Anda di halaman 1dari 175

PENGARUH SUHU, KELEMBABAN DAN

TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI)


TERHADAP PBBH KAMBING PERANAKAN
ETAWAH PRA SAPIH DI UPT PT-HMT
SINGOSARI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

David Adi Prasetya


NIM. 155050100111031

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGARUH SUHU, KELEMBABAN DAN
TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI)
TERHADAP PBBH KAMBING PERANAKAN
ETAWAH PRA SAPIH DI UPT PT-HMT
SINGOSARI MALANG

SKRIPSI

Oleh:

David Adi Prasetya


NIM. 155050100111031

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama David Adi Prasetya, lahir di


Bondowoso pada 10 November 1996 sebagai putra tunggal
dari pasangan Bapak Prayitno dan Ibu Sri Astutik. Pendidikan
formal yang pernah ditempuh penulis adalah SDN Dabasah 1
Bondowoso lulus pada tahun 2009, SMPN 1 Bondowoso lulus
pada tahun 2012 dan SMAN 2 Bondowoso lulus pada tahun
2015. Penulis diterima dalam Program Studi Peternakan,
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya melalui jalur
Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN)
tahun 2015 dengan mendapatkan beasiswa Bidikmisi dari
DIKTI.
Penulis aktif dalam organisasi Kelompok Ilmiah
Mahasiswa dan menjadi anggota PRD (Public Relation
Departement) pada tahun 2015-2018. Penulis pernah
memperoleh penghargaan sebagai Finalis Pekan Ilmiah
Mahasiswa Baru Fakultas Peternakan pada tahun 2015, Finalis
Rektor Cup Universitas Brawijaya pada tahun 2016, Finalis
LKTIN Super Hero Lingkungan di Jember pada tahun 2017,
Lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat Internasional sebanyak 1
kali di tahun 2018 dan berhasil mendapatkan medali perunggu.
Selain itu penulis juga aktif dalam 9 kegiatan kepanitian.
Penulis pernah melaksanakan Praktik Kerja Lapang
(PKL) di Unit Pelaksana Teknis Daerah dan Hijauan Makanan
Ternak (UPTD dan HMT) Cikole, Bandung dengan judul
“Manajemen Pemeliharaan Sapi Perah di UPTD dan HMT
Cikole Bandung” yang dibimbing oleh Ibu Artharini
Irsyammawati, S.Pt., MP. Salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya,
penulis menyelesaikan tugas akhir skripsi dengan judul

i
“Pengaruh Suhu Kelembaban dan Temperature Humidity
Index (THI) Terhadap PBBH Kambing Peranakan Etawah Pra
Sapih di UPT PT-HMT Singosari Malang”.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Suhu Kelembaban dan Temperature Humidity
Index (THI) Terhadap PBBH Kambing Peranakan
Etawah Pra Sapih di UPT PT-HMT Singosari Malang”.
Penyelesaian skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Penyusunan skripsi
tidak lepas dari bantuan pihak lain, oleh karena itu penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tua, yaitu Bapak Prayitno dan Ibu Sri
Astutik serta keluarga tercinta atas doa dan
dukungannya baik secara moril maupun materiil.
2. Prof. Dr. Ir. M. Nur Ihsan, MS. selaku Dosen
Pembimbing yang dengan kesabaran dan
kebijaksanaannya telah membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
3. Prof. Dr. Sc.Agr Ir. Suyadi, MS., IPU. selaku Dekan
Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya.
4. Dr. Ir. Sri Minarti, MP., selaku Ketua Jurusan
Peternakan dan Dr. Ir. Imam Thohari, MP. selaku
Sekretaris Jurusan Peternakan, Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya yang telah banyak membantu
dalam proses penyelesaian studi.

iii
5. Dr. Ir. Agus Susilo, S.Pt., MP., IPM., selaku Ketua
Program Studi Ilmu Peternakan yang telah banyak
membina kelancaran proses studi.
6. Ir. Nur Cholis, M.Si., IPM selaku Ketua Minat
Produksi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
Brawijaya.
7. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) yang
telah memberikan dukungan melalui pendanaan
Beasiswa Bidikmisi sehingga penulis dapat
menempuh dan menyelesaikan studi di Fakultas
Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang.
8. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada
segenap pegawai UPT PT dan HMT Singosari,
Malang yang telah membantu selama proses
penelitian.
9. Rekan penelitian kambing PE di UPT PT dan HMT
Singosari, Malang atas kerja sama dan bantuan
selama proses penelitian.
10. Semua pihak yang telah turut membantu sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini.
Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi pembaca serta dapat menambah
wawasan dan pengetahuan.

Malang, 25 April 2019

Penulis

iv
v
THE EFFECT OF TEMPERATURE, HUMIDITY
AND TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI)
ON AVERAGE DAILY GAIN OF ETAWAH IN UPT
PT-HMT SINGOSARI MALANG

David Adi Prasetya1 dan Muhammad Nur Ihsan2


1)
Student of Animal Production, Animal Science Faculty,
Brawijaya University
2)
Lecturer of Animal Production, Animal Science Faculty,
Brawijaya University
E-mail: david.a.prasetya@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this research was to determine the effect of


temperature, humidity, and THI on Average Daily Gain
(ADG) of Etawah crossbreed. The material used in the
research are goats in pre-weaning period (0-3 months) from
194 head with different sex and birth types, and 152 head of
mothers. The method used in the research was a case study
and purposive sampling technique. Data were analyzed using
RAL and for sex and litter size using t-test. The results showed
that temperature, humidity, and THI were statistically not
significantly different (P> 0.05) on ADG of Etawah
crossbreed. The ADG was 0.10 ± 0.02 kg (male) and 0.09 ±
0.02 kg (female). The ADG of Etawah cross breed based on
single birth type is 0.11 ± 0.09 kg (single) and 0.09 ± 0.03 kg
(twins). It can be concluded that temperature, humidity, and
THI are not significantly different from ADG. ADG male is
higher than ADG female of Etawah crossbreed. ADG of single
birth is higher than ADG of a twin birth. The advice of this
research is that further research is needed on the effect of

vi
temperature, humidity, and THI on ADG of Etawah
crossbreed in different places and commodities.
Keywords: ADG, humidity, temperature, THI

vii
PENGARUH SUHU KELEMBABAN DAN
TEMPERATURE HUMIDITY INDEX (THI)
TERHADAP PBBH KAMBING PERANAKAN
ETAWAH PRA SAPIH DI UPT PT-HMT
SINGOSARI MALANG

David Adi Prasetya1 dan Muhammad Nur Ihsan2


1)
Mahasiswa Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya,
Malang
2)
Dosen Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: david.a.prasetya@gmail.com

RINGKASAN

Kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil


persilangan antara kambing Etawah dengan salah satu
kambing lokal yaitu kambing Kacang yang banyak tersebar di
berbagai daerah di Indonesia. Kambing PE termasuk kedalam
ternak dwiguna yaitu ternak yang dapat dimanfaatkan daging
dan susunya. Kambing jenis ini banyak digemari masyarakat
karena produktivitasnya yang yang tinggi apabila
dibandingkan dengan kambing lokal lain di Indonesia.
Penelitian dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis
Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT PT
dan HMT) Singosari, Malang. Penelitian dilaksanakan pada
tanggal 5 November sampai 5 Desember 2018. Tujuan
penelitiian ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu,
kelembaban, dan THI terhadap PBBH kambing PE di Unit
Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan
Ternak, Singosari, Malang.

viii
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
anak kambing PE periode pra sapih (0-3 bulan) sebanyak 194
ekor dengan jenis kelamin dan tipe kelahiran yang berbeda dan
indukan berjumlah 152 ekor. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) melalui
studi kasus. Pengambilan data secara purposive sampling
dengan menggunakan data data sekunder. Data yang
digunakan dianalisis mengguanakan analysis of variant
(ANOVA), apabila terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan
dengan uji duncan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu,
kelembaban, dan THI secara statistik berbeda tidak nyata
(P>0,05) terhadap PBBH anak kambing PE. Hal ini
dikarenakan manajemen pemeliharaan yang baik serta suhu,
kelembaban, dan THI yang tidak berbeda secara signifikan
selama rentan waktu 2 tahun terakhir. Rata-rata PBBH anak
kambing jantan lebih tinggi dibandingkan dengan anak
kambing betina yaitu masing-masing 0,10±0,02 kg dan 0,09±
0,02 kg. Rata-rata PBBH anak kambing PE berdasarkan tipe
kelahiran tunggal lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
kelahiran kembar yaitu masing-masing 0,11±0,09 kg dan 0,09
±0,03 kg.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah suhu,
kelembaban, dan THI tidak berbeda nyata terhadap PBBH
anak kambing PE. Rata-rata PBBH anak kambing PE jantan
(0,10±0,02) lebih tinggi dibandingkan dengan PBBH anak
kambing PE betina (0,09±0,02). Rata-rata tipe kelahiran
tunggal (0,11±0,09) lebih tinggi dibandingkan dengan tipe
kelahiran kembar (0,09±0,03).

ix
DAFTAR ISI

Isi Halaman
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR i
ABSTRACT
RINGKASANvii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABELxi
DAFTAR GAMBARxii
DAFTAR LAMPIRANiii
DAFTAR SINGKATANiv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian.....................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian...................................................................................
1.5 Kerangka Pikir.........................................................................................
1.6 Hipotesis..................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Kambing Peranakan Etawah (PE)..................................................................
2.2 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)....................................................
2.3 Suhu...............................................................................................................
2.4 Kelembaban...................................................................................................
2.5 Temperature Humidity Index (THI)...............................................................

BAB III MATERI DAN METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian..........................................................................
3.2 Materi Penelitian............................................................................................
3.3 Metode Penelitian...........................................................................................
3.4 Variabel Pengamatan......................................................................................
x
3.5 Analisis Data........................................................................................
3.6 Batasan Istilah......................................................................................

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian........................................................
4.2 Pengaruh Suhu terhadap PBBH Kambing PE Pra Sapih
......................................................................................................
4.3 Pengaruh Kelembaban terhadap PBBH Kambing PE
Pra Sapih.......................................................................................
4.4 Pengaruh THI terhadap PBBH Kambing PE Pra Sapih
27
4.5 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap PBBH Kambing PE
Pra Sapih 28
4.6 Pengaruh Jenis Kelamin terhadap PBBH Kambing PE
Pra Sapih 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan.........................................................................................
5.2 Saran...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. 9
2. Rataan PBBH per ekor berdasarkan suhu yang
berbeda..................................................................................................................
3. Rataan PBBH per ekor berdasarkan kelembaban yang
berbeda 25
4. Rataan PBBH per ekor berdasarkan THI yang berbeda.........................................
5. Rataan PBBH per ekor berdasarkan jenis kelamin yang
berbeda.................................................................................................................
6. Rataan PBBH per ekor berdasarkan tipe kelahiran yang
berbeda.................................................................................................................

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. 5
2. 8
3. 22
4. 23
5. 25
6. 27
7. 29
8. 31

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. 39
2. 54
3. 66
4. 71
5. 81
6. 86
7. 95
8. 114
9. 127
10. Data suhu, kelembaban dan THI tahun 2017-2018136
11. Dokumentasi kegiatan penelitian.........................................................................

xiv
DAFTAR SINGKATAN

% : Persen
°C : Derajat Celcius
ANOVA : Analysis of Variant
UPT PT-HMT : Unit Pelaksana Teknis Pembibitan
Ternak dan Hijauan Makanan
..Ternak
cm : Centimeter
kg : Kilogram
SNI : Standar Nasional Indonesia
PBBH : Pertambahan Bobot Badan Harian
MDPL : Meter Di atas Permukaan Laut
PE : Peranakan Etawa

xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kambing merupakan salah satu komoditi ternak
ruminansia kecil yang tergolong banyak dipelihara dan
cukup digemari oleh masyarakat Indonesia. Populasi
kambing di Indonesia setiap tahun selalu mengalami
peningkatan khususnya di daerah Jawa Timur.
Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, populasi
kambing di Jawa Timur pada tahun 2016 sebanyak
3.279.732 ekor dan tahun 2018 sebanyak 3.476.635 ekor.
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
populasi kambing di Jawa timur dalam waktu 2 tahun
mengalami peningkatan sebesar 196.903 ekor. Menurut
Nasich (2011), kambing yang dipelihara masyarakat kecil
dapat membantu perekonomian, sedangkan bagi peternak
kambing dapat menjadi tabungan masa depan yang
nantinya akan digunakan ketika ada kebutuhan mendesak
dengan cara menjualnya. Upaya yang umumnya
dilakukan masyarakat untuk meningkatkan populasi
kambing adalah menggunakan sistem pemeliharaan
tradisional yang didapatkan secara turun temurun. Upaya
tersebut masih dianggap kurang untuk mendukung
peningkatan produktivitas kambing pada masyarakat.
Upaya peningkatan produktivitas ini bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan pangan asal hewan khususnya
daging dan susu. Salah satu jenis kambing yang dapat
memenuhi kebutuhan tersebut adalah kambing PE.

1
Kambing PE merupakan hasil persilangan antara
kambing Etawah dengan kambing lokal, yaitu kambing
Kacang. Kambing jenis ini lebih dominan terlihat seperti
kambing Etawah karena memiliki corak warna hitam dan
putih, sebagian besar masyarakat menyebut jenis kambing
ini adalah kambing PE. Kambing PE memiliki ukuran
yang lebih besar dari kambing Kacang dan kemampuan
adaptasi yang lebih baik terhadap lingkungan setempat
dibandingkan dengan Kambing Etawah asli di kondisi
lingkungan Indonesia. Kambing PE dapat tumbuh secara
optimal apabila dipelihara dengan kondisi yang
mendukung. Pertumbuhan ternak sangat dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu faktor internal maupun eksternal. Faktor
internal berupa genetik, sedangkan faktor eksternal
berupa pakan, manajemen pemeliharaan serta kondisi
lingkungan yang meliputi suhu, kelembaban dan
Temperature Humidity Index (THI). Kondisi suhu yang
tinggi akan menyebabkan produktivitas ternak menurun,
sedangkan kondisi kelembaban udara yang rendah dapat
menyebabkan terjadinya iritasi pada kulit ternak dan
dehidrasi sehingga mengganggu keseimbangan panas
tubuh (Mc Dowell, 1970). Ternak yang dipelihara pada
kondisi lingkungan dengan nilai THI lebih tinggi dari
standar kebutuhan akan menyebabkan kebutuhan energi
untuk hidup pokok pada ternak meningkat sehingga
energi yang dapat dipakai untuk pertumbuhan menurun
(Nuriyasa, Dewi dan Budiarti 2012).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
suhu, kelembaban dan Temperature Humidity Index
(THI) terhadap PBBH kambing PE pra sapih di UPT PT-
HMT Singosari, Malang yang merupakan salah satu Unit

2
Pelaksana Teknis di Lingkup Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Timur yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
sebagai unit pembibitan dan budidaya ternak, khususnya
kambing dan hijauan makanan ternak sehingga nantinya
dapat diketahui kondisi yang baik untuk pemeliharaan
ternak kambing.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh suhu, kelembaban dan Temperature
Humidity Index (THI) terhadap PBBH kambing PE di
UPT PT-HMT Singosari, Malang.

1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh suhu, kelembaban dan THI terhadap PBBH
kambing PE pra sapih di UPT PT-HMT Singosari,
Malang.

1.4 Manfaat
Acuan bagi masyarakat luas khususnya peternak
dalam menentukan kondisi lingkungan yang nyaman bagi
ternak untuk mendapatkan PBBH kambing PE yang
optimal.

1.5 Kerangka Pikir

Kambing PE merupakan hasil persilangan antara


kambing Etawah dengan kambing Kacang yang termasuk

3
ke dalam ternak dwiguna, yaitu ternak yang dapat
dimanfaatkan daging dan susunya. Pertumbuhan periode
pra sapih dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,
yaitu faktor genotip, jenis kelamin, bobot lahir, litter size,
produksi susu induk serta faktor lingkungan. Faktor
lingkungan diantaranya meliputi suhu, kelembaban dan
THI. Ternak yang hidup di lingkungan berbeda seperti
kondisi suhu, kelembaban dan THI yang berbeda sangat
mempengaruhi pertumbuhan ternak khususnya PBBH.
Kambing PE yang dipelihara di dataran tinggi memiliki
ukuran tubuh yang lebih besar daripada kambing PE yang
dipelihara di dataran rendah. Hal ini karena efisiensi
reproduksi dan pertumbuhan ternak di dataran - berbeda
disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan yang
berbeda pula (Tjatur dan Ihsan, 2011). Koluman dan
Daskiran (2011) juga menyatakan bahwa ternak dalam
kondisi nyaman berada pada THI 70 atau kurang dari 70,
THI 75-78 menyebabkan cekaman panas ringan, dan THI
lebih dari 78 akan menyebabkan cekaman panas berat.
Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi
lebih dalam terkait pengaruh suhu, kelembaban dan THI
pada PBBH kambing PE pra sapih. Kerangka pikir
selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 1.

