Anda di halaman 1dari 10

Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

Kalam As-Sayyid Al-Allamah Muhammad bin Alawi Al-Maliki

Nabi Muhammad S.A.W lahir pada hari Senin di bulan Rabi’al Awwal tahun Gajah. Ada yang
mengatakan pada tanggal 2, ada yang mengatakan tanggal 3, dan ada pula yang
mengatakan tanggal 12. pendapat yang terakhir adalah yang paling masyhur di kalangan
ulama.

Hari Senin adalah yang penuh berkah. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad (bin
Hanbal), Ibnu Abbas r.a. berkata,

“Rasulullah S.A.W lahir pada hari Senin. Diangkat sebagai nabi pada hari Senin. Berangkat
hijrah dari Mekkah ke Madinah pada hari Senin. Dan mengangkat Hajar Aswad pada hari Senin
juga.”

Sementara riwayat yang lain mengatakan bahwa beliau lahir dalam keadaan sudah berkhitan
dan tali pusarnya sudah putus.

Pada malam kelahirannya terjadi berbagai keajaiban dan keanehan, antara lain:

- banyak berhala yang jatuh ambruk dari tempatnya berdiri

1 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

- pada saat kelahirannya tampak cahaya terang benderang di cakrawala hingga menyinari
istana-istana di negeri Syam

- istana Kisra (maharaja Persia) mengalami goncangan hebat sehingga tiang-tiang


penyanggahnya berjatuhan

- api sesembahan kaum Majusi di Persia mendadak padam malam itu, padahal selama lebih
dari 1000 tahun sebelumnya tidak pernah padam

bersamaaan dengan itu surut pula air danau

[Diambil dari Ringkasan Sejarah Nabi Muhammad S.A.W., Sayyid Muhammad bin 'Alawi bin
'Abbas Al-Maliki Al-Hasani, hal. 17]

Oleh : Ustadz Jindan bin Naufal Bin Jindan

Pujian terhadap Nabi Muhammad merupakan satu hal yang dilakukan oleh sahabat, bahkan di
hadapan Rasulullah. Di banyak hadist disebutkan bahwa banyak orang dan penyair yang
datang kepada Rasul dan mengucapkan syair yang berisikan pujian terhadap Rasulullah, maka
Rasul pun menyambut mereka dan menghormati mereka, serta menyambut baik atas pujian
mereka. Sebab beliau tahu bahwa mereka melakukan hal tersebut untuk mendapatkan ridho
beliau, yang mana mencari ridho Rasul merupakan jalan untuk mendapatkan keridhoan Allah
Ta’ala. Dan mereka, para sahabat Rasulullah, bagaimana tidak memuji Rasulullah, sedangkan
Allah sendiri memuji Ar-Rasul shallallahu alaihi wasallam.

Kegembiraan terhadap kelahiran Rasul merupakan hal yang baik di dalam syariat. Bahkan

2 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

mengenang kisah kelahiran Nabi atau Rasul merupakan sesuatu yang dicontohkan oleh Allah
dalam Al-Quran. Sehingga di dalam Al-Quran, Allah menceritakan tentang kelahiran Nabi Isa
alaihi salam, juga tentang kelahiran Nabi Musa alaihi salam. Yang mana Allah menceritakan itu
semua secara mendetail. Apabila Allah menceritakan kisah kelahiran mereka para Nabi, maka
mengapa kita tidak boleh mengenang kisah kelahiran pemimpin sekalian Nabi dan Rasul?

Rasulullah menceritakan bahwa Allah Ta’ala meringankan adzab terhadap Abu Lahab di
neraka pada setiap hari Senin, dikarenakan kegembiraannya atas kelahiran Nabi Muhammad
sehingga ia membebaskan budaknya yang bernama Ummu Aiman yang membawa kabar
gembira tersebut kepadanya. Hadist ini disebutkan di dalam Ash-Shahih Al-Bukhori. Padahal
Abu Lahab adalah seorang yang kafir yang disebutkan akan kebinasaannya di dalam Al-Quran,
sehingga turun surat khusus untuk menceritakan tentang kebinasaannya. Akan tetapi Allah
tidak melupakan kegembiraannya dengan kelahiran Nabi Muhammad hingga meringankan
adzab baginya setiap hari Senin, hari kelahiran Rasulullah.

