TENTANG
OLEH :
KELOMPOK 3
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN 2017
6
7
KATA PENGANTAR
Penyusun
8
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan …………………………………………...…….….. 57
B. Saran ………………………………………………………….… 57
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akibat dari stroke hemoragik ini dapat berdampak terhadap fisik dan
psikososiospiritual. Dampak terhadap fisik seperti kelemahan bahkan
kelumpuhan dan bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan
fungsi otak. Dampak terhadap psikososiospiritual seperti ketakutan akan
kecacatan, rasa cemas, rasa ketidakmampuan untuk melakukan aktifitas
secara optimal, dan pandangan terhadap dirinya yang salah. Dalam pola
penanganan stress, klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan
masalah karena gangguan proses berfikir, kesulitan berkomunikasi, dan tidak
kooperatif. Klien biasanya jarang melakukan ibadah spiritual karena tingkah
laku yang tidak stabil (Arif, 2012).
Menurut Novita,dkk (2015),stroke masih merupakan masalah medis
yang menjadi penyebab kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa dan nomor
3 di Amerika Serikat. Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 795.000 orang
mengalami stroke yang baru atau berulang. Dari jumlah tersebut, sekitar
610.000 merupakan serangan awal, dan 185.000 merupakan stroke berulang.
Studi epidemiologi menunjukkan bahwa sekitar 87% dari stroke di Amerika
Serikat ialah iskemik, 10% sekunder untuk perdarahan intraserebral, dan
lainnya 3% mungkin menjadi sekunder untuk perdarahan subaraknoid.
Penderita stroke di Indonesia merupakan tebanyak di Asia. Jumlah
penderita stroke mengalami peningkatan dari 8,3 per1000 pada tahun 2007,
dan menjadi 12,1 per1000 pada tahun 2013. Mortalitas seluruh pasien
stroke di Indonesia sebesar 22%, 38,3% terjadi akibat perdarahan serebri
dan 28,9% akibat stroke iskemik (Misbach dalam Shinta,dkk 2015).
Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013 sebesar 12,1 per mil yang terdiagnosis tenaga
kesehatan atau gejala. Prevalensi Stroke berdasarkan terdiagnosis nakes atau
gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9%), DI Yogyakarta
(16,9%), Sulawesi Tengah (16,6%), diikuti Jawa Timur sebesar (16%), dan
Sumatera Barat berada pada urutan ke-12 yakni sebesar (12,2%) (Rikesdas,
2013).
Sedangkan prevalensi stroke di Sumatera Barat berdasarkan
terdiagnosis nakes atau gejala tertinggi terdapat di Padang Pariaman (21,0‰),
11
diikuti Agam (18,1‰), Tanah Datar (16,2‰), dan Sijunjung sebesar 16,1
permil. Kota Padang berada pada urutan ke-15 yakni sebesar (8,4‰)
(Rikesdas Sumbar, 2013).
Berdasarkan data Profil Kota Padang (2013), stroke berada pada posisi
ke-5 penyebab kematian terbanyak tahun 2013. Rumah Sakit Umum Pusat
(RSUP) Dr. M. Djamil merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah
pusat dan berada di Kota Padang. Rumah sakit ini juga merupakan rujukan
tersier yang berada di Sumatera tengah. Rumah sakit ini memberikan
pelayanan kepada masyarakat, termasuk juga didalamnya pelayanan terhadap
penderita stroke.
Dalam penelitian Rahmiwati (2015), jumlah penderita stroke yang
ditangani di instalasi rawat inap saraf RSUP Dr. M. Djamil padang
mengalami peningkatan pada tahun 2012 dari 65 orang pasien stroke, 16
orang (24,6%) diantaranya meninggal dunia. Sedangkan pada tahun 2013 dari
106 orang pasien stroke, 25 orang (23,4%) diantaranya meninggal dunia.
Angka kunjungan penderita stroke di instalasi rawat jalan RSUP Dr. M.
Djamil padang juga mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2012 sebanyak
1076 kunjungan pasien, sedangkan pada tahun 2013 sebanyak 1507
kunjungan pasien. Pada saat peneliti melakukan penelitian, didapatkan data
pasien dengan stroke dari bulan Januari sampai dengan April tahun 2016 di
ruang rawat inap saraf RSUP Dr. M. Djamil Padang sebanyak 198 kasus, 115
kasus diantaranya adalah pasien dengan stroke hemoragik.
Menurut Lumbantobing (2007), banyak penderitanya menjadi cacat,
menjadi invalid, tidak mampu lagi mencari nafkah seperti sediakala, menjadi
tergantung pada orang lain, dan tidak jarang menjadi beban bagi keluarganya.
