besar (BAB).

Menjaga kebersihkan lingkungan rumah, terutama kamar mandi.

Cuci sayur dan buah dengan baik sebelum memberikannya pada anak.

Cuci peralatan masak dengan baik, terutama setelah digunakan untuk memotong daging atau
ayam mentah.

Langsung masukkan daging mentah ke kulkas setelah dibeli.

Tidak memberikan susu yang belum dipasteurisasi kepada anak. Susu yang belum dipasteurisasi
tidak melewati proses untuk membunuh bakteri tertentu.

Tidak memberikan daging, ikan dan bahan makanan lain yang masih mentah atau belum
dimasak.

Konsumsilah makanan yang sehat dan bersih.

Batasi anak untuk mengonsumsi makanan yang dibeli di luar rumah karena tidak terjamin
kebersihannya.

Gejala-Gejala Diare pada Anak

Demam.

Menggigil.

Feses yang mengandung darah.

Rasa sakit di perut.


Mual atau muntah.

Buang air besar yang tidak dapat dikontrol.

Kembung di perut.

Dehidrasi.

Jenis- Jenis Diare:

- Berkepanjangan, berlangsung antara tujuh sampai empat belas hari.

- Diare akut, terjadi secara akut selama tiga sampai lima hari.

- Diare Kronik, berlangsung lebih dari empat belas hari.

Penyebab Diare:

- Infeksi disebabkan oleh Virus, Bakteri, Parasit.

- Mengkonsumsi makanan yang basidan beracun dan alergi terhadap makanan (Gangguan pada
saluran cerna).

- Gangguan penyerapan makanan, sperti tidak toleransi terhadap Karbohidrat, Lemak atau
Protein (makanan basi,beracun,alergi terhadap makanan)

- Gangguan psikologis, rasa takut dan cemas yang berlebihan dan sistem kekebalan tubuh
menurun.

Kebiasaan yang menyebabkan terjadinya diare:

- Makan tanpa cuci tangan yang bersih

- Minum air mentah atau kotor

- Makan makanan yang dihinggapi lalat

- Buang air besar di sembarang tempat

- Lingkungan rumah yang kotor

- Sampah berserakan

Tanda dan gejala diare:


- Sering BAB lebih dari 3 kali dengan feses yang encer, kadang disertai mual dan muntah.

- Gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan menurun, frekuensi BAK menurun

- Badan lemah dan lesu

- Terjadi dehidrasi

Cara penularan diare:

Penularannya disebut dengan 3 F, yaitu :

- Finger ( jari )

- Food ( makanan )

- Fly ( lalat )

Cara pencegahan diare:

- Mencuci tangan dengan baik sebelum makan dan setelah bermain dan BAB.(Cuci tangan 6
langkah )

- Jaga kebersihan diri, makanan, sumber air, lingkungan dan jamban.

- Makanan harus selalu ditutup

- Air minum dimasak sampai matang

- BAB tidak disembarangan tempat ( di jamban )

Penanganan Diare:

- Mencegah dehidrasi, mengganti cairan yang telah hilang ( rehidrasi ), memenuhi kebutuhan
nutrisi serta mencegah masalah lain yang mungkin muncul.

- Minum air matang, air tajin, atau kuah sayur sebanyak – banyaknya.

- Minum ORALIT atau Larutan Gula Garam( LGG )

- Diet makan yang bernutrisi Istirahat yang cukup

Cara membuat larutan gula garam (LGG):

Sediakan 1 sdt gula pasir tambahkan ¼ sdt garam, kemudian larutkan di dalam air 200 ml ( 1
gelas belimbing ) atau Sediakan 8 sdt gula pasir tambahkan 1 sdt garam, kemudian larutkan di
dalam air 1000 ml ( 5 gelas belimbing ).

Pembuatan ORALIT:
Siapkan Gula 1 sendok teh penuh, Garam ¼ sendok teh, Air masak 200cc/±1 gelas (atau air teh 1
gelas) lalu Campuran bahan-bahan tersebut diaduk sampai larut benar.

