Pembimbing
1. Elvi Oktarina, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB
Ns. Efyra, S.Kep. M.Kep
i
LAPORAN ILMIAH AKHIR
ii
iii
iv
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT. atas segala nikmat dan rahmat Nya
yang selalu dicurahkan kepada seluruh makhluk Nya. Salawat serta salam
hidayah-Nya, peneliti telah dapat menyelesaikan laporan ilmiah akhir ini dengan
Djamil Padang. Laporan ilmiah akhir ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Oktarina, M.Kep., Ns.Sp.Kep.MB dan ibu Ns. Efyra, S.Kep., M.Kep sebagai
pembimbing penulis yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing
peneliti dalam menyusun karya ilmiah ini. Terima kasih yang tak terhingga juga
disampaikan kepada:
1. Ibu Prof. Dr. dr. Rizanda Machmud, M.Kes, FISPH., FISCM selaku
2. Ibu Ns. Rika Fatmadona, M.Kep., Sp.Kep.MB selaku ketua program studi
3. Dewan penguji yang telah memberikan kritik beserta saran demi kebaikan
v
4. Pihak RSUP Dr M.Djamil padang yang turut membantu dalam
Peneliti menyadari bahwa laporan ilimiah akhir ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat
Peneliti
vi
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS ANDALAS
LAPORAN ILMIAH AKHIR
Desember, 2018
ABSTRAK
vii
PROFESSIONAL NURSING PROGRAM
FACULTY OF NURSING ANDALAS UNIVERSITY
FINAL SCIENTIFIC REPORT
December, 2018
ABSTRACT
viii
DAFTAR ISI
A. Pengkajian ................................................................................................. 47
ix
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 78
A. Pengkajian ................................................................................................. 78
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 90
B. Saran ................................................................................................................. 91
x
LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kematian secara global dibanding penyebab lain. Data World Health Organization
(WHO,2017) menyatakan bahwa sekitar 17, 9 juta orang atau 31% penduduk
Pada tahun 2015, lebih dari 17 juta kematian dini (dibawah usia 70 tahun)
thrombosis dan edema paru. Penyakit jantung koroner merupakan salah satu dari
apabila tidak ditangani dengan tepat. Coronary artery disease adalah penyakit
yang disebabkan oleh adanya rupture plak pada pembuluh darah koroner dan
gangguan pada aliran darah ke otot jantung. Apabila aliran darah ke otot jantung
berkurang, maka akan terjadi kematian jaringan karena kekurangan oksigen dan
1
2
kematian dini (Health Data, 2017). Menurut American Heart Association tahun
STEMI dan lebih dari 4 juta penduduk mengalami NSTEMI (Kumar A, et al.,
2009). Angka mortalitas dirumah sakit lebih tinggi pada STEMI namun mortalitas
jangka panjang didapati dua kali lebih tinggi pada pasien-pasien dengan NSTEMI
dalam rentang waktu 4 tahun (Paxinos, G., et al., 2012). Oleh karena itu,
manajemen yang optimal terhadap kondisi pada pasien yang mengalami NSTEMI
hasil perekaman elektrokardiogram (Daga, LC, et al., 2011). Tanda dan gejala
Non ST Elevation Myocardial Infarct (NSTEMI) yang sering muncul adalah nyeri
dada yang timbul pada saat istirahat atau dengan aktivitas minimal yang
berlangsung 10-20 menit atau lebih dan juga diikuti dengan diaphoresis (keringat
dingin), dyspnea, mual, muntah, nyeri perut bahkan sinkop serta kelelahan karena
oksigen oleh miokard, pasien perlu diistirahatkan. Pada masa pemulihan terutama
keluhan terkait fisiologis maupun psikologis (Dossey, Keegan, & Guzzetta, 2005).
Selama 8 minggu pertama pemulihan sangat penting untuk memahami gelaja yang
dikeluhan pasien, antara lain durasi tidur pendek (El-Mokadem, 2003 dalam
Muliantino, 2017). Berbagai studi menjelaskan durasi tidur kurang dari 6 jam per
hari menjadi gejala klinis penyakit jantung koroner. Sekitar 30% lebih individu
tidur kurang dari 6 jam per hari, hal ini mengakibatkan perasaan tidak bugar dan
kelelahan saat bangun, mengantuk di siang hari serta fatigue (Wang et al., 2016).
Studi lain menjelaskan bahwa durasi tidur yang pendek (kurang dari 6 jam
per hari) secara signifikan berhubungan positif dengan penyakit jantung koroner
(Sharma, Sawhney, & Panda, 2014). Studi lain menemukan durasi tidur yang
University Hospital dan berkontribusi 59,3% terhadap kualitas tidur yang buruk
miokardium.
akut memiliki kualitas tidur yang rendah di 3 hari pertama rawatan. Mendapatkan
kenyamanan untuk tidur sulit didapatkan karena pemantauan kondisi oleh tenaga
inotrope, keparahan penyakit, dan pasien yang dibangunkan setiap pagi (Nesami
et al,. 2014)
Apabila kualitas tidur pasien dengan sindrom koroner akut terganggu, maka
sehingga tekanan darah meningkat, nadi meningkat dan begitu juga kebutuhan
Fridh, Johansson, Bergbom & Lindhal, 2015). Cara lain yang digunakan untuk
mengatur kegiatan rutin perawatan dimalam hari (Hardin, 2009 dalam afianti,
2017).
dan faktor pencahayaan saat pasien tidur. Earplug dan eyes mask dapat menjadi
salah satu alternative dari pengobatan untuk meningkatkan kualitas tidur pasien
RSUP Dr. M.Djamil Padang merupakan rumah sakit yang memiliki pusat
jantung regional. Dimana jantung merupakan bagian unggulan dari rumat sakit ini.
Berdasarkan data yang didapatkan dari ruangan CVCU pada bulan November
5
2018 yaitu sebanyak 56 orang pasien sindrom koroner akut, 13 diantaranya adalah
pasien dengan diagnosa NSTEMI. Pada tanggal 29 November 2018, pasien Tn.T
(43 tahun) yang dirawat dengan diagnosa medis NSTEMI TIMI 5/7 GS 111,
keluhan nyeri dada dan nafas terasa sesak. Maka pasien harus diistirahatkan untuk
menulis laporan ilmiah akhir tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan
B. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
Djamil Padang.