Banyaknya dampak yang dapat terjadi pada pasien stroke, dari dampak yang
ringan hingga ke dampak yang berat bahkan juga dapat menyebabkan
kematian. Maka perlu dilakukan asuhan keperawatan yang berkualitas dalam
menangani pasien stroke hemoragik. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 pasal 37, yaitu; Perawat
berkewajiban memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik,
12
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah
bagaimana penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke
hemoragik di RSUP Dr. M. Djamil. Padang
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya konsep dan asuhan keperawatan pada klien dengan
stroke hemoragik di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2016.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya pengertian stroke
b. Diketahuimya etiologi stroke
c. Diketahuinya klasifikasi stroke
d. Diketahui patofisiologi stroke
e. Diketahui WOC stroke hemoragik
f. Diketahui Respon individu terhadap perubahan sistem tubuh
g. Diketahuinya penatalaksanaan pasien stroke
h. Diketahuinya dampak stroke
i. Diketahuinya asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragik
di RSUP Dr. M. Djamil Padang
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Etiologi
Menurut Potter & Perry (2006), stroke biasanya diakibatkan dari
salah satu dari empat kejadian, yang berakibat terhadap penghentian
suplai darah ke otak, juga dapat menyebabkan kehilangan sementara atau
permanen gerakan, berpikir, memori, bicara, dan sensasi, yaitu:
a. Trombus (bekuan darah otak atau leher)
Arteriosklerosis serebral dan pelambatan sirkulasi serebral
adalah penyebab utama trombosis serebral, yang adalah penyebab
paling umum stroke.
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain).
Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endokarditis
infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi
pulmonal, adalah tempat-tempat di asal emboli.
14
3. Klasifikasi stroke
Menurut Corwin (2009) ada dua klasifikasi umum CVS, yakni:
a. Stroke Non Hemoragik
Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat
terjadi akibat trombus (bekuan darah diarteri serebri) atau embolus
(bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh).
Biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang
menimbulkan hipoksia dan dapat menimbulkan edema sekunder.
1) Stroke trombus
Stroke trombitok terjadi akibat okulsi aliran darah, biasanya
karena arteroskerosis berat. Sering kali, individu mengalami satu
atau lebih serangan iskemik sementara (transient ischemic attack,
TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA
adalah gangguan fungsi otak singkat yang revesible akibat
hipoksia serebral. TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah
15
b. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi apabila pembuluh darah pecah
sehingga menyebabkan iskemia (penurunan aliran) dan hipoksia.
Penyebab stroke hemoragik adalah hipertensi, pecahnya aneurisma,
atau malformasi ateriovenosa (huungan yang abnormal). Hemoragi
dalam otak secara signifikan meningkatkan tekanan intrakranial, yang
memperburuk cedera otak yang dihasilkannya (Corwin, 2009). Kira-
kira 10% stroke disebabkan oleh perdarahan intraserebral. (Ismail
Setyopranoto, 2011). Biasanya kejadian stroke hemoragik ini terjadi
saat melakukan aktifitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat
istirahat. Biasanya diikuti kesadaran klien menurun.
Menurut WHO dalam Andra dan Yessie (2013), stroke
hemoragik dibagi atas:
1) Hemoragi intraserebral (PIS)
Hemoragi intraserebral. Hemoragi atau perdarahan di
substansi dalam otak paling umum pada pasien dengan hipertensi
dan ateroskelrosis serebral, karena perubahan degeneratif karena
penyakit ini biasanya menyebabkan ruptur pembuluh darah.
16
2) Hemoragi subarachnoid
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma
atau hipertensi, tetapi penyebab paling sering adalah kebocoran
aneurisme pada area siklus willisi dan malformasi arteri-vena
konginetal pada otak. Arteri dalam otak dapat menjadi tempat
aneurisme. Ditambahkan lagi oleh arif muttaqin (2012) bahwa
hemoragi subarakhnoid (ruang sempit antara permukaan otak dan
lapisan jaringan yang menutupi otak), perdarahan ini berasal dari
pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini
berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-
cabangnya yang terdekat diluar parenkim otak. Pecahnya arteri
dan keluarnya keruang subarachnoid menyebabkan TIK
meningkat mendadak, merenggangnya struktur peka arteri, dan
17
4. Patofisiologi
Otak sangat bergantung kepada oksigen dan tidak punya cadangan
oksigen, kebutuhan oksigen otak mencapai 20% jika aliran darah kesetiap
bagian otak tersumbat karena okulsi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat revesible
untuk waktu 4-6 menit. Perubahan irrevesible jika anoksia lebih dari 10
menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh gangguan yang bervariasi salah
satunya henti jantung. Hal tersebut berpotensi menyebabkan kematian jika
tidak dilakukan penatalaksanaan fase akut secara cepat (Arif Muttaqin,
2012)
Gangguan pasokan aliran darah dapat terjadi dimana saja didalam
arteri yang membentuk sirkulasi Willisi: arteria karotis interna dan system
veterobasiliar dan semua cabangnya. Jika penyebab strokenya adalah
perdarahan, maka faktor pencetusnya adalah hipertensi (Price, 2005).
Abnormalitas vaskuler, aneurisma serebral, lesi aterosklerotik, infeksi
(mikosis), angioma/ tumor otak, dan trauma kepala dapat terjadi ruptur
kemudian dapat menyebabkan perdarahan (Junaidi, Iskandar 2011).
