Anda di halaman 1dari 11

Skenario 1.

Bu Mirah mengeluarkan darah Bu Mirah berusia 37 tahun G5P3A1 datang ke IGD RS


dengan keluhan perdarahan dari vagina berwarna merah segar. Suami penderita menjelaskan
bahwa penderita sedang hamil 7 bulan. Perdarahan dialami secara terus menerus sedikit-
sedikit sejak 4 hari terakhir, namun tidak disertai dengan nyeri. Riwayat ANC teratur di bidan
namun belum pernah dilakukan USG. Pasien juga memiliki riwayat kuretase pada kehamilan
yang terakhir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pada
pemeriksaan dalam dirasakan adanya jaringan pada mulut rahim. Dokter kemudian
mengusulkan melakukan pemeriksaan penunjang USG.

Step 1

1. ANC ( Antenatal care) adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter
atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu hamil.
2. USG (Ultrasonografi) adalah prosedur pencitraan menggunakan teknologi gelombang
suara berfrekuensi tinggi untuk memproduksi gambar tubuh bagian dalam, seperti
organ tubuh atau jaringan lunak.
3. Kuratase adalah cara membersihkan hasil konsepsi memakai alat kuretase (sendok
kerokan).

Step 2

1. Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien ?


2. Apa saja factor resiko yang terjadi pada scenario ?
3. Bagaimana penatalaksanaan yang dapat diberikan pada scenario ?
4. Apa yang menyebabkan darah keluar merah segar pada scenario ?

Step 3

1. Apa kemungkinan yang terjadi pada pasien ?


Kemungkinan pasien mengalami perdarahan plasenta previa. Plasenta previa sendiri
yaitu komplikasi kehamilan dimana plasenta terletak di bagian bawah rahim, sebagian
atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa
rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan yang mungkin cukup besar untuk
mengancam kehidupan ibu dan janin yang mengarahkan ke persalinan segera, baik
secara elektif atau darurat. Plasenta previa disebabkan oleh implantasi blastokista
yang terletak rendah dalam rongga rahim. Faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya
plasenta previa ialah meningkatnya paritas ibu, meningkatnya usia ibu, kehamilan
ganda, tindakan kuratase, riwayat seksio sesarea sebelumnya, adanya bekas luka pada
rahim dan miomektomi atau endometritis, riwayat plasenta previa, dan kebiasaan
merokok.

2. Apa saja factor resiko pada scenario ?


Faktor risiko terjadinya plasenta previa adalah usia ibu saat hamil (diatas 35
tahun), multiparitas, merokok, riwayat kuret, penggunaan kokain dan riwayat sesar
sebelumnya. Hubungan antara usia ibu saat hamil dan plasenta previa mungkin
berhubung dengan semakin tua usia semakin banyak anak yang kemungkinan telah
dilahirkan oleh ibu, dan lebih banyak pula kemungkinan uterus ibu mengalami luka
saat melahirkan. Keluarnya darah dari jalan lahir tanpa rasa sakit selama usia
kehamilan trimester dua dan tiga merupakan gejala tersering dari plasenta previa.
Perdarahan ini mungkin diakibatkan prosedur pemeriksaan, kelahiran ataupun
tanpa sebab tetentu. Pemeriksaan spekulum mungkin dapat menyebabkan perdarahan
minimal dari serviks, pada saat pemeriksaan plasenta mungkin saja terlihat saat
pemeriksaan apabila serviks terdilatasi. Pemeriksaan menggunakan ultrasonografi
pada trimester dua dan tiga dapat mengidentifikasi kejadian plasenta previa secara
lebih dini. Semakin dini terdeteksi adanya plasenta previa, maka akan lebih mudah
untuk menghindari adanya komplikasi yang dapat terjadi saat melahirkan.

3. Bagaimana tatalaksana yang diberikan pada scenario ?


Tatalaksana pada pasien dengan plasenta previa adalah menjadwalkan
kelahiran secara elektif pada usia 36-37 minggu melalui prosedur seksio sesaria.
Selama mempersiapkan kelahiran secara elektif pasien perlu dipantau tanda-tanda
vital, dan detak jantung bayi. Sebaiknya pasien juga dipasangkan 2 jalur rehidrasi
intravena untuk berjaga-jaga apabila selama proses kelahiran pasien mengalami
perdarahan. Apabila sebelum usia 36 minggu namun pasien telah sering mengalami
perdarahan aktif, maka proses kelahiran dapat dipercepat dengan penambahan
pemberian magnesium sulfida sebagai neuroprotektan bayi dan steroid untuk
pematangan paru, dan bayi sebaiknya dilahirkan segera.
4. Apa yang menyebabkan darah keluar merah segar pada scenario ?
Perdarahanan tepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan semakin
melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan initerjadi apabila plasenta terletak
diatas ostium uteri interna atau dibagian bawah segmen rahim. Pembentukan segmen
bawah rahim dan pembukaan ostiuminterna akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa ini
ialah sinusuterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau
karena robekan sinusmarginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan
karena ketidak mampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi
menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya normal. Semakin
rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang terjadi. Oleh karena itu,
perdarahan pada plasenta previa totalisakan terjadi lebih dini daripada plasenta letak
rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai

Step 4

PLASENTA PREVIA

EPIDEMIOLOGI,
PATOFISIOLOGI,
DAN ETIOLOGI

PEMERIKSAAN
PERAN DOKTER
FISIK, DIAGNOSIS KOMPLIKASI DAN
KELUARGA DAN
KLINIS, DIAGNOSIS PROGNOSIS
AIK
BANDING
Step 5

1. Epidemiologi dan patofisiologi plasenta previa ?


2. Pemeriksaan fisik, diagnosis klinis, diagnosis banding plasenta previa?
3. Prognosis dan komplikasi plasenta previa ?
4. Tatalaksan plasenta previa ?
5. Peran dokter keluarga
6. Aik
DAFTAR PUSTAKA
1. Astriana, Willy .“Kejadian Anemia pada Ibu Hamil Ditinjau dari Paritas dan
Usia”, Jurnal Ilmu Kesehatan, Vol 2, No 2, 2017
2. Darmawansyih. Penyakit Kronik dalam Kehamilan. Makassar: Alauddin
University Press, 2014
3. Yeni, dkk . Plasenta Previa Totalis Pada Primigravida. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, Vol 17, No 1, 2017
4. Baumfeld Y et, al. (2016). Plasenta associated pregnancy complications in
pregnancies Previa, complicated with plasenta. Taiwanese Journal of Obstetrics
Dan Gynecology, 331–335
5. Kamus Besar Bahasa Indonesia
Step 6

Step 7

1. Etiologi plasenta previa ?


2. Epidemiologi plasenta previa ?
3. Patofisiologi plasenta previa ?
4. Pemeriksaan penunjang, diagnosis banding, dan diagnosis klinis plasenta previa ?
5. Komplikasi dan prognosis ?
6. Tatalaksana medikamentosa dan nonmedikamentosa ?
7. Peran dokter keluarga ?
8. Aik tentang kehamilan, melahirkan dan perdarahan saat hamil ?

1. Etiologi plasenta previa ?


Penyebab dari placenta previa belum jelas diketahui menurut Mochtar (1998)
ada beberapa faktor penyebab terjadinya plasenta previa yaitu: umur, hipoplasia
endometrium, endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor seperti mioma uteri,
malnutrisi. Menurut. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya antepartum
hemorargi yaitu : kelainan plasenta (plasenta previa, solusio plasenta, perdarahan
antepartum seperti insersio velamentosa, ruptura sinus marginalis, plasenta sirkum
valata) bukan dari kelainan plasenta biasanya kelainan servik dan vagina, trauma.
Indikasi dilakukannya SC menurut Cunningham (1995) adalah : disproporsi sefalo
pelvik, plasenta previa, letak lintang, tumor jalan lahir, perut bekas sectio caesaria
yang tidak baik, solusio plasenta.
2. Epidemiologi plasenta previa ?
Penyebab dari placenta previa belum jelas diketahui menurut Mochtar (1998)
ada beberapa faktor penyebab terjadinya plasenta previa yaitu 1 2 : umur, hipoplasia
endometrium, endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas
operasi, kuretase, korpus luteum bereaksi lambat, tumor seperti mioma uteri,
malnutrisi. Menurut Mochtar (1998) ada beberapa hal yang bisa menyebabkan
terjadinya antepartum hemorargi yaitu : kelainan plasenta (plasenta previa, solusio
plasenta, perdarahan antepartum seperti insersio velamentosa, ruptura sinus
marginalis, plasenta sirkum valata) bukan dari kelainan plasenta biasanya kelainan
servik dan vagina, trauma. Indikasi dilakukannya SC menurut Cunningham (1995)
adalah : disproporsi sefalo pelvik, plasenta previa, letak lintang, tumor jalan lahir,
perut bekas sectio caesaria yang tidak baik, solusio plasenta.
3. Patofisiologi plasenta previa ?
Pada usia kehamilan yang lanjut, umumnya pada trisemester ketiga dan
mungkin juga lebih awal oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak
plasenta akan mengalami pelepasan. Sebagaimana diketahui tapak plasenta terbentuk
dari jaringan maternal yaitu bagian desidua basalis yang bertumbuh menjadi bagian
dari uteri. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka
plasenta yang berimplantasi disitu sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat
pelepasan pada desidua pada tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks
mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang
terlepas. Pada tempat laserasi akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi
maternal yaitu dari ruang intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena
pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun
pasti kan terjadi (unavoidable bleeding).
Pada plasenta yang menutupi seluruh uteri internum perdarahan terjadi lebih
awal dalam kehamilan karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada
bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya pada plasenta previa
parsialis atau letak rendah perdarahan baru akan terjadi pada waktu mendekati atau
mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak
pada perdarahan berikutnya. Perdarahan yang pertama sudah bisa terjadi pada
kehamilan dibawah 30 minggu, tetapi lebih separuh kejadiannya pada kehamilan 34
minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak pada dekat dengan ostium
uteri internum, maka perdarahan lebih mudah mengalir keluar rahim dan tidak
membentuk hematom retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan
melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat
jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa
4. Pemeriksaan penunjang, diagnosis banding plasenta previa?
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : hemoglobin untuk mengetahui kadar Hb
b. Doppler, leannec untuk mengetahui denyut jantung janin, apakah janin mengalami
fetal distress atau tidak.
c. USG untuk menilai letak/implementasi placenta, usia kehamilan dan keadaan
janin secara keseluruhan.