Maka bagaimana halnya dengan seorang hamba yang mukmin, yang seumur hidupnya
bergembira dengan kelahiran Rasulullah dan meninggal dalam keadaan Islam? Pastilah derajat
yang besar bagi mereka. Sebagaimana Allah berfirman,

“Katakanlah (hai Muhammad) bahwa dengan karunia dan rahmat Allah, maka bergembiralah
dengan hal itu, itu (kegembiraan kalian) lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.”

Kegembiraan dengan rahmat dan karunia Allah dituntut oleh Al-Quran, dan kegembiraan
tersebut lebih mahal dan lebih berharga dari apa yang dikejar-kejar dan dikumpulkan manusia,
baik itu harta ataupun kedudukan.

Karena itu, di bulan kelahiran Rasul yang mulia ini, hendaknya kita memperkuat hubungan kita
dengan Rasulullah, dengan menghidupkan sunnah beliau, mengenal riwayat hidup beliau,
menanamkan kecintaan terhadap beliau, dalam lubuk hati kita serta keluarga kita, menjadikan
Rasulullah sebagai idola yang tertinggi dan paling dekat dengan umat islam, serta
memperbanyak shalawat kepada beliau.

Oleh : Ustadz Novel Muhammad Alaydrus

3 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

Setiap memasuki bulan Rabiul Awal kaum Muslimin di seluruh dunia menyambutnya dengan
penuh suka cita. Berbagai bentuk perayaan dilaksanakan sebagai wujud kecintaan dan
kerinduan mereka kepada baginda Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa
sallam. Syair, qasidah, pukulan rebana, ceramah keagamaan diperdengarkan untuk
menggambarkan kebesaran beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam. Tentunya
sekedar perayaan maulid tidak cukup untuk menggambarkan kemuliaan Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam sebagai kekasih Allâh. Bahkan seandainya lautan
menjadi tinta dan pepohonan sebagai pena, semua itu tak akan pernah cukup untuk
menuliskan keutamaan dan kemuliaan beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam.

Di tengah kehidupan modern dan pengaruh buruk berbagai budaya yang dipropagandakan
secara tidak wajar oleh orang-orang yang tidak bermoral, umat Islam seakan kehilangan
kendali, pegangan hidup dan suri teladan. Berbagai bentuk kejahatan seperti pembunuhan,
pemerkosaan, perampokan dan perilaku yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai moral telah
menjadi bagian dari kehidupan keseharian masyarakat. Dalam keadaan seperti inilah
peringatan maulid Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam menjadi
sangat penting, karena dari sanalah umat Islam dapat mengenal lebih dekat bagaimana pribadi
baginda Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam.

Saudaraku, memuliakan dan mengenang peristiwa bersejarah dalam Islam merupakan bagian
dari takwa. Orang-orang yang bertakwa akan selalu mempelajari sejarah, mengenang
kehidupan para Nabi dan kaum sholihin serta memuliakan perjuangan mereka. Bahkan
Al-Qur’ân sebagai sumber hukum pertama dan utama kita pun dipenuhi dengan berbagai cerita
kehidupan para Nabi, Rasul dan orang-orang yang dicintai Allâh. Secara tegas Allâh
mewahyukan:

“Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang
dengannya Kami teguhkan hatimu.” (Hûd, 11:120)

Ketika mengomentari ayat di atas Imam Al-Junaid radhiyallâhu ‘anhu berkata:

“Kisah-kisah (kehidupan para Nabi dan kaum sholihin) merupakan salah satu bala tentara Allâh.
Kisah-kisah tersebut dapat memperkuat hati seorang murîd.”

4 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

Dalam ayat yang lain Allâh Ta’âlâ mewahyukan:

“Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang
mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan
rahmat bagi kaum yang beriman.” (Yûsuf, 12:111)

Dua ayat di atas secara jelas menyebutkan bahwa kisah para Rasul mampu meneguhkan hati
dan memberikan pelajaran kepada orang-orang yang berakal. Jika hati Rasûlullâh shallallâhu
‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam yang paling sempurna, paling teguh dan suci, masih
diteguhkan dengan berbagai kisah para Rasul, lalu bagaimana dengan hati kita yang kotor dan
lemah ini. Tentunya hati kita lebih membutuhkan upaya peneguhan hati tersebut.