Darah yang keluar dari pembuluh darah dapat masuk ke dalam
jaringan otak, sehingga terjadi hematom, edema perihematomal dan/atau
iskemia, hidrosefalus, atau perdarahan intra ventrikel sekunder. Semua
komplikasi ini juga berpotensi meningkatkan tekanan intrakranial.
Keadaan tersebut terjadi pada perdarahan intraserebral. Perdarahan pada
arteri dari system pembuluh darah juga dapat masuk kedalam rongga
subarakhnoid yang disebut perdarahan suabarakhnoid sekunder. Bila
18
c. Gangguan persepsi
Persepsi adalah ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi.
Stroke dapat mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam
hubungan visual-spasial, dan kehilangan sensori.
1) Disfungsi persepsi visual
Disfungsi persepsi visual terjadi karena gangguan jaras sensori primer
diantara mata dan korteks visual. Hominis hemianopsia (kehilangan setengah
lapang pandang) dapat terjadi karena stroke dan mungkin sementara ataiu
permanen. Kepala pasien berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan cendrung
megabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut, ini disebut
amorfosintesis.
2) Gangguan hubungan visual spasial (mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dalam area spasial)
Sering terjadi pada klien hemiplegia kiri. Penderita mungkin tidak
dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk
mencocokkan pakaian kebagian tubuh.
3) Kehilangan sensori
Kehilangan sensori dapat berupa kerusalan sentuhan ringan atau
mungkin lebih berat dengan kehilangan propriosepsi (kemampuan merasakan
posisi gerakan bagian tubuh) serta kesulitan dalam menginterpretasikan
stimuli visual, taktil atau auditorius.
22
b. Terapi khusus
Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator.Tindakan
bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang
24
8. Dampak Stroke
Menurut Tarwoto (2013) komplikasi yang dapat terjadi bila stroke tidak
ditangani secara tepat adalah:
a. Fase akut
1) Hipoksia serebral dan menurunnya aliran darah otak
Tidak adekuatnya aliran darah dan oksigen mengakibatkan hipoksia
jaringan otak. Fungsi otak akan sangat tergantung pada derajat kerusakan dan
lokasinya. Maka untuk menghindari terjadinya hipoksia serebral keadekuatan
alian darah sangat dibutuhkan untuk mempertahankan perfusi jaringan yang
baik
25
2) Edema serebri
Edema terjdai pada area yang mengalami hipoksia atau iskemik maka
tubuh akan meningkatkan aliran darah pada lokasi tersebut dengan cara
vasodilatasi pembuluh darah dan meningkatkan tekanan sehingga cairan
interstesial akan berpindah ke ekstraseluler sehingga terjadi edema otak.
3) Peningkatan TIK
Bertambahnya massa pada otak seperti adanya perdarahan atau edema
akan meningkatkan TIK yang ditandai adanya defisit neurologi seperti
gangguan motorik, sensori, nyeri kepala, gangguan kesadaran. Peningkatan
TIK yang tinggi dapat mengakibatkan gerniasi serebral tang dapat megancam
kehidupan.
4) Aspirasi
Pasien stroke dengan gangguan kesadaran atau koma sangat rentang
terhadap adanya aspirasi karena tidak adanya reflek batuk dan menelan.
(Arif, 2012)
a) Keluhan Utama
Biasanya keluhan pasien stroke hemoragik antara lain kelemahan
anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, kesulitan untuk makan dan
menelan, tidak dapat berkomunikasi, penurunan tingkat kesadaran,
merasa sulit untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralisis (hemiplegia), mudah merasa lelah, susah
beristirahat (nyeri, kejang otot) .
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Penyakit stroke ini biasanya klien ada riwayat hipertensi, diabetes
militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma kepala, penggunaan obat-
obat anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
Adanya riwayat merokok, pengunaan alkohol dan penggunaan obat
kontrasepsi oral.
4) Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi, diabetes,
hiperkolesterolemia, atau penyakit jantung (Corwin,2009)
5) Pola fungsional Gordon
1. Pola persepsi kesehatan manajemen kesehatan
Tanyakan pada klien bagaimana pandangannya tentang penyakit yang
dideritanya dan pentingnya kesehatan bagi klien? Kaji apakah klien
merokok atau minum alkoohol?. Pada pasien dengan stroke biasanya
menderita obesitas,dan hipertensi.
2. Pola nutrisi metabolik
Tanyakan kepada klien bagaimana pola makannya sebelum sakit dan
pola makan setelah sakit? Apakah ada perubahan pola makan klien? Kaji
apa makanan kesukaan klien?kaji riwayat alergi klien.
Pada pasien dengan penyakit stroke non hemoragik biasanya terjadi
penurunan nafsu makan, mual dan muntah selama fase akut (peningkatan
tekanan intracranial), kehilangan sensori (rasa kecap) pada lidah, pipi
dan tenggorokan, peningkatan lemak dalam darah.