4
Kambing Peranakan Etawah (PE)

Produktivitas Kambing PE dipengaruhi oleh umur


induk, produksi susu induk, jenis kelamin, litter size,
bobot lahir, pakan faktor genetik, paritas, dan faktor
lingkungan (Devendra dan Marca, 1994)

Produktivitas kambing PE yang dipengaruhi oleh


faktor lingkungan seperti bobot lahir, bobot sapih,
litter size, dan PBBH

Tipe Faktor
Jenis kelamin lingkungan
kelahiran

Suhu
Jantan Tunggal
Kelembaban
Betina Kembar
THI
Pakan

Pertambahan bobot badan harian (PBBH) kambing PE


5
periode pra sapih
Gambar. 1 Skema Kerangka Pikir

1.6 Hipotesis

.Kondisi suhu, kelembaban dan THI yang


berbeda dapat mempengaruhi PBBH kambing PE
pra sapih.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kambing Peranakan Etawah (PE)

Mulyono dan Sarwono (2010) menyatakan


kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan hasil
persilangan antara kambing Etawah dari India
dengan kambing Kacang yang penampilannya mirip
Etawah tetapi lebih kecil. Kambing PE memiliki
dua kegunaan, yaitu sebagai penghasil susu
(perah) dan penghasil daging (kambing potong).
Hasil perkawinan dari dua bangsa kambing ini
menghasilkan peranakan kambing Etawah yang ciri-
ciri dan kemampuan produksinya mendekati sifat-
sifat karakteristik kambing Etawah. Berdasarkan SK
Menteri Pertanian (2013) menyebutkan bahwa ciri-
ciri kambing Peranakan Etawah, yaitu warna rambut
kombinasi hitam, putih dan cokelat, bentuk kepala
cembung, telinga panjang dan terkulai, tanduk
melengkung ke belakang. Jantan memiliki jenggot
yang panjang sedangkan betina tidak berjenggot,
serta memiliki ekor pendek. Produksi susu kambing
Peranakan Etawah yaitu 1-3 liter/hari. Markel dan
Subandriyo dalam Rasminati (2013) menyatakan

7
bahwa kambing Peranakan Etawah memiliki telinga
menggantung ke bawah dengan panjang 18-19 cm,
tinggi badan antara 75-100 cm, bobot jantan sekitar
40 kg dan betina sekitar 35 kg. Kambing PE jantan
berambut di bagian atas dan bawah leher, rambut
pundak dan paha belakang lebih lebat dan panjang.
Kambing PE betina memiliki rambut panjang hanya
pada bagian paha belakang. Ciri khas dari kambing
Peranakan Etawah adalah pada bentuk mukanya
yang cembung, bertelinga panjang dan
menggelambir, serta postur tubuh tinggi.

8
Gambar 2. Kambing Peranakan Etawah

Kambing PE termasuk kambing yang prolifik


atau mampu menghasilkan anak 1-3 ekor per
kelahiran. Kambing PE betina dewasa memiliki berat
badan antara 34-45 kg, sedangkan pada kambing
jantan dewasa antara 35-50 kg. Karakteristik
morfologi tubuh kambing Peranakan Etawah
disajikan pada Tabel 1.

9
Tabel 1. Persyaratan kuantitatif bibit kambing Peranakan
Etawah (PE) umur 8-12 bulan.
Kambing PE
No. Uraian
Betina Jantan
1 Tinggi pundak 56 60 o
(cm)
2 Panjang badan 51 54 o
(cm)
3 Lingkar dada 52 60 o
(cm)
4 Panjang telinga 22 22 o
(cm)
5 Bobot badan (kg) 19 20 o
6 Lingkar scrotum - 20 o
(cm)

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2015).

2.2 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

PBBH ternak adalah peningkatan berat hidup


ternak sampai mencapai bobot tertentu. Faktor-faktor
yang mempengaruhi PBBH adalah bobot lahir, bobot
sapih, pakan dan lama pemeliharaan. Bobot badan

10
ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi
terhadap pakan (Kartadisastra, dalam Jaelani,
Rostini, Zakir dan Jonathan, 2014). PBBH pada
umumnya dapat diketahui dengan melakukan
pengukuran melalui penimbangan yang dilakukan
secara berulang-ulang dan dinyatakan sebagai
pertumbuhan badan tiap hari, tiap minggu atau tiap
waktu lainnya. Rumus untuk menghitung PBBH,
yaitu bobot sapih dikurangi bobot lahir kemudian
dibagi 90 hari. Besar kecilnya bobot lahir (birth
weight) anak kambing sangat dipengaruhi oleh
kondisi induknya pada saat masa kebuntingan.
Faktor utama yang menentukan bobot lahir cempe
adalah pakan yang berkaitan dengan jumlah dan
mutu pakan yang dikonsumsi oleh induk kambing
pada saat bunting. Menurut Devendra dan Marca
(1994) keragaman dari bobot lahir disebabkan oleh
faktor genetik dan lingkungan, sedangkan
keragaman dari bobot hidup antara lain perbedaan
bangsa, jumlah anak sekelahiran, pakan, persilangan
dan interaksi fenotip-genotipnya. Faktor genetik
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh ternak,
sedangkan faktor lingkungan merupakan kondisi
yang diperoleh ternak pada tempat yang berbeda-
beda.

Bobot sapih pada kambing adalah bobot badan


cempe yang dihitung atau ditimbang pada umur 90

11
hari setelah kelahiran. Induk kambing yang
melahirkan anak dengan rata-rata bobot sapih tinggi,
diprediksikan dapat menghasilkan keturunan dengan
bobot sapih yang tinggi pula (Hardjosubroto, dalam
Hakim, Suyadi, Surgiartiningsih, Nuryadi dan
Setiawati, 2007). Semakin tinggi bobot sapih cempe
yang dilahirkan induk kambing menunjukkan bahwa
semakin baik pula potensi genetik yang dimiliki oleh
induk kambing tersebut karena bobot sapih
mempunyai korelasi positif dengan pertumbuhan
ternak pasca sapih.

Pertambahan bobot badan harian (PBBH)


kambing pada periode pra sapih dipengaruhi oleh
faktor internal, yaitu genetik ternak dan faktor
eksternal yang meliputi pakan, manajemen
pemeliharaan serta kondisi lingkungan (suhu,
kelembaban dan THI). Anak kambing periode pra
sapih sangat tergantung pada induknya, karena
kebutuhan nutrisinya hanya berasal dari produksi
susu induk untuk proses pertumbuhannya.
Pertumbuhan anak kambing umumnya dimulai
dengan perlahan-lahan kemudian akan mengalami
peningkatan dengan cepat dan selanjutnya akan
berangsur-angsur melambat dan berhenti
mengalami pertumbuhan setelah dewasa tubuh
(Williamson dan Payne, 1993).

12
2.3 Suhu

Suhu lingkungan merupakan tingkat panasnya


udara di suatu tempat yang dinyatakan dalam derajat
celcius (oC) (Yousef dalam Sientje, 2003). Suhu
udara adalah faktor yang penting dalam lingkungan
fisik ternak. Supaya ternak dapat hidup nyaman dan
proses fisiologi dapat berfungsi normal, dibutuhkan
suhu lingkungan yang sesuai. Banyak spesies ternak
membutuhkan suhu nyaman sekitar 13-18oC
(Chantalakhana dan Skunmun, dalam Sientje, 2003).
Munthalib (2003) menyatakan bahwa suhu udara
tinggi menyebabkan konsumsi pakan menurun
karena konsumsi air minum yang tinggi berakibat
pada penurunan konsumsi energi. Ternak yang
berada pada tempat dengan suhu tinggi akan lebih
banyak mengkonsumsi air dibandingkan makan
untuk mengatur panas dalam tubuhnya.

Suhu merupakan masalah utama dari ternak


yang dipelihara di daerah tropis, seperti di Indonesia.
Ternak dalam kondisi tidak nyaman karena beban
panas yang disebabkan oleh tingginya radiasi
matahari. Tomaszewska dalam Setianah (2004)
menyatakan bahwa ternak kambing sangat cocok di
daerah dengan kelembaban kering daripada
kelembaban tinggi, karena kambing yang dipelihara

13
pada wilayah basah cenderung lebih mudah mati
karena infeksi parasit atau oleh penyakit. Faktor
iklim lainnya yang penting diperhatikan pada ternak
adalah kecepatan angin dan radiasi sinar matahari.
Kambing yang dipelihara pada ketinggian tempat
300 meter di atas permukaan laut dengan kisaran
suhu 15,7oC sampai 35,1oC menghasilkan kecepatan
tumbuh sebesar 40 gram/hari sedangkan pada
ketinggian 700 meter di atas permukaan laut dengan
kisaran suhu 22,4oC sampai 28,4oC kecepatan
tumbuh ternak 50 gram/hari.

2.4 Kelembaban

Kelembaban adalah jumlah uap air dalam udara


yang dapat diukur dalam satuan persen
(%). Perubahan kelembaban berbanding terbalik
dengan perubahan suhu udara, yaitu bila udara
dingin maka kelembaban meningkat, dan bila udara
panas maka kelembaban menurun. Kelembaban
udara penting, karena mempengaruhi kecepatan
kehilangan panas dari ternak. Kelembaban dapat
menjadi kontrol dari evaporasi kehilangan panas
melalui kulit dan saluran pernapasan. Pada saat
kelembaban tinggi, evaporasi terjadi secara lambat,

14
kehilangan panas terbatas dan dengan demikian
mempengaruhi keseimbangan termal ternak
(Chantalakhana dan Skunmun dalam Sientje, 2003).

Kelembaban dapat mempengaruhi mekanisme


temperatur tubuh, pengeluaran panas dengan cara
berkeringat ataupun melalui respirasi akan lebih
cepat (Parakkasi dalam Adhianto, Siswanto dan
Kesuma, 2015). Suhu dan kelembaban yang tinggi
menyebabkan evaporasi lambat sehingga pelepasan
panas tubuh terhambat (McDowell, 1972). Jika
ternak dalam lingkungan panas energinya berkurang
maka aktivitas akan terganggu misalnya laju
pertumbuhan menurun, laju pernapasan dan keringat
meningkat (Curtis, 1983).

2.5 Temperature Humidity Index (THI)

Temperature Humidity Index (THI) merupakan


suatu indeks dengan satuan derajat celsius sebagai
besaran yang dapat dikaitkan dengan tingkat
kenyamanan ternak. THI dapat dihitung dengan
rumus THI = 0.8 T +{ (RHxT)/500} dengan T= suhu
udara (oC), RH= kelembapan relatif. Banyak spesies

15
ternak membutuhkan temperatur nyaman 13-18oC
Chantalakhana dan Skunmun, dalam Sientje (2003).
Setiap hewan mempunyai kisaran temperatur
lingkungan yang paling sesuai yang disebut Comfort
Zone.
Temperature Humidity Index (THI) dapat
digunakan sebagai parameter penduga kondisi
fisiologis ternak kambing, melihat nilai THI tersebut
maka ternak kambing tersebut berada dalam kondisi
cekaman panas ringan karena suhu dan kelembaban
udara cukup tinggi sehingga suhu tubuh, respirasi
dan denyut jantung akan meningkat, serta konsumsi
pakan menurun, akhirnya menyebabkan
produktivitas ternak rendah. Hal ini sesuai dengan
pendapat BQA dalam Kocu, Salundik, Priyanto dan
Prihantoro (2017) yang menyatakan bahwa ternak
pada kisaran THI antara 75-78 diduga mengalami
stres ringan. Cara untuk mengatasi cekaman panas
terhadap respon termoregulasi pada ternak yaitu
salah satunya dengan memberikan naungan pada
pemeliharaan kambing. Hal ini sesuai pendapat
Qisthon dan Suharyati (2007) menyatakan bahwa
penggunaaan naungan menghasilkan kondisi iklim
yang lebih nyaman pada ternak kambing jika
dibandingkan tanpa naungan.

16
BAB III
MATERI DAN METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5


November sampai 5 Desember 2018 di Unit
Pelaksana Teknis Pembibitan Ternak dan Hijauan
Makanan Ternak (UPT PT-HMT) Singosari yang
beralamatkan di Desa Toyomarto, Kecamatan
Singosari, Malang.

3.2 Materi Penelitian

Materi yang digunakan dalam penelitian ini


adalah kambing Peranakan Etawah pra sapih yang
berumur 90 hari yang dicatat melalui recording dari
ternak lahir hingga pra sapih. Kambing Peranakan
Etawah yang digunakan sebanyak 194 ekor anak
kambing pra sapih yang terdiri dari 97 ekor jantan,
97 ekor betina dan indukan berjumlah 152 ekor.

17
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah timbangan ternak untuk menimbang bobot
lahir dan bobot sapih ternak.

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini


adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) melalui
studi kasus dengan lokasi penelitian terletak di UPT
PT-HMT Singosari, Malang. Pengambilan sampel
dilakukan secara purposive sampling yaitu
berdasarkan pada kriteria penelitian. Menurut
Narbuko dan Achmadi (2007) menyatakan bahwa
purposive sampling didasarkan pada ciri-ciri sifat
tertentu yang diperkirakan mempunyai keterkaitan
dengan ciri-ciri yang ada dalam populasi dan sudah
diketahui sebelumnya. Penelitian ini menggunakan
data sekunder yang diperoleh dari recording di UPT
PT-HMT Singosari dan berkaitan dengan parameter
yang diamati. Recording yang digunakan meliputi
data bobot lahir, bobot sapih, litter size, pakan dan
PBBH anak kambing. Data yang digunakan dianalisis
menggunakan analysis of variant (ANOVA), apabila
terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji
duncan.

18
3.4 Variabel Penelitian

Variabel yang diamati dalam penelitian ini


adalah PBBH yang dihitung dengan cara sebagai
berikut:
1. Data Pertambahan bobot badan harian (PBBH)
pra sapih umur 90 hari.
Data pertambahan bobot badan harian diperoleh
dari rumus :
PBBH = BBt –BBt-1
PBBH = Pertambahan bobot badan harian
BBt = Berat badan pada waktu t
BBt-1 = Berat badan pada waktu lahir

t = Waktu (hari pemeliharaan)

2. Jenis Kelamin terbagi menjadi 2 kategori yaitu


jenis kelamin jantan dan jenis kelamin betina.