Diagnosis banding

a. Solusio Plasenta
Solusio plasenta atau abrupsio plasenta merupakan lepasnya plasenta dari dinding
rahim sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian.

b. Vasa Previa
Vasa previa adalah keadaan dimana tali pusat berkembang pada tempat abnormal
selain di tengah plasenta, yang menyebabkan pembuluh darah fetus menyilang
pada serviks. Hal ini dapat menyebabkan ruptur pembuluh darah yang
mengancam janin.
c. Plasenta Akreta
Plasenta akreta timbul ketika plasenta melekat terlalu dalam pada rahim, misalnya
hingga ke miometrium. Pada plasenta akreta, pasien umumnya asimtomatik.
Perdarahan dapat timbul pada trimester ketiga kehamilan.

5. Komplikasi dan prognosis plasenta previa ?


Komplikasi
a. Perdarahan dan syok
b. Infeksi
c. Laserasi serviks
d. Plasenta akerta
e. Prematuritas atau lahir mati
f. Prolapse tali pusar
g. Prolapse plasenta

Prognosis

Prognosis plasenta previa dilaporkan berkaitan dengan kelahiran prematur


pada 16,9% wanita yang melahirkan sebelum usia kehamilan 34 minggu, dan 27,5%
wanita yang melahirkan pada usia kehamilan 34-37 minggu. 

Perdarahan yang salah satunya disebabkan oleh plasenta previa, dapat


menyebabkan kesakitan atau kematian baik pada ibu atau pada janinnya. Faktor risiko
yang juga penting dalam plasenta previa adalah kehamilan setelah sebelumnya,
kejadian plasenta previa meningkat 1% pada kehamilan dengan riwayat seksi.
Kematian ibu riwayat karena perdarahan uterus atau karena DIC (Disseminated
Intravascular Coagulopathy). Sedangkan morbiditas / kesakitan dapat digunakan
untuk tindakan yang sama seperti infeksi saluran, pneumonia pasca operatif dan
meskipun dapat terjadi embolisasi cairan amnion.

Terhadap janin, plasenta previa meningkatkan insiden kelainan kongenital dan


pertumbuhan hambatan bayi yang cenderung memiliki berat yang kurang
dibandingkan dengan bayi yang lahir dari ibu yang tidak berkembang plasenta previa.
Risiko kematian neonatal juga meningkat pada bayi dengan plasenta previa.

