Anda di halaman 1dari 21

Mengapa mereka berselisih

 
Berdasarkan kajian dan analisa kami
yang tertuang seluruhnya dalam
tulisan-tulisan pada blog
http://mutiarazuhud.wordpress.com
kesimpulan kami, mengapa mereka
berselisih adalah karena mereka tidak
mau mengikuti pemimpin ijtihad kaum
muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias
Imam Mazhab
 
Mereka berselisih adalah akibat
terkena ghazwul fikri (perang
pemahaman) yang dilakukan oleh
orang-orang yang paling keras
permusuhannya terhadap kaum
muslim.
 
Firman Allah ta’ala yang artinya
“Sesungguhnya kamu dapati orang-
orang yang paling keras
permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang
Yahudi dan orang-orang musyrik.” 
(QS Al Maa’idah [5]:82)
 
Kaum Yahudi pada masa kini adalah
kaum Zionis Yahudi atau juga dikenal
dengan lucifier, freemason atau
iluminati adalah mereka yang
mengikuti apa yang dibaca oleh
syaitan-syaitan pada masa kerajaan
Sulaiman. Kaum Zionis Yahudi
berupaya keras agar umat muslim
dapat mencintai mereka dan
menjadikan mereka sebagai pemimpin
dunia.
 
Telah dijelaskan tentang adanya kaum
Zionis Yahudi dalam firman Allah
ta’ala yang artinya, “Dan setelah
datang kepada mereka seorang Rasul
dari sisi Allah yang membenarkan apa
(kitab) yang ada pada mereka,
sebahagian dari orang-orang yang
diberi kitab (Taurat) melemparkan
kitab Allah ke belakang
(punggung)nya, seolah-olah mereka
tidak mengetahui (bahwa itu adalah
kitab Allah) dan mereka mengikuti
apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan
pada masa kerajaan Sulaiman (dan
mereka mengatakan bahwa Sulaiman
itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak
mengerjakan sihir), hanya syaitan-
syaitan lah yang kafir (mengerjakan
sihir).” (QS Al Baqarah [2]: 101-102 )
 
Dalam tulisan kami pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/20
11/10/26/bukti-korban/ dan
http://mutiarazuhud.wordpress.com/20
11/10/24/korban-perang-pemahaman
telah kami uraikan hasil analisa kami
bahwa empat gerakan yang
dilancarkan oleh kaum Zionis Yahudi
 
1. Paham anti mazhab, umat muslim
diarahkan untuk tidak lagi mentaati
pimpinan ijtihad atau imam mujtahid
alias Imam Mazhab
2. Pemahaman secara ilmiah, umat
muslim diarahkan untuk memahami Al
Qur’an dan As Sunnah dengan akal
pikiran masing-masing dengan
metodologi “terjemahkan saja”  hanya
memandang dari sudut bahasa (lughat)
dan istilah (terminologis) namun
kurang memperhatikan  nahwu,
shorof, balaghoh, makna majaz, dll
3. Paham anti tasawuf untuk merusak
akhlak kaum muslim karena tasawuf
adalah tentang Ihsan atau jalan menuju
muslim yang Ihsan
4. Paham Sekulerisme, Pluralisme,
Liberalisme (SEPILIS) disusupkan
kepada umat muslim yang mengikuti
pendidikan di “barat” .
 
Protokol Zionis yang ketujuhbelas
“…Kita telah lama menjaga dengan
hati-hati upaya mendiskreditkan para
rohaniawan non-Yahudi (contohnya
para Imam Mazhab yang empat)
dalam rangka menghancurkan misi
mereka, yang pada saat ini dapat
secara serius menghalangi misi kita.
Pengaruh mereka atas masyarakat
mereka berkurang dari hari ke hari.
Kebebasan hati nurani yang bebas
dari paham agama  telah
dikumandangkan diman-mana.
Tinggal masalah waktu maka agama-
agama itu akan bertumbangan..“
 
Salah satunya adalah perwira Yahudi
Inggris bernama Edward Terrence
Lawrence yang dikenal oleh ulama
jazirah Arab sebagai Laurens Of
Arabian. Laurens menyelidiki dimana
letak kekuatan umat Islam dan
berkesimpulan bahwa kekuatan umat
Islam terletak kepada ketaatan dengan
mazhab (bermazhab) dan istiqomah
mengikuti tharikat-tharikat tasawuf.
Laurens mengupah ulama-ulama yang
anti tharikat dan anti mazhab untuk
menulis sebuah buku yang menyerang
tharikat dan mazhab. Buku tersebut
diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa dan dibiayai oleh pihak
orientalis.
 
Dalam rangka  ghazwul fikri (perang
pemahaman) terhadap kaum muslim,
kaum Zionis Yahudi mengangkat
kembali pemahaman ulama Ibnu
Taimiyyah yang sudah lama terkubur.
 