3. Tipe Kelahiran terbagi menjadi 2 kategori yaitu


tipe kelahiran tunggal dan tipe kelahiran
kembar. Peluang kelahiran kembar mencakup
jantan-jantan, jantan-betina, betina-betina.
19
3.5 Analisis Data

Variabel yang diamati meliputi pertambahan


bobot badan harian anak kambing PE yang dihitung
pada saat lahir dan erumur 90 hari. Data penelitian
yang diperoleh dianalisis dengan analysis of variant
(ANOVA) apabila terdapat perbedaan diuji dengan
Duncan dengan taraf 1%.
a) Rata-rata (Mean) (Herni, Natsir, dan
Nurgiatiningsih., 2019).
Rata-rata dari setiap variabel yang diamati akan
dihitung menggunakan rumus:
n

X ¿ ∑ Xi
i=1
n

Keterangan:

X : Rata-rata

∑ Xi : Jumlah total data


i=1

20
n : Jumlah pengamatan
b) Simpangan baku
Simpangan baku digunakan untuk
menghitung data penyimpangan nilai dari
variabel yang diamati dengan menggunakan
rumus:

n
S=
√∑
i−n
❑ ¿ ¿ ¿¿

Keterangan:

S : Simpangan baku

Xi : Nilai data ke-i

n : Jumlah pengamatan

X : Rata-rata

Kv : Koefisien variasi

21
c) FK = ¿¿
t r
2
d) JK Total . = (∑ ∑ yi ¿−FK ¿
i=1 j=1
t
e) JK Perlakuan = ∑ ¿¿ ¿
i=1

f) JK Galat = JK Total – JK Perlakuan


.
JK Perlakuan
g) KT Perlakuan =
db Perlakuan
JK Galat
h) KT Galat =
db Galat

KT Perlakuan
i) F hitung =
KT Galat

22
3.6 Batasan Istilah

1. Kambing PE ..: Hasil persilangan antara


kambing Etawa dari India
dengan ..kambing kacang

2. Sapih :.Mengakhiri periode anak


menyusu pada umur 90 hari

3. Suhu :.Panas atau dinginnya udara di


suatu tempat pada waktu ………………..tertentu

4. Kelembaban : Konsentrasi uap air di udara

5. THI :.Gabungan suhu dan kelembaban


untuk mengukur derajat ………………
kenyamanan terhadap wilayah tertentu

6. PBBH : Pertambahan bobot badan ternak


yang ditimbang mulai dari lahir
hingga berumur 90 hari

23
24
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Unit Pelaksana Teknis


Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak (UPT
PT dan HMT) Singosari, Malang. Wilayah tersebut
merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis di lingkup
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi sebagai unit pembibitan dan
budidaya ternak, khususnya kambing dan Hijauan
Makanan Ternak (HMT). UPT PT dan HMT Singosari,
Malang berlokasi di Desa Toyomarto, Kecamatan
Singosari, Kabupaten Malang. Keadaan topografis
wilayah di UPT PT dan HMT Singosari, Malang terletak

26
pada ketinggian 800–1000 m di atas permukaan laut,
dengan rataan suhu 18-22oC dan kelembaban 60-90% serta
curah hujan 2,233 mm/tahun. UPT PT dan HMT
Singosari, Malang merupakan cabang dari Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Timur yang dikhususkan untuk
mengembangkan ternak kambing lokal guna menjaga
sumberdaya genetik ternak agar tidak mengalami
kepunahan. Produk-produk olahan ternak juga diproduksi
oleh UPT PT dan HMT seperti susu segar, susu
pasteurisasi, yoghurt, masker kefir dan susu kambing
beku. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

27
Gambar 3. Lokasi penelitian di UPT PT dan HMT Singosari,
Malang.

4.2 Pengaruh Suhu terhadap PBBH Kambing PE Pra


Sapih

28
PBBH dapat diketahui dengan cara mengurangi
bobot sapih kambing PE pra sapih dengan bobot lahir,
kemudian dibagi 90 hari. Suhu diamati selama 2 tahun
pada tahun 2017 hingga 2018 dan didapatkan data dari
BMKG. Data PBBH kambing PE pada suhu yang berbeda
dapat dilihat pada Tabel 2. dan grafik pada Gambar 4.

Tabel 2. Rataan PBBH per ekor berdasarkan suhu yang


berbeda.
Suhu PBBH Cempe (kg/ekor/hari)
o22oC 0,086 ± 0,036
o23oC 0,086 ± 0,021
o24oC 0,094 ± 0,021
o
o25 C 0,103 ± 0,023
Rata-rata 0,092 ± 0,025
0.11

0.1

0.1

0.09 0.1
0.09 0.09
0.08 0.09 0.09

0.08 22oC 23oC 24oC o


2525oC
C
22oC 23oC 24oC

PBBH

Gambar 4. Grafik rataan PBBH pada suhu yang berbeda

25oC

29
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
suhu tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap PBBH
kambing PE. Hal ini karena suhu di UPT tidak berbeda
secara signifikan selama rentan waktu 2 tahun terakhir serta
suhu di UPT PT dan HMT Singosari, Malang masih
tergolong suhu yang nyaman untuk ternak kambing. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Smith dan Mangkoewidjojo (1988)
yang menyatakan bahwa suhu ideal dalam pemeliharaan
kambing PE di Indonesia berkisar antara 18oC sampai
30oC.

Berdasarkan data pada Tabel 2. menunjukkan bahwa


pengaruh suhu terbaik terhadap PBBH terdapat pada suhu
25oC yaitu sebesar 0,103± 0,023 kg. Hal ini terjadi karena
kondisi di lokasi penelitian termasuk kedalam dataran
tinggi yang bersuhu rendah sehingga pada kondisi yang
lebih sejuk ternak akan merasa nyaman dan PBBH akan
lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi lingkungan
yang lebih panas. Hal ini didukung oleh pernyataan Tjatur
dan Ihsan (2011) yang menyatakan bahwa efisiensi
reproduksi dan pertumbuhan ternak di dataran yang
berbeda disebabkan oleh pengaruh kondisi lingkungan
yang berbeda pula. Ternak yang dipelihara di dataran
rendah sering mengalami cekaman panas dibandingkan
dengan ternak yang dipelihara di dataran tinggi sehingga
konsumsi pakan lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
konsumsi pakan ternak di dataran tinggi, yang akan
berpengaruh pada produksi susu induk.

30
Berdasarkan data pada Tabel 2. menunjukkan bahwa
total rata-rata PBBH anak kambing PE berdasarkan suhu,
yaitu 0,092±0,025 kg rata-rata PBBH ini lebih tinggi
apabila dibandingkan dengan penelitian Nasution,
Mahmilia dan Doloksalibu (2010) yang menyatakan bahwa
pada awal musim kemarau PBBH anak kambing PE
sebesar 0,005±0,013 kg. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Tomaszewska dalam Setianah (2004) bahwa pada musim
kemarau dengan temperatur suhu yang tinggi apabila
dihadapkan pada cekaman panas, prioritas tingkah laku
kambing akan berubah dari kegiatan merumput dan
mengkonsumsi pakan, hal ini dilakukan untuk menghindari
kondisi yang tidak menyenangkan. Konsekuensi yang cepat
untuk menghindari hal ini adalah dengan mengurangi
konsumsi pakan dan energi metabolis yang tersedia.
Gangguan lain terhadap keseimbangan energi berasal dari
perubahan fisiologis, endokrin dan pencernaan yang
selanjutnya menurunkan energi yang tersedia, dan sebagai
konsekuensinya menurunkan produksi ternak.

4.3 Pengaruh Kelembaban terhadap PBBH Kambing


PE Pra Sapih

PBBH dapat diketahui dengan cara mengurangi


bobot sapih kambing PE pra sapih dengan bobot

31
lahir, kemudian dibagi 90 hari. Kelembaban diamati
selama 2 tahun pada tahun 2017 hingga 2018 dan
didapatkan data dari BMKG. Data PBBH kambing
PE pada kelembaban yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 3. dan grafik pada Gambar 5.

Tabel 3. Rataan PBBH per ekor berdasarkan


kelembaban yang berbeda.
PBBH Cempe
Kelembaban
(kg/ekor/hari)
oo75% 0,099 ± 0,023
oo80% 0,092 ± 0,023
oo85% 0,097 ± 0,019
Rata-rata 0,096 ± 0,065
0.1
0.1
0.1
0.09 0.1 1 2 3
0.09 0.1

0.09 0.09
0.09
75% 80% 85%

PBBH

32
Gambar 5. Grafik rataan PBBH pada kelembaban yang
berbeda.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa


kelembaban tidak berpengaruh nyata terhadap PBBH
kambing PE (P>0,05), hal ini diduga karena kelembaban
di UPT tidak berbeda secara signifikan selama rentan
waktu 2 tahun terakhir. Kelembaban di UPT PT dan HMT
Singosari Malang masih masuk kedalam kelembaban yang
nyaman untuk kambing.
75% 80% 85%

Berdasarkan data pada Tabel 2. menunjukkan bahwa


pengaruh kelembaban terbaik terhadap PBBH terdapat
pada kelembaban 75% yaitu sebesar 0,099±0,023. Hal ini
terjadi karena pada kondisi kelembaban yang lebih tinggi,
ternak akan kesulitan dalam melepaskan panas tubuhnya.
Hal ini sesuai dengan penjelasan Nurmi, (2016) yang
menyatakan bahwa suhu dan kelembaban yang tinggi
menyebabkan evaporasi lambat sehingga pelepasan panas
tubuh menjadi terhambat pula. Smith dan
Mangkoewidjojo (1988) menambahkan, kisaran suhu dan
kelembaban yang optimal dalam pemeliharaan kambing
PE di Indonesia adalah berkisar 18-30 oC dengan

33
kelembaban dibawah 75%

Faktor lain yang dapat menyebabkan rataan PBBH


jantan dan betina pada kelembaban berbeda tidak
memberikan perbedaan yang signifikan, karena lokasi
penelitian berada di daerah dataran tinggi nantinya akan
berkaitan dengan ketersediaan pakan dan konsumsi pakan
pada ternak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Tjatur dan
Ihsan (2011) yang menyatakan bahwa perbedaan PBBH
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang berbeda pula.
Ternak yang dipelihara di dataran rendah lebih sering
mengalami cekaman panas dibandingkan dengan ternak
yang dipelihara di dataran tinggi sehingga konsumsi pakan
lebih sedikit di dataran rendah, sehingga akan berpengaruh
pada produksi susu induk.

4.4 Pengaruh THI Terhadap PBBH Kambing PE Pra


Sapih

PBBH dapat diketahui dengan cara mengurangi


bobot sapih kambing PE pra sapih dengan bobot lahir,
kemudian dibagi 90 hari. THI diamati selama 2 tahun pada
tahun 2017 hingga 2018 dan didapatkan data dari BMKG.
Data PBBH kambing PE pada THI yang berbeda dapat
dilihat pada Tabel 4. dan grafik pada Gambar 6.

34
Tabel 4. Rataan PBBH per ekor berdasarkan THI yang
berbeda.

THI PBBH Cempe (kg/ekor/hari)


72 0,088 ± 0,003
73 0,095 ± 0,002

74 0,094 ± 0,002
75 0,101 ± 0,002
Rata-rata 0,095 ± 0,002
0.11
0.1
0.1
0.09 0.1
0.1 0.09
0.09 0.09
0.08
72 73 74 75

PBBH

Gambar 6. Rataan PBBH pada THI yang berbeda.

Berdasarkan data pada Tabel 4. menunjukkan THI


tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap PBBH

35
kambing PE, hal ini diduga karena THI di UPT tidak
berbeda secara signifikan selama rentan waktu 2 tahun
terakhir dan THI di tempat penelitian masih masuk ke
dalam zona nyaman ternak sehingga ternak tidak terkena
cekaman panas berat. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Wierema (1990) yang menyatakan bahwa THI digunakan
sebagai indikator tingkat tekanan iklim pada hewan
dimana THI 72 dan dibawahnya dianggap bahwa hewan
tersebut tidak mengalami stres, THI 73-77 dianggap
bahwa hewan mengalami stres ringan, THI 78-79
dianggap sebagai stres menengah, dan THI diatas 90
dianggap sebagai stres berat.

Berdasarkan data pada Tabel 4. menunjukkan bahwa


THI di lokasi penelitian berkisar antara 72-75 dan
berpotensi ternak terkena cekaman panas ringan yang akan
menyebabkan ternak lebih banyak minum sehingga
konsumsi pakan akan berkurang dan berakibat pada
menurunnya PBBH anak kambing PE. Hal ini diperkuat
oleh pendapat Koluman dan Daskiran (2011) yang
menyatakan bahwa ternak dalam kondisi nyaman berada
pada THI 70 atau kurang dari 70, THI 75-78 menyebabkan
cekaman panas ringan, dan THI lebih dari 78 akan
menyebabkan cekaman panas berat.
4.5 Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap PBBH Kambing
PE

PBBH dapat diketahui dengan cara mengurangi


bobot sapih kambing PE pra sapih dengan bobot lahir,
kemudian dibagi 90 hari. Pengaruh jenis kelamin terhadap

36
PBBH kambing PE pra sapih dapat dilihat pada Tabel 5.
dan grafik pada Gambar 7.

Tabel 5. Rataan PBBH per ekor berdasarkan jenis kelamin


yang berbeda.
Jenis Kelamin PBBH (kg)
Jantan 0,10 ± 0,02
Betina 0,09±0,02

0.1
0.1
0.1
0.1
0.09
0.09
0.09
0.09
0.09
0.08

Jantan Betina

37
Gambar 7. Grafik rataan PBBH berdasarkan jenis

38
kelamin yang berbeda

Berdasarkan data pada Tabel 5. menunjukkan bahwa


jenis kelamin memberikan pengaruh yang nyata terhadap
PBBH (P>0,05) dengan rataan PBBH anak kambing PE
jantan sebesar 0,10±0,02 kg dan 0,09±0,02 kg pada anak
kambing PE betina. Hasil penelitian ini lebih besar
daripada penelitian Sitorus (2004) yang menyatakan
bahwa PBBH kambing jantan sebesar 0,078 kg/ekor/hari
dan betina 0,065 kg/ekor/hari. Rataan PBBH pada jenis
kelamin jantan cenderung lebih tinggi jika dibandingkan
dengan betina, yaitu sebesar 0,10 kg/ekor/hari. Hal ini
dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti
pertumbuhan jantan yang lebih cepat dibandingkan betina
(perbedaan hormon), konsumsi susu jantan dibandingkan
betina, dan tingkah laku ternak jantan yang lebih aktif dari
betina menyebabkan konsumsi pakan lebih banyak untuk
memenuhi kebutuhan energinya. Hal ini didukung oleh
pernyataan Rasminati (2013) bahwa anak kambing PE
jantan memiliki kemampuan untuk memperoleh makanan
berupa air susu pada induk lebih banyak apabila
dibandingkan dengan anak kambing betina, sehingga
berpengaruh terhadap PBBH anak kambing jantan menjadi
lebih tinggi dari PBBH anak kambing betina.

Faktor lain seperti hormon androgen dan testosteron


yang terdapat pada kambing jantan turut mempengaruhi

39
PBBH menjadi lebih tinggi daripada kambing betina
dikarenakan hormon testosteron dan androgen yang
dihasilkan testis pada kambing jantan dapat memacu
pertumbuhan pada anak kambing jantan menjadi lebih
cepat. Hal ini diperkuat oleh penelitian Setiyono, Andri
dan Rusman (2017) yang menyatakan bahwa hormon
testosteron atau androgen yang dihasilkan oleh testis pada
alat kelamin jantan mengakibatkan pertumbuhan ternak
menjadi lebih cepat.
4.6 Pengaruh Tipe Kelahiran Terhadap PBBH Kambing
PE

PBBH dapat diketahui dengan cara mengurangi


bobot sapih kambing PE pra sapih dengan bobot lahir,
kemudian dibagi 90 hari. Hasil penelitian PBBH kambing
PE pada tipe kelahiran yang berbeda dapat dilihat pada
Tabel 6. dan grafik pada Gambar 8.

Tabel 6. Rataan PBBH per ekor berdasarkan tipe kelahiran


yang berbeda.
0.12 Tipe Kelahiran PBBH (kg)
Tunggal 0,11 ± 0,09
0.1
Kembar 0,09±0,03
0.08

0.06

0.04
40
0.02

Tunggal Kembar
Gambar 8. Grafik rataan PBBH berdasarkan tipe kelahiran
yang berbeda.

Hasil analisis data yang ditunjukkan pada Tabel 6.


menunjukkan bahwa tipe kelahiran memberikan
perbedaan yang tidak nyata terhadap PBBH (P>0,05).
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi PBBH pada
anak kambing jantan dan betina adalah konsumsi susu
yang sangat tergantung pada mothering ability induk
ternak sehingga semakin banyak susu yang diperoleh
anak kambing akan memacu pertumbuhan ternak dalam
meningkatkan bobot yang optimum menjelang masa
penyapihan. Faktor lain yang dapat menyebabkan tidak
adanya perbedaan tersebut karena pada lokasi penelitian,
anak yang baru lahir diletakkan dalam satu kandang
bersama dengan induk ternak, sehingga konsumsi susu
cempe tidak seimbang dalam memenuhi kebutuhan

41
nutrisinya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Anggara, Nasich, Nugroho dan Kuswati (2010) yang
menyatakan bahwa rata-rata produktivitas ternak yang
dipelihara dengan sistem semi intensif dan intensif lebih
tinggi daripada ternak yang dipelihara dengan sistem
ekstensif.

Berdasarkan data pada Tabel. 6 menunjukkan bahwa


rataan PBBH tipe kelahiran tunggal sebesar 0,11±0,09
kg, sedangkan pada tipe kelahiran kembar sebesar 0,09±
0,03 kg. Rataan PBBH tipe kelahiran tunggal secara
numerik cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan
tipe kelahiran kembar. Hal ini karena tidak terdapat
persaingan dalam mendapatkan asupan makanan dari
induk terhadap anak kambing PE tipe kelahiran tunggal.
Menurut Faozi dalam Zurahmah (2018) anak kambing PE
tipe kelahiran tunggal cenderung mempunyai bobot badan
yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan anak
kambing PE tipe kelahiran kembar, ini dikarenakan pada
anak kambing PE tipe kelahiran tunggal akan
mendapatkan asupan makanan dari induk lebih banyak
dan hal ini berkorelasi positif dengan bobot sapih dan
PBBH.