Kisah Ashâbul Kahfi, proses belajar Nabi Mûsâ dengan Khidhir dan juga kisah Dzul Qarnaen,
merupakan tiga kisah besar dan penuh hikmah yang tertuang di dalam Surat Al-Kahfi. Surat ini
dianjurkan untuk dibaca seminggu sekali, yaitu setiap hari Jumat. Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi
wa âlihi wa shahbihi wa sallam bersabda:

“Barang siapa membaca Surat Al-Kahfi pada hari Jumat, maka dirinya akan disinari cahaya dari
Jumat itu hingga Jumat berikutnya.” (HR Hâkim dan Baihaqî)

Jika setiap Jumat secara khusus kita dianjurkan untuk membaca surat Al-Kahfi yang berisi tiga
kisah di atas, apakah kita tidak ingin membaca kisah kehidupan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi
wa âlihi wa shahbihi wa sallam setiap hari atau minimal seminggu sekali?

Saudaraku, kita semua menyadari bahwa dewasa ini umat Islam sibuk dengan dunia, jauh dari
kaum sholihin, malas mendatangi majelis ilmu dan gemar menonton tayangan yang tak
bermanfaat. Mereka tenggelam dalam kelalaian. Sementara itu, setiap hari, kaum kafir sibuk
menciptakan tokoh-tokoh khayalan yang disuguhkan dengan indah kepada anak-anak kita,
sehingga mereka lupa akan sejarah Nabinya. Karakter tokoh-tokoh khayalan ini pun berhasil
mempengaruhi pikiran dan prilaku umat Islam. Anak-anak kita bahkan lebih mengenal
superman, batman, spiderman, harry potter dan sejenisnya daripada sejarah Rasûlullâh

5 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dan para sahabatnya. Nah, apakah kita akan
membiarkan umat ini buta akan sejarah Rasulnya shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa
sallam, mengidolakan kaum kafir dan melupakan kekasih Allâh Ta’âlâ?

Saudaraku, mengapa anak-anak kita dan umat Islam dewasa ini begitu mengidolakan
tokoh-tokoh khayalan tersebut atau artis dan olahragawan tertentu? Jawabnya adalah karena
mereka teramat sering mendengar dan melihat tokoh-tokoh itu di dalam berbagai media, baik
media elektronik seperti TV dan Radio, maupun melalui berbagai Tabloid, Surat Kabar dan
sejenisnya.

Nah, agar anak-anak kita dan umat Islam secara keseluruhan mengenal dan mencintai
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam, maka langkah yang harus kita
lakukan adalah membuat mereka semua sesering mungkin mendengar dan membaca sejarah
kehidupan beliau shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam. Dan salah satu sarana yang
paling tepat untuk itu adalah peringatan Maulid Nabi. Di dalam peringatan tersebut para ulama
membacakan buku tertentu yang menjelaskan sejarah kehidupan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi
wa âlihi wa shahbihi wa sallam. Sehingga, melalui peringatan maulid tersebut diharapkan umat
Islam dapat mengenal Nabinya lebih dekat. Buku yang populer di Negara kita antara lain adalah
Burdah, Diba’, Barzanjî dan Simtud Durar. Buku-buku ini selanjutnya oleh masyarakat sering
disebut sebagai buku Maulid.

Sesungguhnya kegiatan pembacaan sejarah kehidupan Nabi bukanlah suatu hal yang baru di
dalam Islam. Sebagaimana kita ketahui, Al-Qur’ân penuh dengan kisah-kisah kehidupan para
Nabi dan kaum Sholihin. Allâh Ta’âlâ menceritakan sejarah kehidupan mereka kepada
Rasul-Nya tercinta. Dalam Al-Qur’ân ada kisah kelahiran Nabi Mûsâ, kisah kelahiran Nabi Isa,
kisah kelahiran Nabi Ibrâhîm dan lain sebagainya. Jika kisah-kisah kelahiran para Nabi tersebut
dikisahkan oleh Allâh di dalam Al-Qur’ân dan setiap saat umat Islam dianjurkan untuk
membacanya, lalu bagaimana kiranya dengan kisah kehidupan Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa
âlihi wa shahbihi wa sallam? Tentunya kita harus lebih banyak mendengar dan mempelajari
sejarah kehidupan beliau. Oleh karena itu sangat tidak tepat jika ada orang yang menentang
pembacaan sejarah Maulid Nabi dengan alasan apa pun.