C. Manfaat
Hasil laporan akhir ilmiah ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam
Hasil laporan akhir ilmiah ini diharapkan dapat menjadi referensi dan
TINJAUAN TEORITIS
a. Pengertian
(atherosclerosis). Apabila hal tersebut terjadi maka aliran darah pada arteri
dibagi menjadi 3 yaitu, Angina pektoris tidak stabil, Non ST elevasi miokard
8
pada pemeriksaan EKG dan sesuai dengan gambaran klinis berupa rasa tidak
b. Etiologi
- Dislipidemia
plasma > 200 mg/dl, kadar LDL > 130 mg/dl, kadar trigliserid >150
jantung.
8
9
(Price, 2004).
- Hipertensi
- Diabetes mellitus
Hawks.H, 2014).
- Faktor Psikososial
- Obesitas
- Aktifitas fisik
- Riwayat keluarga
dipengaruhi oleh faktor lain seperti lingkungan. Jika kedua orang tua
kepada anak sedangkan salah satu dari kedua orang tua menderita
kepada anak.
- Gender
2009).
c. Patofisiologis
dan nekrosis miokard. Penyebab utama hal ini terjadi karena adanya faktor
yang mempengaruhi arteri koroner, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat
umum adalah pecah atau erosi plak aterosklerotik yang mengarah pada
13
penyelesaian oklusi ateri atau oklusi parsial dengan embolisasi distal dari
bahan trombotik.
defisit aliran dari epikardium, apakah dipicu oleh sebuah penurunan besar
aterogenik, dan kadar gula darah berlebih. Terjadilah respon angiotensin II,
protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous, plak atherosklerotik. Plak
Mikroemboli dari agregat trombosit dan kompenen dari plak yang terganggu
pada pasien NSTEMI. Plak oklusif juga dapat menyebabkan sindrom ini
terganggu adalah inflamasi arterial yang disebabkan oleh proses non infeksi
(misalnya lipid teroksidasi), dapat pula oleh stimulus proses infeksi yang
trombogenesis. Makrofag yang aktif dan limfosit T yang berada pada plak
yang terasa berat atau tekanan pada daerah restrosternal atau biasa disebut
dengan angina yang menjalar hingga ke lengan kiri, leher atau rahang yang
atau persisten. Keluhan ini juga dapat diikuti dengan keluhan lainnya seperti
fatique, diaphoresis, nausea, nyeri perut, dyspnea dan syncope. Dapat juga
ditemukan keluhan lain yang tidak khas seperti epigastric pain, masalah
keluhan rasa tidak nyaman pada daerah dada. Studi Framingham adalah
studi pertama yang menunjukkan gejala dan tidak disadari oleh pasien.
miokardium sehingga pasien akan menjadi sesak nafas. Sesak pada pasien
yang tidak adekuat keseluruhan tubuh. Adanya infark pada jantung kiri akan
(Haryanto, 2015).
a) Elektrokardiogram (EKG)
yang ditemui pada NSTEMI adalah depresi segmen ST atau elevasi transient
merupakan hal yang penting dan spesifik dalam hal iskemik dan prognosis.
sebaiknya dilakukan saat pasien mengalami gejala dan gambaran EKG ini
setidaknya pada 3 jam (6-9 jam) dan 24 jam setelah masuk ke rumah sakit.
Pada kondisi dimana terjadi nyeri dada berulang atau muncul gejala-gejala
atau iskemik ventrikel kanan terisolasi dapat luput dari gambaran EKG 12
lead, namun dapat terdeteksi pada lead V7-V9 dan pada lead V3R dan V4R.
b) Biomarker Jantung
segmental dari dinding ventrikel kiri dapat terlihat saat iskemia dan
18
ruang gawat darurat dan dilakukan secara rutin dan sesegera mungkin
d) Pemeriksaan invasive
adalah aorta, arteri koronaria, serta sisi kanan dan kiri jantung (Muttaqin,
2009).
19
e) Stratifikasi resiko
yang masing-msing setara dengan 1 poin. Jumlah skor 0-2: risiko rendah
Parameter Skor
Usia > 65 Tahun 1
Lebih dari 3 faktor risiko* 1
Angiogram koroner sebelumnya menunjukkan 1
stenosis >50%
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam 1
terakhir
Deviasi ST> 1 mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin)
20
sakit, pasien dengan skor risiko GRACE ≤88 dianggap mempunyai risiko
rendah (risiko kematian <3%). Sementara itu, pasien dengan skor risiko
Prediktor Skor
Usia dalam tahun
<40 0
40-49 18
50-59 36
60-69 55
70-79 73
80 91
Laju denyut jantung (kali per menit)
<70 0
70-89 7
90-109 13
110-149 23
150-199 36
>200 46
Tekanan darah sitolik (mmHg)
<80 63
80-99 58
100-119 47
120-139 37
140-159 26
160-199 11
>200 0
Kreatinin
0-34 2
35-70 5
71-105 8
106-140 11
141-176 14
177-353 23
>354 31
Gagal jantung berdasarkan Killip
I 0
21
II 21
III 43
IV 64
Henti jantung saat tiba di Rumah sakit 43
Peningkatan marka jantung 15
Deviasi segment ST 30
f. Komplikasi
a) Edema Paru
Edema paru terjadi akibat peningkatan cairan interstitial paru dari batas
negative menjadi batas positif dan kegagalan jantung kiri untuk menerima
balik dari paru sehingga paru meningkatkan tekanan dan sirkulasi paru dan
22
sehingga terdengar bunyi ronhki saat auskultasi (Smelzer & bare, 2008).
b) Aritmia Jantung
sebagian besar kasus aritmia adalah ringan dan sementara. Hal ini
Gagal jantung juga dapat terjadi sebagai konsekuensi dari aritmia yang
kejadian klinis yang tidak diharapkan. Selain itu, nilai marka jantung
23
yang sedang dijalani. Sejauh ini belum ada nilai rujukan definitif pada
pasien-pasien dengan tanda dan gejala gagal jantung setelah infark akut,
klinis pasien. Diagnosis gagal jantung secara klinis pada fase akut dan
subakut didasari oleh gejala gejala khas seperti dispnea, tanda seperti sinus
d) Syok kardiogenik
adalah tekanan darah yang sangat rendah dengan pasokan tidak memadai
dikaitkan dengan kerusakan ventrikel kiri luas, namun juga dapat terjadi
pada infark ventrikel kanan. Baik mortalitas jangka pendek maupun jangka
buruk, terutama dalam kasus disfungsi gabungan ventrikel kiri dan kanan.