42
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:


1. Manajemen pemeliharaan anak kambing PE pra sapih
yang terbaik terjadi pada suhu 25oC, kelembaban 75%
dan THI 75. Semakin tinggi suhu dan THI lingkungan
menyebabkan pertambahan bobot badan harian yang
meningkat, namun apabila kelembaban tinggi
menyebabkan ternak kesulitan mengeluarkan panas
tubuhnya.
2. Rataan PBBH anak kambing PE jenis kelamin jantan
lebih tinggi dibandingkan dengan anak kambing betina
dan rataan PBBH anak kambing tipe kelahiran tunggal
lebih tinggi daripada tipe kelahiran kembar.

5.2 Saran

Perlu adanya recording yang jelas untuk pendataan


kuantitatif ternak agar data lebih valid. Penimbangan
PBBH perlu dilakukan secara kontinyu atau berkala
sehingga dapat mengetahui tingkat pertumbuhan anak
kambing PE pra sapih untuk mengestimasi bobot optimal
saat dilakukan penyapihan.

43
DAFTAR PUSTAKA

Adhianto, K., Siswanto., dan C. N. Kesuma. 2015. Pengaruh


Frekuensi Penyiraman Air Menggunakan Sprinkler
terhadap Respon Fisiologis dan Pertumbuhan Sapi
Peranakan Simmental. Buletin Peternakan. 39 (2):
109-115.

Anggara, E. B., M. Nasich., H. Nugroho dan Kuswati. 2013.


Kacang Goats Doe Productivity in Kedungadem Sub
District Bojonegoro Regency. Skripsi. Universitas
Brawijaya. Malang.

Berman, A. 2005. Estimates of Heat Stress Relief Needs for


Holstein Dairy Cows. J. Anim. Sci. 83: 1377-1384.

Badan Standarisasi Nasional. 2015. SNI 7352.1:2015. Bibit


Kambing-Bagian 1: Peranakan Etawah. Jakarta. Badan
Standarisasi Nasional.

44
Curtis, S. E. 1983. Environmental Management in Animal
Agriculture. Iowa State University press, Iowa.

Dapartemen Pertanian. 2013. Keputusan Menteri Pertanian


Tentang Penetapan Rumpun Kambing Peranakan
Etawah. Dapartemen Pertanian. Jakarta.

Devendra, C. dan B. Marca. 1994. Produksi Kambing di


Daerah Tropis. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Hakim, L., Suyadi., V. M. A. Nurgiartiningsih, Nuryadi dan T.


Susilawati. 2007. Model Rekording dan Pengolahan
Data untuk Program Seleksi Sapi Bali. Sains
Peternakan. 5 (2): 39-46.

45
Herni, S., M. H. Natsir., V. M. A. Nurgiyatiningsih. 2019.
Statistika dan Rancangan Percobaan Penerapan dalam
Bidang Peternakan. UB Press: Malang.

Jaelani, A., T. Rostini., M. I. Zakir., Jonathan. 2014. Pengaruh


Penggunaan Hijauan Rawa Fermentasi terhadap
Penampilan Kambing Kacang (Capra hircus). Sains
Peternakan. 12 (2): 76-85.

Jordan, E. R. 2003. Effects of Heat Stress on Reproduction. J.


Dairy Sci. 8: 104-114.

Kocu, O., Salundik., R. Priyanto., I. Prihantoro. Produktivitas


Sapi Bali di Lahan Pastura dan Perkebunan Kelapa
Sawit di Kabupaten Keerom Provinsi Papua. Jurnal
Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan. 5 (3): 110-
116.

Koluman, N and I. Daskiran. 2011. Effects of Ventilation of


The Sheep House on Heat Stress, Growth and Thyroid

46
Hormones of Lambs. Journal Tropical Animal Health
Production 43 (1): 1123-1127.

Larry, E. C. 2013. Climate Change Imfacts on Dairy Cattle.


Departement of Animal Science, Cornell University,
Ithaca, New York.

McDowell, R. E. 1972. Improvement of Livestock Production


in Warm Climate. W.H. Freemanand Co., San
Frascisco. 1 (3): 1-128.

Mulyono, S. dan B. Sarwono, 2010. Penggemukan Kambing


Potong. Jakarta: Penebar Swadaya.

Munthalib, R. A. 2003. Karakteristik Karkas dan Daging


Turunan F1 Empat Bangsa Pejantan dengan Sapi Bali
Betina. J. Indon Trop Anim Agric 28 (2): 7-10.

47
Narbuko, C. dan H. A. Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian.
Jakarta: Bumi Aksara.

Nasich, M. 2011. Produktivitas Kambing Hasil Persilangan


Antara Pejantan Boer dengan Induk Lokal (PE) Periode
Pra Sapih. Jurnal Ternak Tropika. 12 (1): 52-56.

Nasution, S., F. Mahmilia., dan M. Doloksaribu. 2010.


Pengaruh Musim Terhadap Pertumbuhan Kambing
Kacang Prasapih di Stasiun Percobaan Loka Penelitian
Kambing Potong Sei Putih. Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner: 621-625.

Nuriyasa I. M., G. A. M. K. Dewi dan N. L. G. Budiari. 2015.


Indeks Kelembaban Suhu dan Respon Fisiologi Sapi
Bali yang Dipelihara secara Feed Lot pada Ketinggian
Berbeda. Majalah Ilmiah Peternakan. 18 (1): 5-10.

48
Nurmi, 2016. Respon Fisiologis Domba Lokal dengan
Perbedaan Waktu Pemberian Pakan dan Panjang
Pemotongan Bulu. 1 (2): 58-68.

Qisthon, A dan S. Suharyati. 2007. Pengaruh Naungan


terhadap Respons Termoregulasi dan Produktivitas
Kambing Peranakan Etawah. Majalah Ilmiah
Peternakan. 10 (1): 1-10.

Rasminati, N. 2013. Grade Kambing Peranakan Etawah pada


Kondisi Wilayah yang Berbeda. Sains Peternakan. 11
(1): 43-48.

Setianah, R., S. Jayadi., dan R. Herman. 2004. Tingkah Laku


Makan Kambing Lokal Persilangan yang Digembalakan
di Lahan Gambut: Studi Kasus di Kalampangan,
Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Media Peternakan.
27 (3): 111-122.

49
Setiyono, A. H. A. Kusuma dan Rusman. 2017. Pengaruh
Bangsa, Umur, Jenis Kelamin Terhadap Kualitas
Daging Sapi Potong di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Buletin Peternakan. 41 (2): 176-186.

Sientje. 2003. Stress Panas pada Sapi Perah Laktasi. Makalah


Falsafah Sains. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Sitorus, S. S. 2004. Pengaruh Creep Feed pada Anak


Kambing Kacang Pra-sapih Berbeda Jenis Kelamin.
Media Peternakan. 27 (1): 12-15.

Smith, J. B dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan,


Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di
Daerah Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Tjatur, A. N. K dan M. N. Ihsan. 2011. Penampilan


Reproduksi Sapi Perah Friesian Holstein (FH) pada
Berbagai Paritas dan Bulan Laktasi di Ketinggian
Tempat yang Berbeda. J. Ternak Tropika. 11 (2): 1-10.

50
Wierema. 1990. Feeding Strategies to Combat Heat Stress.
Ontario Ministry of Agriculture and Food. Ontario.ca.
Francais.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar


Peternakan di Daerah Tropis (Diterjemahkan oleh
S.G.N.D. Darmadja). Edisi ke-1. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Zurahmah, N. 2018. Pengamatan Pertumbuhan Kambing


Peranakan Etawah yang Dipelihara Intensif di
Kabupaten Manokwari. Jurnal Ilmu Peternakan dan
Veteriner Tropis. 8 (2):45-50.

51
Lampiran 1. Tabel recording data anak kambing Peranakan Etawa di UPT PT dan HMT

Singosari, Malang.
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
1 13 184 Gondo 1/2/2017 jantan 3 15 4 0.13
2 100 176 I 1/3/2017 betina 3 13.2 4 0.11
3 309 306 I 1/3/2017 jantan 2.8 13.3 5 0.12
4 310 306 I 1/3/2017 betina 2.4 12.9 5 0.12
5 89 196 I 1/10/2017 jantan 2.8 11.8 4 0.10
6 90 196 I 1/10/2017 betina 2.2 12.1 4 0.11
7 313 28 Gondo 1/13/2017 betina 2.8 10.6 3 0.09
8 98 204 I 1/14/2017 jantan 2.8 12.4 3 0.11
9 99 204 I 1/14/2017 jantan 3 13.2 3 0.11
10 86 171 Gondo 1/15/2017 betina 3.2 11.6 3 0.09

52
11 87 171 Gondo 1/15/2017 jantan 3 11.7 3 0.10
12 82 205 Gondo 1/16/2017 jantan 2.4 13.5 1 0.12
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
13 83 205 Gondo 1/16/2017 betina 2.5 13.4 1 0.12
14 84 167 Gondo 1/16/2017 betina 2.4 12.6 4 0.11
15 96 96 I 1/16/2017 betina 3.2 13.1 2 0.11
16 77 207 C 1/18/2017 betina 3 13.8 4 0.12
17 97 168 Gondo 1/19/2017 betina 2.8 13.3 3 0.12
18 88 71 C 1/26/2017 betina 2.8 11.8 2 0.10
19 311 281 Gondo 2/13/2017 betina 3.3 11.6 5 0.09
20 3 285 Gondo 2/15/2017 betina 3.6 10.2 1 0.07
21 2 40 J 3/1/2017 betina 2.8 10.6 2 0.09
22 1 14 J 4/1/2017 jantan 3.2 10.4 1 0.08
23 3 119 I 4/5/2017 jantan 3.8 10.1 5 0.07
24 5 245 Gondo 4/5/2017 betina 3.2 12.2 4 0.10

53
25 6 147 I 4/9/2017 betina 3.4 10.3 1 0.08
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
26 7 099 I 4/9/2017 betina 3 10.5 4 0.08
27 8 241 I 4/10/2017 jantan 2.6 13.1 4 0.12
28 79 30 C 4/11/2017 jantan 3 9.3 4 0.07
29 9 165 200 4/12/2017 betina 3.4 12.1 2 0.10
30 10 0828 200 4/12/2017 jantan 3.4 10.6 4 0.08
31 11 81 Gondo 4/12/2017 jantan 3 11.7 3 0.10
32 12 84 Gondo 4/12/2017 betina 3 13.5 3 0.12
33 14 93 8 4/22/2017 jantan 3 14.2 1 0.12
34 16 0887 8 4/22/2017 jantan 3.2 10.4 5 0.08
35 17 0887 8 4/22/2017 jantan 3 10.4 5 0.08
36 18 114 8 4/23/2017 jantan 3.4 10.4 2 0.08
37 19 114 8 4/23/2017 betina 3.8 10 2 0.07
38 20 115 8 4/25/2017 betina 3 9 4 0.07

54
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
39 21 120 8 4/28/2017 jantan 3.4 9.1 1 0.06
40 22 120 8 4/28/2017 jantan 3.2 13.4 1 0.11
41 23 227 8 4/28/2017 jantan 3.6 10.8 5 0.08
42 24 125 8 4/28/2017 jantan 4.2 11.4 2 0.08
43 25 202 8 4/28/2017 jantan 3.6 14.7 4 0.12
44 15 288 J 6/5/2017 jantan 3 13.2 5 0.11
45 308 27 8 7/3/2017 jantan 2.2 12.4 4 0.11
46 320 27 8 7/3/2017 jantan 3 14.7 4 0.13
47 84/50 97 J 7/5/2017 jantan 2.8 10.3 4 0.08
48 83/43 97 J 7/5/2017 betina 2.4 10.8 4 0.09
49 96/41 121  J 7/7/2017 jantan 3.2 12 2 0.10
50 94/40 121  J 7/7/2017 betina 3 11.1 2 0.09
51 68/45 31 J 7/8/2017 betina 2.6 16.4 4 0.15
Lanjutan

55
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
52 69/46 31 J 7/8/2017 betina 3.2 10.1 4 0.08
53 70/44 32 J 7/8/2017 betina 3 8.1 4 0.06
54 71/6 32 J 7/8/2017 jantan 3.8 12.5 4 0.10
55 93/2 19 C 7/8/2017 jantan 4.2 12.6 4 0.09
56 306 105  C 7/10/2017 betina 3.4 11.5 2 0.09
57 82/3 28 C 7/10/2017 jantan 4.3 11 2 0.07
58 89 38 C 7/10/2017 betina 2.2 9.4 2 0.08
59 72/7 243 J 7/11/2017 betina 4.6 17.5 5 0.14
60 78 21 C 7/11/2017 betina 3.6 10.2 4 0.07
61 90/1 37 J 7/12/2017 jantan 3.4 15.4 4 0.13
62 100/31 73 200 7/12/2017 jantan 2.8 12.2 1 0.10
63 99/30 73 200 7/12/2017 jantan 3.2 11.6 1 0.09
64 51/19 41 J 7/12/2017 jantan 3.8 10.1 4 0.07
Lanjutan
No. No. Tetua Tgl Lahir Jenis BOBOT BADAN

56
Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
65 52/17 138 J 7/13/2017 jantan 3.8 11.6 5 0.09
66 11/57 167 J 7/14/2017 jantan 4.2 15.9 3 0.13
67 58/8 167 J 7/14/2017 betina 3 7.5 3 0.05
68 62/18 186 A 7/14/2017 jantan 3.7 13.2 4 0.11
69 63/21 184 A 7/14/2017 jantan 3.7 11.6 6 0.09
70 64/39 34 A 7/14/2017 betina 3.2 12.2 2 0.10
71 53/10 183 J 7/15/2017 jantan 2.8 7.6 5 0.05
72 59/16 284 J 7/15/2017 betina 3.6 9.6 3 0.07
73 56/14 173 J 7/16/2017 betina 3.8 8.6 3 0.05
74 55/9 143 J 7/17/2017 jantan 2.8 7.6 2 0.05
75 15/60 143 J 7/17/2017 jantan 2.8 15.1 2 0.14
76 61/20 175 A 7/18/2017 jantan 3.6 7.8 5 0.05
77 70/44 29 Gondo 7/18/2017 betina 3 8.1 4 0.06
78 73/12 185 J 7/20/2017 jantan 3.6 14.7 5 0.12
Lanjutan
No. No. Tetua Tgl Lahir Jenis BOBOT BADAN

57
Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
79 74/13 185 J 7/20/2017 betina 3.4 9.4 5 0.07
80 56 Un13 J 7/26/2017 betina 2.6 11.6 4 0.10
81 55 Un13 J 7/26/2017 betina 2.4 9.6 4 0.08
82 42 75 Gondo 8/2/2017 betina 3.2 14.6 2 0.13
83 38 231 C 8/7/2017 betina 3 12 5 0.10
84 407 307 C 8/14/2017 betina 3.7 13.2 1 0.11
85 78 194 I 9/14/2017 betina 2.4 12.6 1 0.11
86 79 194 I 9/14/2017 betina 3 13.2 1 0.11
87 9 191 J 9/17/2017 jantan 3.4 10.6 1 0.08
88 51 248 C 10/14/2017 jantan 2.8 11.8 6 0.10
89 52 248 C 10/14/2017 betina 2.2 10.6 6 0.09
90 66 67 162 10/21/2017 jantan 3 11.7 2 0.10
91 53 215 Gondo 10/24/2017 jantan 3 13.2 5 0.11
Lanjutan
No. Tetua Tgl Lahir Jenis BOBOT BADAN
No.
Telinga betina jantan anak Kelami Lahir 90hr PARITAS PBBH

58
(kg) (kg) (kg)
anak n
92 55 40 J 10/27/2017 betina 3.6 12.6 3 0.10
93 75 85 I 10/29/2017 jantan 3 9.9 3 0.08
94 61 68 I 10/29/2017 jantan 3.2 12.2 2 0.10
95 61 71 200 10/29/2017 jantan 2.2 10.9 3 0.10
96 62 71 200 10/29/2017 jantan 2.2 10.6 3 0.09
97 63 190 J 10/30/2017 jantan 3.2 8.6 3 0.06
98 67 190 J 10/30/2017 betina 3.2 10.4 3 0.08
99 330 126 I 11/1/2017 jantan 3.5 12 4 0.09
100 332 508 C 11/2/2017 betina 3.5 11.8 1 0.09
101 327 30 I 11/4/2017 jantan 3.4 11.2 4 0.09
102 331 304 I 11/11/2017 jantan 3 10.5 1 0.08
103 392 506 162 11/17/2017 jantan 3 12.9 1 0.11
104 390 323 162 11/23/2017 betina 2.8 7.6 5 0.05
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)