Saudaraku, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam adalah manusia yang
paling sempurna dan bijaksana. Beliau menjelaskan kepada kita secara sempurna aturan hidup
di dunia agar selamat hingga ke Akhirat. Selain memerintahkan dan menganjurkan sebuah
perbuatan, Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam juga menjelaskan mana
saja perbuatan yang harus ditinggalkan dan tidak boleh dikerjakan oleh umatnya. Oleh karena
itu, sungguh aneh jika ada orang yang berani melarang umat Islam untuk menyelenggarakan

6 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

peringatan Maulid Nabi, sedangkan Nabi shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam
sendiri tidak pernah melarang umatnya untuk melakukan hal itu. Jika peringatan Maulid Nabi
haram, tentu beliau telah mengeluarkan sebuah Hadis untuk melarangnya sebagaimana beliau
menjelaskan berbagai larangan dalam Agama. Namun, pada kenyataannya, tidak ada satu
Hadis pun yang beliau sampaikan untuk melarang umatnya menyelenggarakan peringatan
Maulid Nabi. Bahkan tidak ada seorang sahabat pun yang melarang penyelenggaraan
peringatan Maulid Nabi. Jika demikian adanya, mengapa masih ada orang yang berani
melarang penyelenggaraan peringatan Maulid Nabi dan bahkan menyatakan hukumnya haram,
apakah dia merasa lebih pandai dari Nabi? Apakah dia merasa lebih sempurna dari Rasûlullâh
shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam? Bagaimana dia berani mengharamkan
sesuatu yang Allâh dan Rasul-Nya sendiri tidak pernah mengharamkannya?

Saudaraku, dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ad-Dailamî dan Ibnu Najjâr,
Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam bersabda:

“Didiklah putra-putri kalian tiga hal, yaitu: mencintai Nabi kalian, mencintai keluarga Nabi kalian
dan membaca Al-Qur’ân.” (Ad-Dailamî dan Ibnu Najjâr)

Nah, jika Anda benar-benar ingin membahagikan Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa
shahbihi wa sallam, maka didiklah anak-anak Anda untuk mencintai Nabi Muhammad
shallallâhu ‘alaihi wa âlihi wa shahbihi wa sallam dengan memakmurkan majelis peringatan
Maulid Nabi.

[Rangkuman Dari Buku Mana Dalilnya 2, Novel Muhammad Alaydrus]

Merayakan Maulid Nabi SAW (1)

11/03/2008 Memang Rasulullah SAW tidak pernah melakukan seremoni peringatan hari
lahirnya. Kita belum pernah menjumpai suatu hadits/nash yang menerangkan bahwa pada
setiap tanggal 12 Rabi’ul Awwal (sebagian ahli sejarah mengatakan 9 Rabiul Awwal),
Rasulullah SAW mengadakan upacara peringatan hari kelahirannya. Bahkan ketika beliau
sudah wafat, kita belum pernah mendapati para shahabat r.a. melakukannya. Tidak juga para
tabi`in dan tabi`it tabi`in.

7 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

Menurut Imam As-Suyuthi, tercatat sebagai raja pertama yang memperingati hari kelahiran
Rasulullah saw ini dengan perayaan yang meriah luar biasa adalah Raja Al-Mudhaffar Abu
Sa`id Kukburi ibn Zainuddin Ali bin Baktakin (l. 549 H. - w.630 H.). Tidak kurang dari 300.000
dinar beliau keluarkan dengan ikhlas untuk bersedekah pada hari peringatan maulid ini. Intinya
menghimpun semangat juang dengan membacakan syi’ir dan karya sastra yang menceritakan
kisah kelahiran Rasulullah SAW.

Di antara karya yang paling terkenal adalah karya Syeikh Al-Barzanji yang menampilkan
riwayat kelahiran Nabi SAW dalam bentuk natsar (prosa) dan nazham (puisi). Saking
populernya, sehingga karya seni Barzanji ini hingga hari ini masih sering kita dengar dibacakan
dalam seremoni peringatan maulid Nabi SAW.

Maka sejak itu ada tradisi memperingati hari kelahiran Nabi SAW di banyak negeri Islam. Inti
acaranya sebenarnya lebih kepada pembacaan sajak dan syi`ir peristiwa kelahiran Rasulullah
SAW untuk menghidupkan semangat juang dan persatuan umat Islam dalam menghadapi
gempuran musuh. Lalu bentuk acaranya semakin berkembang dan bervariasi.