Indeks volume sekuncup awal dan followup serta follow-up stroke work
hari pada pasien dengan syok kardiogenik dan lebih berguna daripada
melalui kateter pulmonar namun fraksi ejeksi ventrikel kiri dan komplikasi
g. Penatalaksanaan
i. Farmakologis
- Pemberian O2 (PERKI,2015)
- Anti iskemik
Beta blocker
Nitrat
atau >30 mmHg di bawah nilai awal, bradikardia berat (<50 kali
Node yang menonjol dan sekaligus efek dilatasi arteri. Semua CCB
Antiplatelet
Antikoagulan
Statin
Analgesic
28
ACE Inhibitor
tekanan darah, sekresi natrium dan cairan oleh ginjal (diuresis), dan
Tekanan darah, output urine dan serum level natrium, kalium dan
Trombolitik
a. Pengertian
Cardiology tahun 2008 yaitu pada pasien dengan CAD iskemia luas,
total oklusi kronik dan resiko tinggi CABG (Silber, et al, 2008).
tinggi STEMI syok kardiogenik dan kelas KILLIP lebih atau sama
c. Kontraindikasi PCI
dan aritmia, klien pasca stroke kurang dari 1 bulan, infeksi berat
(Kern,2008).
d. Komplikasi
2009).
diperhatikan.
31
Manajemen Nyeri
dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri “diukur dan ditulis
Analog Scale (VAS) pada pasien dewasa dan anak (> 9 tahun). Pasien
hari).
Kaji ulang skala nyeri pasien dengan VAS/ Wong Baker setiap
pergantian shift jaga perawat atau apabila ada keluhan dari pasien.
32
nyeri sedang lakukan evaluasi ulang setiap 4 jam, nyeri berat lakukan
ulang skala nyeri juga meliputi: a) Lokasi: Bagian tubuh mana yang
terasa nyeri b) Onset : Akut (nyeri kurang dari 14 hari), kronik (nyeri
dan paru-paru.
Pengurangan ansietas
output urine, warna kulit dan suhu tubuh, sensorium, perubahan EKG
periode yang lebih lama dari terjaga. Tidur adalah status perubahan
dan bebas dari perasaan gelisah. Istirahat bukan berarti tidak melakukan
34
Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh dua sistem pada batang
Region (BSR). RAS dibagian atas batang otak diyakini memiliki sel-sel
memberi stimulus visual, pendengaran, nyeri dan sensori raba serta emosi
sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR.
pergerakan mata.
lingkungan, perubahan fisiologis atau gejala dari infark miokard itu sendiri
dampak yang dapat mengganggu pada tidur dan pola sirkadian, dimana
ketika malam hari mengalami penurunan kualitas tidur. Beberapa hal yang
oleh pasien (Hardin, 2009 dalam Afianti, 2017). Pada pasien kritis yang
2015). Cara lain yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tidur dapat
36
ruangan dan faktor pencahayaan saat pasien tidur. Earplug dan eyes mask
kualitas tidur pasien yang dirawat diruang intensif (Dave,.et al, 2015).
(Tolba, 2018).
dari busa atau foam yang nyaman bila digunakan selama tidur. Bersihkan
earplug dengan air hangat atau sabun sebelum digunakan untuk mencegah
tidak terlalu ketat dan membuat pasien tidak nyaman selama pemakaian.
Pemakaian earplug dan eyes mask dilakukan mulai dari pukul 7 malam
a. Pengkajian
pengkajian primer dan sekunder (Musliha, 2010). Menurut Potter dan Perry
(2010) tipe data pengkajian yang dapat dikumpulkan oleh perawat berupa
data objektif dan subjektif yang berasal dari persepsi pasien dan keluarga,
dengan mengkaji dan mengamati tanda gejala serta keluhan pasien ataupun
a. Pengkajian Primer
1) Airway
sumbatan jalan nafas baik karena sekret ataupun darah. Pasien NSTEMI
biasanya tidak memiliki keluhan dijalan nafas seperti tidak adanya sekret,
tidak ada polip, atau obstruksi jalan nafas. Akan tetapi harus dilakukan
pemantauan apakah ada bunyi suara nafas tambahan dijalan nafas yang
2) Breathing
3) Circulation
4) Disability
5) Exsposure
b. Pengkajian Sekunder
a. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
2. Mata
ikterik/tidak
3. Hidung
4. Telinga
5. Mulut
6. Leher
7. Thoraks
Paru-paru
Jantung
(kardiomegali)
8. Abdomen
Perkusi : tympany
9. Genetalia
10. Integumen
ekstremitas
b. Diagnosa keperawatan
ventilasi perfusi
42
c. Rencana keperawatan
B. Terapi oksigen
Aktivitas
1. Bersihkan mulut, hidung,
dan sekresi trakea dengan
tepat
2. Pertahankan kepatenan
jalan nafas
3. Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
4. Monitor aliran oksigen
5. Pantau tanda tanda
keracunan oksigen
6. Amati tanda-tanda
hipoventilasi
Penurunan Curah Keefektifan Pompa Jantung A. Perawatan Jantung
Jantung b.d perubahan Indikator : Aktivitas :
irama jantung ,after load, - Tekanan darah dalam 1. Secara rutin mengecek
pre load batas normal pasien baik secara fisik dan
- Ukuran jantung dalam psikologis sesuai dengan
batas normal kebijakan tiap agen
- Urine out put dalam batas 2. Instruksikan pasien tentang
normal pentingnya untuk segera
- Tidak ada angina melaporkan bila merasakan
- Tidak ada edem paru nyeri dada
- Tidak ada pucat 3. Evaluasi episode nyeri
- Tidak merasa lelah tanpa dada (intensitas, lokasi,
aktivitas radiasi, durasi, dan faktor,
yang memicu serta
Status Sirkulasi meringankan nyeri)
Indikator : 4. Monitor EKG, adakah
- Tekanan darah dalam perubahan segmen ST
batas normal sebagaimana mestinya
- MAP dalam batas normal 5. Lakukan penilaian
- Kekuatan nadi radialis komprehensif pada
normal sirkulasi perifer
- Saturasi O2 dalam batas 6. Monitor tanda vital
normal 7. Monitor tanda dan gejala
- CRT dalam batas normal penurunan curah jantung
- Tidak ada hipotensi 8. Lakukan terapi relaksasi
ortostatik sebagaimana mestinya
- Tidak ada suara nafas 9. Monitor sesak nafas,
tambahan kelelahan, takpinea, dan
- Tidak ada distensi vena orthopnea
leher
- Tidak ada wajah pucat
44
C. Pengaturan
Hemodinamik
Aktivitas :
1. Lakukan penilaian
45
komprehensif terhadap
status hemodinamik
2. Monitor dan
dokumentasikan tekanan
nadi proporsional
3. Berikan pemeriksaan fisik
berkala
4. Identifikasi adanya tanda
dan gejala gangguan pada
sistem hemodinamik
5. Tentukan status perfusi
(apakah pasien terasa
hangat,dingin)
6. Lakukan auskultasi jantung
7. Berikan obat- obat
inotropik dan kontraktilitas
8. Monitor efek obat
9. Tinggikan kepala tempat
tidur
10. Tinggikan kaki tempat
tidur
11. Berikan vasodilator dan
vasokontriktor
12. Monitor kadar elektrolit
13. Monitor asupan dan
pengeluaran
Nyeri Akut b.d Agen Kontrol Nyeri A. Manajemen Nyeri
Biologis Indikator : Aktivitas :
- mengenali kapan terjadi 1. Lakukan penilaian nyeri
nyeri secara komprehensif
- Menggunakan tindakan dimulai dari lokasi,
pencegahan nyeri karakteristik,durasi,
- Menggunakan tindakan frekuensi, kualitas,
pengurangan nyeri tanpa intensitas dan penyebab.
