Analisa Investasi wajib dilakukan dalam proses pengambilan keputusan investasi. Analisa
investasi dapat dimulai dari ruang lingkup yang paling luas, yaitu kondisi ekonomi global,
hingga mengerucut ke kondisi ekonomi salah satu emiten yang terdapat di bursa. Sebaliknya,
analisa investasi juga dapat dimulai dari menilai kinerja keuangan emiten kemudian
dibandingkan dengan kinjerja emiten lain dalam sektor yang sama, penting untuk diketahui
fase business cycle sektor tersebut, barulah selanjutnya memperhatikan kondisi ekonomi
domestik, dan kondisi ekonomi global.
Pendahuluan
Investasi merupakan suatu pengeluaran modal saat ini untuk megharapkan pengembalian
atau hasil pada masa yang akan datang. Keputusan atas suatu investasi pada umumnya
didasarkan pada pertimbangan investor terhadap besarnya return (pengembalian) yang
diharapkan serta risiko yang diperkirakan akan dihadapi. Hubungan antara risiko dengan return
bersifat positif artinya apabila risiko tinggi maka return yang diharapkan juga akan tinggi.
Sebagai ilustrasi, apabila seorang detektif memiliki misi untuk membongkar suatu sindikat
perampokan maka besarnya bayaran yang ditawarkan bergantung besarnya risiko yang akan
dihadapi dalam menjalankan tugas.
Analisis investasi (investment analysis) dimaksudkan sebagai upaya untuk memperkirakan
prospek suatu investasi di masa yang akan datang. Analisis ini sangat diperlukan dengan
pertimbangan bahwa kondisi investasi masa yang akan datang bersifat tidak pasti (uncertainty).
Hasil analisis investasi ini akan menjadi pertimbangan bagi para investor dalam mengambil
keputusan atas investasinya. Analisis investasi meliputi analisis fundamental, analisis teknikal,
model-model valuasi investasi, serta model-model keseimbangan dalam menilai investasi.
Pada pembahasan analisis investasi ini, penulis lebih banyak mengungkapkan teori hasil
kompilasi dari beberapa pakar serta hasil penelitian, baik yang dilaksanakan di dalam negeri
(Indonesia) maupun di luar negeri.
Kerangka Pembahasan
Copeland, Weston, dan Shastri (2005) mengemukakan beberapa faktor yang menentukan
harga sekuritas adalah transaksi perdagangan (permintaan dan penawaran) antar investor yang
secara garis besar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu pilihan waktu untuk melakukan investasi
dan produktivitas investasi dalam menghasilkan return, ekspektasi investor mengenai keadaan
masa yang akan datang, serta sikap investor terhadap risiko.
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran dana saat ini untuk mengharapkan
pengembalian (hasil) pada masa yang akan datang, baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Berbagai pilihan investasi akan dihadapi oleh para investor, baik investor individu
maupun investor kelompok. Berdasarkan bentuknya, investasi dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu:
a. Investasi pada sektor riil, seperti peralatan, properti, dll.
b. Investasi pada sektor finansial, baik instrumen investasi pada pasar uang maupun instrumen
investasi pada pasar modal, seperti obligasi dan saham maupun derivatifnya.
Berdasarkan analisis faktor risiko yang kemudian menentukan return saham tersebut akan
menjadi pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan. Keputusan investor
merupakan perwujudan dari suatu perilaku atas respon investor dari berbagai faktor yang
mempengaruhi iklim investasinya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan investor atas
keputusan investasinya adalah ekspektasi terhadap return dan risiko.