6. Tatalaksana medikamentosa dan non medikamentosa


Penatalaksanaan medikamentosa yang diberikan sudah tepat yakni dengan
pemberian tokolitik untuk mencegah kontraksi dari uterus agar tidak terjadi
perdarahan. Indeks tokolitik pada pasien ini adalah 2 yang artinya tidak ada
kontraindikasi. Obat tokolitik yang digunakan adalah nifedipin dengan dosis 4x10 mg.
Nifedipin bekerja dengan cara blokade channel kalsium voltage-dependent pada sel
miometrium, sehingga menyebabkan penurunan jumlah ion kalsium intrasel.
Nifedipin berperan sebagai antagonis kalsium dengan menghambat influks langsung
kalsium ke miosit dan melepaskan kalsium intraselular. Keseluruhan mekanisme
selular ini berakibat pada berkurangnya interaksi aktin miosin dan relaksasi sel
miometrium. Penggunaan nifedipin ini dilaporkan memiliki efek samping maternal
yang lebih dapat ditoleransi dan efek samping janin yang lebih sedikit.
Tatalaksana pada pasien dengan plasenta previa adalah menjadwalkan
kelahiran secara elektif pada usia 36-37 minggu melalui prosedur seksio sesaria.
Selama mempersiapkan kelahiran secara elektif pasien perlu dipantau tanda-tanda
vital, dan detak jantung bayi. Sebaiknya pasien juga dipasangkan 2 jalur rehidrasi
intravena untuk berjaga-jaga apabila selama proses kelahiran pasien mengalami
perdarahan. Apabila sebelum usia 36 minggu namun pasien telah sering mengalami
perdarahan aktif, maka proses kelahiran dapat dipercepat dengan penambahan
pemberian magnesium sulfida sebagai neuroprotektan bayi dan steroid untuk
pematangan paru, dan bayi sebaiknya dilahirkan segera
7. Peran dokter keluarga ?
Peran dokter ahli kebidanan dan kandungan dengan mempertimbangkan faktor
sosiodemografi dan faktor risiko ibu terhadap persalinan sectio caesarea. mengetahui
karakteristik sosiodemografi, status, dan perilaku kesehatan ibu yang bersalin dengan
sectio caesarea dan bersalin normal; serta menilai pengaruh berbagai faktor
sosiodemografi, status kesehatan, dan perilaku pencarian layanan kesehatan terhadap
persalinan sectio caesarea
Memiliki riwayat melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun sebelum survei
dilakukan. Variabel independen dalam penelitian adalah persalinan sectio caesarea.
Variabel independen utama adalah pemeriksaan kehamilan oleh dokter ahli kebidanan
dan kandungan. Variabel lainnya adalah faktor sosiodemografi (umur, pendidikan,
dan status ekonomi rumah tangga) dan variabel faktor risiko (paritas, riwayat
komplikasi kehamilan, perdarahan, aborsi, dan hipertensi).
8. Aik
dalam surat As Sajdah di atas, dalam ayat lain di al Quran juga disebutkan tentang
proses penciptaan manusia, yaitu dalam surat al Mu’min ayat 67, “Dia-lah yang
menciptakan kamu dari tanah kemudian dari setetes mani, sesudah itu dari segumpal
darah, kemudian dilahirkan-Nya kamu sebagai seorang anak, kemudian (kamu
dibiarkan hidup) supaya kamu sampai kepada masa (dewasa), kemudian (dibiarkan
hidup lagi) sampai tua, di antara kamu ada yang diwafatkan sebelum itu. (Kami
perbuat demikian) supaya kamu sampai kepada ajal yang ditentukan dan supaya
kamu memahami(nya)”.

 oleh As-Sarakhsi, salah satu ulama dari madzhab Hanafi dalam kitabnya Al-Mabsuth
[2]

‫رف‬O‫ وع‬- ‫ا‬O‫ي هللا عنه‬O‫ رض‬- ‫ة‬O‫روي عن عائش‬O‫ وذلك م‬،‫ومن الدماء الفاسدة ما تراه الحامل فقد ثبت لنا أن الحامل ال تحيض‬
‫أنها إذا حبلت انسد فم رحمها فالدم المرئي ليس من الرحم فيكون فاسدا‬

"Salah satu jenis darah fasid adalah darah yang keluar saat hamil, dan telah jelas
bagi kami (madzhab Hanafi) bahwa wanita hamil tidaklah mengalami haid. Hal itu
sebagama yang diriwayatkan dari Aisyah RA 'Diketahui bahwa wanita jika hamil,
maka tertutuplah mulut rahimnya, maka darah yang terlihat saat hamil itu bukanlah
keluar dari dalam rahimnya, sehingga darah itu dihukumi sebagai darah fasid'.
DAFTAR PUSTAKA
1. Edwards G. Praktik kebidanan kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit EGC;
2007.
2. Adam et, al. (2013). Plasenta previa and pre- eclampsia : analyses of 1645 cases at
Medani Maternity Hospital in Sudan. Frontiersin, 4(32), 1–4.
3. Dawood A, Hanif S, K. M. (2017). Association between plasenta previa and
preeklampsia. Journal of Rawalpindi Medical Collage, 21(3), 219–221.
4. Sastrawinata S. Obstetri patologi ilmu kesehatan reproduksi. Edisi ke-2. Jakarta:
EGC; 2005. hlm. 83-91.
5. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi ke-3, jilid pertama. Jakarta: Media Auesculapius FKUI; 2001.
6. Rosaningtyas. Hubungan antara paritas dengan plasenta previa di rumah sakit
umum daerah sunan kalijaga demak [skripsi]. Surakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2009.
7. Al-Quran dan Hadist

Anda mungkin juga menyukai