59
105 391 323 162 11/23/2017 betina 2.4 7.8 5 0.06
106 394 324 162 11/23/2017 jantan 2 9.8 1 0.09
107 393 78 162  11/23/2017 jantan 2.4 12 3 0.11
108 399 507 162 11/30/2017 jantan 2.8 9.1 1 0.07
109 394 N65 Gondo 12/3/2017 betina 2.4 8.7 1 0.07
110 405 54 41 12/15/2017 jantan 2.4 13.2 1 0.12
111 406 305 C 12/16/2017 betina 2.8 12.4 5 0.11
112 447 271 162 12/19/2017 jantan 3.3 12.8 6 0.11
113 402 128 J 12/23/2017 betina 3.8 14.9 3 0.12
114 445 94 C 12/25/2017 betina 2.2 9.1 5 0.08
115 444 94 C 12/25/2017 betina 2 8 5 0.07
116 411 356 J 1/10/2018 jantan 3 8.1 1 0.06
117 410 311 J 1/10/2018 betina 2.8 13 1 0.11
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
118 412 285 G25 1/11/2018 jantan 2.8 14.8 2 0.13

60
119 413 258 G25 1/10/2018 betina 3 10.8 2 0.09
120 414 230 G25 1/10/2018 betina 3 11.1 1 0.09
121 419 147 C 2/25/2018 betina 3.2 10.4 2 0.08
122 421 413 L 2/10/2018 betina 3 12 2 0.10
123 422 105 C 2/26/2018 jantan 3.2 12.8 3 0.11
124 423 105 C 2/26/2018 jantan 3 12.6 3 0.11
125 425 162 C 2/27/2018 jantan 5 15.5 3 0.12
126 424 110 C 2/27/2018 betina 3.4 8.5 2 0.06
127 NN  153 L 3/3/2018 betina 1.4 7.4 5 0.07
128 428 317 L 3/3/2018 betina 3.4 13 1 0.11
129 429 415 L 3/5/2018 betina 2 11.6 2 0.11
130 435 301 200 3/7/2018 betina 3.3 13 8 0.11
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
131 439 125 200 3/9/2018 betina 3.4 10.3 3 0.08
132 440 120 200 3/9/2018 betina 3.2 10.7 2 0.08

61
133 455 12 200 3/9/2018 betina 3.6 9.3 3 0.06
134 65 318 200 3/10/2018 jantan 4 16.3 1 0.14
135 57 124 200 3/11/2018 betina 4 12.7 2 0.10
136 64 407 200 3/11/2018 betina 2.8 10.6 2 0.09
137 58 412 200 3/12/2018 jantan 4.2 11.7 2 0.08
138 70 11 200 3/12/2018 betina 3.2 11.3 2 0.09
139 71 114 200 3/12/2018 betina 2 7.7 3 0.06
140 67 406 L 3/13/2018 jantan 4.6 13 1 0.09
141 55 N13 L 3/16/2018 jantan 3 13.2 5 0.11
142 61 N13 L 3/16/2018 jantan 3.4 10.3 5 0.08
143 471 N5 J 3/29/2018 betina 3.2 10.1 1 0.08
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
144 472 N5 J 3/29/2018 betina 3 10.5 1 0.08
145 473 308 J 3/29/2018 jantan 3.4 13 1 0.11
146 422 436 J 3/26/2018 jantan 3.2 13.1 1 0.11

62
147 425 162 J 3/27/2018 jantan 5 17 1 0.13
148 424 110 J 3/27/2018 betina 3.4 13.3 2 0.11
149 426 93 8 3/4/2018 betina 3.4 11.8 2 0.09
150  NN 104 8 3/5/2018 jantan 3 11.4 2 0.09
151 432 96 8 3/6/2018 jantan 2.8 10.9 4 0.09
152 433 96 8 3/6/2018 jantan 2.4 12 4 0.11
153 436 107 8 3/7/2018 jantan 4.2 14.4 1 0.11
154 437 307 8 3/7/2018 betina 3.4 11.5 2 0.09
155 438 B003 8 3/7/2018 betina 3.2 12.8 1 0.11
156 62 16 8 3/9/2018 betina 2.8 7.9 3 0.06
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
157 NN 16 8 3/9/2018 betina 3 9.6 3 0.07
158 477 329 C 4/2/2018 betina 3 10.5 1 0.08
159 478 329 C 4/2/2018 jantan 3.2 13.1 1 0.11
160 479 402 C 4/2/2018 jantan 3.2 12.8 2 0.11

63
161  NN N10 C 4/5/2018 betina 4.2 12.9 3 0.10
162 73 191 200 4/29/2018 betina 2.6 10.7 2 0.09
163 72 191 200 4/29/2018 jantan 3.2 10.7 2 0.08
164 77 80 200 4/29/2018 jantan 3.6 9.6 3 0.07
165 64 80 200 4/29/2018 betina 3.5 12.4 3 0.10
166 56 165 200 4/30/2018 jantan 4.2 15.3 3 0.12
167 63   L 4/30/2018 jantan 4 13.3 3  0.10
178 0474 B002 L 4/29/2018 jantan 4 12.7 3 0.10
169 0743 B002 L 4/29/2018 jantan 3.8 8.9 3 0.06
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
170 713 G10 L 4/30/2018 betina 3.1 12 1 0.10
171 474 425 J 4/2/2018 betina 4.2 13.2 1 0.10
172 480 N7 J 4/5/2018 betina 3 10.8 1 0.09
173 481 N4 J 4/5/2018 jantan 2.4 9 2 0.07
174 482 N4 J 4/5/2018 betina 2 7.1 2 0.06

64
175 489 194 C 4/22/2018 betina 3 13.2 2 0.11
176 488 194 C 4/22/2018 jantan 3.2 13.1 2 0.11
177 724 208 C 4/26/2018 jantan 3.2 12.8 4 0.11
178 723 208 C 4/26/2018 betina 2.9 6 4 0.03
179 497 428 C 4/26/2018 jantan 3 11.1 4 0.09
180 498 428 C 4/26/2018 betina 2.9 12 4 0.10
181 499 423 C 4/26/2018 jantan 2.8 10.9 1 0.09
182 500 169 G25 4/28/2018 betina 2.1 7.6 1 0.06
Lanjutan
No. Tetua Jenis BOBOT BADAN
Tgl Lahir
No. Telinga Kelami Lahir 90hr PBBH
betina jantan anak PARITAS
anak n (kg) (kg) (kg)
183 503 169 G25 4/28/2018 jantan 3.1 13.6 3 0.12
184 504 199 G25 4/28/2018 betina 3.1 12.6 3 0.11
185 52 199 G25 4/28/2018 jantan 3.2 15.6 3 0.14
186 506 204 G25 5/1/2018 jantan 3.8 13.1 4 0.10
187 507 204 G25 5/1/2018 betina 3.6 10.5 4 0.08
188 508 205 200 5/1/2018 betina 3.9 11.8 3 0.09

65
189 509 203 200 5/1/2018 betina 4 9.7 3 0.06
190 510 419 200 5/1/2018 betina 3.1 7.8 2 0.05
191 511 438 200 5/1/2018 jantan 4 16 1 0.13
192 512 206 200 5/2/2018 jantan 5 15.5 5 0.12
193 513 F1 200 5/2/2018 jantan 3.2 13.1 2 0.11
194 514 B001 200 5/2/2018 betina 3.2 7.7 1 0.05

66
Lampiran 2. Data pengaruh suhu terhadap PBBH (kg/ekor/hari).

  22oC 23oC 24oC 25oC


  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
1 0.09 0.09 0.10 0.07 0.12 0.10 0.12 0.10
2 0.10 0.09 0.10 0.07 0.10 0.09 0.09 0.11
3 0.06 0.15 0.12 0.05 0.07 0.07 0.08 0.13
4 0.08 0.08 0.11 0.06 0.08 0.08 0.11 0.08
5 0.08 0.05 0.08 0.10 0.10 0.09 0.07 0.14
6 0.08 0.07   0.10 0.09 0.14 0.08 0.04
7 0.07 0.10   0.08 0.11 0.12 0.12 0.13
8 0.10 0.08   0.10 0.09 0.14 0.12 0.08
9 0.04 0.09   0.06 0.10 0.08 0.10 0.14
10 0.11 0.08     0.10 0.06 0.13 0.11
11 0.10 0.14     0.11 0.07 0.16 0.10
12 0.09 0.07     0.07 0.12 0.11 0.10

67
Lanjutan
  22oC 23oC 24oC 25oC
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
13 0.07 0.10     0.07 0.09 0.08 0.10
14 0.13 0.07     0.07 0.08 0.10 0.10
15 0.07 0.05     0.05 0.08 0.07 0.09
16 0.09 0.06     0.10 0.11 0.11 0.10
17 0.11 0.13     0.06 0.09 0.12  
18 0.09 0.10     0.14 0.07 0.10  
19 0.05 0.11     0.08 0.11 0.09  
20 0.04       0.09 0.11 0.10  
21         0.11 0.11 0.11  
22         0.11 0.08 0.08  
23         0.13 0.08 0.10  
24         0.09 0.06    
25         0.11 0.10    

68
Lanjutan
  22oC 23oC 24oC 25oC
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
26         0.13 0.09    
27         0.12 0.06    
28         0.11 0.11    
29         0.13 0.09    
30         0.10 0.09    
31         0.08 0.11    
32         0.07 0.09    
33         0.12 0.06    
34         0.07 0.05    
35         0.08 0.05    
36         0.10 0.11    
37         0.12 0.09    
38       0.08 0.09    

69
Lanjutan
  22oC 23oC 24oC 25oC
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
39         0.08 0.11    
40         0.12 0.11    
41         0.09 0.12    
42         0.09 0.12    
43         0.08 0.10    
44         0.11 0.09    
45         0.09 0.07    
46         0.11 0.09    
47         0.07 0.10    
48         0.09 0.08    
49         0.09 0.08    
50         0.08 0.10    
51         0.11 0.12    

70
Lanjutan
  22oC 23oC 24oC 25oC
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
52         0.09 0.07    
53         0.11 0.09    
54         0.07 0.07    
55         0.12 0.12    
56         0.11      
Jumlah  1.66 1.71 0.51 0.69 5.39 5.05 2.34 1.63
Rataan  0.08 0.09 0.10 0.08 0.10 0.09 0.10 0.10

71
 Data PBBH berdasarkan Suhu

No Suhu 22oC Suhu 23oC Suhu 24oC Suhu 25oC

1 0,09 0,1 0,12 0,12


2 0,1 0,1 0,1 0,09
3 0,06 0,12 0,07 0,08
4 0,08 0,11 0,08 0,11
5 0,08 0,08 0,1 0,07
6 0,08 0,07 0,09 0,08
7 0,07 0,07 0,11 0,12
8 0,1 0,05 0,09 0,12
9 0,04 0,06 0,1 0,1
10 0,11 0,1 0,1 0,13
11 0,1 0,1 0,11 0,16
12 0,09 0,08 0,07 0,11
13 0,07 0,1 0,07 0,08
14 0,13 0,06 0,07 0,1
15 0,07   0,05 0,07
16 0,09   0,1 0,11
17 0,11   0,06 0,12
18 0,09   0,14 0,1
19 0,05   0,08 0,09
20 0,04   0,09 0,1
21 0,09   0,11 0,11
22 0,09   0,11 0,08
23 0,15   0,13 0,1
24 0,08   0,09 0,1
Lanjutan

72
Suhu Suhu
No Suhu 22oC Suhu 24oC
23oC 25oC
25 0,05   0,11 0,11
26 0,07   0,13 0,13
27 0,1   0,12 0,08
28 0,08   0,11 0,14
29 0,09   0,13 0,04
30 0,08   0,1 0,13
31 0,14   0,08 0,08
32 0,07   0,07 0,14
33 0,1   0,12 0,11
34 0,07   0,07 0,1
35 0,05   0,08 0,1
36 0,06   0,1 0,1
37 0,13   0,12 0,1
38 0,1   0,08 0,09
39 0,11   0,08 0,1
40     0,12  
41     0,09  
42     0,09  
43     0,08  
44     0,11  
45     0,09  
46     0,11  
Lanjutan
Suhu Suhu
No Suhu 22oC Suhu 24oC
23oC 25oC

73
47     0,07  
48     0,09  
49     0,09  
50     0,08  
51     0,11  
52     0,09  
53     0,11  
54     0,07  
55     0,12  
56     0,11  
57     0,1  
58     0,09  
59     0,07  
60     0,08  
61     0,09  
62     0,14  
63     0,12  
64     0,14  
65     0,08  
66     0,06  
67     0,07  
68     0,12  
Lanjutan
Suhu Suhu
No Suhu 22oC Suhu 24oC
23oC 25oC
69     0,09  
70     0,08  

74
71     0,08  
72     0,11  
73     0,09  
74     0,07  
75     0,11  
76     0,11  
77     0,11  
78     0,08  
79     0,08  
80     0,06  
81     0,1  
82     0,09  
83     0,06  
84     0,11  
85     0,09  
86     0,09  
87     0,11  
88     0,09  
89     0,06  
90     0,05  
Lanjutan
Suhu Suhu
No Suhu 22oC Suhu 24oC
23oC 25oC
91     0,05  
92     0,11  
93     0,09  
94     0,09  

75
95     0,11  
96     0,11  
97     0,12  
98     0,12  
99     0,1  
100     0,09  
101     0,07  
102     0,09  
103     0,1  
104     0,08  
105     0,08  
106     0,1  
107     0,12  
108     0,07  
109     0,09  
110     0,07  
111     0,12  
Total 3,36 1,2 10,43 4
Rataan 0,09 0,09 0,09 0,10
 Pembobotan (weighting) dilakukan dengan rumus
berikut:
a. PBBH Jantan kembar dikonversi menjadi
jantan tunggal

X́ JT
JT = × PBBH JK
X́ JK

76
b. BL Betina kembar dikonversi menjadi
betina tunggal

X́ BT
BT = × PBBH BK
X́ BK

c. PBBH Betina dikonversi menjadi jantan

Jantan =
X́ Jantam
× PBBH Betina
X́ ❑ Betina

 Rata-rata Bobot Lahir dan Standar Deviasi


dihitung dengan rumus berikut :
d. Rata-rata
x1 + x 2 + x3 + …+ x n
X́ =
n
a. X́ 1 = 0,086
b. X́ 2 = 0,086
c. X́ 3 = 0,094
d. X́ 4 = 0,103

e. Standar Deviasi
n
SD =
√∑
i=1
¿¿¿¿¿

a. SD1 = 0,036
b. SD2 = 0,021

77
c. SD3 = 0,021
d. SD4 = 0,023

78
Lampiran 3. Analisis Statitik pengaruh suhu terhadap PBBH.

Rataan
Ulangan Jumlah
Suhu ± SD
 Rancangan Acak
1 Lengkap
2 3 (RAL)
4 ... 14 39 77 111
0,09 ±
22oC 0,09 0,1 0,06 0,08 ... 0,13 0,11 3,36
0,04
0,09 ±
23oC 0,1 0,1 0,12 0,11 ... 0,06 1,2
0,02
0,1 0,09 ±
24oC 0,12 0,1 0,07 0,08 ... 0,07 0,08 0,11 10,43
2 0,02
0,10 ±
25oC 0,12 0,09 0,08 0,11 ... 0,1 0,1 4
0,02
0,1
Jumlah 0,43 0,39 0,33 0,38 ... 0,36 0,29 0,11 18,99
2
a. Faktor Koreksi
FK = ¿¿

=¿ ¿
360,6201
=
203
79
= 1,78

b. Jumlah Kuadrat Total


t r
2
JK Total = (∑ ∑ yi ¿−FK ¿
i=1 j=1

= (0,09 ¿ ¿ 2+0,12 +0,06 2+ …+0,12)−1,78 ¿

= 1,88 – 1,78

= 0,10

c. Jumlah Kuadrat Perlakuan


t
JK Perlakuan = ∑ ¿¿ ¿
i=1
(3,36)2 (1,2)2 (10,43)2 (4)2
= + + +
39 14 111 39

80
= (0,29 + 0,103 + 0,98 + 0,41) – 1,78
= 1,79 - 1,78
= 0,01

d. Jumlah Kuadrat Galat


JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 0,10 - 0,01
= 0,10

 Kuadrat Tengah (KT)


