CSS Najla Putriyanisa (G1A218083) - Dikonversi PDF
CSS Najla Putriyanisa (G1A218083) - Dikonversi PDF
Oleh:
Najla Putriyanisa*
G1A218083
Pembimbing:
dr. Sulistyowati, Sp. An**
Oleh:
Najla putriyanisa
G1A218083
Pembimbing,
ii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat ini yang berjudul
“Cardiovascular Problems In Perioperative Emergency”.Tulisan ini dimaksudkan
sebagai syarat untuk menyelesaikan stase di bagian Anastesi Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Terwujudnya referat ini tidak lepas dari
bimbingan, dan dorongan berbagai pihak, maka sebagai ungkapan hormat dan
penghargaan penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Sulistyowati, Sp.An
sebagai pembimbing.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak. Semoga
tulisan ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pendidikan kedokteran dan
kesehatan. Semoga kebaikan dan pertolongan semuanya mendapatkan berkat dari
Tuhan.
Penulis
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1.2 Batas-batas jantung:
• Kanan : vena cava superior (VCS), atrium kanan, vena cava
inferior (VCI)
• Kiri : ujung ventrikel kiri
• Anterior : atrium kanan, ventrikel kanan, sebagian kecil ventrikel
kiri
• Posterior : atrium kiri, 4 vena pulmonalis
• Inferior : ventrikel kanan yang terletak hampir horizontal
sepanjang diafragma sampai apeks jantung
• Superior : apendiks atrium kiri
6
terdalam (endocardium).Epikardium tersusun dari lapisan sel-sel
mesotelial yang berada diatas jaringan ikat.Miokardium terdiri dari
jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk memompa darah.
Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi
ruang jantung. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang
menuju arteri besar.
1) Bundalan otot atria, yang terdapat di bagian kiri atau kanan dan
basis kordis yang membentuk serambi atau aurikula kordis.
2) Bundalan otot ventrikel, yang membentuk bilik jantung, dimulai
dari cincin atrioventrikuler sampai di apeks jantung.
3) Bundalan otot atrioventrikuler merupakan dinding pemisah
antara serambi dan bilik jantung.
7
2.1.4 Ruang jantung
Ada empat ruang jantung, yaitu atrium kanan dan kiri yang dipisahkan
oleh septum intratrial dan ventrikel kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
septum intraventricular. 3
1) Atrium kanan
Merupakan salah satu sisi kanan dari jantung dan sebagian besar
membentang di belakang sternum. Darah memasuki atrium melalui
vena cava superior pada ujung atasnya, vena cava inferior pada ujung
bawahnya, dan sinus koronaria yang membawa darah dari jantung itu
sendiri. Pada atrium kanan terdapat tonjolan kecil yang disebut
auricula kanan yang membentang di depan dari asal aorta dan arteri
pulmonalis.2
2) Ventrikel kanan
Memiliki dinding tebal yang membentuk sebagian besar jantung
depan. Atrium kanan dan ventrikel kanan dihubungkan oleh katub
trikuspidalis yang terdiri dari tiga helai jaringan fibrosa yang diindungi
endotelium. Katub ini memiliki tiga katub. Dasar dari masing-masing
katub melekat pada ujung ostium. Perbatasan bebas dari masing-
masing katbu dilekatkan oleh corda tendinae ke tonjolan konikal kecil
dari jaringan otot yang timbul dari miokardium dan menonjol ke dalam
ventrikel. Terdapat valvula semilunaris pulmonalis yang
menghubungkan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis, dimana darah
akan dibawa menuju ke paru-paru. Katub ini terdiri dari tiga buah daun
semilunar.
3) Atrium kiri
Atrium kiri merupakan ruangan dengan dinding tipis yang terletak di
sebelah belakang jantung. Atrium kiri menerima darah dari dua vena
pulmonalis yang berasal dari paru-paru.