Cari pengobatan lanjut ke puskesmas/Rumah sakit:

Bila diare terus menerus, ada muntah berulang – ulang, tidak mau makan dan minum dan ada
darah dalam feses.

Nutrisi yang di berikan:

(Diet rendah sisa)

- Cukup Energi

- Cukup Protein, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total

- Cukup Lemak

- Karbohidrat cukup

- Rendah serat / rendah sisa

- Bentuk makanan lunak dan mudah cerna

- Makanan porsi kecil tapi sering

- Tidak merangsang pencernaan

- Banyak minum air putih, untuk menghindari dehidrasi.

Etiologi

Infeksi baik itu oleh virus, bakteri dan parasit merupakan penyebab diare tersering. Virus,
terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%) diare infeksi pada anak, sedangkan
sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah parasit.

Cairan rehidrasi oral

Cairan rehidrasi oral (CRO) atau yang dikenal dengan nama ORALIT adalah cairan yang
dikemas khusus, mengandung air dan elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi saat diare.

Tata laksana

Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare
pada anak, terutama dalam hal menemukan derajat dehidrasi. Adanya darah di dalam tinja harus
dipikirkan adanya infeksi usus oleh bakteri patogen. Peningkatan jumlah leukosit dalam tinja
merupakan petanda adanya infeksi bakteri.
Terapi rehidrasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah atau mengatasi dehidrasi pada anak yang
mengalami diare, yaitu (1) mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi, (2) mengganti
kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan (3) pemberian cairan rumatan.

Tanpa dehidrasi

Pada keadaan ini, buang air kecil masih seperti biasa. ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau
mengganti makanan, termasuk susu formula. Dapat diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air
besar cair.

Dehidrasi ringan-sedang

Anak terlihat haus dan buang air kecil mulai berkurang. Mata terlihat agak cekung, kekenyalan
kulit menurun, dan bibir kering. Pada keadaan ini, anak harus diberikan cairan rehidrasi dibawah
pengawsan tenaga medis, sehingga anak perlu dibawah ke rumah sakit. CRO diberikan sebanyak
15-20 ml/kgBB/jam. Setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum. ASI
diteruskan. Pemberian minuman seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga
(sports drink) umumnya mengandung kadar karbohidrat dan osmolaritas yang tinggi. Minuman
tersebut dapat menyebabkan diare osmotik yang lebih berat disamping mengandung kadar Na
yang rendah sehingga sering menyebabkan hiponatremia. Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai
cairan rehidrasi karena juga mengandung kadar Na yang rendah. Makanan tidak perlu dibatasi
karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi CRO cukup
dilaksanakan pada ruang observasi di UGD atau Ruang Rawat Sehari.

Muntah bukan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus diberikan secara perlahan-lahan dan
konstan untuk mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin direevaluasi

Dehidrasi Berat

Selain gejala klinis yang terlihat pada dehidrasi ringan-sedang, pada keadaan ini juga terlihat
napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, keasadaran menurun, denyut nadi cepat, dan
kekenayalan kulit sangat menurun. Anak harus dibawa segera ke Rumah Sakit untuk mendapat
cairan rehidrasi melalui infus.

Dietetik

Memuasakan anak yang menderita diare akut hanya akan memperpanjang durasi diarenya. Air
susu ibu harus diteruskan pemberiannya. Pada bayi yang telah mendapat susu formula, susu
formula bebas laktosa hanya diberikan kepada bayi yang mengalami dehidrasi berat dan bayi
yang secara klinis memperlihatkan intoleransi laktosa berat dan diarenya bertambah pada saat
diberikan susu. Susu tersebut dapat diberikan selama 1 minggu. Intoleransi laktosa umumnya
bersifat sementara akibat adanya kerusakkan mukosa usus. Aktivitas laktase akan kembali
normal begitu epitel mukosa usus mengalami regenerasi. Gejala intoleransi laktosa mencakup
diare cair profus, kembung, sering flatus, sakit perut, kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau
asam.