JK Perlakuan
a. KT Perlakuan =
db Perlakuan

0,01
=
3

= 0,002

81
JK Galat
b. KT Galat =
db Galat
0,10
=
200

= 0,0005
 F Hitung
KT Perlakuan
a. F hitung =
KT Galat

0,00201
=
0,0005

= 4,15

82
 Tabel ANOVA (Analisis Ragam)

F F
SK db JK KT F hitung
0,05 0,01
Perlakua
3 0,01 0,002 4,15 8,54 8,88
n
Galat 200 0,10 0,0005
Total 203 0,10
Keterangan : F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F
tabel 5% artinya perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
terhadap PBBH

83
Lampiran 4. Data pengaruh kelembaban terhadap PBBH (kg/ekor/hari).

  75% 80% 85%


  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
  Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
1 0,11 0,10 0,14 0,07 0,06 0,11
2 0,12 0,10 0,08 0,11 0,12 0,09
3 0,10 0,10 0,09 0,11 0,13 0,08
4 0,09 0,09 0,11 0,11 0,10 0,10
5 0,13 0,09 0,11 0,08 0,09 0,06
6 0,12 0,06 0,13 0,08 0,09 0,11
7 0,11 0,05 0,09 0,06 0,08 0,09
8 0,10 0,05 0,11 0,10 0,11 0,09
9 0,11 0,13 0,08 0,09 0,09 0,11
10 0,08 0,10 0,07 0,09 0,11 0,11
11 0,10 0,11 0,12 0,06 0,07 0,12
12 0,12 0,10 0,07 0,11 0,11 0,12
Lanjutan
84
  75% 80% 85%
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
  Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
13 0,09 0,09 0,08 0,09 0,09 0,10
14 0,08 0,10 0,10 0,09 0,09 0,09
15 0,11 0,11 0,12 0,07 0,10 0,09
16 0,11 0,06 0,08 0,10 0,08 0,09
17 0,06 0,12 0,08 0,08 0,09 0,13
18 0,08 0,04 0,12 0,08 0,09 0,12
19 0,12 0,11 0,11 0,10 0,10 0,13
20 0,12 0,07 0,09 0,12   0,06
21 0,10 0,11 0,07 0,07   0,06
22 0,13 0,08 0,13 0,09    
23 0,16 0,10 0,07 0,08    
24 0,12 0,09 0,09 0,14    
25 0,11   0,11 0,07    
Lanjutan
  75% 80% 85%
85
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
  Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
26 0,11   0,09 0,10    
27 0,11   0,05 0,07    
28 0,07   0,05 0,05    
29     0,12 0,06    
30     0,11 0,07    
31     0,11 0,12    
32 0,07 0,08
33 0,09 0,09
34 0,10 0,06
35 0,08 0,08
36 0,08 0,07
37 0,08 0,10
38 0,06 0,10
Lanjutan
  75% 80% 85%
  Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
86
  Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
39 0,11 0,16
40 0,11 0,08
41 0,13 0,05
42 0,08 0,07
43 0,10 0,11
44 0,09 0,09
45 0,10 0,11
46 0,09 0,08
47 0,13 0,07
48 0,05 0,07
49 0,13
50 0,12
Jumlah 2,98 2,14 4,80 4,20 1,80 2,06
Rataa 0,11 0,09 0,10 0,09 0,09 0,10
n

87
 Data PBBH berdasarkan Kelembaban
(kg/ekor/hari).

Kelembaban Kelembaban Kelembaban


No
75% 80% 85%
1 0,11 0,14 0,06
2 0,12 0,08 0,12
3 0,10 0,09 0,13
4 0,09 0,11 0,10
5 0,13 0,11 0,09
6 0,12 0,13 0,09
7 0,11 0,09 0,08
8 0,10 0,11 0,11
9 0,11 0,08 0,09
10 0,08 0,07 0,11
11 0,10 0,12 0,07
12 0,12 0,07 0,11
13 0,09 0,08 0,09
14 0,08 0,10 0,09
15 0,11 0,12 0,10
16 0,11 0,08 0,08
17 0,06 0,08 0,09
18 0,08 0,12 0,09
19 0,12 0,11 0,10
20 0,12 0,09 0,11
21 0,10 0,07 0,09
22 0,13 0,13 0,08
23 0,16 0,07 0,10
24 0,12 0,09 0,06
Lanjutan

88
Kelembaban Kelembaban Kelembaban
No
75% 80% 85%
25 0,11 0,11 0,11
26 0,11 0,09 0,09
27 0,11 0,05 0,09
28 0,07 0,05 0,11
29 0,10 0,12 0,11
30 0,10 0,11 0,12
31 0,10 0,11 0,12
32 0,09 0,07 0,10
33 0,09 0,09 0,09
34 0,06 0,10 0,09
35 0,05 0,08 0,09
36 0,05 0,08 0,13
37 0,13 0,08 0,12
38 0,10 0,06 0,13
39 0,11 0,11 0,06
40 0,10 0,11 0,06
41 0,09 0,13
42 0,10 0,08
43 0,11 0,10
44 0,06 0,09
45 0,12 0,10
46 0,04 0,09
Lanjutan
Kelembaban Kelembaban Kelembaban
No
75% 80% 85%

89
47 0,11 0,13
48 0,07 0,05
49 0,11 0,13
50 0,08 0,12
51 0,10 0,07
52 0,09 0,11
53 0,11
54 0,11
55 0,08
56 0,08
57   0,06
58   0,10
59   0,09
60   0,09
61   0,06
62   0,11
63   0,09
64   0,09
65   0,07
66   0,10
67   0,08
68   0,08
Lanjutan
Kelembaban Kelembaban Kelembaban
No
75% 80% 85%
69   0,10
70   0,12

90
71   0,07
72   0,09
73   0,08
74   0,14
75   0,07
76   0,10
77   0,07
78   0,05
79   0,06
80   0,07
81   0,12
82   0,08
83   0,09
84   0,06
85   0,08
86   0,07
87   0,10
88   0,10
89   0,16
90   0,08
Lanjutan
Kelembaban Kelembaban Kelembaban
No
75% 80% 85%
91   0,05
92   0,07
93   0,11
94   0,09

91
95   0,11
96   0,08
97   0,07
98   0,07
Total 5,13 8,97 3,86
Rataa
n
0,099 0,092 0,097

 Pembobotan (weighting) dilakukan dengan rumus


berikut:
f. PBBH Jantan kembar dikonversi menjadi
jantan tunggal

X́ JT
JT = × PBBH JK
X́ JK

g. PBBH Betina kembar dikonversi menjadi


betina tunggal

X́ BT
BT = × PBBH BK
X́ BK

h. PBBH Betina dikonversi menjadi jantan

Jantan =
X́ Jantam
× PBBH Betina
X́ ❑ Betina

92
 Rata-rata Bobot Lahir dan Standar Deviasi
dihitung dengan rumus berikut :
i. Rata-rata
x1 + x 2 + x3 + …+ x n
X́ =
n
e. X́ 1 = 0,099
f. X́ 2 = 0,092
g. X́ 3 = 0,097

j. Standar Deviasi
n
SD =
√∑
i=1
¿¿¿¿¿

e. SD1 = 0,023
f. SD2 = 0,023
g. SD3 = 0,019

93
Lampiran 5. Analisis Statistik pengaruh kelembaban terhadap PBBH.

Kelembaba Ulangan Rataan


Jumlah
n 1 2 3 4 ... 12 41 52 98 ± SD
0,099
0,0
75% 0,11 0,12 0,1 ... 0,12 0,09 0,09 5,13 ±
9
0,023
0,092
0,1 0,0
80% 0,14 0,08 0,09 ... 0,07 0,13 0,11 8,97 ±
1 7
0,023
0,097
85% 0,06 0,12 0,13 0,1 ... 0,11 3,86 ±
0,019
0,0
Jumlah 0,31 0,32 0,32 0,3 ... 0,3 0,22 0,2 17,96
7

 Rancangan Acak Lengkap (RAL)


e. Faktor Koreksi
FK = ¿¿

94
=¿ ¿
322,56
=
190
= 1,70

f. Jumlah Kuadrat Total


t r
2
JK Total = (∑ ∑ yi ¿−FK ¿
i=1 j=1

= (0,11 ¿ ¿ 2+ 0,122+ 0,12+ …+0,112 )−1,70 ¿

= 1,88 – 1,70

= 0,10

g. Jumlah Kuadrat Perlakuan


t
JK Perlakuan = ∑ ¿¿ ¿
i=1

95
(5,13)2 (8,97)2 (3,86)2
= + + - FK
52 98 40

= (0,51 + 0,821 + 0,4) – 1,70


= 1,71 - 1,70
= 0,01

h. Jumlah Kuadrat Galat


JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 0,10 - 0,02
= 0,098

 Kuadrat Tengah (KT)


JK Perlakuan
c. KT Perlakuan =
db Perlakuan

0,002
=
3

96
= 0,001

JK Galat
d. KT Galat =
db Galat

0,09
=
188

= 0,0005

 F Hitung
KT Perlakuan
b. F hitung =
KT Galat

0,001
=
0,0005

= 1,94

97
 Tabel ANOVA (Analisis Ragam)

F F
SK db JK KT 0,01
hitung 0,05
Perlakuan 3 0,01 0,001 1,94 3,04 3,89
Galat 188 0,098 0,0005
Total 190 0,10
Keterangan : F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F tabel 5% artinya perlakuan
tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap PBBH

98
Lampiran 6. Data pengaruh THI terhadap PBBH (kg/ekor/hari).
72 73 74 75
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
1 0,11 0,09 0,14 0,07 0,06 0,11 0,13 0,11
2 0,09 0,08 0,08 0,11 0,12 0,09 0,10 0,09
3 0,07 0,14 0,09 0,11 0,11 0,08 0,09 0,09
4 0,13 0,07 0,11 0,11 0,12 0,10 0,09 0,11
5 0,07 0,10 0,11 0,08 0,10 0,06 0,08 0,11
6 0,09 0,07 0,13 0,08 0,09 0,10 0,11 0,12
7 0,11 0,05 0,09 0,06 0,08 0,06 0,09 0,12
8 0,09 0,06 0,11 0,10 0,07 0,07 0,11 0,10
9 0,05 0,13 0,13 0,09 0,12 0,11 0,07 0,09
10 0,05 0,10 0,12 0,06 0,07 0,11 0,10 0,13
11 0,08 0,11 0,11 0,11 0,08 0,10 0,09 0,13
12 0,09 0,09 0,13 0,09 0,10 0,08 0,09 0,14
13 0,11 0,09 0,09 0,09 0,12 0,08 0,10 0,06
14 0,07 0,15 0,10 0,11 0,08 0,10 0,11 0,07
15 0,08 0,07 0,12 0,09 0,08 0,12
16 0,08 0,05 0,12 0,06 0,12 0,07

99
Lanjutan
72 73 74 75
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
17 0,08 0,06 0,05 0,10 0,10
18 0,08 0,10 0,05 0,11 0,07
19 0,11 0,08 0,09 0,08 0,12
20 0,04 0,11 0,07 0,10 0,10
21 0,11 0,11 0,09 0,12 0,09
22 0,10 0,09 0,11 0,10
23 0,10 0,14 0,11
24 0,06 0,11 0,06
25 0,08 0,11 0,13
26 0,09 0,11 0,04
27 0,09 0,11
28 0,07 0,07
29 0,10 0,12
30 0,06 0,08
31 0,08 0,10
0,11 0,09
Lanjutan
100
72 73 74 75
Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina
No Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal Tunggal
33 0,11 0,12
34 0,09 0,08
35 0,12 0,07
36 0,14 0,07
37 0,08
38 0,08
39 0,08
40 0,07
41 0,12
42 0,10
43 0,10
44 0,10
45 0,06

101
 Data PBBH berdasarkan THI (kg/ekor/hari)

No THI 72 THI 73 THI 74 THI 75


1 0,11 0,14 0,06 0,13
2 0,09 0,08 0,12 0,10
3 0,07 0,09 0,11 0,09
4 0,13 0,11 0,12 0,09
5 0,07 0,11 0,10 0,08
6 0,09 0,13 0,09 0,11
7 0,11 0,09 0,08 0,09
8 0,09 0,11 0,07 0,11
9 0,05 0,13 0,12 0,07
10 0,05 0,12 0,07 0,10
11 0,08 0,11 0,08 0,09
12 0,09 0,13 0,10 0,09
13 0,11 0,09 0,12 0,10
14 0,07 0,10 0,08 0,11
15 0,08 0,12 0,08 0,11
16 0,08 0,12 0,12 0,09
17 0,08 0,07 0,10 0,09
18 0,08 0,11 0,11 0,11
19 0,11 0,11 0,08 0,11
20 0,04 0,11 0,10 0,12
21 0,11 0,08 0,12 0,12
22 0,10 0,08 0,11 0,10
23 0,09 0,06 0,14 0,09
24 0,08 0,10 0,11 0,13
25 0,14 0,09 0,11 0,13
Lanjutan

102
No THI 72 THI 73 THI 74 THI 75
26 0,07 0,06 0,11 0,14
27 0,10 0,11 0,09 0,06
28 0,07 0,09 0,07 0,07
29 0,05 0,09 0,10
30 0,06 0,11 0,06
31 0,13 0,09 0,08
32 0,10 0,06 0,11
33 0,11 0,05 0,11
34 0,09 0,05 0,09
35 0,09 0,09 0,12
36 0,15 0,07 0,14
37 0,07 0,09 0,08
38 0,05 0,09 0,08
39 0,06 0,10 0,08
40 0,10 0,06 0,07
41 0,08 0,08 0,12
42 0,11 0,09 0,10
43 0,11 0,10
44 0,10
45 0,06
46 0,11
47 0,09
48 0,08
49 0,10
Lanjutan

103
No THI 72 THI 73 THI 74 THI 75
50 0,06
51 0,10
52 0,06
53 0,07
54 0,11
55 0,11
56 0,10
57 0,08
58 0,08
59 0,10
60 0,12
61 0,07
62 0,10
63 0,07
64 0,12
65 0,10
66 0,09
67 0,10
68   0,11
69   0,06
70   0,13
71   0,04
72   0,11
Lanjutan

104
No THI 72 THI 73 THI 74 THI 75
73   0,07
74   0,12
75   0,08
76   0,10
77   0,09
78   0,12
79   0,08
80   0,07
81 0,07
Total 3,79 3,98 7,61 2,82
Rataa 0,10
n
0,09 0,09 0,09

105
Pembobotan (weighting) dilakukan dengan rumus
berikut:
k. PBBH Jantan kembar dikonversi menjadi
jantan tunggal

X́ JT
JT = × PBBH JK
X́ JK

l. PBBH Betina kembar dikonversi menjadi


betina tunggal

X́ BT
BT = × PBBH BK
X́ BK

m. PBBH Betina dikonversi menjadi jantan

Jantan =
X́ Jantam
× PBBH Betina
X́ ❑ Betina

 Rata-rata Bobot Lahir dan Standar Deviasi


dihitung dengan rumus berikut :
n. Rata-rata
x1 + x 2 + x3 + …+ x n
X́ =
n
h. X́ 1 = 0,088
i. X́ 2 = 0,095
j. X́ 3 = 0,094
k. X́ 4 = 0,101

106
o. Standar Deviasi
n
SD =
√∑
i=1
¿¿¿¿¿

h. SD1 = 0,03
i. SD2 = 0,02
j. SD3 = 0,02
k. SD4 = 0,02

107
Lampiran 7. Analisis statistik pengaruh THI terhadap PBBH.

 Rataa
Jumla
Ulangan n±
THI h
SD
1 2 3 4 … 29 43 70 81
0,1 0,0 0,0 0,1 0,0 0,1 0,088
72 … 3,80
1 9 7 3 5 1 ± 0,03
0,1 0,0 0,0 0,1 0,0 0,095
73 … 3,97
4 8 9 1 9 ± 0,02
0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,0 0,094
74 … 7,64
6 2 1 2 0 0 3 7 ± 0,02
0,1 0,1 0,0 0,0 0,101
75 … 2,83
3 0 9 9 ± 0,02
Jumla 0,4 0,3 0,3 0,4 0,2 0,2 0,1 0,0
… 18,24
h 4 9 6 5 4 1 3 7
Rancangan Acak Lengkap (RAL)
i. Faktor Koreksi
FK = ¿¿

=¿ ¿
108
223,26
=
194
= 1,71

j. Jumlah Kuadrat Total


t r
2
JK Total = (∑ ∑ yi ¿−FK ¿
i=1 j=1

= (0,11 ¿ ¿ 2+ 0,122+ 0,12+ …+0,112 )−1,71 ¿

= 1,81 – 1,71

= 0,10

k. Jumlah Kuadrat Perlakuan


t
JK Perlakuan = ∑ ¿¿ ¿
i=1

109
(3,80)2 (3,97)2 (7,64)2 (2,83)2
= + + + - FK
43 42 81 28

= (0,34 + 0,375 + 0,72 + 0,286) – 1,71

= 1,74 - 1,71
= 0,03

l. Jumlah Kuadrat Galat


JK Galat = JK Total – JK Perlakuan
= 0,10 - 0,03
= 0,07

 Kuadrat Tengah (KT)


JK Perlakuan
e. KT Perlakuan =
db Perlakuan

110
0,003
=
3

= 0,001

JK Galat
f. KT Galat =
db Galat

0,094
=
191

= 0,0005

 F Hitung
KT Perlakuan
c. F hitung =
KT Galat

111
0,001
=
0,0005

= 1,89

 Tabel ANOVA (Analisis Ragam)

F F
SK Db JK KT 0,01
hitung 0,05
Perlakuan 3 0,003 0,001 1,89 3,04 3,88
Galat 191 0,094 0,0005
Total 194 0,10
Keterangan : F hitung lebih kecil dibandingkan dengan F
tabel 5% artinya perlakuan tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
terhadap PB

112
113
 Data PBBH terhadap jenis kelamin.