analgesik 2. Kaji ketidaknyamanan
- Melaporkan gejala yang secara nonverbal
tidak terkontrol pada 3. Pastikan pasien
tenaga kesehatan mendapatkan perawatan
- Mengenali apa yang dengan analgesic
terkait dengan gejala 4. Gunakan komunikasi yang
nyeri terapeutik
5. Menyediakan informasi
tentang nyeri, contohnya
penyebab nyeri,
bagaimana kejadiannya,
mengantisipasi
46
ketidaknyamanan terhadap
prosedur
6. Kontrol faktor lingkungan
yang dapat menimbulkan
ketidaknyamanan
7. Ajari untuk menggunakan
tehnik non-farmakologi
dalam mengurangi nyeri
8. Evaluasi efektifitas metoda
yang digunakan dalam
mengontrol nyeri secara
berkelanjutan
d. Implementasi keperawatan
lebih baik dan dapat menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan perawat
e. Evaluasi keperawatan
antara tujuan yang telah ditetapkan dengan yang direncanakan, serta yang
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
2018 pukul 15.00 WIB. Pasien masuk dengan diagnosa medis Non
STEMI TIMI 5/7 GS 111, Hypertensi stage I, Diabetes Mellitus type II.
2. Pengkajian primer
1) Airway
2) Breathing
lurus, tidak ada penggunaan otot bantu nafas, pergerakan dinding dada
simetris kiri dan kanan, ronkhi ada, SaO2 98% dan diberikan terapi O2
3) Circulation
107, CRT<3 detik, membran mukosa bibir dan kulit kering dan pucat,
intake 200 cc dan output (urine spontan) 350 cc (saat pengkajian jam
18.00 WIB
47
48
4) Disability
ukuran pupil 2/2 mm, refleks pupil terhadap cahaya +/+, nyeri dada
menerus.
5) EKG / Exsposure
interval normal (0,14), QRS durasi (0,065), ST depresi di lead II, III,
aVF, V4-V6 (hasil perekaman saat tiba di CVCU pukul 15.00 WIB),
November 2018 pukul 10.00 WIB dengan keluhan nyeri dada tiba - tiba,
nyeri terasa seperti terhimpit beban berat dan menjalar ke bagian kiri
bagian dada. Pasien mengeluh mulut terasa kering dan haus. Klien
Faktor Pencetus
Lama Keluhan
Pasien mengeluhkan nyeri dada sejak 4 jam sebelum masuk rumah sakit
Diagnosa medis
Hipertensi Stage II
mellitus Type II sejak 6 tahun yang lalu. Klien mengatakan sebulan yang
lalu juga dirawat dengan keluhan yang sama. Klien rutin mengonsumsi
penyakit yang sama dengannya. terdapat luka di bagian jari kaki pasien
(digiti III dan IV). Pasien mengatakan luka berawal saat kakinya
tersandung dan luka sejak 2 bulan yang lalu. Luka dirawat dirumah
dengan cara dicuci dengan air bersih dan dibalut dengan kassa.
Alergi
Kebiasaan
Pola Nutrisi
Pasien memiliki berat badan 73 Kg dan tinggi badan 160 cm. Keluarga
mengatakan pasien makan 3 kali sehari dengan menu nasi, lauk, sayur
tidak ada mengalami penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.
51
Pola Eliminasi
kekuningan dan konsentrasi padat. Pasien BAK 6-7 kali/ hari dengan
Di Rumah :
Pasien mengatakan biasanya tidur 6-7 jam dalam sehari dimalam hari
nyaman dan berisik. Biasanya pasien tertidur dalam suasana yang hening
dirumahnya.
Pasien mengeluh sulit untuk tertidur, merasa lelah dan mengeluhkan suara
pasien lain dan keadaan ruangan yang berisik. Pasien mengatakan hanya
tidur sebentar lalu terbangun lagi, dan sulit untuk memulai tidur lagi jika
terbangun.