3. Pola eliminasi
28
6) Pemeriksaan Fisik
a) Pemeriksaan Integument
(1) Kulit : Biasanya pada klien yang kekurangan O 2 kulit akan tampak
pucat dan jika kekurangan cairan maka turgor kulit kan jelek.
(2) Kuku : Biasanya pada pasien stroke hemoragik ini capilarry refill
timenya < 3 detik bila ditangani secara cepat dan baik
b) Pemeriksaan Kepala
30
g) Pemeriksaan Neurologi
(1) Pemeriksaan Nervus Cranialis
(a) Saraf I (Olfaktorius). Biasanya pada klien stroke tidak ada
kelainan pada fungsi penciuman
(b) Saraf II (Optikus). Disfungsi persepsi visual karena gangguan jaras
sensori primer diantara mata dan korteks visual. Gangguan
hubungan visual-spasial biasanya sering terlihat pada klien
hemiplegia kiri. Klien mungkin tidak dapat memakai pakaian
tanpa bantuan karena ketidakmampuan untuk mencocokkan
pakaian ke bagian tubuh.
(c) Saraf III (Okulomotoris), IV (Troklearis), dan VI (Abdusen).
Pemeriksaan ini diperiksa secara bersamaan, karena saraf ini
bekerjasama dalam mengatur otot-otot ekstraokular. Jika akibat
stroke menyebabkan paralisis, pada satu sisi okularis biasanaya
didapatkan penurunan kemampuan gerakan konjugat unilateral
disisi yang sakit.
(d) Saraf V (Trigeminus). Pada beberapa keadaan stroke menyebabkan
paralisis saraf trigeminus, penurunan kemampuan koordinasi
gerakan mengunyah, penyimpangan rahang bawah ke sisi
ipsilateral, serta kelumpuhan satu sisi pterigoideus internus dan
eksternus.
(e) Saraf VII (Fasialis). Pada keadaan stroke biasanya persepsi
pengecapan dalam batas normal, namun wajah asimetris, dan otot
wajah tertarik kebagian sisi yang sehat.
(f) Saraf VIII (Vestibulokoklearis/Akustikus). Biasanya tidak
ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
(g) Saraf IX (Glosofaringeus) dan X (Vagus). Secara anatomi dan
fisisologi berhubungan erat karena glosofaringeus mempunyai
bagian sensori yang mengantarkan rangsangan pengecapan,
mempersyarafi sinus karotikus dan korpus karotikus, dan mengatur
sensasi faring. Bagian dari faring dipersarafi oleh saraf vagus.
Biasanya pada klien stroke mengalami penurunan kemampuan
menelan dan kesulitan membuka mulut.
32
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.1
Intervensi Keperawatan
Manajemen sensasi
perifer
a. Monitor adanya
daerah tertentu yang
hanya peka terhadap
panas/dingin/tajam/tu
35
mpul
b. Monitor adanya
paretese
c. Instruksikan keluarga
untuk mengobservasi
kulit jika ada lsi atau
laserasi
d. Gunakan sarun tangan
untuk proteksi
e. Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
f. Diskusikan menganai
penyebab perubahan
sensasi
Monitor neurology
a. Monitor pupil:
gerakan, kesimetrisan,
reaksi pupil
b. Monitor
kesadaran,orientasi,
GCS dan status
memori.
c. Ukur vital sign
d. Kaji peningkatan
kemampuan motorik,
persepsi sensorik
(respon babinski)
e. Hindari aktivitas yg
dapat meningkatkan
TIK
f. Laporkan pada dokter
ttg perubahan kondisi
klien
2 Hambatan mobilitas fisik NOC: Latihan terapi : ambulasi
berhubungan dengan a. Level mobilisasi a. Monitoring vital sign
hemiparesis, kehilangan 1) Keseimbangan sebelum/ sesudah
keseimbangan dan 2) Koordinasi latihan dan lihat
koordinasi, penurunan 3) Gerakan otot respons klien saat
kekuatan otot 4) Kemampuan untuk latihan
berpindah posisi b. Konsultasikan dengan
Batasan karakteristik: b. Toleransi aktivitas terapi fisik tentang
a. Keterbatasan rentang Indikator: rencana ambulasi
gerak 1) Kemampuan untuk sesuai dengan
b. Gerakan tidak berbicara dengan kebutuhan
terkoordinir aktivitas fisik c. Ajarkan pasien atau
c. Penurunan 2) Kemudahan tenaga kesehatan lain
kemampuan melakukan kegiatan tentang teknik
melakukan ADL ambulasi
36
gesek,imobilitas kering
fisik) d. Mobilisasi pasien
b. Gangguan sirkulasi (ubah posisi pasien
c. Nutrisi tidak adekuat setiap dua jam sekali)
e. Monitor kulit akan
danya kemerahan
f. Oleskan lotion atau
minyak baby/baby oil
pada daerah yang
tertekan
g. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien
h. Monitor status nutrisi
pasien
i. Memandikan pasien
pasien dengan sabun
dan air hangat
4 Ketidakseimbangan NOC: Managemen nutrisi
nutrisi kurang dari a. Status menelan a. Kaji adanya alergi