4) Ventrikel kiri
8
Ventrikel kiri memiliki dinding tiga kali lebih tebal dari ventrikel
kanan. Ini disebabkan oleh fungsi ventrikel kiri yang harus mendorong
darah menuju ke seluruh tubuh.
9
Darah yang biru tersebut melepaskan karbondioksida, mengalami
oksigenasi di paru-paru, selanjutnya darah ini menjadi berwarna merah.
Darah merah ini kemudian menuju atrium kiri melalui keempat vena
pulmonalis. Dari atrium kiri, darah mengalir ke ventrikel kiri melalui katup
mitral dan selanjutnya dipompakan ke aorta.
Tekanan arteri yang dihasilkan dari kontraksi ventrikel kiri, dinamakan
tekanan darah sistolik. Setelah ventrikel kiri berkontraksi maksimal,
ventrikel ini mulai mengalami relaksasi dan darah dari atrium kiri akan
mengalir ke ventrikel ini. Tekanan dalam arteri akan segera turun saat
ventrikel terisi darah. Tekanan ini selanjutnya dinamakan tekanan darah
diastolik. Kedua atrium berkontraksi secara bersamaan, begitu pula dengan
kedua ventrikel.
System konduksi pada jantung merupakan modifikasi ( perubahan ) dari
otot jantung yang disertai dengan tenaga ritmis spontan dari serabut saraf
tertentu. 5
1) Serabut purkinje
Serabut otot jantung khusus yang mempunyai penghantaran impuls
dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot
jantung.
2) Sino atrial node ( SA Node )
Suatu tumpukan jaringan neuron muscular kecil yang berada dalam
dinding posterior atrium kanan di ujung Krista terminalis.
3) Atrioventrikular node (AV Node)
Susunannya sama dengan SA Node, berada dalam septum atrium, di
bawah dinding posterior atrium kanan dekat muara sinus koronarius.
4) Atrioventrikular bundle (AV bundle)
Mulai dari AV berjalan kearah depan, pinggir posterior, dan pinggir
bawah pars membranasea septum interventrikular.
10
Gambar 5. Potensial aksi jantung
11
balik dari aorta dan arteri pulmonalis kedalam ventrikel selama periode
diastole. Semua katup ini membuka dan menutup secara pasif.
12
mengurangi kekuatan kontraksi aliran dan mungkin juga ventrikel.Respons
terhadap stimulasi parasimpatis ini disebut respons kolinergik atau respons
vagal.Respons vagal bersifat cepat, kuat dan mampu mencapai regulasi denyut
jantung pada setiap denyutnya.Stimulasi vagal atau kolinergik yang intensif
mampu menurunkan frekuensi denyut jantung.
Serabut simpatis menyebar ke seluruh system konduksi dan miokardium,
juga pada otot-otot polos pembuluh darah.Stimulasi simpatis atau adrenergic
juga menyebabkan terlepasnya epinefrin kemudian dibawa ke semua bagian
tubuh melalui aliran darah. Respon jantung terhadap stimulasi simpatis
diperantarai oleh pengikatan norepinefrin dan epinefrin ke reseptor adrenergic
tertentu: reseptor alfa (α) dan reseptor beta (β1 dan β2). Stimulasi reseptor α,
yang terutama terletak pada nodus AV, nodus SA dan miokardium,
menyebabkan peningkatan denyut jantung, peningkatan kecepatan hantaran
melewati nodus AV, dan peningkatan kontraksi miokardium. Stimulasi
reseptor β1 menyebabkan vasodilatasi.
Pengaturan system saraf otonom terhadap system sirkulasi membutuhkan
komponen-komponen sebagai berikut: (1) sensor, (2) jalur aferen, (3) pusat
integrase, (4) jalur eferen, (5) dan reseptor.
