BOK merupakan dana khusus untuk membiayai program kesehatan masyarakat di luar
Gedung (tidak untuk pelayanan pengobatan). Evaluasi BOK menunjukkan bahwa
bantuan operasional tersebut hanya efektif kalau SDM Puskesmas cukup tersedia
untuk melaksanakan kegiatan luar Gedung (tenaga kesmas,, sanitarian & gizi). Dana
BOK tidak efektif apabila Puskesmas tidak memiliki cukup tenaga-tenaga tersebut.
Sebagai organisasi yang memiliki fungsi manajemen, Puskesmas harus dilengkapi pula
dengan tenaga diluar tenaga kesehatan, seperti tenaga administrasi dan IT. Kebijakan
moratorium pengangkatan PNS yang dimulai tahun 2011 tidak sejalan dengan upaya
mempercepat pembangunan kesehatan. Dengan keterbatasan tenaga kesehatan
masyarakat, kebijakan moratorium menghambat perekrutan tenaga batu untuk mengisi
banyaknya kekosongan tenaga.
Studi tentang Puskesmas, kegiatan Puskesmas cenderung terfokus pada kegiatan
pelayanan dalam gedung. Tenaga Puskesmas pada akhirnya melakukan tugas lain
diluar tugas pokok dan fungsinya, antara lain menyusun laporan administrasi
penggunaan dana kapitasi BPJS. Jasa pelayanan kurang berpengaruh pada kualitas
kerja dikarenakan beban kerja yang berlipat ganda. Tambahan pendapatan dari
kapitasi/tukin hanya membuat petugas disiplin dalam hal kehadiran dan jam kerja,
namun tidak pada kualitas pekerjaan.
Kegiatan UKM sekarang bertumpu pada dana BOK dalam DAK non-fisik. Jumlahnya
relatif kecil tanpa komponen jasa pelayanan didalamnya. Ditambah dengan kekosongan
tenaga kesmas, maka intensitas kegiatan UKM jauh tertinggal dibandingkan dengan
kegiatan UKP. Situasi ini tidak sejalan dengan kebijakan nasional yang mengutamakan
upaya promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
Isu strategis penguatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas:
(1) Rumusan tugas pokok dan fungsi Puskesmas;
(2) Kelembagaan Puskesmas;
(3) Kecukupan, kelengkapan dan kompetensi SDM Puskesmas;
(4) Pengelolaan obat dan alat kesehatan;
(5) Pembiayaan Puskesmas; dan
(6) Manajemen atau tata kelola.
Penguatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas harus komprehensif mencakup
keenam isu strategis tersebut (tidak boleh parsial). Isu-isu tersebut saling berkaitan dan
bila salah satu tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan keseluruhan fungsi
Puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar terganggu.
(1) Tugas Pokok, Fungsi dan Kewenangan Puskesmas
Tugas pokok dan fungsi Puskesmas sesuai regulasi dan kebijakan tentang
Puskesmas, mencakup empat hal, yaitu:
1. Sebagai pembina kesehatan wilayah (Permenkes 75/2014 ttg Puskesmas dan
PP 18/2016 ttg Perangkat Daerah);
2. Menyelenggarakan UKM (Kepmenkes 128/2004 dan Permenkes 75/2014);
3. Menyelenggarakan UKP (Kepmenkes 128/2004 dan Permenkes 75/2014);
4. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen Puskesmas (Kepmenkes 128/2004).
P1 (Perencanaan), P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), P3 (Pemantauan,
Pengawasan dan Penilaian).
Perencanaan
Pencatatan dan Pelaporan (SP3, SIKDA)
P-care (BPJS)
Laporan Keuangan (BOK, JKN, PPK-BLUD)
Mutu (Akreditasi)
Kelembagaan Puskesmas
Kelembagaan Puskemas berdasarkan regulasi, yaitu:
(1) Sebagai UPT Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (PP 18/2016 dan Permenkes
75/2014);
Tupoksi Puskesmas sbg Pembina Kesehatan Wilayah, Pelaksana UKM, dan UKP.
Puskesmas sbg perpanjangan Dinkes, melaksanakan kewajiban & kewenangan
Dinkes.