kebutuhan tubuh Indikator makanan
berhubungan dengan 1) Refluks lambung b. Kaji kebiasaan makan
tonus otot menelan 2) Tersedak klien dan makanan
menurun b. Status nutrisi kesukaannya
Indikator c. Anjurkan pada
Batasan karakteristik: 1) Asupan gizi keluarga untuk
a. Kelemahan otot 2) Asupan makanan meningkatkan intake
pengunyah 3) Asupan cairan nutrisi dan cairan
b. Gangguan sensasi 4) Hidrasi d. kolaborasi dengan
rasa ahli gizi tentang
c. Tonus otot menurun kebutuhan kalori dan
tipe makanan yang
Faktor berhubungan: dibutuhkan
a. Faktor biologi e. tingkatkan intake
b. Ketidakmampuan protein, zat besi dan
mencerna makanan vit c
c. Ketidakmampuan f. monitor intake nutrisi
makan dan kalori
g. Monitor pemberian
masukan cairan lewat
parenteral
Terapi nutrisi
a. kaji kebutuhan untuk
pemasangan NGT
b. berikan makanan
melalui NGT k/p
c. berikan lingkungan
yang nyaman dan
tenang untuk
mendukung makan
38
d. monitor penurunan
dan peningkatan BB
e. monitor intake kalori
dan gizi
5 Defisit Perawatan diri NOC: Bantuan perawatan diri :
berhubungan dengan a. perawatan diri: pakaian pakaian
gangguan kognitif indikator a. pantau tingkat
1) memilih pakaian kekuatan dan
Batasan karakteristik: 2) mengancing pakaian intoleransi aktifitas
a. hambatan memilih 3) menggunakan b. pantau peningkatan
pakaian resleting dan penurunan
b. hambatan 4) membuka pakaian, kemampuan untuk
mengambil pakaian kaus kaki dan sepatu berpakaian dan
c. hambatan b. Perawatan diri: mandi melakukan perawatan
mengenakan pakaian Indikator rambut
pada bagian atas dan 1) Perawatan diri c. bantu pasien memilih
bawah tubuh hygiene pakaian yang mudah
d. hambatan c. Perawatan diri: makan dipakai dan dilepas
menggunakan 1) Status nutrisi: d. sediakan pakaian
resleting asupan makanan dan pasien pada tempat
e. ketidakmampuan cairan yang mudah dijangkau
memakai dan 2) Status menelan: e. fasilitasi pasien untuk
melepaskan atribut perjalanan makanan menyisir rambut (bila
pakaian atau cairan secara memungkinkan)
f. ketidakmampuan aman dari mulut ke f. dukung kemandirian
memadupadankn lambung dalam berpakaian,
pakaian d. Perawatan diri: berhias, bantu pasien
g. ketidakmampuan eliminasi jka diperlukan
mengncingkan 1) Perawatan diri g. bantu pasien untuk
pakaian eliminasi menaikkan,
mengancingkan dan
faktor berhubungan: meresleting pakaian
a. gangguan fungsi jika diperlukan
kognitif h. beri pujian atas usaha
b. gangguan untuk berpakaian
neuromuskular sendiri
c. kelemahan i. gunakan terapi fisik
d. gangguan persepsi dan okupasi sebagai
sumber dalam
perencanaan tindakan
pasien
mengansumsikan
perawatan diri
kenyamanan
9 Ketidakefektifan koping NOC Peningkatan koping
individu berhubungan a. koping a. hargai pemahaman
dengan dukungan sosial indikator pasien tentang
yang tidak adekuat 1) mengidentifikasi proses penyakit dan
keefektifan koping konsep diri
Batasan karakteristik: 2) melaporkan pgejala b. hargai dan
a. Kesulitan psikis dari stress diskusikan substitute
mengorganisasi 3) melaporkan respon terhadap
informasi perasaan negatif situasi
b. Ketidakmampuan 4) melaporkan c. hargai
mengatasi masalah peningkatan sikap klien terhadap
c. Perubahan kenyamanan perubahan peran dan
konsentrasi pisikologis hubungan
d. Perubahan pola b. dukungan sosial d. dukung
komunikasi indikator penggunaan sumber
e. Strategi koping tidak 1) melporkan spiritual jika diminta
efektif keadekuatan e. gunakan
dukungan sosial pendekatan yang
Faktor berhubungan: 2) melaporkan bantuan tenang dan berikan
a. Dukungan sosial yang ditawarkan jaminan
yang tidak adekuat oleh orang lain f. sediakan informasi
b. Tingkat persepsi actual tentang
kontrol yang tidak diagnosis, penangan
adekuat dan prognosis
g. dukung
keterlibatan keluarga
dengan cara yang
tepat
h. Bantu pasien
untuk
mengidentifikasi
strategi positif untuk
mengatasi
keterbatasan dan
mengelola gaya hidup
dan perubahan peran
i. Bantu klien
beradaptasi dan
mengantisipasi
perubahan klien
j. Bantu klien
mengidentifikasi
kemungkinan yang
dapat terjadi
10 Gangguan eliminasi urin NOC Retensi urin
berhubungan dengan a. Pengetahuan : penyebab a. lakukan penilaian