Pola bekerja
Pasien bekerja sebagai pegawai parkir yang masuk kerja di pagi hari
hingga sore hari, istrinya juga bekerja untuk memenuhi kebutuhan rumah
5. Riwayat Keluarga
Keterangan :
: Laki - laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
: Pasien
6. Pengkajian Sekunder
Kepala
Mata
Akomodasi : isokor
Konjungtiva : Anemis
Telinga
hidung tidak ada, polip tidak ada, lesi tidak ada, akumulasi sekret tidak
ada
Leher
Thoraks
Auskultasi jantung : reguler dan tidak ada murmur dan tidak ada gallop
Sirkulasi
SaO2 : 98%
Turgor : baik
Abdomen
Perkusi : thympani
Ektremitas
manset tensimeter dan tidak ada edema pada ektremitas, terdapat ulkus
Motorik :
555 555
555 555
7. Pemeriksaan Penunjang
Parameter Skor
Usia > 65 tahun 0
Lebih dari 3 faktor resiko 1
Angiogram koroner sebelumnya menunjukkan stenosis >50% 0
Penggunaan aspirin dalam 7 hari terakhir 1
Setidaknya 2 episode nyeri saat istirahat dalam 24 jam terakhir 1
Deviasi ST> 1 mm saat tiba 1
Peningkatan marka jantung (CK, Troponin) 1
Total 5/7
Interpretasi : resiko tinggi
Prediktor Skor
Usia >65 tahun 18
Heart Rate 23
Tekanan darah sistolik 11
Peningkatan enzim jantung 15
ST Depresi 30
Creatinin 14
Killip 0
Total 111
Interpretasi : resiko menengah
57
9. Pengobatan
Data Objektif :
- pH :7,535 (peningkatan
pH)
- PCO2 : 20,9 mmHg
(penurunan)
- HCO3- : 17,8 mmol/L
(penurunan)
- Frekuensi nafas 24
kali/menit (meningkat)
- Terdengar ronkhi
dilapang paru
- wajah klien tampak
pucat
Data Subjektif : Perubahan irama jantung Penurunan curah jantung
perubahan irama jantung
- pasien mengatakan
dada terasa sesak
- Pasien mengatakan dada
berdebar-debar dan nyeri
Perilaku/emosional
- Klien mengatakan cemas
dengan keadaaannya
- Klien mengeluh merasa
lelah
Data Objektif :
- TD 149/86 mmHg
- HR : 59 kali/menit
- MAP : 107
- Nilai intake : 400 cc
(15.00 - 21.00 WIB)
- Nilai output : 750 cc
(15.00 - 21.00 WIB)
- BB : 73 kg
- Nadi perifer teraba
lemah
- Sinus Takikardia , QRS
Rate 105 x/I, gelombang
60
P normal, PR interval
normal (0,14), QRS
durasi (0,065), ST
depresi di lead II, III,
aVF, V4-V6,
Data subjektif : Agen cidera fisiologi : Nyeri Akut
- P : Klien mengeluh nyeri kekurangan suplai O2 ke
saat beraktivitas dan jaringan miokard
istirahat
- Q : pasien mengatakan
nyeri dada seperti
ditekan beban berat
- R : pasien mengatakan
nyeri menjalar ke bahu
kiri
- S : pasien mengatakan
nyeri skala 4
- T : pasien mengatakan
nyeri hilang timbul
Data Objektif :
- Pasien tampak gelisah
dan sesekali memegangi
dada
- Ekspresi wajah tampak
meringis
61
Terapi oksigen
Aktivitas
1. Bersihkan mulut, hidung,
62
Monitor Pernafasan
Aktivitas :
1 Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
1. Catat pergerakan dada,
ketidaksimetrisan
2. Monitor suara nafas
tambahan
3. Monitor pola nafas
4. Monitor sekresi
pernafasan pasien
2 Penurunan Curah Keefektifan pompa jantung Perawatan Jantung : Akut
jantung b.d Perubahan Indikator : Aktivitas :
irama jantung - TD sistolik 90-120 mmHg - Evaluasi nyeri dada
- TD diastolic 60-90 mmHg - Auskultasi bunyi jantung
- Disritmia tidak ada - Monitoring intake dan
- Denyut perifer yang kuat output
- Pengeluaran Urin normal - Montoring hasil EKG
- keseimbangan Intake dan - Monotoring hasil labor
Output selama 24 jam CK
- Suara jantung abnormal - Monitoring nilai lab untuk
yang tidak terdengar elektrolit, yang dapat
- Angina (-) meningkatkan resiko
- Edema perifer yang tidak disritmia
tampak - Monitoring faktor yang
- Sesak saat istirahat menentukan dalam
berkurang pemberian oksigen
Status Sirkulasi (seperti PaO2 dan level Hb
Indikator : dan curah jantung), jika
- Saturasi Oksigen 90- sesuai
100 % - Cegah pembentukan
63
Sleep Enhancement
Aktivitas :
- Lakukan pengkajian pola
tidur pasien
- Monitor pola tidur pasien
dan tanda fisik seperti
sleep apnea, hambatan
jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan,
dan frekuensi urine) serta
faktor psikologis
- Pengaturan lingkungan
yang nyaman untuk tidur
pada pasien (penggunaan
earplug dan eyesmask).
- Pertahankan lingkungan
yang kondusif untuk
istirahat dan
penyembuhan
2 Nyeri akut (chest) b.d Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Agen cidera biologi : Indikator : Aktivitas :
kekurangan suplai O2 - Menilai lamanya Nyeri - Lakukan penilaian nyeri
ke jaringan miokard - Menilai faktor penyebab secara komprehensif
- Penggunaan non dimulai dari lokasi,
analgesic untuk karakteristik, durasi,
mengurangi nyeri frekuensi, kualitas,
Penggunaan analgesic intensitas dan penyebab.