Antibiotika

Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun dicurigai adanya bakteri
sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus diare akut merupakan self
limiting. Pemberian antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat
disregulasi mikroflora usus.

Lintas diare

Berikan oralit

Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

Teruskan ASI-makan

Berikan antibiotik secara selektif

Berikan nasihat pada ibu/keluarga

Penanganan Diare pada Anak

Diare pada anak adalah salah satu penyakit yang bisa disembuhkan di rumah, asalkan dengan
penanganan yang tepat. Selain memberikan obat-obatan sesuai resep dokter, memastikan anak
tidak sampai dehidrasi, Bunda juga bisa memberikan penanganan tepat dari segi asupan
makanan.

Penanganan diare pada anak dari segi makanan harus dilakukan dengan tepat ya, Bun. Yuk,
ketahui tips penanganan diare pada anak berikut ini.

1. Penuhi Kebutuhan Cairan

Diare pada anak sering dibarengi dengan kondisi kekurangan cairan dan dehidrasi. Kehilangan
cairan tubuh harus segera diatasi, yaitu dengan meningkatkan konsumsi cairan harian. Produk
minuman lain seperti oralit atau pedialit bisa membantu kadar cairan tubuh anak. Produk ini
umumnya tersedia di apotek. Selain itu, Bunda bisa memberikan makanan yang lembut seperti
agar-agar sebagai alternatif cairan untuk anak.

Sup kaldu, jus buah, dan susu tanpa laktosa juga dapat menjadi pilihan nutrisi. Susu
pertumbuhan berbahan dasar kedelai (tanpa kandungan laktosa), dapat diberikan kepada buah
hati saat ia diare.

2. Asupan Makanan saat Anak Diare


Selama anak masih mengalami diare, Bunda tetap bisa memberikan asupan berupa makanan
padat. Berikut adalah beberapa hal yang sebaiknya Bunda pahami mengenai asupan makanan
saat anak diare.

Tetap makan 3 kali sehari, walau dalam porsi lebih sedikit.

Konsumsi makanan yang mengandung garam, misalnya biskuit atau sup.

Jika dibutuhkan, penanganan diare pada anak boleh mengikutsertakan beberapa jenis makanan
berikut:

Daging ayam, ikan, atau sapi yang sudah dimasak dengan baik

Telur rebus

Pisang

Bubur apel

Produk roti, pasta, dan nasi putih

Sereal

Sayuran rebus, misalnya wortel, kacang hijau, jamur, dan sebagainya

Snack buatan rumah, misalnya agar-agar, es krim, biskuit, dan lain-lain

Kentang panggang/rebus

Pastikan seluruh jenis makanan telah dibersihkan dan dimasak sampai matang.

3. Makanan yang Harus Dihindari saat Anak Diare

Saat diare, buah hati harus menghindari makanan berikut:

Makanan yang digoreng dan makanan berminyak

Fast food atau makanan olahan seperti nugget dan sosis

Jus dalam kemasan yang mengandung banyak gula

Susu sapi (terutama jika semakin memperparah diare), Bunda bisa mengganti dengan susu
pertumbuhan berbahan dasar kedelai.

Sayuran dan buah-buahan yang memicu gas, misalnya brokoli, kacang-kacangan, jagung.

4. Kapan Harus Menghubungi Dokter


Diare pada anak selalu membutuhkan pengawasan teliti dari orang tua. Bunda bisa segera
hubungi dokter jika buah hati menunjukkan gejala berikut:

Anak sangat lemas dan tidak beraktivitas seperti biasa (tidak bisa duduk atau memalingkan
kepala)

Mulut kering

Menangis tanpa air mata

Tidak pipis selama 6 jam

Pendarahan pada BAB

Demam berkepanjangan

Sakit perut

D. Patofisiologi

Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:

1. Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

2. Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan


tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara
sampai beberapa hari.

3. Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.

4. Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Anda mungkin juga menyukai