gangguan sensorik penyakit kemih yang
motorik indikator komprehensif
1) familiar dengan berfokus kepada
43
kateterisasi urin:
sementara
a. melakukan penilaian
kemih yang
komprehensif,
difokuskan pada
penyebab
inkontinensia (output
urin, pola kemih,
fungsi kognitif dan
masalah kencing
sudah ada
sebelumnya)
b. mengajarkan
pasien/keluarga
tujuan, metode, dan
rasional dari
pemasangan kateter
c. menggunakan teknik
steril untuk
kateterisasi
d. mengajarkan kepada
pasien/keluarga
teknik membersihkan
kateter
e. menjaga privasi klien
dalam prosedur
pemasangan
f. monitor warna, bau
urin
44
g. mengajarkan pada
pasien/keluarga tanda
dan gejala dari
infeksi saluran kemih
h. mencatat waktu
pemasangan kateter,
intake dan output
cairan
11 Resiko ketidakbersihan NOC Menajemen jalan nafas
jalan nafas berhubungan a. status pernafasan : a. Posisikan pasien
dengan difsungsi kepatenan jalan nafas untuk
neuromuskular Kriteria hasil memaksimalkan
a. Mendemonstrasikan ventilasi
Batasan karakteristik: batuk efektif dan suara b. Pasang mayo bila
a. batuk yang tidak nafas yang bersih perlu
efektif b. Menunjukkan jalan c. Identifikasi pasien
b. kesulitan verbalisasi nafas yang paten perlunya pemasangan
alat jalan nafas
faktor berhubungan: buatan
a. disfungsi neurologik
Penghisapan jalan nafas
a. Pastikan kebutuhan
oral suctioning
b. Informasikan kepada
keluarga tentang
suction
c. Monitor status
oksigen pasien
d. Berikan oksigen
dengan
menggunakan masal
untuk memfasilitasi
suction nasotrakeal
45
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. DATA AWAL
a. Identifikasi Klien :
1) Nama : Ny. D
2) Tempat/ Tgl Lahir : Padang / 14 Januari 1973
3) Umur : 43 Tahun
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Status Kawin : Kawin
6) Agama : Islam
7) Pendidikan : SMA
8) Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
9) Alamat : Padang Sikabu Kota Payakumbuh
10) Diagnosa Medis : Stroke Hemoragik
11) No. MR : 946062
2. DATA DASAR
a. Riwayat Kesehatan
1) Keadaan umum
Klien masuk melalui IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang atas rujukan
RSI Ibnu Sina Payakumbuh tanggal 7 Januari 2017 pukul 04.57 wib dengan
alasan masuk klien dibawa keluarga ke RSI Ibnu Sina 1 jam setelah timbul tanda
dan gejala yaitu: klien tiba-tiba tak sadarkan diri saat dikamar mandi, muntah
tiba-tiba 2 kali berwarna coklat kehitaman bercampur dengan nasi, anggota
gerak klien atas dan bawah lemah.
46
b. Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik tanggal 17 Mei 2016
Keadaan umum
Tingkat kesadaran : Compos Mentis Non Cooperatif GCS 14 (E3M6V5)
Tekanan darah : 160/80 mmhg
Nadi : 86 x/i
Pernafasan : 24 x/i
Suhu : 36,7 oC.
1) Kepala
Distribusi rambut merata, dengan warna rambut hitam, kulit kepala bersih,
rambut tidak mudah dicabut, rambut tidak berminyak, tidak ada ketombe, tidak
teraba massa di kepala, dan tidak ada kaku kuduk.
2) Mata
Konjungtiva anemis kiri dan kanan (+/+), sklera tidak ikterik kiri dan kanan (-/-),
pupil isokhor kiri dan kanan (+/+), mata simetris kiri dan kanan (+/+),
pemeriksaan saraf pada mata adalah:
a) Nervus II (Optikus) : klien mampu menyebuntukan dengan jelas jumlah jari
tangan perawat dari jarak 10 cm, klien mampu melihat bayangan tangan
perawat dengan jarak 20 cm, luas pandang <180o
b) Nervus III (Okulamotoris) : pupil isokhor kanan dan kiri sama (+/+) dan
bereaksi terhadap cahaya
c) Nervus IV (Troklearis) : klien dapat menggerakkan bola mata atas dan
bawah secara simetris
d) Nervus VI (Abdusen) : klien dapat menggerakkan bola mata kiri dan
kanan secara simetris
50
3) Hidung
Simetris kiri dan kanan, klien terpasang O2 4 liter, tidak ada sianosis, tidak ada
pernafasan cuping hidung, pemeriksaan saraf pada hidung adalah:
a) Nervus I (Oltaktorius) : klien dapat membaui minyak kayu putih bila
didekatkan kehidung klien dengan mata tertutup
4) Mulut
Mukosa bibir kering dan pucat, mulut klien kotor, gigi klien lengkap,
pemeriksaan saraf pada mulut adalah:
a) Nervus IX (Glosofaringus) : klien mampu mengucapkan ‘aaa’
b) Nervus XII (Hipoglosus) : klien mampu menggerakkan lidah kiri dan
kanan namun hanya dalam mulut saja.