Dua buah kelompok sensor yang utama adalah baroreseptor dan
kemoreseptor.Baroreseptor terletak di lengkung aorta dan sinus
karotikus.Reseptor ini peka sekali terhadap peregangan atau perubahan dnding
pembuluh darah akibat perubahan tekanan arteri. Kemoreseptor terletak di
badan karotis dan badan aorta yang peka terhadap penurunan kadar oksigen
dalam arteri, peningkatan tekanan karbon dioksida, dan peningkatan kadar
kadar ion hydrogen (penurunan pH darah). Apabila reseptor ini terangsang
akan timbul dua jenis respons reflex: peningkatan kecepatan denyut jantung
dan diuresis yang menyebabkan penurunan volume.8
Jalur aferen dalam nervus vagus dan glosofaringeus membawa impuls
saraf dari reseptor ke otak.Pusat promotor atau pusat pengaturan sirkulasi
terletak pada bagian atas medulla oblongata dan pons bagian bawah.Pusat
kardioregulator ini menerima impuls dari baroreseptor dan kemoreseptor, dan
13
meneruskannya ke jantung dan pembuluh darah melalui serabut saraf simpatis
dan parasimpatis.Jalur eferen dari pusat pengendalian sirkulasi ke jantung
terutama melalui nervus vagus untuk serabut parasimpatis, sedangkan serabut
simpatis melalui nervus kardiak.Reseptor terletak pada system penghantar
jantung, miokardium dan otot polos pembuluh darah. Stimulasi reseptor akan
mengubah denyut jantung, kecepatan konduksi AV, kekuatan kontraksi
miokardium dan diameter pembuluh darah.
2.5 Hipotensi
2.5.1 Penyebab
14
• Faktor bedah: posisi pasien, misalnya posisi kursi geladak, perdarahan
yang tidak terkontrol, sindrom implantasi semen tulang dalam prosedur
ortopedi.
2.5.2 Pengelolaan
15
2.5.3 Pencegahan
2.6 Hipertensi
2.6.1 Penyebab
16
2.6.2 Pengelolaan
17
2.6.4 Pencegahan
Jika pasien sudah hipertensi sebelum operasi, maka ini idealnya harus
dioptimalkan sebelum operasi. Ini dapat dicapai dengan melanjutkan pengobatan
normal pasien atau rujukan ke perawatan primer untuk memulai antihipertensi
pada pasien dengan TD> 180 / 110mmHg atau jika ada bukti kerusakan organ
akhir. Untuk operasi darurat / darurat, Anda mungkin perlu memulai
antihipertensi, misalnya amlodipine 5mg secara oral. Perlu juga dipertimbangkan
ansiolitik pra-operasi pada pasien yang gelisah / hipertensi jika ini sesuai. Aspek
tertentu dari suatu prosedur mungkin sangat menyakitkan atau merangsang,
misalnya sayatan abses pertama. Oleh karena itu ini dapat diawali dengan bolus
propofol atau opiat yang bekerja cepat, misalnya alfentanil.
2.6 Tachichardya
Ini terjadi ketika denyut jantung lebih besar dari 90 bpm.
2.6.1 Penyebab
• Faktor-faktor pasien: kegelisahan, hipoksia, hiperkarbia, pireksia, sepsis,
takikardia kompensasi karena hipotensi (misalnya karena perdarahan),
kelainan endokrin termasuk hipoglikemia / tirotoksikosis / badai tiroid /
phochochromocytoma, kelainan elektrolit (misalnya hiperkalemia /
hipomagnemia, pulmonagnemia) penghilangan antiaritmia normal pasien.
• Faktor anestesi: anestesi ringan, nyeri, gangguan metabolisme, misalnya
hipertermia maligna, anafilaksis.
• Faktor bedah: perdarahan yang tidak terkendali, stimulasi bedah dan nyeri,
hipovolemia.
2.6.2 Pengelolaan
18
O2 harus diberikan. Jika takikardia berlanjut atau kambuh, maka sangat penting
untuk membedakan antara takikardia sempit dan kompleks karena pengelolaan
masing-masing akan sangat berbeda (seperti yang dijelaskan pada bagian yang
sesuai).
