net/publication/339616949
CITATIONS READS
0 2,292
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Hajar Ahmad Santoso on 02 March 2020.
Penelitian adalah suatu proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
informrmasi untuk memahami suatu masalah (Creswell, 2012). Adapun penelitian dalam
dunia pendidikan adalah langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan dan
menganalisis informasi guna memahami suatu masalah dalam pendidikan. Pada dunia
pendidikan, metode penelitian yang sering digunakan adalah penelitian dengan metode
kuantitatif, metode kualitatif, dan metode campuran. Namun dalam makalah ini hanya
membahas penelitian dengan metode kuantitatif dan penelitian dengan metode kualitatif.
A. Penelitian Dengan Metode Kuantitatif
Penelitian kuantitatif terbagi menjadi dua jenis, yaitu penelitian eksperimental dan
menelitian non-eksperimental atau biasa dikenal dengan penelitian survey (Creswll, 2008).
Penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui apakah pemberian perlakuan
tertentu pada subjek dapat mempengaruhi hasil penelitian. Hal ini dilakukan dengan
cara memberi perlakuan khusus kepada suatu kelompok dan tidak memberikan
perlakuan khusus pada kelompok lainnya, kemudian diberikan tes dan
membandingkan hasil dari keduanya (Keppel, 1991).
Penelitian non-eksperimental memberikan dekripsi mengenai data kuantitatif, sikap,
opini populasi dengan mempelajari populasi tersebut. Penelitian ini termasuk
penelitian cross-sectional dan studi longitudinal menggunakan kuisioner atau
wawancara terstruktur untuk pengumpulan data, dengan menggeneralisasi dari sampel
ke populasi (Babbie, 1990).
Variabel pada penelitian kuantitatif menurut (Creswell, 2007) antara lain:
Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan
pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia (Frankel,
2012). Pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci oleh karena itu peneliti
harus mempunyai wawasan yang luas dalam merumuskan pertanyaan guna memperoleh
informasi yang diinginkan dari subjek penelitian.
i. Jenis Pendekatan Penelitian dengan Metode Kualitatif
Dalam penelitian kualitatif, jumlah dan jenis pendekatan menjadi semakin lebih jelas
selama tahun 1990-an dan ke abad ke-21, yaitu :
1. Etnografi
2. Teori grounded
3. Studi Kasus
4. Penelitian Fenomologis
5. Penelitian Naratif
ii. Karateristik Penelitian Kualitatif
Adapun karateristik utama dari penelitian kuantitatif (Cresswell,2012) adalah:
Adapun perbedaan dari penelitian dengan metode kuantitatif dan penelitian dengan
metode kuantitatif(Frankel, 2012) dijabarkan dalam tabel dibawah ini:
Presentasi 2.
Ketika seorang peneliti melakukan penelitian, ada 6 tahap dalam proses penelitian, yaitu :
1. Mengidentifikasi masalah penelitian
2. Meninjau literatur
3. Menentukan tujuan untuk penelitian
4. Mengumpulkan data
5. Menganalisa dan menafsirkan data
6. Melaporkan dan mengevaluasi penelitian
Presentasi 3.
A. Masalah penelitian
Salah satu aspek yang yang menantang dalam melakukan suatu penelitian adalah
mengidentifikasi masalah yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian. Beberapa penelti
biasanya tidak memberi penjelasan yang cukup mengapa mereka melakukan suatu penelitian.
Akan tetapi, tidak semua peneliti melakukan hal demikian, biasanya peneliti hanya terfokus
pada masalah yang terjadi disekitar mereka secara spontan. Masalah penelitian itu sendiri di
definisikan sebagai suatu masalah yang terjadi disekitar kita, hal tersebut dapat berupa
masalah pendidikan, kekerasan yang dilakukan oleh siswa di dalam kelas, atau masalah yang
mengarahkan pada kebutuhan untuk dilakukan penelitian, seperti penelitian tindakan kelas.
Untuk memahami masalah penelitian, ada beberapa perbedaan dari bagian lain dalam
penelitian, seperti masalah penelitian berbeda dengan topik penelitian, tujuan atau maksud
dari penelitian, dan pertanyaan penelitian. Hal tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Topik penelitian adalah inti dari materi yang dibahas oleh dalam penelitian.
masalah penelitian adalah masalah pendidikan secara umum, kepentingan terhadap
suatu topik, atau suatu perdebatan yang dibahas dalam penelitian.
