Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya tingkat kematian anak prasapih kambing
serta rendahnya laju pertambahan bobot hidup merupakan
salah satu penyebab rendahnya tingkat produktivitas. Hasil
penelitian Adiati dan Priyanto (2010) menyatakan bahwa
tingkat kematian anak prasapih kambing PE di dua lokasi
pengamatan yaitu 6,9% pada Desa Donorejo dan 8,4% Desa
Pasrujambe. Banyak faktor yang bertanggung jawab terhadap
problem tersebut dan salah satunya adalah faktor pakan.
Ketersediaan pakan yang tidak berkesinambungan serta
rendahnya kualitas pakan menyebabkan kambing akan
kekurangan suplai zat gizi yang diperlukan untuk dapat
mengekspresikan potensi genetik yang dimiliki.
Kambing PE merupakan ternak yang berfungsi ganda,
namun produksinya masih dirasakan kurang. Hal ini
disebabkan karena tingkat produktivitas kambing PE, masih
rendah. Oleh karena itu upaya peningkatan produktivitasnya
perlu dilakukan, seperti pendekatan perbaikan tatalaksana
pakan dan pemberian pakan. Agar upaya tersebut dapat
berhasil, maka perlu diketahui terlebih dahulu kebutuhan gizi
kambing PE (pada status fisiologis yang berbeda), khususnya
protein. Menurut NRC (1981) bahwa kebutuhan protein untuk
induk kambing bunting tua adalah 159 g per hari. Salah satu
cara untuk memenuhi kebutuhan protein ternak kambing
bunting tua dengan melakukan steaming-up. Steaming-up
merupakan pemberian pakan yang berkualitas baik menjelang
partus (Raihanah, 2012) dalam rangka mengoptimalkan bobot
lahir (Chellapandian, 2016) dan produksi susu awal laktasi

1
(Moeini, Kachuee dan Jalilian, 2014). Steaming-up merupakan
perlakuan pemberian pakan tinggi nutrisi, terutama protein dan
energi pada kebuntingan tua (Sahu, Babu, Karna, Behera,
Kanungo, Kaswan dan Patra, 2013). Evaluasi keberhasilan
steaming up dapat diketahui melalui nilai body condition
score induk sebelum partus (Dharmawan, Surjowardojo dan
Susilorini, 2019).
Penambahan pakan dalam konsentrat berfungsi untuk
meningkatkan kandungan nutrisi. Dalam pemberian pakan
steaming-up dapat menggunakan hijauan legumiosa yang
ditambahkan konsentrat. Tanaman leguminosa digunakan
karena leguminosa merupakan tanaman serbaguna juga
kandungan proteinnya cukup tinggi dan palatabilitasnya lebih
baik karena ternak kambing lebih menyukai jenis
dedaunan/kacangan dari pada rerumputan. Leguminosa
merupakan jenis tanaman pakan ternak yang mengandung
protein tinggi yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
produktivitas ternak. Keistimewaan tanaman leguminosa
dibandingkan dengan tanaman hijauan pakan lain adalah
kandungan proteinnya yang tinggi, sebaliknya kandungan serat
kasarnya (karbohidrat struktural) lebih rendah (Hadi,
Kustantinah dan Hartadi, 2011). Tanaman leguminosa yang
dapat digunakan yaitu jenis Indigofera sp. karena memiliki
keunggulan yaitu kandungan nutrisinya yang tinggi, mudah
dibudidayakan, siklus vegetatifnya panjang, tahan musim
kering dan disukai ternak (Sitindaon, Kurnianto dan Iswanto,
2017).
Indigofera sp. adalah tanaman leguminosa pohon tropis
dan dilaporkan memiliki kandungan nutrisi yang baik untuk
ternak ruminansia. Kandungan protein kasar beberapa spesies
Indigofera sp. dilaporkan tergolong tinggi berkisar antara 22-

2
29%, sedangkan kandungan serat (NDF) tergolong rendah
yaitu antara 22-46% (Hassen, Rethman, Van Niekerk and
Tjelele, 2007). Nilai nutrisi tepung Indigofera adalah sebagai
berikut : protein kasar 27,97%; serat kasar 15,25%, Ca 0,22%
dan P 0,18%. Selanjutnya disebutkan bahwa sebagai sumber
protein, tepung Indigofera mengandung pigmen yang cukup
tinggi seperti xantofil dan carotenoid (Akbarillah, Kaharuddin,
dan Kusisiyah, 2002). Melihat potensi leguminosa pohon
tersebut maka dapat digunakan sebagai pakan tambahan pada
induk bunting dan induk sedang menyusui pada ternak
kambing. Menurut Tarigan, Abdullah, Ginting dan Permana
(2010) bahwa untuk mendapatkan informasi yang lebih
komprehensif menyangkut kualitas nutrisinya diperlukan
penelitian lanjutan secara in vivo untuk melihat respon ternak
terhadap penggunaan Indigofera sp. sebagai pakan.
Kecernaan suatu bahan pakan merupakan pencerminan
dari tinggi rendahnya nilai manfaat dari bahan pakan tersebut.
Apabila kecernaannya rendah maka nilai manfaatnya rendah
pula sebaliknya apabila kecernaannya tinggi maka nilai
manfaatnya tinggi pula. Pengukuran nilai kecernaan suatu
pada dasarnya adalah suatu usaha untuk menentukan jumlah
zat yang dapat diserap oleh saluran pencernaan, dengan
mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi dan jumlah pakan
yang dikeluarkan melalui feses. Retensi nitrogen adalah
sejumlah nitrogen dalam protein ransum yang masuk ke dalam
tubuh kemudian diserap dan digunakan oleh ternak.
Pengukuran retensi nitrogen ransum bertujuan untuk
mengetahui nilai kecernaan protein ransum. Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh steaming-up subtitusi konsentrat dengan tepung

3
Indigofera sp. terhadap kecernaan khususnya BK, BO, PK,
dan Retensi-N pada kambing PE.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh steaming-up tepung Indigofera sp. yang
diberikan untuk mengganti sebagian konsentrat dengan level
yang berbeda terhadap kecernaan khususnya BK, BO, PK, dan
Retensi-N pada kambing PE.