yang disarankan - Kaji ketidaknyamanan
- Melaporkan tanda /gejala secara nonverbal
nyeri pada tenaga - Pastikan pasien
kesehatan Laporkan gejala mendapatkan perawatan
yang tidak terkontrol dengan analgesic
- Menilai gejala nyeri - Gunakan komunikasi
- Melaporkan bila nyeri yang terapeutik
terkontrol - Menyediakan informasi
tentang nyeri, contohnya
Tingkatan Nyeri penyebab nyeri,
Indikator : bagaimana kejadiannya,
- Nyeri dilaporkan mengantisipasi
- Ekspresi wajah nyeri ketidaknyamanan
65
Administrasi Analgesik
Aktivitas :
- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat cek
instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis dan
frekuensi
- cek riwayat alergi
- tentukan pilihan analgetik
tergantung tipe dan
beratnya
- pilih rute pemberian
secara IV
- berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan
gejala (efek samping)
66
D. Catatan Perkembangan
Hari / tanggal : Kamis/ 29 November 2018 Ruangan : CVCU
Nama : Tn. T No. RM : 00.75.67.56
Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi
Gangguan pertukaran gas b.d S:
ketidakseimbangan ventilasi - perfusi 1. Memberikan posisi dengan - Pasien mengatakan merasa nyaman
meninggikan kepala tempat tidur dengan posisi kepala yang ditinggikan
sesuai kenyamanan pasien yaitu 450 450
untuk memaksimalkan ventilasi - Pasien mengatakan sesak nafas sudah
2. Memberikan terapi oksigen 5 L/menit berkurang dari sebelumnya
via nasal canul - Pasien mengatakan saat berbaring
1. Memonitoring ketidakseimbangan nafas masih terrasa sesak
elektrolit dengan melihat hasil O:
laboratorium lengkap - RR : 24 kali/menit
2. Memberikan terapi diuretik sesuai - pH : 7,535
indikasi (oral HCT 1x25mg) - PCO2 : 20,9 mmHg
3. Memonitoring intake seperti cairan - PO2 : 92,6 mmHg
yang masuk melalui oral dan terapi - HCO3- : 17,8 mmol/L
cairan intravena yang dihitung setiap - BE : -1,9 mmol/L
enam jam - Ronkhi (+/+) pada lapang paru
4. Memonitoring output dari keluaran - Gelisah (-)
urin yang dihitung setiap 6 jam - K 3,4 Mmol/L
5. Melakukan balance cairan intake dan - Intake 350 cc (15.00 - 18.00)
output - Output 620 cc (15.00 - 18.00)
6. Memberikan diet nutrisi sesuai A:
indikasi berupa makanan lunak Masalah gangguan pertukaran gas
belum teratasi dengan nilai pH
67
A:
Intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai
hasil ditandai dengan masih banyak
75
A:
Intervensi keefektifan pompa jantung
dan status sirkulasi belum mencapai
hasil ditandai dengan masih banyak
indikator yang belum tercapai
77
P:
- Perawatan jantung akut
- Monitor status sirkulasi
- Manajemen cairan dan elektrolit
- Pasien dibawa ke cath lab untuk
tindakan PCI
- Rencana dipindahkan ke bangsal
jantung bila stabil
- Intervensi dilanjutkan diruangan
bangsal jantung
Nyeri akut (chest) b.d Agen cidera 1. Kaji ketidaknyamanan secara S:
biologi : kekurangan suplai O2 ke jaringan nonverbal - Pasien mengatakan nyeri dada sebelah
miokard 2. Gunakan komunikasi yang terapeutik kiri sudah berkurang tapi kadang
3. Ajari untuk menggunakan tehnik muncul kembali
non-farmakologi dalam mengurangi - Pasien mengatakan nyeri di skala 3
nyeri (relaksasi nafas dalam) O:
- Pasien tampak tenang
- RR 20x/menit
A:
Masalah nyeri akut belum teratasi
P:
Intervensi manajemen nyeri dan
terapi analgetik sesuai order dokter
(pasien dibawa ke cathlab)
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Seorang pasien berinisial Tn. T (43 tahun) datang ke RSUP Dr. M. Djamil
Padang melalui IGD pada tanggal 28 November 2018 pukul 10.00 WIB dengan
diagnosa medis NSTEMI TIMI 5/7 GS 111, Hipertensi stage I, Diabetes mellitus
type II. Pasien masuk IGD dengan keluhan nyeri dada seperti ditekan beban berat
sejak 4 jam yang lalu, nyeri menjalar ke tubuh bagian kiri. Tekanan darah 158/76
mmHg, denyut nadi 62 kali/menit, frekuensi nafas 24 kali/menit, SaO2 98% dan
Pasien masuk ruangan CVCU tanggal 28 November 2018 pukul 15.00 WIB.
Pada saat pengkajian tanggal 28 November 2018 pukul 18.00 WIB. Tingkat
mengeluhkan nyeri dada masih terasa dengan skala 4 (sedang) serta dada terasa
berdebar - debar. Nafas sesak, pasien tampak meringis. Dalam PERKI, 2015
dinyatakan bahwa pasien dengan iskemik miokard mengeluhkan nyeri berupa rasa
tertekan beban berat di daerah retrosternal, menjalar ke lengan kiri, leher, rahang,
area interskapular, bahu atau epigastrium. Keluhan nyeri tersebut berlangsumg >
Dari hasil pengkajian primer pada tanggal 28 November 2018 pukul 15.00
berbaring, serta terdengar ronkhi dilapang paru. Hali ini sesuai dengan manifestasi
78
79
klinis pasien NSTEMI yang mengalami gejala pulmonal berupa sesak nafas,
ortopnea dan takipnea akibat peningkatan tekanan vena pulmonalis yang dapat
sesak nafas (Smeltzer, 2008). Pada saat dilakukannya auskultasi paru, terdengar
suara ronkhi dikedua lapang paru. Hal ini disebabkan karena peningkatan tekanan
dan sirkulasi paru yang menyebabkan cairan masuk terdorong ke dalam paru
(Smeltzer, 2008).
darah meningkat, HCO3 dan PCO2 dibawah batas normal. Alkalosis respiratorik
mengeluarkan banyak CO2 (Fournier, 2009). Hal ini terlihat dari kondisi pasien
tekanan darah 149/86 mmHg, MAP 107, peningkatan tekanan darah merupakan
miokard (Halimuddin,2016).
seperti ditekan beban berat dengan skala 4, dan pasien mengatakan nyeri hilang
timbul dan nyeri dirasakan lebih dari 20 menit. Tanda dan gejala yang biasanya
80
dirasakan oleh pasien dengan NSTEMI ditandai dengan nyeri dada yang terasa
berat atau tertekan pada daerah retrosternal yang menjalar kebagian lengan kiri,
leher atau rahang, yang bersifat intermitten atau persisten. Adanya keluhan
tersebut setelah aktivitas fisik atau berkurang saat istirahat atau setelah
masuk ke CVCU dengan hasil EKG Sinus Tachycardia, QRS Rate 105 x/I,
di lead II, III, aVF, V4-V6. Dapat dilihat, ST depresi terdapat pada lead II, III,
aVF yang menunjukan adanya infark di dinding inferior jantung. Dalam PERKI
(2015), EKG yang mungkin dijumpai pada psien NSTEMI yaitu adanya depresi
Kedua orangtua pasien juga memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
penyebab dari kejadian sindrome koroner akut. Penelitian yang dilakukan oleh
hubungan antara riwayat keluarga pernah menderita PJK dengan kejadian infark
miokard, dengan adanya riwayat keluarga pernah menderita PJK berisiko dua kali
lebih besar pada laki-laki dan 2,1 kali pada perempuan untuk terjadinya SKA.
Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawe et al (2003) dalam
Pramadiaz (2016), yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan antara riwayat
81
keluarga dengan kejadian PJK, dengan adanya riwayat keluarga berisiko 1,7 kali
terhadap pemompaan darah dari ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah,
dan oklusi vaskuler terjadi 20 tahun lebih cepat daripada orang normotensi (Price,
et al., 2004).
Kondisi pasien juga dipengaruhi oleh pola diet dan aktivitas sehari-harinya.
Faktor gaya hidup seperti pola makan yang kurang baik seperti makanan siap saji
yang tinggi natrium lemak dan kolesterol serta kurangnya konsumsi serat dapat
penyakit jantung koroner NSTEMI adalah pola hidup yang tidak terkontrol. Selain
itu, pasien juga memiliki riwayat keluarga dengan diabetes mellitus dan
hipertensi.
B. Diagnosa Keperawatan
dilakukan dengan baik secara mandiri maupun kolaborasi dengan tenaga medis
lainnya.
ventilasi perfusi
pengkajian faktor resiko yang ditemukan pada pasien yaitu keabnormalan dari
hasil analisa gas darah arteri yang disebabkan karena ketidakseimbangan perfusi
ronkhi dilapang paru, wajah tampak pucat, hasil pemeriksaan analisa gas darah
Dari diagnosa ini, kriteria hasil yang diharapkan untuk dicapai setelah pasien
didapatkan analisa gas darah dalam rentang normal, frekuensi pernafasan serta
83
irama pernafasan dalam rentang normal, tidak ada dyspnea dan sesak nafas
berkurang.
perencanaan kepada Tn.T adalah mengupayakan pasien untuk tetap tenang dan
memberikan posisi yang nyaman untuk pasien dengan meninggikan kepala 450
kemiringan 450 saat meninggikan kepala adalah posisi yang efektif bagi pasien
dapat membantu pengembangan paru dan mengurangi tekanan dari abdomen pada
diafragma sehingga dapat memaksimalkan fungsi respirasi (Potter & Perry, 2010).
oksigen <90% dan mengalami gagal jantung dan kesulitan bernafas. Tn.T
diberikan terapi oksigen dengan nasal canule 5 L/menit sesuai oder dokter dengan
pertukaran gas teratasi sebagian ditandai dengan nilai AGD dalam rentang normal,
frekuensi nafas 19 kali/menit, pasien tidak sesak dan tampak lebih nyaman.
pernafasan, pemberian terapi oksigen dengan nasal canul 4 liter/menit sesuai order
dan pemberian medikasi lajutan untuk mencegah nyeri berulang yang berdampak
jantung
primer diantaranya pasien mengeluhkan nyeri dada dan nafas terasa sesak, TD
149/86 mmHg, nadi 59 kali/menit, nadi teraba lemah, perubahan warna kulit dan
Tachycardia , QRS Rate 105 x/I, gelombang P normal, PR interval normal (0,14),
QRS durasi (0,065), ST depresi di lead II, III, aVF, V4-V6, ST elevasi aVR, nilai
elektorlit Natrium 132 Mmol/L, nilai intake Nilai intake : 400 cc (15.00 - 21.00
WIB) Nilai output : 750 cc (15.00 - 21.00 WIB). Hal ini sejalan dengan diagnosa
karena proses hibernating dan stunning (setelah iskemia hilang), disritmia dan
(2015).
Pada diagnosa ini, hasil yang diharapkan untuk dicapai setelah pasien
sirkulasi dalam batas normal (Moorhead.,S.,et al, 2014). Intervensi yang diberikan
85
sesuai dengan yang disarakan diantaranya yaitu merawat jantung akut, manajemen
melaporkan adanya nyeri dada berulang dan melakukan pemeriksaan EKG untuk
akan sangat bernilai pada pasien dengan kelainan jantung terlebih dahulu, seperti
hipertrofi ventrikel kiri atau infark miokard sebelumnya dan perekaman EKG
sebaiknya diulangi setidaknya ppada 3 jam dan 24 jam setelah masuk ke rumah
Pasien juga diberikan terapi oral sesuai instruksi dokter aspilet (1x8gr).
berupa aspirin. Pada Tn.T diberikan aspirin oral 1x8 gram bertujuan untuk
cepat pada pasien dengan sindrome koroner akut memiliki outcome yang baik
karena beberapa penelitian menyatakan tingkat mortilasnya lebih rendah 7-30 hari
dari aspirin. Pemberian aspirin dengan clopidogrel lebih baik dalam menurunkan
Selain terapi farmakologis, Tn.T juga diberikan intervensi secara mandiri oleh
memonitor intake dan output pasien, pemberian posisi yang nyaman dan
perawatan sirkulasi. Pada pasien jantung rasa cemas dan kualitas tidur
khususnya pasien miokardial infark mengalami gangguan tidur dan rasa cemas
karena stress atau kecemasan yang dialami pasien dapat merangsang sistem saraf
hipertensi dan ketegangan otot. Demikian juga dapat menstimulasi fungsi RAS
Suwartika, 2015).