Beberapa konsep dasar yang diperlukan dalam melakukan analisis fundamental adalah:
1. Return investasi individual
Tujuan utama suatu kegiatan investasi adalah untuk menghasilkan return (hasil)
sebagaimana dikemukakan oleh Penman (2003) bahwa “The objective of investing is to earn
returns, and the objective of fundamental analysis is to forecast and value this returns”. Pada
dasarnya seluruh jenis investasi mempunyai return yang sama yaitu berupa net cash inflow
yang dihasilkan dari kegiatan investasi. Namun komponen pembentuk return akan berbeda bagi
setiap jenis investasi. Return dapat diartikan sebagai hasil atau pengembalian dari investasi
berupa pendapatan bunga, pendapatan dividen, capital gain, dll. Fischer dan Jordan (1995)
mengemukakan bahwa “ Return is the motivating force and the principal reward in the
investment process, and it is the key method available to investors in comparing alternative
investments”.
Bagi investasi riil, return berupa net cash flow yang dihasilkan dari aktivitas operasi atas
proyek investasi; bagi investasi obligasi akan menghasilkan return berupa pendapatan bunga
atas obligasi (bond yield); sedangkan bagi investasi saham akan menghasilkan return berupa
pendapatan dividen (dividend yield) dan pendapatan dari selisih harga (capital gain).
Jadi total return suatu investasi aktiva finansial dapat dihitung secara matematis: Return =
Hasil + Perubahan harga. Menurut Salomon Brothers (1989) dalam Elton dkk (2007) bahwa
terdapat tujuh variabel yang dapat mempengaruhi return sekuritas yaitu: (1) pertumbuhan
ekonomi, (2) siklus bisnis, (3) tingkat suku bunga jangka panjang, (4) tingkat suku bunga
jangka pendek, (5) inflasi, (6) kurs mata uang, dan (7) indeks pasar.
Return dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu return ekspektasi dan return aktual.
Menurut Rose, Westerfield, dan Jaffe (2010) bahwa “Expected return is the return that an
individual expects a stock to earn over the next period”. Untuk mengukur besarnya return
saham aktual digunakan rumus (Jogiyanto, 2008) sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan
10.1.
Keterangan:
Rit = Return individual realisasi pada periode t
Pt = Harga saham pada periode t
Pt-1 = Return individual realisasi pada periode t-1
Dt = Dividen pada periode t
Untuk menjelaskan penghitungan return saham di atas, sebagai ilustrasi digunakan data harga
pasar saham dan pembayaran dividen PT United Tractors Tbk di Bursa Efek Indonesia
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 10.1.
Tabel 10.1. Harga pasar saham, pembayaran dividen, dan return saham PT United Tractors Tbk
Harga pasar Pembayaran Capital Dividend Return
Tahun
(Rp) dividen*) (Rp) gain (%) yield (%) saham (%)
2005 5.400 0
2006 7.550 0 39,81 0 39,81
2007 10.900 0 44,37 0 44,37
2008 4.400 0 (59,63) 0 (59,63)
2009 15.500 0 252,27 0 252,27
Sumber: Fact book Bursa Efek Indonesia
Keterangan *) Asumsi penulis
Berdasarkan Tabel 10.1 di atas menunjukkan bahwa harga pasar saham PT United Tractors
Tbk sangat fluktuatif. Apabila diasumsikan tidak ada pembayaran dividen maka return saham
aktual sama dengan capital gain yang ditunjukkan pada kolom return saham. Nilai return saham
akan berfluktuasi sejalan dengan harga pasar saham.
2. Risiko investasi
Risiko dapat diartikan sebagai variabilitas return terhadap return yang diharapkan. Hal ini
sejalan dengan pernyataan Jones (2007) bahwa “Risk is defined here as the chance that the
actual return on an investment will be different from its expected return”. Apa yang
menyebabkan timbulnya risiko bagi aktiva finansial? Menurut Jones (2007) terdapat delapan
faktor yang dapat menyebabkan timbulnya risiko bagi suatu aktiva finansial, yaitu: (1) risiko
tingkat suku bunga, (2) risiko pasar, (3) risiko inflasi, (4) risiko bisnis, (5) risiko finansial, (6)
risiko likuiditas, (7) risiko nilai tukar, (8) risiko Negara.
