Anda di halaman 1dari 2

Tugas

Nama : Ade Khoirul S

NPM : 066117279

1. Apakah yang dimaksud saudara tentang bidang ilmu Farmakognosi.


Farmakognosi sendiri berasal dari kata Pharmakon yang berarti obat dan Gnosis
yang berarti pengetahuan, melalui perkembangan ilmu lebih lanjut, para ahli kimia mulai
memberikan perhatian pada senyawa-senyawa kimia kandungan bahan alam yang di duga
mempunyai khasiat bagi kesehatan.
Farmakognosi adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang bagian-bagian
tanaman atau hewan yang dapat digunakan sebagai obat alami yang telah melewati
berbagai macam uji seperti uji farmakodinamik, uji toksikologi dan uji biofarmasetika.
Farmakognosi ialah sebagai bagian biofarmasi, biokimia dan kimia sintesa
sehingga ruang laingkupnya menjadi luas seperti yang diuraikan dalam definisi Fluckiger.
Sedangkan di Indonesia saat ini untuk praktikum Farmakognosi hanya meliputi segi
pengamatan makroskopis, mikroskopis dan organoleptis yang seharusnya juga mencakup
indentifikasi, isolasi dan pemurnian setiap zat yang terkandung dalam simplisia dan bila
perlu penyelidikan dilanjutkan ke arah sintesa.
- Sejarah Farmakognosi

Dalam sejarah penemuan obat bahan alam di mulai dari pengetahuan manusia akan
khasiat bahan alam bagi kesehatan yang merupakan awal dari berkembangnya
farmakognosi.

Bukti dari hal itu dapat diketahui melalui buku Materia Medika yang diterbitkan
sebelum abad 19 yakni buku pertama yang memuat tentang khasiat dan penggunaan lebih
kurang 600 macam obat dari bahan alam “tanaman, hewan, mineral”.
Sejak saat itu terjadi peningkatan yang pesat terhadap pengetahuan mengenai obat
dari bahan alam sehingga dianggap perlu untuk mengadakan pemisahan disiplin ilmu, oleh
karena itu pada abad 19, materia medika sudah memiliki dua disiplin ilmu yaitu:

• Farmakologi yang mempelajari kerja obat “action of drug”.


• Farmakognosi yang mempelajari segala aspek obat dari alam.

2. Bagaimana sejarah Materia Medika Indonesia


Materia Medica didirikan sejak tahun 1960 oleh almarhum Bapak R.M.Santoso.
Beliau juga merupakan salah satu pendiri Hortus Medicus Tawangmangu yang sekarang
berubah nama menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat
Tradisional (B2P2TO2T) di Tawangmangu. Awal berdirinya Materia Medica didasarkan
hasil pengamatan beliau tentang tanaman obat di Indonesia yang tidak dapat dikoleksi pada
satu daerah saja. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya adaptasi tanaman obat terhadap
lingkungan (iklim).
Pengelolaan kebun percobaan MMB dilakukan oleh Yayasan Farmasi bekerja sama
dengan Dinas Kesehatan Jawa Timur. Namun, Bapak R.M.Santoso meninggal dunia pada
tahun 1963 sebelum kebun percobaan tersebut dapat dikelola dengan sempurna. Sebagai
upaya menjaga kelangsungan pengelolaan kebun percobaan MMB, Dr. Moedarsono
(Inspektur Dinas Kesehatan Jawa Timur) menunjuk R.Suhendro (Kepala Dinas
Perkebunan Rakyat Kabupaten Malang) sebagai pimpinan sementara kebun MMB. Masa
jabatan R.Suhendro berlaku sampai MMB mendapat pimpinan yang baru.
Pada tahun 1964, Ir.N.V.Darmago terpilih sebagai pimpinan baru MMB. Pada
tahun 1970 atas permohonan sendiri NV Darmago, meletakkan jabatan, kemudian selaku
pimpinan Materia Medica Batu dipegang oleh Ir. Wahyu Soeprapto. Pada pertengahan
tahun 1970 terjadi perubahan status kepemilikan Materia Medica dari milik swasta menjadi
milik pemerintah yaitu Dinas Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Timur Direktorat Farmasi
Jawa Timur. Setelah tahun 1978 dengan berfungsinya Direktorat Daerah farmasi Jawa
Timur menjadi Sub Balai Pengawasan Obat dan Makanan (POM), yang sekarang menjadi
Balai Besar POM Surabaya, maka pengelolaan Materia Medica Batu diserahkan kepada
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur hingga sekarang.

Anda mungkin juga menyukai