(2) Sebagai FKTP BPJS (Permenkes 71/2013 dan 19/2014);
Puskesmas berkewajiban melayani peserta BPJS yang didaftarkan pada
Puskesmas bersangkutan. Sejumlah 144 diagnosis penyakit diharapkan dapat
ditangani oleh Puskesmas. Kinerja Puskesmas meliputi:
o Angka kontak;
o Rasio rujukan rawat jalan non-spesialistik;
o Rasio Peserta Prolanis rutin berkunjung ke FKTP;
o Kunjungan ke rumah Peserta BPJS.
Kinerja ini harus dilaporkan setiap bulan. (Kinerja “Kuratif”). Dengan terbatasnya
tenaga, sebagian besar waktu Tenaga UKM, terpakai untuk pelayanan “Kuratif” dan
pembuatan laporan.
(3) Sebagai PPK-BLUD (Permendagri 61/2007).
Salah satu tujuan BLUD adalah untuk menyikapi tata kelola keuangan pemerintah
daerah yang kaku dan kurang responsif terhadap kebutuhan biaya operasional.
Dengan Permendagri 61/2007 ttg Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan Umum Daerah ini, memberi peluang kepada Puskesmas untuk mengelola
keuangan dengan pola BLUD seperti misalnya dengan memanfaatkan dana
operasional 40% kapitasi untuk mengontrak tenaga sesuai kebutuhan termasuk
untuk kebutuhan operasional Puskesmas.
Analisis Kelembagaan
Sebagai entitas Dinas Kesehatan, Puskesmas melaksanakan fungsi UKM, sebagai
FKTP-BPJS melaksanakan fungsi UKP, serta mengelola keuangan sebagai PPK-
BLUD.
Tantangan kedepan, bagaimana menjaga dan menjamin bahwa ketiga fungsi
kelembagaan tadi tidak menjadi counter productive (berkompetisi satu sama lain). Hal
ini rawan menimbulkan potensi persoalan, termasuk kepada tingkat ketenagaan. Saat
ini Puskesmas berfokus pada statusnya sebagai FKTP-BPJS. Status sebagai Provider
BPJS ini akan melemahkan upaya Promotif-Peventif (UKM) yang merupakan fungsi
utama Puskesmas sbg entitas Dinas Kesehatan. Bagaimana BPJS memberikan ruang
kepada Dinkes/Kemenkes untuk mengoptimalkan “UKM”nya. Ketika kita bandingkan
dengan upaya UKM yang dibiayai BOK (DAK non-fisik) yang jumlahnya relatif kecili
(tanpa jaspel) yang notabene “memakai” tenaga UKM, maka kegiatan UKM akan jauh
tertinggal dibanding dengan UKP. Kebijakan nasional yang mengutamakan upaya
Promotif-Preventif akan “gagal”. Begitupun dengan 12 Pelayanan Dasar dalam SPM
BidKes, lebih banyak “dikuasai” oleh UKM???, bagaimana dengan indikator-indikator
UKM??. Dengan memperkuat status kelembagaan Puskesmas sebagai UPT Dinkes
yang berfungsi sbg Pembina kesehatan wilayah dan pelaksana UKM, akan mengurangi
beban UKP (BPJS) yg terus defisit anggaran Rp. 3,3 T (2014); Rp. 5,85 T (2015); Rp. 7
T (2016). Kesimpulannya ketiga status kelembagaan Puskesmas perlu didukung
dengan sumber daya yang memadai, terutama SDM.
Terkait status Puskesmas sebagai PPK-BLUD, harus memenuhi (1) Syarat Substantif
sbg layanan publik; (2) Syarat Administratif sebagai dalam hal permintaan izin dari
Kepala Daerah selaku “Pemilik Puskesmas”; (3) Syarat Teknis dalam hal mengajukan
RBS, accounting balance, akuntansi akrual dan akuntansi kas diperlukan sumber daya
terutama tenaga.
Analisis SDM
(1) Kekurangan dan kekosongan tenaga;
(2) Kebutuhan tenaga pengelola sistem informasi;
(3) Kebutuhan tenaga pengelola keuangan;
(4) Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan belum disusun oleh Pemerintah Daerah.