Untuk menjelaskan penghitungan return pasar di atas, sebagai ilustrasi digunakan data indeks
harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia sebagaimana ditunjukkan pada Tabel
10.2.
Tabel 10.2. Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia
Tahun IHSG Return Pasar (%)
2001 392
2002 425 8,39
2003 679 59,86
2004 1.000 47,24
2005 1.163 16,24
2006 1.806 55,34
2007 2.746 52,05
2008 1.355 -50,66
2009 2.534 87,01
Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan Tabel 10.2 di atas menunjukkan return pasar saham di Indoensia mengalami
fluktuasi. Nilai return pasar akan berfluktuasi sejalan dengan fluktuasi indeks harga saham
gabungan. Fluktuasi return pasar juga dapat dilihat pada Gambar 10.1.
Sedangkan risiko pasar menunjukkan risiko yang timbul karena adanya pengaruh faktor
pasar yang tidak dapat dihilangkan dengan cara diversifikasi investasi.
Untuk menghitung besarnya risiko pasar digunakan rumus varians return pasar (Jogiyanto,
2008) sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 10.3.
Keterangan:
M2 = varians pasar (tingkat risiko pasar)
i2 = Varians saham individual (risiko saham individual)
ei2 = Varians residual saham individual
i2 = Beta kuadrat
5. Beta Saham
Risiko yang relevan dalam permasalahan investasi saham adalah risiko yang tidak dapat
dihilangkan sama sekali atau risiko sistematisnya, sehingga dalam hal ini risiko yang
diperhitungkan adalah risiko sistematis yang diukur dengan beta. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan oleh Jogiyanto (2008) bahwa beta adalah pengukur risiko sistematis dari suatu
saham atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Menurut Elton, gruber, Brown, dan
Goetzmann (2007) bahwa “Beta is risk measure that arises from the relationship between the
return on a stock, and the return on the market”.
Pada umumnya, ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung beta, yaitu:
1) Menurut Elton, Gruber, Brown, dan Goetzmann (2007) untuk mengestimasi beta dapat
digunakan pendekatan pasar atau Model Indeks Tunggal dengan menggunakan teknik statistik
regresi. Rumus yang digunakan sebagaimana ditunjukkan pada Persamaan 10.4.
Keterangan:
Rit = Return saham I pada periode t
Rmt = Return saham pada periode t
i = Konstanta (unique return)
i = Beta saham
it = Residual error saham i pada periode t.
2) Menurut Radcliffe (1997) untuk mengestimasi beta dapat dilakukan dengan mengukur
volatilitas antara return suatu saham dengan return pasar. Rumus yang digunakan sebagaimana
ditunjukkan pada Persamaan 10.5.
Keterangan:
i = Beta saham
im = Covarians antara return saham i dengan return pasar
m2 = Varians pasar
Rm = Return pasar pada periode t
Ri = Return saham i pada periode t.
Menurut Rose, Westerfield, dan Jaffe (2010) bahwa “Variance and standard deviation are
many ways to assess the volatility of a security’s return. One of the most common is variance,
which is a measure of the squared deviations of a security’s return from its expected return”.
Selanjutnya, Rose, Westerfield, dan Jaffe (2010) bahwa “Covariance and Correlation is a
return on individual securities are related to one another”.
Menurut Jogiyanto (2008) bahwa Beta untuk portofolio pasar adalah bernilai 1. Suatu sekuritas
yang mempunyai Beta lebih kecil dari 1 dikatakan berisiko lebih kecil dari risiko portofolio
pasar. Sebaliknya, suatu sekuritas yang mempunyai nilai Beta lebih besar dari 1 dikatakan
dikatakan mempunyai risiko sistematik yang lebih besar dari risiko pasar. Jika suatu sekuritas
mempunyai Beta sama dengan Beta portofolio pasar atau sama dengan 1, maka diharapkan
sekuritas ini mempunyai return ekspektasi yang sama dengan return ekspektasi portofolio pasar
atau E(RM). Untuk sekuritas individual yang mempunyai Beta lebih kecil (besar) dari satu,
maka diharapkan akan mendapatkan return ekspektasi lebih kecil (besar) dibandingkan dengan
return ekspektasi portofolio pasar.