5) Wajah
Wajah klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat jerawat, pemeriksaan saraf
pada wajah adalah:
a) Nervus VII (Fasialis) : klien mampu menggerakkan pipinya
kekiri dan
kekanan dan wajah klien simetris kiri maupun kanan.
b) Nervus V (Trigeminus) : Klien mampu membuka dan menutup rahang,
klien dapat merasakan sentuhan tisu pada dahi, pip, dan hidung.
c) Nervus VII (Akustikus) : Klien dapat menyebuntukan namanya sewaktu
ditanyakan.
6) Leher
Tidak ada pembesaran KGB, kelenjar tyroid dan vena jugularis, pemeriksaan
saraf pada leher adalah:
a) Nervus X (Vagus) : Adanya reflek menelan (+) dan reflek mual (+)
b) Nervus XI (Asesorius) : klien tampak kesulitan ketika diminta
mengangkat bahu dan tidak mampu menahan tahanan yang diberikan
7) Thorax
a) Paru-paru
51
Inspeksi : Pergerakan dada simetris kiri dan kanan retraksi otot bantu
nafas (-), pernafasan klien 24 x/i
Palpasi : Fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikuler
b) Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak nampak jelas
Palpasi : Ictus cordis teraba
Perkusi : Batas-batas jantung masih dalam batas normal
Auskultasi : Reguler
8) Abdomen
Inspeksi : Perut klien tampak sedikit buncit
Palpasi : Nyeri tekan pada kuadran 2 atas (skala nyeri 2)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus 8x/i
9) Genitalia
Klien terpasang urin kateter dan pampers, dan dibersihkan 2x/hari
10) Ekstermitas
Pemeriksaan fisiologis
a) Reflek bisep, trisep, patela, dan achiles : (+) tidak ada masalah diwaktu
dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan patologis
a) Reflek babynski, ceddox, openhem, gordon, ofmentromer : (-) tidak ada
masalah diwaktu dilakukan pemeriksaan
Pemeriksaan rangsangan meningeal
a) Kaku kuduk, bruzinsky 1, lasek, bruzinsky 2, kernik : (-) tidak ada masalah
diwaktu dilakukan pemeriksaan
52
c. Data Psikologis
1) Status Emosional :. Klien tidak menampakkan emosi yang labil selama
sakit dan selalu ditemani keluarga
2) Kecemasan : klien mengatakan cemas dan ingin cepat pulang
e. Data Penunjang
1) Hasil CT Scan Ny.D tanggal 17 Mei 2016 menunjukkan stroke hemoragik
dengan perdarahan intra serebral dan perdarahan intra ventrikel.
53
Gambar 4.1
Hasil pemeriksaan CT-Scan
2) Laboratorium
Tgl Pemeriksaan Hasil Nilai rujukan
17 Mei 2016 Hemoglobin 9,9 g/dl 12 – 16 g/dl
Leukosit 21.100 /mm3 5.000 –10.000 /mm3
Hematokrit 32 % 37 – 43 %
Trombosit 320.000 /mm3 150.000 – 400.000
/mm3
PT 10,0” 10 ” – 13,60”
APTT 31,9” 29,20” – 39,40”
MCH 23 pg 27 – 31 pg
MCV 74 fl 82 – 92 fl
MCHC 31 % 32 – 36 %
Gdr puasa 120 mg/dl 70-126 mg/dl
Gdr 2 jam PP 91 mg/dl <200 mg/dl
Total kolesterol 187 mg/dl <220 mg/dl
HDL kolesterol 51 mg/dl >65 mg/dl
LDL kolesterol 120 mg/dl <150 mg/dl
Triglesirida 81 mg/dl <150 mg/dl
Asam urat 4,2 mg/dl 2,4 - 5,7 mg/dl
Ureum darah 17 mg/dl 10 - 50 mg/dl
Kreatinin darah 0,7 mg/dl 0,6 – 1,1 mg/dl
PH 7,40 7,35 – 7,45
PCO2 25 mmhg 35 – 45 mmhg
PO2 135 mmhg 80 – 100 mmhg
Natrium 142 mmol/l 136 - 145 mmol/l
54
2 Citicholin 2x250mg
3 Omeprazole 2x40g
5 Manitol 20% - -
6 Cefoperazone 2x1gr
7 RL 12 jam/kolf
8 IVFD asering
11 Paracetamol 3x750 mg -
Data objektif:
a. GCS 14 (E3M6V5)
b. Hasil CT Scan menunjukkan stroke
hemoragik perdarahan intra serebral dan
perdarahan intra ventrikel
c. Klien mengalami defisit neurologi Nervus
XI (Asesorius) : klien tampak kesulitan
ketika diminta mengangkat bahu dan tidak
mampu menahan tahanan yang diberikan
d. Klien mengalami hemiparise dextra dengan
kekuatan otot
Data objektif:
a. Anggota gerak (tangan dan kaki) klien
lemah terutama sebelah kanan
b. Klien mengalami hemiparise dextra dengan
keluatan otot
Data objektif:
a. Klien tampak meringis
b. Skala nyeri 7
c. Klien tampak memegang kepala yang sakit.