Ulama-ulama terdahulu sebenarnya
telah mengingatkan kita untuk
meninggalkan pemahaman Ibnu
Taimiyyah maupun Ibnu Qoyyim Al
Jauziah dan pemahaman orang seperti
mereka berdua. Peringatan ini termuat
dalam tulisan salah satunya pada
http://ashhabur-
royi.blogspot.com/2011/02/upaya-
menetralkan-suntikan-racun.html
 
Begitu pula ulama-ulama kita
terdahulu seperti Syaikh Ahmad
Khatib Minangkabawi, ulama besar
Indonesia yang pernah menjadi imam,
khatib dan guru besar di Masjidil
Haram, sekaligus Mufti Mazhab
Syafi’i pada akhir abad ke-19 dan awal
abad ke-20. Beliau menyampaikan
bahwa pemahaman Ibnu Taimiyah dan
para pengikutnya telah menyelisihi
pemahaman para Imam Mazhab atau
menyelisihi pemahaman jumhur ulama
atau menyelisihi pemahaman as-
sawaad al-a’zhom.  Secara tidak
langsung mereka menyelisihi atau
mengingkari Sunnah Rasulullah bahwa
jka kita berbeda pendapat /
pemahaman maka kita wajib
mengikuti as-sawaad al-a’zhom
(pendapat jumhur ulama).
 
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
menyampaikan, “Sesungguhnya
umatku tidak akan bersepakat pada
kesesatan. Oleh karena itu, apabila
kalian melihat terjadi perselisihan
maka ikutilah as-sawad al a’zham
(jumhur ulama).” (HR. Ibnu Majah,
Abdullah bin Hamid, at Tabrani, al
Lalika’i, Abu Nu’aim. Menurut Al
Hafidz As Suyuthi dalam Jamius
Shoghir, ini adalah hadits Shohih)
 
Syaikh Ahmad Khatib Minangkabawi
dengan tegas menulis bahwa Ibnu
Taimiyah, Ibnu Qayyim dan
Wahhabiyah yang diikuti oleh anak
murid beliau [Syaikh Abdul Karim
Amrullah] adalah sesat  karena keluar
daripada pemahaman Ahlussunnah wal
Jamaah dan menyalahi pegangan
mazhab yang empat.  Beliau
menuliskan pada ‘al-Khiththah al-
Mardhiyah fi Raddi fi Syubhati man
qala Bid’ah at-Talaffuzh bian-Niyah’,
‘Nur al-Syam’at fi Ahkam al-Jum’ah’
dan lain-lain.
 
Di antara nasihatnya: “Maka
betapakah akan batal dengan fikiran
orang muqallid yang semata-mata
dengan faham yang salah dengan
taqlid kepada Ibnu al-Qayyim yang
tiada terpakai qaulnya (pendapatnya)
pada kaum bermazhab Syafie.  Maka
wajiblah atas orang yang hendak
selamat pada agamanya bahwa dia
berpegang dengan segala hukum yang
telah tetap pada mazhab kita. Dan
janganlah ia membenarkan akan yang
menyalahi demikian itu daripada
fatwa yang palsu.”
 
Pemahaman ulama Ibnu Taimiyyah
diikuti oleh dua jalur utama.
 
Jalur pertama adalah jalur ulama
Muhammad bin Abdul Wahhab yang
dikenal dengan Salafi Wahabi yang
anti berkelompok (Hizb)
Jalur kedua adalah jalur ulama
Jamaludin Al-Afghany bersama
muridnya ulama Muhammad Abduh
dan dilanjutkan oleh ulama seperti
ulama Rasjid Ridha, mereka terpecah
dalam beberapa kelompok antara lain,
Salafi Jihadi, Salafi Haraki, Salafi
Sururi dll . Mereka tidak anti
berkelompok (Hizb). Salah satu
kelompok yang terkenal dari jalur ini
adalah Ikhwanul Muslimin
 
Jadi yang berselisih adalah diantara
jalur pertama dengan jalur kedua dari
pengikut Ibnu Taimiyyah
 
Contohnya lihatlah fatwa ketua Lajnah
Daimah, Ulama Abdul Aziz bin
Abdullah bin Baz (Salafi Wahabi)
tentang Ikhwanul Muslimin
http://nasihatonline.wordpress.com/20
10/09/24/fatwa-fatwa-ulama-ahlus-
sunnah-tentang-kelompok-kelompok-
islam-kontemporer/
 
Kita dapat pula mengambil pelajaran
dari perselisihan antara Ustadz Askari
(Ustadz Abu Karimah Askari bin
Jamal) dengan Ustadz Firanda
http://www.salafybpp.com/categoryblo
g/97-dusta-firanda-ditengah-badai-
fitnah-yang-sedang-melanda-
bag1.html
http://firanda.com/index.php/artikel/31
-bantahan/144-tanggapan-terhadap-
tulisan-seorang-ustadz-hafizohullah-
 