1.3 Tujuan Peneletian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh steaming-up subtitusi konsentrat dengan tepung
Indigofera sp. dengan level yang berbeda terhadap kecernaan
khususnya BK, BO, PK, dan Retensi-N pada kambing PE dan
mendapat penggunaan level perlakuan yang tepat pada
kambing PE.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh steaming-up tepung Indigofera
sp. dengan level yang berbeda terhadap kecernaan
khususnya BK, BO, PK, dan Retensi-N pada kambing
PE.
2. Mengetahui penggunaan konsentrasi tepung
Indigofera sp. yang tepat pada steaming-up kambing
PE.
3. Memberikan informasi bagi peternak maupun
masyarakat umum dengan steaming-up subtitusi
konsentrat dengan tepung Indigofera sp. yang sesuai
dengan kebutuhan induk bunting kambing PE.

4
4. Menambah kajian ilmu mengenai pengaruh steaming-
up subtitusi konsentrat dengan tepung Indigofera sp.
terhadap kecernaan khususnya BK, BO, PK dan
Retensi-N pada kambing PE.

1.5 Kerangka Pikir


Kebutuhan nutrisi kambing berbeda – beda sesuai
kondisi umur, status fisiologi dan tingkat produktivitasnya.
Periode pra partus atau pra laktasi merupakan periode yang
kritis. Oleh karena itu perlu adanya upaya peningkatan nutrisi
dalam pakan agar dapat memperbaiki kondisi fisiologi tubuh
induk menjelang partus. NRC (1981) menyatakan bahwa
kebutuhan protein untuk induk kambing bunting tua atau pra
partus adalah 159 g per hari. Salah satu cara untuk memenuhi
kebutuhan protein ternak kambing bunting dengan melakukan
steaming-up. Salah satu leguminosa yang dapat dimanfaatkan
untuk steaming-up yaitu Indigofera sp. yang memiliki nutrien
yang baik tetapi pemanfaatan leguminosa kurang efisien jika
tidak diolah. Salah satu metode yang tepat dalam pengolahan
bahan pakan yaitu dengan pembuatan tepung agar awet untuk
disimpan dan mudah dicampur dengan bahan pakan lain. Nilai
nutrisi tepung Indigofera adalah sebagai berikut : protein kasar
27,97%; serat kasar 15,25%, Ca 0,22% dan P 0,18%.
Selanjutnya disebutkan bahwa sebagai sumber protein, tepung
Indigofera mengandung pigmen yang cukup tinggi seperti
xantofil dan carotenoid (Akbarillah dkk., 2002).
Dalam steaming-up subtitusi konsentrat dengan tepung
Indigofera berfungsi untuk meningkatkan kandungan nutrisi.
Keberhasilan steaming-up subtitusi konsentrat dengan tepung
Indigofera sp. dengan konsentrasi yang berbeda diukur dengan
melihat kecernaan BK, BO, PK dan Retensi-N terhadap

5
kambing PE. Menurut Rahman (2014) bahwa nilai koefisien
cerna bahan kering (KcBK) yang tinggi mengindikasikan zat
makanan yang dikonsumsi dapat dicerna dan diserap lebih
baik oleh ternak. Afni., dkk (2017) juga menjelaskan bahwa
urin yang mengandung N tinggi merupakan indikator bahwa
pemanfaatan protein pakan oleh ternak untuk memenuhi
kebutuhannya tidak maksimal. Kerangka pikir penelitian dapat
dilihat pada Gambar 1 dibawah ini :

6
Kambing Peranakan Penyedia protein hewani
Etawa bunting tua berupa daging dan susu,
namun pakan yang
diberikan sering
Steaming-up kekurangan nutrisi
dilakukan pada saat kebutuhan khususnya
menjelang partus periode pra partus.
dengan tujuan
memperbaiki kondisi
tubuh induk, Steaming-up merupakan
mempersiapkan perlakuan pemberian
kelahiran anak dan pakan tinggi nutrisi,
meningkatkan terutama protein dan
produktivitas induk. energi pada kebuntingan
tua (Sahu et al., 2013).

Steaming-up
dilakukan dengan Nilai nutrisi tepung daun
tepung Indigofera sp. Indigofera adalah sebagai
pada pakan secara in berikut : protein kasar
vivo. 27,97%; serat kasar
15,25%, Ca 0,22% dan P
0,18% (Akbarillah dkk.,
2002).
Pemberian steaming-
up diharapkan
mempunyai Penggunaan Indigofera sp.
pengaruh positif dalam ransum berbasis
terhadap kecernaan : hijauan rumput dapat
BK, BO, PK, dan meningkatkan konsumsi
Retensi-N. dan kecernaan pada
kambing (Tarigan dan
Ginting, 2011).

Gambar 1. Kerangka Pikir


7
1.6. Hipotesis
Steaming-up menggunakan subtitusi konsentrat
dengan tepung Indigofera sp. berpengaruh terhadap kecernaan
BK, BO, PK dan Retensi-N pada kambing Peranakan Etawa.

8
9

Anda mungkin juga menyukai