Di Indonesia, terutama di pesantren, para kyai dulunya hanya membacakan syi’ir dan
sajak-sajak itu, tanpa diisi dengan ceramah. Namun kemudian ada muncul ide untuk
memanfaatkan momentum tradisi maulid Nabi SAW yang sudah melekat di masyarakat ini
sebagai media dakwah dan pengajaran Islam. Akhirnya ceramah maulid menjadi salah satu inti
acara yang harus ada, demikian juga atraksi murid pesantren. Bahkan sebagian organisasi
Islam telah mencoba memanfaatkan momentum itu tidak sebatas seremoni dan haflah belaka,
tetapi juga untuk melakukan amal-amal kebajikan seperti bakti sosial, santunan kepada fakir
miskin, pameran produk Islam, pentas seni dan kegiatan lain yang lebih menyentuh persoalan
masyarakat.

Kembali kepada hukum merayakan maulid Nabi SAW, apakah termasuk bid`ah atau bukan?

Memang secara umum para ulama salaf menganggap perbuatan ini termasuk bid`ah. Karena
tidak pernah diperintahkan oleh Rasulullah saw dan tidak pernah dicontohkan oleh para
shahabat seperti perayaan tetapi termasuk bid’ah hasanah (sesuatu yang baik), Seperti
Rasulullah SAW merayakan kelahiran dan penerimaan wahyunya dengan cara berpuasa setiap
hari kelahirannya, yaitu setia hari Senin Nabi SAW berpuasa untuk mensyukuri kelahiran dan

8 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

awal penerimaan wahyunya.

ِ‫ ﺃَﻥَّ ﺭَﺱُﻭْﻝَ اﻠﻠﻪ‬:ُ‫ﻉَﻥْ ﺃَﺏِﻱْ ﻕَﺕَاﺪَﺓَ اﻠﺄَﻥْﺹَاﺮِﻱِّ ﺭَﺽِﻱَ اﻠﻠﻪُ ﻉَﻥْﻩ‬


: “َ‫ﺹَﻝَّﻯ اﻠﻠﻪُ ﻉَﻝَﻱْﻩِ ﻭَﺱَﻝَّﻡَ ﺱُﺉِﻝَ ﻉَﻥْ ﺹَﻭْﻡِ اﻞْﺇِﺙْﻥَﻱْﻥِ ﻑَﻕَاﻞ‬
‫ رواﻪ ﻣﺴﻠﻢ‬. َّ‫ﻑِﻱْﻩِ ﻭُﻝِﺩْﺕُ ﻭَﻑِﻱْﻩِ ﺃُﻥْﺯِﻝَ ﻉَﻝَﻱ‬

“Dari Abi Qotadah al-Anshori RA sesungguhnya Rasulullah SAW pernah ditanya mengenai
puasa hari senin. Rasulullah SAW menjawab: Pada hari itu aku dilahirkan dan wahyu
diturunkan kepadaku .” (H.R. Muslim)

Kita dianjurkan untuk bergembira atas rahmat dan karunia Allah SWT kepada kita. Termasuk
kelahiran Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat kepada alam semesta. Allah SWT
berfirman:

ٌ‫ﻕُﻝْ ﺏِﻑَﺽْﻝِ اﻠﻞّﻩِ ﻭَﺏِﺭَﺡْﻡَﺕِﻩِ ﻑَﺏِﺫَﻝِﻙَ ﻑَﻝْﻱَﻑْﺭَﺡُوﺎْ ﻩُﻭَ ﺥَﻱْﺭ‬


َ‫ﻡِّﻡَّﺍ ﻱَﺝْﻡَﻉُوﻦ‬

“Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira.
Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan .’ ”
(QS.Yunus:58).

Ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari. Hadits itu menerangkan bahwa pada
setiap hari senin, Abu Lahab diringankan siksanya di Neraka dibandingkan dengan hari-hari
lainnya. Hal itu dikarenakan bahwa saat Rasulullah saw lahir, dia sangat gembira menyambut
kelahirannya sampai-sampai dia merasa perlu membebaskan (memerdekakan) budaknya yang
bernama Tsuwaibatuh Al-Aslamiyah.

9 / 10
Tentang Maulid Nabi Muhammad SAW

Written by Administrator
Saturday, 26 February 2011 03:49 - Last Updated Saturday, 26 February 2011 04:09

Jika Abu Lahab yang non-muslim dan Al-Qur’an jelas mencelanya, diringankan siksanya
lantaran ungkapan kegembiraan atas kelahiran Rasulullah SAW, maka bagaimana dengan
orang yang beragama Islam yang gembira dengan kelahiran Rasulullah SAW?

10 / 10

Anda mungkin juga menyukai