Berdasarkan kerangka pada Gambar 10.2 di atas menunjukkan bahwa analisis fundamental
meliputi:
1. Analisis faktor-faktor makro ekonomi
Faktor-faktor fundamental ekonomi merupakan variabel-variabel makroekonomi dan
industri yang menjadi indikator kinerja perekonomian yang dicapai oleh suatu negara. Variabel
ini menggambarkan fundamental ekonomi suatu negara. Faktor-faktor fundamental ekonomi
dipandang dalam konteks lingkungan ekonomi dari suatu sistem bisnis. Pasar modal sebagai
suatu sistem bisnis tentunya akan mendapat pengaruh dari lingkungan ekonominya.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel Inflasi merupakan salah
satu indikator perekonomian suatu negara. Inflasi berpengaruh terhadap daya beli masyarakat
sehingga juga berpengaruh terhadap pendapatan riil masyarakat. Semakin tinggi Inflasi suatu
negara maka semakin rendah daya beli (purchasing power) masyarakat sehingga pendapatan
riil juga menurun. Daya beli masyarakat akan berpengaruh terhadap permintaan (demand)
barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sebagai emiten. Semakin tinggi daya beli
masyarakat maka semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa. Permintaan akan
berpengaruh terhadap pendapatan produsen. Artinya semakin tinggi permintaan suatu produsen
maka akan semakin tinggi pula pendapatan produsen tersebut. Dan pada akhirnya apabila
pendapatan meningkat maka cenderung diikuti pula peningkatan laba. Selanjutnya, para
investor akan merespon kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap nilai suatu
sekuritas. Apabila para investor merespon positif terhadap kinerja emiten maka nilai sekuritas
yang diterbitkan emiten tersebut cenderung meningkat. Demikian pula sebaliknya, apabila para
investor merespon negatif maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten tersebut cenderung
menurun.
4) Pendapatan Nasional
Pendapatan nasional (national income) merupakan salah satu indikator kinerja
perekonomian yang dicapai oleh suatu Negara. Pendapatan nasional dapat memberikan
pengaruh terhadap iklim berinvestasi, termasuk iklim berinvestasi di pasar modal. Salah satu
konsep pengukuran pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (gross domestic
product).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel PDB merupakan salah
satu indikator perekonomian suatu negara. Apabila PDB suatu negara mengalami peningkatan
maka perekonomian negara tersebut mengalami kemajuan. PDB berpengaruh terhadap daya
beli masyarakat. Semakin tinggi PDB suatu negara maka semakin tinggi pula daya beli
(purchasing power) masyarakat. Daya beli masyarakat akan berpengaruh terhadap permintaan
(demand) barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sebagai emiten. Semakin tinggi daya
beli masyarakat maka semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa. Permintaan akan
berpengaruh terhadap pendapatan produsen. Artinya semakin tinggi permintaan suatu produsen
maka akan semakin tinggi pula pendapatan produsen tersebut. Dan pada akhirnya apabila
pendapatan meningkat maka cenderung diikuti pula peningkatan laba. Selanjutnya, para
investor akan merespon kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap nilai suatu
sekuritas. Apabila para investor merespon positif terhadap kinerja emiten maka nilai sekuritas
yang diterbitkan emiten tersebut cenderung meningkat. Demikian pula sebaliknya, apabila para
investor merespon negatif maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten tersebut cenderung
menurun.
6) Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran (balance of payment) merupakan salah satu indikator makroekonomi
yang menunjukkan perimbangan antara arus dana masuk dari luar negeri ke dalam negeri
dengan arus dana keluar dari dalam negeri ke luar negeri. Neraca pembayaran dapat
mempengaruhi aktivitas perekonomian suatu Negara karena akan menentukan cadangan
devisa. Komponen utama dari neraca pembayaran adalah transaksi berjalan (neraca
perdagangan) yang merupakan perimbangan ekspor dan impor. Apabila neraca perdagangan
dalam kondisi defisit maka neraca pembayaran juga akan cenderung defisit kecuali dapat
ditutupi oleh transaksi modal. Hal ini yang akan mempengaruhi kegiatan perekonomian
sehingga akan berpengaruh terhadap iklim investasi, baik pada sektor riil maupun sektor
keuangan.
8) Pengangguran
Pengangguran (unemployment) merupakan suatu keadaan dimana angkatan kerja tidak
mendapatkan pekerjaan. Pengangguran juga merupakan salah satu indikator perekonomian
suatu negara. Pengangguran akan mengakibatkan pendapatan masyarakat berkurang serta
cenderung terjadi ketidakstabilan keamanan dalam suatu negara. Apabila Tingkat
Pengangguran dalam suatu negara mengalami peningkatan maka perekonomian negara
tersebut mengalami penurunan. Pengangguran berpengaruh terhadap daya beli masyarakat.
Semakin tinggi Tingkat Pengangguran dalam suatu negara maka semakin rendah pula daya beli
(purchasing power) masyarakat. Daya beli masyarakat akan berpengaruh terhadap permintaan
(demand) barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen sebagai emiten. Semakin rendah daya
beli masyarakat maka semakin rendah pula permintaan barang dan jasa. Permintaan akan
berpengaruh terhadap pendapatan produsen. Artinya semakin rendah permintaan suatu
produsen maka akan semakin rendah pula pendapatan produsen tersebut. Dan pada akhirnya
apabila pendapatan menurun maka cenderung diikuti pula penurunan laba. Selanjutnya, para
investor akan merespon kondisi tersebut sehingga akan berpengaruh terhadap nilai suatu
sekuritas. Apabila para investor merespon negatif terhadap kinerja emiten maka nilai sekuritas
yang diterbitkan emiten tersebut cenderung menurun. Demikian pula sebaliknya, apabila para
investor merespon positif maka nilai sekuritas yang diterbitkan emiten tersebut cenderung
meningkat.
Secara grafis hubungan antara variabel-variabel makroekonomi terhadap nilai suatu sekuritas
ditunjukkan pada Gambar 10.3.
Gambar 10.3. Hubungan antara variabel-variabel makroekonomi terhadap nilai pasar sekuritas
2. Analisis industri
Industri dapat diartikan sebagai kelompok perusahaan yang sejenis. Analisis terhadap suatu
industri diperlukan dengan pertimbangan bahwa setiap industri memiliki karakteristik yang
berbeda sehingga memberikan dampak risiko yang berbeda terhadap investasi saham pada
pasar saham. Dengan demikian berarti bahwa setiap jenis industri pada waktu yang bersamaan
akan memberikan tingkat return yang berbeda.
Pada setiap pasar modal di setiap negara telah melakukan pengklasifikasian berdasarkan
jenis-jenis industri. Misalnya, Bursa Efek Indonesia telah mengklasifikasi emiten ke dalam
sembilan sektor industri.
Di samping itu, analsis terhadap karakteristik industri dapat dibedakan dari kinerja masing-
masing industri yang dapat diukur dengan beberapa faktor antara lain: (1) Return on equity, (2)
Earnings per share, (3) Industry’s operating profit margin, (4) Price earnings ratio, (5)
Price/book value ratio, (6) Price/cash flow ratio, dan (7) Price/sales ratio.