Kita dapat pula mengambil pelajaran
dari perselisihan antara Ust Ja’far
Umar Thalib dengan ust Abu Bakar
Baasyir
http://www.youtube.com/watch?
v=m3h1jEQFNhI
http://www.youtube.com/watch?
v=CNrEijcGSK
 
Ust Ja’far Umar Thalib, ulama yang
berupaya kembali (ruju) ke Salafi
Wahhabi setelah menjalani Salafi
Haraki atau Salafi Jihadi dengan laskar
jihad
Upaya ruju beliau
http://salafiyunpad.wordpress.com/200
8/08/21/walhamdulillah-pernyataan-
resmi-tentang-ruju-nya-ust-jafar-umar-
thalib-hafizhohullah/
Tanggapan ulama Salafi Wahabi
terhadap rujunya beliau
http://www.darussalaf.or.id/stories.php
?id=1706
Ust Abu Bakar Baasyir adalah Salafi
Haraki atau Salafi Jihadi
 
Begitupula kita dapat mengambil
pelajaran dengan permasalahan di
Somalia
Sebagaimana diketahui, setelah Syarif
diangkat menjadi pemimpin Somalia
pada Januari 2009 lalu, faksi pejuang
Somalia terbagi menjadi dua, antara
pendukung dan penentang.
Sebagian kelompok Mahakim Al
Islami, yang dipimpin oleh Syeikh
Abdul Qadir Ali Umar, Harakah Al
Ishlah (Ikhwan Al Muslimun),
Harakah Tajammu’ Al Islami dan
Jama’ah Ahlu Sunnah wa al Jama’ah
adalah 4 faksi menyatakan dukungan
kepada Syarif.
Sedangkan Harakah As Syabab Al
Mujahidin serta Al Mahakim Al Islami
wilayah Asmarah, Al Jabhah Al
Islamiyah serta Mu’askar Anuli, yang
bergabung dalam Hizb Al Islami.
Syeikh Syarif sebagai kepala
pemerintahan transisi menegaskan,
“Islam adalah dasar dalam setiap gerak
pemerintah Somalia.” Akan tetapi
Syeikh Syarif menolak pemikiran
Syabab Mujahidin yang menurutnya
masih jauh dari konsep Islam ideal.
 
Tampaknya permasalahan di Somalia
selain menghadapi campur tangan
pihak asing juga permasalah internal
dalam Somalia yakni perbedaan
pemahaman terhadap syariat Islam.
Selengkapnya telah diuraikan dalam
tulisan pada
http://mutiarazuhud.wordpress.com/20
11/08/29/belajar-dari-somalia/
 
Kami dari mayoritas kaum muslim
bermazhab hanya dapat berupaya
mengingatkan mereka untuk kembali
menggigit As Sunnah dan sunnah
Khulafaur Rasyidin berdasarkan
pemahaman pemimpin ijtihad kaum
muslim (Imam Mujtahid Mutlak) alias 
Imam Mazhab dan penjelasan dari
para pengikut Imam Mazhab sambil
merujuk darimana mereka mengambil
yaitu Al Quran dan as Sunnah.
 
Mereka berselisih karena mereka
memahami Al Qur'an dan As Sunnah
berdasarkan akal pikiran mereka
sendiri atau mengikuti pemahaman
ulama yang tidak berkompetensi
sebagai Imam Mujtahdi sehingga
mereka mendapatkan pertentangan
dalam pemahaman mereka.
 
Firman Allah Azza wa Jalla,
ِ ‫ان ِم ْن ِعن ِد َغي ِْر هّللا‬ َ ْ‫ُون ْالقُر‬
َ ‫آن َولَ ْو َك‬ َ ‫أَفَالَ يَتَ َدبَّر‬
ً‫اختِالَفا ً َكثِيرا‬ ْ ‫لَ َو َج ُد‬
ْ ‫وا فِي ِه‬
“Maka apakah mereka tidak
memperhatikan Al Qur’an ? Kalau
kiranya Al Qur’an itu bukan dari sisi
Allah, tentulah mereka mendapat
pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS An Nisaa 4 : 82)
 
Firman Allah ta’ala  dalam (QS An
Nisaa 4 : 82) menjelaskan bahwa
dijamin tidak ada pertentangan di
dalam Al Qur’an. Jikalau manusia
mendapatkan adanya pertentangan di
dalam Al Qur’an maka pastilah yang
salah adalah pemahaman mereka.
 
Dengan arti kata lain segala pendapat
atau pemahaman yang bersumber dari
Al Qur’an dan Hadits tanpa bercampur
dengan akal pikiran sendiri atau hawa
nafsu maka pastilah tidak ada
pertentangan di dalam pendapat atau
pemahaman mereka.
 
Kami hanya dapat menyampaikan saja,
semua terpulang pada kemauan dan
kesadaran mereka sendiri untuk
menegakkan Ukhuwah Islamiyah.
 
 
Wassalam
 
 
 
Zon di Jonggol,  Kab Bogor 16830

Lihat Dokumen

Anda mungkin juga menyukai