2.6.3 Pencegahan
19
2.7 Bradikardia
Ini terjadi ketika denyut jantung kurang dari 60 bpm. Ini mungkin normal
pada pasien tertentu; Namun, jika ada hipotensi bersamaan, maka ini harus
diperbaiki dengan cepat.
2.7.1 Penyebab
• Faktor-faktor pasien: kebugaran kardiovaskular yang baik, penggunaan
betablocker / digoxin, hipotermia, hipotiroidisme, penyumbatan jantung
yang ada, penyumbatan jantung lengkap, peningkatan tekanan intrakranial
dengan hipertensi (trias Cushing), kelainan elektrolit.
• Faktor anestesi: anestesi dalam, obat-obatan, misalnya remifentanil,
metaraminol.
• Faktor bedah: prosedur tertentu memicu bradikardia refleks, misalnya
peritoneal stretch selama laparoskopi, dilatasi anal, traksi pada otot mata.
2.7.2 Pengelolaan
20
Gambar 10 Algoritma Tatalaksana Bradikardia
2.7.3 Pencegahan
21
2.8 Narrow Complex Takikardi
Ini terjadi ketika denyut jantung pasien lebih besar dari 100 bpm dengan
lebar QRS kurang dari 0,12 ms. Ada beberapa jenis, yang dirinci di bawah ini.
2.8.1 Penyebab
2.8.2 Pengelolaan
22
dimulai untuk irama yang mendasarinya. Jika ritme tidak teratur, kemungkinan
akan AF dan karenanya dapat diobati dengan beta-blocker, blocker saluran
kalsium tertentu, amiodarone atau digoxin.
Ini terjadi ketika denyut jantung lebih besar dari 100 bpm dengan durasi
QRS lebih besar dari 0,12 ms.
23
2.9.1 Penyebab
2.9.2 Pengelolaan
24
Gambar 12 .Algoritma Tatalaksana Broad Complex Takikardi
2.9.3 Pencegahan
Hal ini terjadi dengan adanya gumpalan darah yang signifikan secara
klinis hadir dalam sirkulasi arteri paru-paru yang telah diembos dari tempat
lain di tubuh, paling sering dikaitkan dengan deep vein thrombosis (DVT)
kaki. Ini dapat dibagi lagi menjadi tiga kelas:
25
• PE masif - menyebabkan ketidakstabilan kardiovaskular. S
• PE di mana-mana - tidak ada ketidakstabilan kardiovaskular tetapi
bukti disfungsi jantung kanan, misalnya dilatasi RV pada gema,
tekanan jantung R pada EKG.
• PE - tidak ada ketidakstabilan kardiovaskular
2.10.1 Penyebab
2.10.3 Pengelolaan
26
rendah (misalnya enoxaparin 1,5mg / kg OD), heparin atau fondaparinux yang
tidak terfraksi, dan mulailah warfarin.
2.10.4 Pencegahan
27
ST elevasi MI terjadi ketika ada ST elevasi> 0,2mV dalam dua atau lebih lead
dada yang berdekatan atau> 0,1mV dalam dua atau lebih lead ekstremitas yang
berdekatan atau onset baru LBBB.
2.11.1 Penyebab
• Pengurangan pengiriman oksigen ke miokardium, misalnya karena
aterosklerosis arteri koroner, vasokonstriksi arteri koroner, anemia.
• Peningkatan kebutuhan oksigen dari miokardium yang tidak dapat
dipenuhi, misalnya olahraga, penyakit kambuhan, aritmia.
2.11. 2 Gejala dan tanda
2.11. 3 Pengelolaan
28
Jika pasien dibius dan menunjukkan perubahan EKG:
2.11.4 Pencegahan
2.12.1 Penyebab
29
2.12.2 Pencegahan
30
BAB III
KESIMPULAN
31
DAFTAR PUSTAKA
32