d. Hasil CT Scan menunjukkan stroke
hemoragik perdarahan intra serebral dan
perdarahan intra ventrikel
e. TD: 160/80 mmhg, Nadi: 86 x/i
Data subjektif: Immobilitas Resiko
a. Keluarga mengatakan anggota gerak fisik kerusakan
56
Data objektif:
a. Klien tampak bedrest
b. Anggota gerak kanan klien masih lemah
dibandingkan sebelah kiri
c. Kekuatan otot
Data Objektif:
a. Mulut klien kering
b. TD: 160/80 mmhg
c. Klien tampak sedih
d. Klien tampak menyesal tidak rutin
memeriksa kesehatannya ke yankes
Data subjektif: Faktor biologis Resiko
a. Keluarga mengatakan klien muntah tiba- ketidakseimbang
tiba sebanyak 2x an nutrisi kurang
b. Keluarga mengatakan muntah bewarna dari kebutuhan
coklat kehitaman bercampur dengan nasi tubuh
c. Keluarga mengatakan klien tidak
mengalami penurunan berat badan
Data objektif:
a. Bising usus klien 8x/i
b. Diare (-)
c. Hb: 9,9 g/dl
d. Tidak ada defisit neurologis X (vagus)
e. Klien nyeri pada abdomen kuadran II atas
f. Klien terpasang NGT alir
g. Membran mukosa mulut pucat
57
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ditemukan Dipecahkan
Masalah Masalah
No Diagnosa Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf
Terapi nutrisi
a. kaji kebutuhan untuk
pemasangan NGT
b. berikan makanan melalui NGT
c. berikan lingkungan yang nyaman
dan tenang untuk mendukung
makan
Monitor nutrisi
a. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
b. Monitor turgor kulit
c. Monitor kekeringan, rambut
kusam, total protein
d. Monitor mual dan muntah
e. Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan
konjungtiva
f. Monitor intake nutrisi
5 Ansietas Kontrol kecemasan Penurunan kecemasan
berhubungan dengan Indikator a. gunakan pendekatan yang
ancaman pada status a. ansietas menenangkan
terkini berkurang b. sediakan informasi faktual
b. menggunakan menyangkut diagnosis, dan terapi
teknik relaksasi c. instruksikan klien menggunakan
untuk meredakan teknik relaksasi
61
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Stroke hemoragik
terjadi apabila pembuluh darah pecah sehingga menyebabkan iskemia
(penurunan aliran) dan hipoksia. Penyebab stroke hemoragik adalah
hipertensi, pecahnya aneurisma, atau malformasi ateriovenosa (huungan
yang abnormal). Hemoragi dalam otak secara signifikan meningkatkan
tekanan intrakranial, yang memperburuk cedera otak yang dihasilkannya
(Corwin, 2009).Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
mengakibatkan kematian dibanding keseluruhan penyakit serebro
vaskular, karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak,
peningkatan TIK, penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase
otak, dan yang lebih berat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri
atau lewat foramen magnum(Arif, 2012). Disamping itu, terjadi
bradikardi, hiperteni sistemik, dan gangguan pernafasan. (Batticaca, 2012)
B. Saran
Pembelajaran tentang konsep dan asuhan keperawatan pada klien
dengan stroke hemoragik harus ditanamkan kepada mahasiswa
keperawatan sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa lebih
memahami, dan diharapkan makalah ini dikritik dan diberikan saran
sehingga makalah kami dapat disempurnakan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Andra., Yessie. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2 teori dan contoh askep.
Yogyakarta: Nuha Medika
Cintya dkk. 2013. Gambaran Faktor Risiko dan Tipe Stroke pada Pasien
Rawat Inap di Bagian Penyakit Dalam RSUD Kabupaten Solok Selatan
Periode 1 Januari 2010 - 31 Juni 2012.http://jurnal.fk.unand.ac.id diakses
tanggal 6 februari pukul 00.20
Faisalado candra dan tribowo cecep. 2013. Trend disease “ trend penyakit
saatIni”. Jakarta : CV. Trans Info Medika
RSUP Dr. M. Djamil. Indeks Penyakit Instalasi Rawat Inap tahun 2013 kode
ICD 164. Padang RSUP Dr. M. Djamil, 2013. Skripsi Rahmiwati
Smeltzer and Suzanne. 2002. Buku ajar medikal edah Brunner and Suddath
vol 3, ed 8. Jakarta: EGC
Vinay, Ramzi, dan Robbins. 2007. Buku ajar patologi robbins vol 2, ed.7.
Jakarta:EGC