No. Xa Xb (Xa-Xb) Xa-Xb)2


1 0,13 0,11 0,0200 0,0004
2 0,12 0,12 0 0
3 0,10 0,11 -0,0100 0,0001
4 0,11 0,09 0,0200 0,0004
5 0,11 0,09 0,0200 0,0004
6 0,10 0,12 -0,0200 0,0004
7 0,12 0,11 0,0100 0,0001
8 0,08 0,11 -0,0300 0,0009
9 0,07 0,12 -0,0500 0,0025
10 0,12 0,12 0,0000 0,0000
11 0,07 0,10 -0,0300 0,0009
12 0,08 0,09 -0,0100 0,0001
13 0,10 0,07 0,0300 0,0009
14 0,12 0,09 0,0300 0,0009

114
Lanjutan
15 0,08 0,10 -0,0200 0,0004
16 0,08 0,08 0 0
17 0,08 0,08 0 0
18 0,06 0,10 -0,0400 0,0016
19 0,11 0,12 -0,0100 0,0001
20 0,08 0,07 0,0100 0,0001
21 0,08 0,07 0,0100 0,0001
22 0,12 0,09 0,0300 0,0009
23 0,11 0,09 0,0200 0,0004
24 0,11 0,15 -0,0400 0,0016
25 0,13 0,08 0,0500 0,0025
26 0,08 0,06 0,0200 0,0004
27 0,10 0,09 0,0100 0,0001
28 0,10 0,08 0,0200 0,0004
29 0,07 0,14 -0,0700 0,0049
30 0,13 0,07 0,0600 0,0036

115
Lanjutan
31 0,10 0,05 0,0500 0,0025
32 0,09 0,10 -0,0100 0,0001
33 0,07 0,07 0 0
34 0,09 0,05 0,0400 0,0016
35 0,13 0,06 0,0700 0,0049
36 0,11 0,07 0,0400 0,0016
37 0,09 0,10 -0,0100 0,0001
38 0,05 0,08 -0,0300 0,0009
39 0,05 0,13 -0, 0800 0,0064
40 0,14 0,10 0,0400 0,0016
41 0,05 0,11 -0,0600 0,0036
42 0,12 0,11 0,0100 0,0001
43 0,08 0,11 -0,0300 0,0009
44 0,10 0,09 0,0100 0,0001
45 0,10 0,10 0 0
46 0,11 0,08 0,0300 0,0009

116
Lanjutan
No. Xa Xb (Xa-Xb) Xa-Xb)2
47 0,08 0,09 -0,0100 0,0001
48 0,10 0,05 0,0500 0,0025
49 0,10 0,06 0,0400 0,0016
50 0,09 0,07 0,0200 0,0004
51 0,06 0,11 -0,0500 0,0025
52 0,09 0,12 -0,0300 0,0009
53 0,09 0,08 0,0100 0,0001
54 0,08 0,07 0,0100 0,0001
55 0,11 0,11 0 0
56 0,09 0,09 0 0
57 0,11 0,09 0,0200 0,0004
58 0,07 0,08 -0,0100 0,0001
59 0,12 0,10 0,0200 0,0004
60 0,11 0,06 0,0500 0,0025
61 0,09 0,07 0,0200 0,0004

117
Lanjutan
62 0,06 0,11 -0,0500 0,0025
63 0,13 0,11 0,0200 0,0004
64 0,11 0,11 0 0
65 0,11 0,08 0,0300 0,0009
66 0,12 0,08 0,0400 0,0016
67 0,14 0,06 0,0800 0,0064
68 0,08 0,10 -0,0200 0,0004
69 0,09 0,09 0 0
70 0,11 0,09 0,0200 0,0004
71 0,08 0,06 0,0200 0,0004
72 0,11 0,08 0,0300 0,0009
73 0,11 0,08 0,0300 0,0009
74 0,13 0,11 0,0200 0,0004
75 0,09 0,09 0 0
76 0,09 0,09 0 0
77 0,11 0,11 0 0

118
Lanjutan
No. Xa Xb (Xa-Xb) Xa-Xb)2
78 0,11 0,06 0,0500 0,0025
79 0,11 0,07 0,0400 0,0016
80 0,11 0,08 0,0300 0,0009
81 0,08 0,10 -0,0200 0,0004
82 0,07 0,09 -0,0200 0,0004
83 0,12 0,10 0,0200 0,0004
84 0,10 0,10 0 0
85 0,10 0,10 0 0
86 0,06 0,09 -0,0300 0,0009
87 0,07 0,06 0,0100 0,0001
88 0,11 0,11 0 0
89 0,11 0,03 0,0800 0,0064
90 0,09 0,10 -0,0100 0,0001
91 0,09 0,06 0,0300 0,0009
92 0,12 0,11 0,0100 0,0001

119
Lanjutan
No. Xa Xb (Xa-Xb) Xa-Xb)2
93 0,14 0,08 0,0600 0,0036
94 0,10 0,09 0,0100 0,0001
95 0,13 0,06 0,0700 0,0049
96 0,12 0,05 0,0700 0,0049
97 0,11 0,05 0,0600 0,0036
Total 9,54 8,62 0,92 0,11

120
H0 = X́ A - X́ B = 0
H1 = X́ A - X́ B ≠ 0
XA - XB = D
n

∑ Di = 0,92
i=1

D́ =
∑ Di = 0,92 = 0,009
i=1
97
n
n

∑ Di2 = 0,11
i=1

n
2
S2 = ∑ D i −¿ ¿ ¿ ¿
i=1

(0,92)2
0,11−
= 97 = 0,001
97−1

S = 0,03

D́ 0,009 0,009
thitung = = = =3
s /√ n 0,03/√ 97 0,003

t0,05/2 (db 96) = 1,98

t0,01/2 (db 96) = 2,63

thitung > t0,01/2 (db 96) H0 ditolak

121
H1 diterima

Kesimpulan : Jenis kelamin berbeda nyata terhadap


PBBH kambing PE pra sapih di UPT .PT
dan HMT Singosari, Malang.

122
 Data PBBH terhadap tipe kelahiran.

No. Xa No. Xb
1 0.11 1 0.12
2 0.09 2 0.11
3 0.08 3 0.12
4 0.10 4 0.07
5 0.06 5 0.09
6 0.67 6 0.09
7 0.11 7 0.15
8 0.11 8 0.08
9 0.11 9 0.06
10 0.08 10 0.05
11 0.83 11 0.07
12 0.06 12 0.10
13 0.10 13 0.08
14 0.09 14 0.11
15 0.09 15 0.11
16 0.06 16 0.09
17 0.11 17 0.08
18 0.09 18 0.05
19 0.09 19 0.06
20 0.11 20 0.11
21 0.10 21 0.08
22 0.10 22 0.07
23 0.01 23 0.07
24 0.09 24 0.12
25 0.09 25 0.10
Lanjutan

123
No. Xa No. Xb
26 0.06 26 0.11
27 0.05 27 0.11
28 0.05 28 0.12
29 0.06 29 0.08
30 0.12 30 0.08
31 0.14 31 0.08
32 0.08 32 0.06
33 0.09 33 0.11
34 0.11 34 0.11
35 0.11 35 0.13
36 0.13 36 0.08
37 0.09 37 0.10
38 0.11 38 0.10
39 0.11 39 0.10
40 0.12 40 0.09
41 0.10 41 0.13
42 0.09 42 0.05
43 0.13 43 0.14
44 0.12 44 0.12
45 0.11 45 0.10
46 0.11 46 0.10
47 0.09 47 0.09
48 0.09 48 0.06
49 0.11 49 0.09
50 0.11 50 0.08
Lanjutan
No. Xa No. Xb

124
51 0.12 51 0.08
52 0.12 52 0.06
53 0.10 53 0.07
54 0.09 54 0.08
55 0.07 55 0.09
56 0.09 56 0.10
57 0.10 57 0.06
58 0.08 58 0.11
59 0.08 59 0.03
60 0.10 60 0.10
61 0.12 61 0.06
62 0.07 62 0.11
63 0.09 63 0.08
64 0.08 64 0.13
65 0.14 65 0.11
66 0.07 66 0.11
67 0.10 67 0.11
68 0.07 68 0.08
69 0.05 69 0.09
70 0.06 70 0.11
71 0.13 71 0.11
72 0.10 72 0.08
73 0.11 73 0.07
74 0.10 74 0.10
75 0.09 75 0.06
Lanjutan
No. Xa No. Xb
76 0.07 76 0.07

125
77 0.12 77 0.11
78 0.13 78 0.11
80 0.08 80 0.12
81 0.07 81 0.14
82 0.12
83 0.07
84 0.08
85 0.10
86 0.12
87 0.08
88 0.08
89 0.12
90 0.11
91 0.09
92 0.07
93 0.13
94 0.07
95 0.09
96 0.11
97 0.09
98 0.05
99 0.05
100 0.08
101 0.10
Lanjutan
No. Xa No. Xb
102 0.11
103 0.08

126
104 0.10
105 0.09
106 0.09
107 0.08
108 0.11
109 0.09
110 0.11
111 0.07
112 0.12
113 0.11
Total 11.88 7.59

H0 = X́ A = X́ B

H1 = X́ A ≠ X́ B
n

∑ X A = 11,88
i=1

n
X́ A = (∑ X i)/n = 11,88/113 = 0,105
i=1

n
SA =
√∑
i=1
¿ ¿ ¿ ¿ = 1,11

S2A = 1,23

127
n

∑ X B = 7,59
i=1

n
X́ B = (∑ X i)/n = 7,59/81 = 0,094
i=1

n
SB =
√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿ = 0,84
i=1

S2B = 0,71

2
( n A −1 ) S 2A + ( nB −1 ) S2B
S =
( n A −1 ) +(n B−1)
( 113−1 ) 1,23+ ( 81−1 ) 0,71
= = 1,01
( 113−1 )+(81−1)

| X́ A − X́ B| |0,105−0,094|
thitung = = = 0,08
√{ ( S
2 1 1
+
n A nB )} √{ (
1,01
1
+
1
113 81 )}
t0,05/2 (db 192) = 1,97

t0,01/2 (db 192) = 2,60

thitung < t0,01/2 (db 192) H0 diterima

H1 ditolak

128
Kesimpulan : Tipe kelahiran tidak berbeda nyata
terhadap PBBH kambing PE pra sapih di
UPT .PT dan .HMT Singosari, Malang.

Lampiran 8. Perhitungan data PBBH berdasarkan jenis


kelamin.

1. Cempe Jantan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
1 13 0,13 0,03 0,00111
2 309 0,12 0,02 0,00028
3 89 0,10 0,00 0,00000
4 98 0,11 0,01 0,00004
5 99 0,11 0,01 0,00018
6 87 0,10 0,00 0,00001
7 82 0,12 0,02 0,00054
8 1 0,08 -0,02 0,00040
9 3 0,07 -0,03 0,00090
10 8 0,12 0,02 0,00028
11 79 0,07 -0,03 0,00090
12 10 0,08 -0,02 0,00040
13 11 0,10 0,00 0,00001
14 14 0,12 0,02 0,00060
15 16 0,08 -0,02 0,00040
16 17 0,08 -0,02 0,00032

129
17 18 0,08 -0,02 0,00049
18 21 0,06 -0,04 0,00134
19 22 0,11 0,01 0,00018
20 23 0,08 -0,02 0,00040
21 24 0,08 -0,02 0,00040
22 25 0,12 0,02 0,00054
Lanjutan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
23 15 0,11 0,01 0,00018
24 308 0,11 0,01 0,00018
25 320 0,13 0,03 0,00090
26 84/50 0,08 -0,02 0,00028
27 96/41 0,10 0,00 0,00000
28 71/6 0,10 0,00 0,00001
29 82/3 0,07 -0,03 0,00065
30 90/1 0,13 0,03 0,00111
31 100/31 0,10 0,00 0,00002
32 99/30 0,09 -0,01 0,00004
33 51/19 0,07 -0,03 0,00090
34 52/17 0,09 -0,01 0,00018
35 11/57 0,13 0,03 0,00090
36 62/18 0,11 0,01 0,00003
37 63/21 0,09 -0,01 0,00015
38 53/10 0,05 -0,05 0,00218
39 55/9 0,05 -0,05 0,00218
40 15/60 0,14 0,04 0,00134
41 61/20 0,05 -0,05 0,00284
42 73/12 0,12 0,02 0,00054

130
43 9 0,08 -0,02 0,00040
44 51 0,10 0,00 0,00000
45 66 0,10 0,00 0,00001
46 53 0,11 0,01 0,00018
47 75 0,08 -0,02 0,00054
Lanjutan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
48 61 0,10 0,00 0,00000
49 61 0,10 0,00 0,00001
50 62 0,09 -0,01 0,00004
51 63 0,06 -0,04 0,00160
52 330 0,09 -0,01 0,00003
53 327 0,09 -0,01 0,00018
54 331 0,08 -0,02 0,00028
55 392 0,11 0,01 0,00010
56 394 0,09 -0,01 0,00018
57 393 0,11 0,01 0,00004
58 399 0,07 -0,03 0,00090
59 405 0,12 0,02 0,00040
60 447 0,11 0,01 0,00003
61 93/2 0,09 -0,01 0,00004
62 411 0,06 -0,04 0,00188
63 412 0,13 0,03 0,00111
64 422 0,11 0,01 0,00004
65 423 0,11 0,01 0,00004
66 425 0,12 0,02 0,00028
67 65 0,14 0,04 0,00134
68 58 0,08 -0,02 0,00028

131
69 67 0,09 -0,01 0,00004
70 55 0,11 0,01 0,00018
71 61 0,08 -0,02 0,00054
72 473 0,11 0,01 0,00004
Lanjutan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
73 422 0,11 0,01 0,00010
74 425 0,13 0,03 0,00111
75 NN 0,09 -0,01 0,00004
76 432 0,09 -0,01 0,00010
77 433 0,11 0,01 0,00004
78 436 0,11 0,01 0,00018
79 478 0,11 0,01 0,00010
80 479 0,11 0,01 0,00004
81 72 0,08 -0,02 0,00028
82 77 0,07 -0,03 0,00111
83 56 0,12 0,02 0,00054
84 63 0,10 0,00 0,00001
85 0474 0,10 0,00 0,00001
86 0743 0,06 -0,04 0,00188
87 481 0,07 -0,03 0,00071
88 488 0,11 0,01 0,00010
89 724 0,11 0,01 0,00004
90 497 0,09 -0,01 0,00010
91 499 0,09 -0,01 0,00010
92 503 0,12 0,02 0,00028
93 52 0,14 0,04 0,00143
94 506 0,10 0,00 0,00001
95 511 0,13 0,03 0,00111
96 512 0,12 0,02 0,00028

132
97 513 0,11 0,01 0,00010
Total 9,55 0,04
Rata-rata 0,10
Standar Deviasi 0,02
a. Rata-rata
n

∑ Xi = 9,55 = 0,10
X́ = i =1 97
n
b. Standar Deviasi
0,04
SD=√ ¿ ¿ ¿ =
97−1√ = √ 0,0004 = 0,02Cempe