Hasil-hasil penelitian terdahulu tentang hubungan antara return saham dengan faktor-faktor
industri adalah sebagai berikut:
1) Bauer, Pavlov, dan Schotman (2004) telah meneliti tentang prediksibilitas return saham
berdasarkan data panel saham-saham individual kaitannya dengan pengaruh karakteristik
industri. Hasil penelitiannya menemukan bahwa efek industri signifikan yang diindikasikan
oleh ukuran (size) dan momentum. Selanjutnya, mereka menemukan bahwa return ekspektasi
pada umumnya berkaitan dengan cash flow-to-price ratio dan analyst earnings revisions
sebagai momentum.
2) Hou dan Robinson (2006) telah meneliti tentang konsentrasi industri kaitannya dengan return
saham. Pada penelitian ini, mereka mengkaji beberapa faktor fundamental perusahaan yang
mempengaruhi return saham antara lain: size, book-to-market, dan momentum. Hasil
penelitiannya menyimpulkan bahwa perusahaan yang berada dalam industri yang semakin
terkonsentrasi akan menghasilkan return yang lebih rendah.
3) Chan, Lakonishok, dan Swaminathan (2007) telah meneliti tentang klasifikasi industri dengan
pergerakan return saham pada pasar modal Amerika Serikat. Hasil penelitiannya
menyimpulkan bahwa industri dapat berpengaruh terhadap volatilitas return saham
sebagaimana menyatakan bahwa “their common response to industry effects may be drowned
out by the higher volatility in small stock returns.”
3. Analisis perusahaan
Faktor-faktor fundamental perusahaan ditunjukkan oleh kinerja keuangan dan keputusan-
keputusan penting pada fungsi keuangan perusahaan yang merupakan indikator kinerja
manajemen perusahaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan perusahaan adalah emiten-
emiten yang terdaftar pada Bursa Efek. Analisis terhadap kinerja keuangan emiten dapat
dilakukan melalui analisis terhadap laporan keuangan sedangkan analisis terhadap keputusan-
keputusan strategis di bidang keuangan adalah keputusan-keputusan yang berimplikasi jangka
panjang di bidang keuangan.
Analisis terhadap laporan keuangan merupakan metode yang digunakan para pengguna
untuk mencari informasi guna menjawab pertanyaannya tentang perusahaan (Penman, 2003).
Analisis terhadap kinerja keuangan emiten menggambarkan kekuatan dan kelemahan aspek
finansial suatu perusahaan sehingga akan merefleksikan suatu risiko bagi suatu perusahaan.
Analisis terhadap kinerja keuangan emiten dapat dikelompokkan ke dalam lima bagian
yaitu: (1) Analisis Likuiditas, (2) Analisis Solvabilitas, (3) Analisis Profitabilitas, (4) Analisis
Pertumbuhan Perusahaan, dan (5) Analisis Nilai Tambah. Sebagian besar analisis ini telah
dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Untuk menggambarkan pola pergerakan harga-harga saham dalam trend primer dapat
ditemukan dua kondisi, yaitu:
a. Pasar dalam kondisi bergairah (bull market = bullish) yaitu ketika pergerakan harga-
harga saham cenderung untuk naik.
b. Pasar dalam kondisi lesu (bear market = bearish) yaitu ketika pergerakan harga-harga
saham cenderung menurun.
2. Metode Grafik
Teknik lain untuk menggambarkan pergerakan harga pasar saham adalah dengan menyusun
grafik dari pergerakan harga saham secara individual selama waktu tertentu. Metode grafik
dapat berupa diagram batang (bar chart) atau diagram kombinasi angka dan gambar (point-
and-figure chart).
4. Analisis kecenderungan
Analisis kecenderungan dapat digunakan untuk meramal harga saham secara time-series
dengan asumsi bahwa fluktuasi harga saham tidak dipengaruhi faktor-faktor lain, selain karena
pengaruh waktu.