Salah satu penyebab gangguan tidur pasien di ruangan intensif adalah faktor
lingkungan seperti cahaya dan kebisingan. Penggunaan earplug dan eyes mask
Penggunaan earplug dan eyes mask pada pasien yang dirawat dianggap murah
Evaluasi akhir pada pasien terkait penurunan curah jantung setelah tindakan
dengan tekanan darah 124/72 mmHg, nadi : 78 kali/menit, SaO2 98%, fatigue
berkurang, tekanan vena jugularis tidak ada, tidak adanya disritmia, denyut perifut
87
kuat, intake 500cc/6 jam, output 570 cc/ 6 jam, tidak ada edema perifer serta
pasien merasa lebih nyaman saat tidur dan tidak ada tanda - tanda komplikasii
jantung.
disability yaitu pasien mengeluhkan nyeri dada terasa seperti ditekan beban berat
dengan skala 4, dan pasien mengatakan nyeri hilang timbul dan nyeri dirasakan
lebih dari 20 menit serta pasien juga tampak meringis dan mengusap daerah dada
nyeri akut harus disertai dengan data ekpresi wajah, fokus pada sendiri, keluhan
miokard dan serabut posterior bagian atas. Perangsangan saraf ini memenculkan
sensasi nyeri dada dibagian kiri dan dapat menyebar ke bahu, lengan kiri dan
adalah keefektifan tingkat nyeri dengan indikator pasien melaporkan adanya nyeri,
nyeri berkurang, ekspresi wajah dan gelisah akibat nyeri juga berkurang
(Moorhead. S.,et al, 2014). intervensi yang diberikan pada Tn.T untuk mengatasi
nyeri yang dirasakan adalah dengan manajemen nyeri dan pemberian analgesik.
untukdilatasi pembuluh darah coroner dan mengurangi nyeri dada pada pasien
(PERKI, 2015). Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan volume darah dan
menurun. Adapun terapi Nitrat yang didapatkan Ny. Y adalah ISDN 3x50 mg dan
pasien hanya mengeluhkan nyeri sedikit dengan skala 2 pada dada. Pasien
dan pasien tanpak tenang. Pasien pindah ruangan ke bangsal jantung untuk
pemantauan pemulihan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian primer pada Tn.T didapatkan keluhan nyeri dada sejak 4 jam
sebelum masuk rumah sakit, nyeri seperti ditekan beban berat, menjalar ke
tubuh bagian kiri dengan durasi > 20 menit dengan skala nyeri 4. Pasien
90
91
gas teratasi sebagian, penurunan curah jantung teratasi sebagian dan nyeri
B. Saran
Infarction (NSTEMI).
Hasil dari laporan Karya Ilmiah akhir ini diharapkan dapat menjadi
Afianti, N., & Mardhiyah, A. (2017). Pengaruh Foot Massage terhadap Kualitas
doi:https://doi.org/10.24198/jkp.v5i1.353
Cardiology.
American Hearts Association. (2018). Heart Diseases and Stroke Statistic 2018
Black, Joyce & Hawks, JH. (2014). Keperawatan Medical Bedah Volume 3. Edisi
8 Jakarta : Elsevier.
Dossey, B. M., Keegan, L., & Guzzetta, C.E. (2005). No Title Holistic Nursing: A
93
94
Grandner, M. A., Jackson, N. J., Pak, V. M., & Gehrman, P. R. (2012). Sleep
Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E, Bueno H, et al. ESC
3054
Hamm CW, Bassand JP, Agewall S, Bax J, Boersma E, Bueno H, et al. ESC
3054
: Willey Blackwell.
Medika
Intensive Care Units. Asian J. Nur. Edu. and Research 5(3): July-
Matsuda, R., Kohno, T., Kohsaka, S.,Fukuoka, R., Maekawa, Y., Sano, M.,
http://doi.org/10.1016/j.ijcard.2016.11.091
Masyarakat. Surabaya
96
Moorhead, S., Johnson, M., Mass, M.L., & Swanson, E. 2013. Nursing Outcome
http://doi.org/10.22216/jen.v3i3.2788
Nesami, M.B. Gorji, M.A.H. Rezaie. S. et al. (2014) The Effect of accupressure
Jakarta : PPNI
Potter, P.A & Perry A.G. 2010. Buku ajar keperawatan fundamental. Ed 7. Buku 3.
Jakarta : EGC
Price. A., Sylvia. M., Loraine. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses
Sharma, M., Sawhney, J. P. S., & Panda, S.(2014). Sleep quality and duration -
Smeltzer, Suzane. C., and Bare, Brenda G., (2008). Buku Ajar Kesehatan Medical
Tolba, A. Mohammed. W.Y, et al. 2018. Effect Earplugs and Eyes MAsk on
2018
Wang, D., Li, W., Cui, X., Meng, Y., Zhou, M., Xiao, L.,Chen, W. (2016). Sleep
Merusak endotel
Perlukaan pada sel Penebalan dinding
pembuluh darah endotel basalis
Arteriosklerosis
Penyempitan
sebagian arteri
koroner
Penurunan aliran
darah koroner ISKEMIK MIOKARD
(NSTEMI)
O2 dan nutrisi
menurun
99
NSTEMI
Suplai O2 menurun
Hipoksia seluler
Kebutuhan O2 di
miokard naik Integritas membran
sel berubah
Metabolisme
anaerob Kontraktilitas otot
jantung menurun
Merangsang
nosiseptor Beban jantung
Peningkatan meningkat
Angina pectoris tekanan ventrikel
Curah jantung
Bendungan atrium
menurun
MK. Nyeri
Peningkatan tekanan
vena pulmonalis MK. Penurunan
curah jantung
Peningkatan
Manajemen energi
hidrostatik paru
Meningkatkan kualitas tidur
Peningkatan tekanan
onkotik Terapi Non farmakologi
Perpindahan cairan farmakologis
vesikuler ke interstisial Penggunaan earplug & eyes mask
100
Penurunan kemampuan
difusi
Ketidakseimbangan
ventilasi perfusi
MK. Gangguan
pertukaran gas
101
Lampiran Dokumentasi
102
103
N-STEMI
ORIGINALITY REPORT
22 %
SIMILARITY INDEX
22%
INTERNET SOURCES
0%
PUBLICATIONS
7%
STUDENT PAPERS
PRIMARY SOURCES
1 www.inaheart.org
Internet Source 5%
2 www.scribd.com
Internet Source
4%
3 repository.usu.ac.id
Internet Source
2%
4 eprints.undip.ac.id
Internet Source
2%
5 es.scribd.com
Internet Source
2%
6 media.neliti.com
Internet Source
2%
7 repository.unair.ac.id
Internet Source
1%
8 lib.ui.ac.id
Internet Source
1%
9 dityanurse.blogspot.com
Internet Source
1%
10
docplayer.info
Internet Source
1%
11
ppkdokter2014.blogspot.com
Internet Source
1%
Exclude bibliography Of f
CURICULUM VITAE
Agama : Islam
E-Mail : najmisbah28@gmail.com
No. Hp : 085364062028
Riwayat Pendidikan :
2017-sekarang
104