Tujuan adalah maksud utama atau sasaran penelitian yang digunakan untuk mengatasi
masalah tersebut.
Pertanyaan penelitian mengarahkan tujuan menjadi pertanyaan spesifik dimana
peneliti ingin menjawab atau membahas penelitian ini.
General
“In this research, those errors will be analyzed by Newman's Error Analysis (NEA).
Newman identified five errors types in solving written mathematical tasks. They are
reading, comprehension, transformation, process skills, and encoding errors [11]. While,
regarding the types of errors, Soedjadi [12] associated errors with mathematical object
and classified them as fact, concept, principle, and operation errors. However, Mercer
and Mercer [8] divide the types of errors into four categories, namely wrong operation,
obvious computational error,defective algorithm, and random response. From the two
opinions above, the types of errors used in this research are concept, principle, algorithm,
counting, and random response errors. The findings of this research can be used as
reference for mathematics teachers, especially who teach in inclusion classes to find
alternative solutions to improve teaching and learning activities..”
HOTS dalam jurnal yang berjudul “Analisis Hots (High Order Thinking Skills) Pada Soal
Objektif Tes Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips)” oleh Yuniar
Menurut Presseisen (dalam Devi, 2011) menyatakan bahwa “HOTS (High Order
Thinking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir
kreatif”. Yang lebih ditekankan di sini yaitu dalam kelompok berpikir kritis.
Open Ended problem dalam jurnal yang berjudul “Peningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metakognitif” oleh Fasha.
Branca (1980) dan Demirciog˘lu, Argu¨n, dan Bulut (2010) menjelaskan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika,
bahkan sebagai jantungnya matematika. Pemecahan masalah dalam matematika pada
hakekatnya merupakan proses berpikir tingkat tinggi. Pemecahan masalah dalam
pengajaran matematika adalah penyelesaian terhadap soal-soal non rutin dengan
menggunakan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan (Lisa, 2012). Soal nonrutin
yaitu bentuk soal yang penyelesaiannya memerlukan tahapan berpikir lebih lanjut karena
tidak memiliki prosedur yang jelas. Soal non rutin ini disajikan kedalam situasi baru
yang jarang dijumpai siswa sebelumnya sehingga diharapkan dapat menggunakan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Polya (1973) dan Motter (2010) mengemukakan empat langkah pemecahan masalah,
yaitu memahami masalah, membuat atau menyusun rencana penyelesaian, melakukan
perhitungan, dan memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah diperoleh sebelumnya.
Definisi slow learner dalam jurnal yang berjudul “Slow Learner Errors Analysis in Solving
Fractions Problems in Inclusive Junior High School Class” oleh Novitasari.
“Slow learners are student who has the ability to think below average of their age
peers. It does not mean they can not develop the potential that exists within them. It is
just slow learner needs more efforts to understand a concept that had been mastered by
the majority of class. That is accordance with Ruhela's opinion [10] which reveals that
the slow learner has below average cognitive abilities of their age mates and who
struggle to cope with the traditional academic demands of the regular classroom. The
slow learner intelligence level is between 71 and 89 [3]. However, Chauhan [4] argues
that the slow learner has an IQ of between 76 and 89, while Malik [7] describes slow
learner IQ being between 70 and 90. From some of the above expert opinions it can be
concluded that the slow learner has a level of intelligence between 71 and 89. Their level
of intelligence is too high to be considered a child with mental retardation and is too low
to be considered a their age mates. In general, a slow learner is a child who has
intellectual potential below average but not included as mental retardation. Therefore, a
slow learner is a child labeled as borderline mentally retarded, and they are slower to
grasp whatever is being taught if it involves abstract or conceptual symbols in the subject
matter that should be within easy reach of most children their age [7]. Thus, these slow
learning characteristics are the unique characteristics of the slow learner, so they take
longer to learn than their peers.”
HOTS dalam jurnal yang berjudul “Analisis Hots (High Order Thinking Skills) Pada Soal
Objektif Tes Dalam Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Ips)” oleh Yuniar
Menurut Presseisen (dalam Devi, 2011) menyatakan bahwa “HOTS (High Order
Thinking Skills) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat
kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir
kreatif”. Yang lebih ditekankan di sini yaitu dalam kelompok berpikir kritis.
Pemecahan masalah dalam jurnal yang berjudul “Peningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Dan Berpikir Kritis Matematis Siswa Melalui Pendekatan Metakognitif” oleh Fasha.