5. Analisis regresi
Metode regresi dapat digunakan untuk meramalkan harga pasar saham pada masa yang akan
datang dengan asumsi bahwa fluktuasi harga saham dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Apabila hanya satu faktor yang mempengaruhi dapat digunakan regresi sederhana dan apabila
lebih dari satu faktor dapat digunakan regresi berganda.
Penilaian terhadap sekuritas jangka panjang dapat ditinjau dari tiga konsep, yaitu:
1. Nilai Buku (Book Value/BV)
Nilai buku merupakan nilai historis dari suatu aktiva. Nilai buku dari suatu aktiva sekuritas
adalah nilai perolehan sekuritas tersebut.
2. Nilai Pasar (Market Value/MV)
Nilai pasar merupakan nilai aktiva berdasarkan mekanisme pasar (permintaan dan penawaran)
pasar. Semakin tinggi permintaan pasar maka semakin tinggi nilai aktiva tersebut. Sebaliknya,
semakin tinggi penawaran pasar maka semakin rendah nilai aktiva tersebut.
3. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value/IV)
Nilai intrinsik suatu aktiva sekuritas merupakan harga sekuritas yang seharusnya jika dihargai
secara benar berdasarkan faktor-faktor penunjangnya.
Penilaian terhadap sekuritas jangka panjang diperlukan baik oleh emiten maupun
investor. Bagi emiten, penilaian terhadap sekuritas diperlukan untuk mengestimasi respon
investor terhadap sekuritas yang diterbitkan sedangkan bagi investor berguna untuk
mengestimasi prospek keuntungan yang akan diperoleh investor. Secara umum, penilaian
terhadap sekuritas dilakukan untuk mengukur besarnya nilai intrinsik (nilai sebenarnya) atas
suatu sekuritas yang kemudian akan dibandingkan dengan harga pasar sekuritas tersebut.
Apabila hasil perhitungan nilai intrinsik dibandingkan dengan nilai pasar maka akan ditemukan
tiga kemungkinan, yaitu:
1. Nilai intrinsik lebih besar dari nilai pasar
Apabila nilai intrinsik suatu sekuritas lebih besar dari nilai pasarnya maka sekuritas tersebut
dalam keadaan undervalued. Jadi sebaiknya current investor menahan sekuritas tersebut
sedangkan bagi potential investor sebaiknya membeli sekuritas tersebut. Hal ini dilakukan
untuk mencapai keuntungan yang lebih besar.
2. Nilai intrinsik sama dengan nilai pasar
Apabila nilai intrinsik suatu sekuritas sama dengan nilai pasarnya maka keputusan bagi
investor besifat relatif (fifty-fifty). Sebenarnya keadaan seperti ini sangat sulit ditemukan.
3. Nilai intrinsik lebih kecil dari nilai pasar
Apabila nilai intrinsik suatu sekuritas lebih kecil dari nilai pasarnya maka sekuritas tersebut
dalam keadaan overvalued. Jadi sebaiknya current investor melepas sekuritas tersebut
sedangkan bagi potential investor sebaiknya tidak membeli sekuritas tersebut. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Perhitungan present value dan future value didasarkan atas dua jenis bunga, yaitu bunga
sederhana (simple interest) dan bunga majemuk (compound interest). Bunga sederhana adalah
bunga yang dibayar atau diterima berdasarkan jumlah modal awal sedangkan bunga majemuk
adalah bunga yang dibayar atau diterima berdasarkan bunga sebelumnya yang dibayar atau
diterima.