133
2. Cempe Betina

No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2


1 100 0,11 0,02 0,00054
2 310 0,12 0,03 0,00071
3 90 0,11 0,02 0,00040
4 313 0,09 0,00 0,00001
5 86 0,09 0,00 0,00001
6 83 0,12 0,03 0,00097
7 84 0,11 0,02 0,00054
8 96 0,11 0,02 0,00040
9 77 0,12 0,03 0,00090
10 97 0,12 0,03 0,00071
11 88 0,10 0,01 0,00010
12 311 0,09 0,00 0,00000
13 3 0,07 -0,02 0,00028
14 2 0,09 0,00 0,00001

134
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
15 5 0,10 0,01 0,00010
16 6 0,08 -0,01 0,00018
17 7 0,08 -0,01 0,00004
18 9 0,10 0,01 0,00004
19 12 0,12 0,03 0,00071
20 19 0,07 -0,02 0,00045
21 20 0,07 -0,02 0,00054
22 83/43 0,09 0,00 0,00001
23 94/40 0,09 0,00 0,00000
24 68/45 0,15 0,06 0,00401
25 69/46 0,08 -0,01 0,00018
26 70/44 0,06 -0,03 0,00111
27 306 0,09 0,00 0,00000
28 89 0,08 -0,01 0,00010
29 72/7 0,14 0,05 0,00284

135
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
30 78 0,07 -0,02 0,00028
31 58/8 0,05 -0,04 0,00160
32 64/39 0,10 0,01 0,00010
33 59/16 0,07 -0,02 0,00054
34 56/14 0,05 -0,04 0,00134
35 70/44 0,06 -0,03 0,00111
36 74/13 0,07 -0,02 0,00054
37 56 0,10 0,01 0,00010
38 55 0,08 -0,01 0,00010
39 42 0,13 0,04 0,00134
40 38 0,10 0,01 0,00010
41 407 0,11 0,02 0,00024
42 78 0,11 0,02 0,00054
43 79 0,11 0,02 0,00054
44 52 0,09 0,00 0,00001

136
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
45 55 0,10 0,01 0,00010
46 67 0,08 -0,01 0,00010
47 332 0,09 0,00 0,00000
48 390 0,05 -0,04 0,00134
49 391 0,06 -0,03 0,00090
50 394 0,07 -0,02 0,00040
51 406 0,11 0,02 0,00028
52 402 0,12 0,03 0,00111
53 445 0,08 -0,01 0,00018
54 444 0,07 -0,02 0,00054
55 410 0,11 0,02 0,00054
56 413 0,09 0,00 0,00001
57 414 0,09 0,00 0,00000
58 419 0,08 -0,01 0,00010
59 421 0,10 0,01 0,00010

137
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
60 424 0,06 -0,03 0,00111
61 NN 0,07 -0,02 0,00054
62 428 0,11 0,02 0,00028
63 429 0,11 0,02 0,00028
64 435 0,11 0,02 0,00032
65 439 0,08 -0,01 0,00018
66 440 0,08 -0,01 0,00004
67 455 0,06 -0,03 0,00071
68 57 0,10 0,01 0,00004
69 64 0,09 0,00 0,00001
70 70 0,09 0,00 0,00000
71 71 0,06 -0,03 0,00071
72 471 0,08 -0,01 0,00018
73 472 0,08 -0,01 0,00004
74 424 0,11 0,02 0,00040

138
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
75 426 0,09 0,00 0,00001
76 437 0,09 0,00 0,00000
77 438 0,11 0,02 0,00028
78 62 0,06 -0,03 0,00111
79 NN 0,07 -0,02 0,00028
80 477 0,08 -0,01 0,00004
81 NN 0,10 0,01 0,00004
82 73 0,09 0,00 0,00000
83 64 0,10 0,01 0,00008
84 713 0,10 0,01 0,00008
85 474 0,10 0,01 0,00010
86 480 0,09 0,00 0,00001
87 482 0,06 -0,03 0,00111
88 489 0,11 0,02 0,00054
89 723 0,03 -0,06 0,00309

139
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
90 498 0,10 0,01 0,00012
91 500 0,06 -0,03 0,00083
92 504 0,11 0,02 0,00024
93 507 0,08 -0,01 0,00018
94 508 0,09 0,00 0,00000
95 509 0,06 -0,03 0,00071
96 510 0,05 -0,04 0,00143
97 514 0,05 -0,04 0,00160
Total 8,59 0,05
Rata-rata 0,09
Standar Deviasi 0,02

140
a. Rata-rata
n

∑ Xi = 8,59 = 0,09
X́ = i =1 97
n
b. Standar Deviasi
0,05
SD=√ ¿ ¿ ¿ =
√97−1
= √ 0,0005 = 0,02

 Rataan PBBH cempe kambing PE berdasarkan


jenis,kelamin.
Jenis Kelamin PBBH (kg)
Jantan 0,10 ± 0,02
Betina 0,09±0,02

141
Lampiran 9. Perhitungan data PBBH terhadap tipe
kelahiran.

1. Kelahiran Tunggal
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
1 410 0,1133 0,00 0,0000
3 1
2 414 0,09 -0,02 0,0004
0
3 419 0,08 -0,03 0,0009
0
4 421 0,1 -0,01 0,0001
0
5 424 0,0566 -0,05 0,0028
7 4
6 NN 0,6666 0,56 0,3098
7 8
7 428 0,1066 0,00 0,0000
7 1
8 429 0,1066 0,00 0,0000
7 1
9 435 0,1077 0,00 0,0000
8 0
10 439 0,0766 -0,03 0,0011
7 1
11 440 0,8333 0,72 0,5232
3 1
12 455 0,0633 -0,05 0,0021
3 8
13 57 0,0966 -0,01 0,0001
7 8

142
14 64 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
15 70 0,09 -0,02 0,0004
0
16 71 0,0633 -0,05 0,0021
3 8
17 424 0,11 0,00 0,0000
0
18 426 0,0933 -0,02 0,0002
3 8
19 437 0,09 -0,02 0,0004
0
20 438 0,1066 0,00 0,0000
7 1
21 NN 0,0966 -0,01 0,0001
7 8
22 713 0,0988 -0,01 0,0001
9 2
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
23 474 0,01 -0,10 0,0100
0
24 480 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
25 508 0,0877 -0,02 0,0004
8 9
26 509 0,0633 -0,05 0,0021
3 8
27 510 0,0522 -0,06 0,0033
2 4
28 514 0,05 -0,06 0,0036
0
143
29 411 0,0566 -0,05 0,0028
7 4
30 425 0,1166 0,01 0,0000
7 4
31 65 0,1366 0,03 0,0007
7 1
32 58 0,0833 -0,03 0,0007
3 1
33 67 0,0933 -0,02 0,0002
3 8
34 473 0,1066 0,00 0,0000
7 1
35 422 0,11 0,00 0,0000
0
36 425 0,1333 0,02 0,0005
3 4
37 NN 0,0933 -0,02 0,0002
3 8
38 436 0,1133 0,00 0,0000
3 1
39 479 0,1066 0,00 0,0000
7 1
40 56 0,1233 0,01 0,0001
3 8
41 63 0,1033 -0,01 0,0000
3 4
42 499 0,09 -0,02 0,0004
0
43 511 0,1333 0,02 0,0005
3 4
44 512 0,1166 0,01 0,0000
7 4

144
45 513 0,11 0,00 0,0000
0
46 100 0,1133 0,00 0,0000
3 1
47 313 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
48 86 0,0933 -0,02 0,0002
3 8
49 84 0,1133 0,00 0,0000
3 1
50 96 0,11 0,00 0,0000
0
51 77 0,12 0,01 0,0001
0
52 97 0,1166 0,01 0,0000
7 4
53 88 0,1 -0,01 0,0001
0
54 311 0,0922 -0,02 0,0003
2 2
55 3 0,0733 -0,04 0,0013
3 4
56 2 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
57 5 0,1 -0,01 0,0001
0
58 6 0,0766 -0,03 0,0011
7 1
59 7 0,0833 -0,03 0,0007
3 1
145
60 9 0,0966 -0,01 0,0001
7 8
61 12 0,1166 0,01 0,0000
7 4
62 20 0,0666 -0,04 0,0018
7 8
63 306 0,09 -0,02 0,0004
0
64 89 0,08 -0,03 0,0009
0
65 72/7 0,1433 0,03 0,0011
3 1
66 78 0,0733 -0,04 0,0013
3 4
67 64/39 0,1 -0,01 0,0001
0
68 59/16 0,0666 -0,04 0,0018
7 8
69 56/14 0,0533 -0,06 0,0032
3 1
70 70/44 0,0566 -0,05 0,0028
7 4
71 42 0,1266 0,02 0,0002
7 8
72 38 0,1 -0,01 0,0001
0
Lanjutan
No No. Telinga Xa xa-x (xa-x)2
73 407 0,1055 0,00 0,0000
6 2
74 55 0,1 -0,01 0,0001
0
146
75 332 0,0922 -0,02 0,0003
2 2
76 394 0,07 -0,04 0,0016
0
77 402 0,1233 0,01 0,0001
3 8
78 13 0,1333 0,02 0,0005
3 4
79 87 0,0966 -0,01 0,0001
7 8
80 1 0,08 -0,03 0,0009
0
81 3 0,07 -0,04 0,0016
0
82 8 0,1166 0,01 0,0000
7 4
83 79 0,07 -0,04 0,0016
0
84 10 0,08 -0,03 0,0009
0
85 11 0,0966 -0,01 0,0001
7 8
86 14 0,1244 0,01 0,0002
4 1
87 23 0,08 -0,03 0,0009
0
88 24 0,08 -0,03 0,0009
0
89 25 0,1233 0,01 0,0001
3 8
90 15 0,1133 0,00 0,0000
3 1

147
91 93/2 0,0933 -0,02 0,0002
3 8
92 82/3 0,0744 -0,04 0,0012
4 6
93 90/1 0,1333 0,02 0,0005
3 4
94 51/19 0,07 -0,04 0,0016
0
95 52/17 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
96 62/18 0,1055 0,00 0,0000
6 2
97 63/21 0,0877 -0,02 0,0004
8 9
98 53/10 0,0533 -0,06 0,0032
3 1
99 61/20 0,0466 -0,06 0,0040
7 1
100 9 0,08 -0,03 0,0009
0
101 66 0,0966 -0,01 0,0001
7 8
102 53 0,1133 0,00 0,0000
3 1
103 75 0,0766 -0,03 0,0011
7 1
104 61 0,1 -0,01 0,0001
0
105 330 0,0944 -0,02 0,0002
4 4
106 327 0,0866 -0,02 0,0005
7 4

148
107 331 0,0833 -0,03 0,0007
3 1
108 392 0,11 0,00 0,0000
0
109 394 0,0866 -0,02 0,0005
7 4
110 393 0,1066 0,00 0,0000
7 1
111 399 0,07 -0,04 0,0016
0
112 405 0,12 0,01 0,0001
0
113 447 0,1055 0,00 0,0000
6 2
Total 11,88 0,92
Rata-rata 0,11
Standar Deviasi 0,09

a. Rata-rata
n

∑ Xi = 11,88 = 0,11
X́ = i =1 113
n
b. Standar Deviasi
0,92
SD=√ ¿ ¿ ¿ =
√113−1
= √ 0,008 = 0,09

149
2. Kelahiran Ganda
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
1 310 0,11667 0,03 0,00071
2 90 0,11 0,02 0,00040
3 83 0,12111 0,03 0,00097
4 19 0,06889 -0,02 0,00045
5 83/43 0,09333 0,00 0,00001
6 94/40 0,09 0,00 0,00000
7 68/45 0,15333 0,06 0,00401
8 69/46 0,07667 -0,01 0,00018
9 70/44 0,05667 -0,03 0,00111
10 58/8 0,05 -0,04 0,00160
11 74/13 0,06667 -0,02 0,00054
12 56 0,1 0,01 0,00010
13 55 0,08 -0,01 0,00010
14 78 0,11333 0,02 0,00054
15 79 0,11333 0,02 0,00054
16 52 0,09333 0,00 0,00001
17 67 0,08 -0,01 0,00010
18 390 0,05333 -0,04 0,00134
19 391 0,06 -0,03 0,00090
20 406 0,10667 0,02 0,00028
21 445 0,07667 -0,01 0,00018
22 444 0,06667 -0,02 0,00054
23 444 0,06667 -0,02 0,00054
24 309 0,11667 0,03 0,00071
25 89 0,1 0,01 0,00010
Lanjutan

150
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
26 98 0,10667 0,02 0,00028
27 99 0,11333 0,02 0,00054
28 82 0,12333 0,03 0,00111
29 16 0,08 -0,01 0,00010
30 17 0,08222 -0,01 0,00006
31 18 0,07778 -0,01 0,00015
32 21 0,06333 -0,03 0,00071
33 22 0,11333 0,02 0,00054
34 308 0,11333 0,02 0,00054
35 320 0,13 0,04 0,00160
36 84/50 0,08333 -0,01 0,00004
37 96/41 0,09778 0,01 0,00006
40 99/30 0,09444 0,00 0,00002
41 11/57 0,13 0,04 0,00160
42 55/9 0,05333 -0,04 0,00134
43 15/60 0,13667 0,05 0,00218
44 73/12 0,12333 0,03 0,00111
45 51 0,1 0,01 0,00010
46 61 0,09667 0,01 0,00004
47 62 0,09333 0,00 0,00001
48 63 0,06 -0,03 0,00090
49 413 0,08667 0,00 0,00001
50 471 0,07667 -0,01 0,00018
51 472 0,08333 -0,01 0,00004
52 62 0,05667 -0,03 0,00111
Lanjutan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2

151
53 NN 0,07333 -0,02 0,00028
54 477 0,08333 -0,01 0,00004
55 73 0,09 0,00 0,00000
56 64 0,09889 0,01 0,00008
57 482 0,05667 -0,03 0,00111
58 489 0,11333 0,02 0,00054
59 723 0,03444 -0,06 0,00309
60 498 0,10111 0,01 0,00012
61 500 0,06111 -0,03 0,00083
62 504 0,10556 0,02 0,00024
63 507 0,07667 -0,01 0,00018
64 412 0,13333 0,04 0,00188
65 422 0,10667 0,02 0,00028
66 423 0,10667 0,02 0,00028
67 55 0,11333 0,02 0,00054
68 61 0,07667 -0,01 0,00018
69 432 0,09 0,00 0,00000
70 433 0,10667 0,02 0,00028
71 478 0,11 0,02 0,00040
72 72 0,08333 -0,01 0,00004
73 77 0,06667 -0,02 0,00054
74 0474 0,09667 0,01 0,00004
75 0743 0,05667 -0,03 0,00111
76 481 0,07333 -0,02 0,00028
77 488 0,11 0,02 0,00040
Lanjutan
No No. Telinga xa xa-x (xa-x)2
78 724 0,10667 0,02 0,00028

152
79 497 0,09 0,00 0,00000
80 503 0,11667 0,03 0,00071
81 52 0,13778 0,05 0,00228
82 506 0,10333 0,01 0,00018
Total 7,59 0,05
Rata-rata 0,09
Standar Deviasi 0,03

a. Rata-rata
n

∑ Xi = 7,59 = 0,09
X́ = i =1 82
n
b. Standar Deviasi
0,05
SD=√ ¿ ¿ ¿ =

82−1
= √ 0,0006 = 0,03

 Rataan PBBH cempe kambing PE berdasarkan


tipe kelahiran.
Tipe Kelahiran PBBH (kg)
Tunggal 0,11 ± 0,09
Kembar 0,09±0,03

153
Lampiran 10. Data suhu, kelembaban dan THI tahun 2017-2018.

2017 2018
Waktu Pengamatan Suhu Kelembaba THI Suhu Kelembaban THI
n
Januari 23,6 86 75 23,6 85 74
Februari 23,9 82 73 23,4 84 74
Maret 23,7 83 73 23,7 81 73
April 24 82 74 24,5 76 74
Mei 23,8 76 73 23,8 74 73
Juni 23,1 79 72 22,8 78 72
Juli 22,3 78 72 21,6 74 72
Agustus 22,4 75 72 21,9 68 72
September 23,4 72 72 23,5 70 72
Oktober 24,5 77 74 24,7 68 73
November 24,1 83 75 24,7 78 74
Desember 24 82 74 24,7 85 75
Rata-rata 23,57 79,58 73,25 23,58 76,75 73,17

154
Lampiran 11. Dokumentasi Penelitian.

1. Pemberian susu induk pada cempe.

2. Pemberian pakan.

3. Pengukuran tubuh kambing PE

155

Anda mungkin juga menyukai