Branca (1980) dan Demirciog˘lu, Argu¨n, dan Bulut (2010) menjelaskan bahwa
kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan umum pembelajaran matematika,
bahkan sebagai jantungnya matematika. Pemecahan masalah dalam matematika pada
hakekatnya merupakan proses berpikir tingkat tinggi. Pemecahan masalah dalam
pengajaran matematika adalah penyelesaian terhadap soal-soal non rutin dengan
menggunakan berbagai konsep, prinsip dan keterampilan (Lisa, 2012). Soal nonrutin
yaitu bentuk soal yang penyelesaiannya memerlukan tahapan berpikir lebih lanjut karena
tidak memiliki prosedur yang jelas. Soal non rutin ini disajikan kedalam situasi baru
yang jarang dijumpai siswa sebelumnya sehingga diharapkan dapat menggunakan
konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Polya (1973) dan Motter (2010) mengemukakan empat langkah pemecahan masalah,
yaitu memahami masalah, membuat atau menyusun rencana penyelesaian, melakukan
perhitungan, dan memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah diperoleh sebelumnya.
Hanya karena suatu masalah itu ada dan peneliti mampu dengan jelas mengidentifikasi
permasalahan, hal itu tidak berarti bahwa seorang peneliti dapat atau harus menyelidiki hal
itu. Seorang peneliti harus meneliti suatu masalah jika penelitian tersebut berpotensi dalam
berkontribusi pada dunia pendidikan atau menambah wawasan mengenai efektifitas suatu
kegiatan. Hal ini akan dibagi menjadi dua, yakni :
1. Dapatkah seorang peneliti memiliki akses dalam melakukan penelitian ?
Untuk melakukan suatu penelitian, seorang peneliti membutuhkan izin untuk memasuki
lokasi yang dijadikan tempat penelitian dan izin untuk melibatkan orang – orang yang
menjadi subjek penelitian. Hal ini biasanya membutuhkan tingkat pendekatan yang
berbeda pada tiap sekolah, seperti pihak tata usaha, kepala sekolah, guru, siswa, dan
orang tua. Disamping itu, akses lain yang lebih penting, yaitu :
1. Waktu.
2. sumber daya.
3. Kemampuan peneliti dalam melakukan penelitian.
Ada 5 cara untuk menilai apakah seorang peneliti harus meneliti suatu masalah:
Salah satu strategi yang bisa digunakan untuk menulis bagian pernyataan dari suatu
masalah adalah dengan membayangkan pernyataan tersebut kedalam 5 paragraf, dengan
setiap paragraf mengandung satu dari kelima aspek penting dalam menulis pernyataan suatu
masalah. Untuk memulainya, pada paragraf pertama mengandung topik yang akan dibahas,
lalu paragraf kedua mengenai masalah penelitian, dan dilanjutkan pembenaran terhadap
pentingnya suatu masalah yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya dan yang sedang
dilakukan, dan seterusnya. Perhatikan bagan dibawah ini.
Topic Wilayah materi yang Examples Peran orang tua dalam akses promosi
akan dibahas PTN untuk siswa yang belum
mendapatkan info
Masalah Masalah yang dibahas Kebutuhan yang diperlukan untukakses
Penelitian yang lebih baik bagi siswa
B. Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah ringkasan tertulis dari artikel jurnal, buku, dan dokumen yang
menggambarkan keadaan informasi di masa lalu dan saat ini mengenai topik suatu penelitian.
Tinjauan pustaka tidak hanya membantu para peneliti dalam mengumpulkan ide-ide orang
lain yang menarik pada pertanyaan penelitian, tetapi juga memungkinkan peneliti untuk
membaca tentang hasil-hasil penelitian yang sudah ada. Tinjauan pustaka juga memberikan
gagasan tentang bidang penelitian lebih lanjut yang perlu dilakukan.
Membenarkan atau
Membenarkan atau mendokumentasikan
Penggunaan mendokumentasikan
kebutuhan untuk penelitian.
literatur pada awal kebutuhan untuk
Memberikan alasan untuk arah penelitian
penelitian penelitian
(mis., Pernyataan tujuan dan pertanyaan
penelitian atau hipotesis)
Mendukung atau
Penggunaan Mengkonfirmasi prediksi sebelumnya dari
memodifikasi temuan
literatur pada akhir literatur
yang ada dalam
penelitian
literatur