1. Nilai Sekarang (Present Value/PV)
Penilaian atas Present Value dibedakan berdasarkan kedua jenis bunga di atas:
) Bunga Sederhana
) Bunga Manjemuk
) Bunga Majemuk
Keterangan:
P = nilai per lembar saham
D = deviden per lembar saham
k = rate of return
g = tingkat pertumbuhan
Untuk menghitung nilai saham biasa dengan Model Discounted Cash Flow dapat digunakan
Persamaan 10.22 sebagai berikut:
Perkiraan harga saham yang akan dijual pada satu periode yang akan datang dapat dihitung
dengan Persamaan 10.23 sebagai berikut:
Jadi pada akhirnya nilai saham dapat dihitung dengan Persamaan 10.24 sebagai berikut:
3) Cross-Sectional Model
Model ini merupakan analisis yang dilakukan terhadap banyak saham untuk periode waktu
yang sama. Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui bagaimana posisi suatu saham
terhadap saham-saham lainnya dengan menggunakan variabel tertentu.
Selanjutnya Elton & Gruber menganalisis model Cross-Sectional pada kondisi pasar modal
bullish (membaik) dan bearish (memburuk). Pada kondisi bullish, model satu variabel
sebagaimana dirumuskan pada Persamaan 10.27 sebagai berikut:
Sedangkan pada kondisi bearish dirumuskan pada Persamaan 10.28 sebagai berikut:
Apabila suatu saham mempunyai PER yang ditawarkan lebih rendah dari PER yang diharapkan
(diperkirakan), maka saham tersebut potensi untuk dibel. Sedangkan apabila menawarkan PER
yang lebih tinggi dari PER yang diharapkan, maka saham tersebut potensi untuk dilakukan
short selling.
Apabila suatu saham menawarkan ”r” yang lebih rendah dari ”r” yang diharapkan, maka
sebaiknya saham tersebut dijual karena dinilai kurang cukup untuk menutupi risiko yang
diterima atau memperoleh Excess return negatif. Sebaliknya, apabila suatu saham menawarkan
”r” lebih tinggi dari ”r” yang diharapkan, maka sebaiknya saham tersebut dibeli karena
memperoleh Excess return positif.
Pada dasarnya Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil pengembangan
teori ilmu ekonomi keuangan modern untuk memprediksi hubungan antara risiko suatu aktiva
dan return (keuntungan) yang diharapkan.
1. Garis pasar modal
Garis pasar modal (GPM) atau capital market line (CML) merupakan gambaran tentang
hubungan risiko dan return pada pasar yang seimbang untuk portofolio-portofolio yang efisien
(Eduardus Tandelilin, 2010). Rumus yang digunakan sebagaimana ditunjukkan pada
Persamaan 10.30.
Secara grafis Security Market Line (SML) atau Garis Pasar Sekuritas (GPS) ditunjukkan
pada Gambar 10.5.
Ringkasan
Analisis investasi merupakan suatu cara untuk mengestimasi nilai investasi pada masa yang
akan datang. Salah satu jenis investasi yang perlu dianalisis adalah investasi pada pasar modal,
berupa saham, obligasi, atau derivatifnya. Ketiga jenis sekuritas ini merupakan jenis investasi
yang berisiko, terutama saham dan derivatif. Oleh karena itu, analisis investasi pada pasar
modal difokuskan pada penentuan risiko dan return.
Berbagai pendekatan yang dapat digunakan dalam menganalisis investasi pada pasar modal
adalah: analisis fundamental, analisis teknikal, penggunaan model-model penilaian sekuritas,
serta penggunaan model-model keseimbangan, seperti capital asset pricing model (CAPM).
Analisis fundamental merupakan analisis yang dilakukan secara top-down yang
mengasumsikan bahwa return sekuritas dipengaruhi oleh berbagai faktor fundamental, seperti
faktor makroekonomi, faktor industri, dan faktor kinerja perusahaan. Analisis teknikal
mengasumsikan bahwa return sekuritas masa yang akan datang bergantung pada pola
pergerakan return pada periode sebelumnya. Penggunaan model-model penilaian sekuritas
adalah untuk menentukan nilai instrinsik berdasarkan arus kas dengan menggunakan konsep
nilai sekarang dan nilai akan datang. Penggunaan model-model keseimbangan adalah untuk
menentukan hubungan antara risiko dengan return sekuritas.