Anda di halaman 1dari 14

27

PRAKSIS PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN


PADA UNIT PRODUKSI JASA BOGA
Tuatul Mahfud
Sekolah Indonesia di Sabah Malaysia
mahfud_unj@yahoo.co.id

Pardjono
Jurusan Pendidikan Teknik Mesin
jpardjono@yahoo.com

Abstrak: Praksis pembelajaran kewirausahaan pada unit produksi jasa boga. Penelitian bertujuan
menemukan konsepsi guru tentang pembelajaran kewirausahaan, kompetensi kewirausahaan yang
dikembangkan pada unit produksi sekolah dalam bidang jasa boga. Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif jenis studi kasus. Subjek penelitian adalah kepala sekolah, ketua program studi, kepala unit
produksi, dan siswa. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi dan dianalisis
menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman yang terdiri dari reduksi data, data display, dan
kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) belajar kewirausahaan memerlukan kegiatan
nyata (hands-on) dengan melibatkan siswa pada kegiatan usaha yang nyata dalam unit produksi; (2)
kompetensi kewirausahaan dikembangkan melalui unit produksi adalah: pengetahuan tentang
kewirausahaan melalui pengetahuan diri dan pengetahuan praktis; sikap kewirausahaan meliputi etos
kerja, disiplin, kemandirian, dan kreativitas, keterampilan berkomunikasi, keterampilan konseptual,
keterampilan pengambilan keputusan, keterampilan mengatur waktu, keterampilan kepemimpinan. Model
pembelajaran kewirausahaan yang dikembangkan melalui unit produksi adalah: produksi luar dan
produksi dalam, dan kantin mobil. Evaluasi dan monitoring dilakukan melalui dua cara, dengan
monitoring kinerja dan produk.
Kata Kunci: pembelajaran, entrepreneurship, unit produksi

Abstract: The Praxis of Entrepreneurship Learning in the Food services Production Unit. This study
aims to investigate teachers’ concepts of entrepreneurship learning, entrepreneurship competencies
developed in the production unit, and entrepreneurship learning processes in the production unit of food
services in SMK Negeri 6 Yogyakarta. This study employed the qualitative case study. The research
subjects were the principal, head of the study program, head of the production unit, and students. Data
were collected through interviews, observations, and documentation. The collected data were analyzed
using Miles and Huberman model consisting of data reduction, data display, and conclusion. The result
shows that: (1) Entrepreneurship learning needs hands-on-experiences-based; (2) the entrepreneurship
competency developed through the production unit includes a) entrepreneurship knowledge, consisting of
self-knowledge and practical knowledge, b) entrepreneurship attitudes, consisting of work ethos,
autonomy, discipline, creativity, and innovativeness, and c) entrepreneurship skills, consisting of:
technical skill, human relations skill, conceptual skill, decision making skill, time management skill, and
leadership skill; (3) no instructional standard employed in to develop entrepreneurship in production
unit. There are three entrepreneurship learning models employed in the production unit: inside
production, outside production, and mobile canteen. The learning outcome is measured in two ways, i.e.
performance and product monitoring. Meanwhile, evaluation of the students’ learning progress is
conducted by using profit-based evaluation.
Keywords: learning, entrepreneurship, production unit

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


28
PENDAHULUAN dituntut untuk menunjukkan peran dan
Dalam era global, dunia pendidikan di kemampuannya sebagai institusi yang mampu
Indonesia pada saat ini dan yang akan datang "memasok" sumber daya manusia untuk
masih menghadapi tantangan yang semakin kebutuhan masyarakat.
berat serta kompleks. Indonesia harus mampu Sejalan dengan kondisi tersebut, maka
bersaing dengan negara-negara lain baik dalam dalam hal ini SMK harus semakin siap
produk, pelayanan, maupun dalam penyiapan membekali tamatannya dengan kompetensi yang
sumber daya manusia (SDM). Salah satu contoh dibutuhkan oleh dunia kerja sehingga
perlunya pengembangan potensi SDM yang tamatannya benar-benar mampu bersaing dan
berkualitas ditunjukan dengan hasil survei yang siap memenangkannya. Paradigma peran
dilakukan oleh UNDP mengenai Human pendidikan kejuruan yang dimainkan lembaga
Devopment Indeks (HDI) pada tahun 2007 pendidikan SMK ini diamanatkan oleh Undang-
menyebutkan bahwa posisi Indonesia dalam Undang Sistem Pendidikan Nasional yang
peringkat daya saing bangsa di dunia menekankan bahwa lulusan SMK diarahkan
internasional adalah nomor 111 dengan skor pada tiga pilar utama yaitu: (1) bekerja di dunia
0.734 dari 182 negara Asia Afrika yang disurvei usaha dan dunia industri (DUDI), (2) bekerja
HDI (UNDP, 2007: 168). secara mandiri atau usaha sendiri dan (3)
Untuk memperoleh SDM yang berkualitas melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi
dan memiliki daya saing, perlu didukung oleh terutama perguruan tinggi profesi/vokasi.
suatu sistem pendidikan dan pelatihan nasional Disamping itu, dalam konteks sistem
yang dikembangkan berdasar pada kebutuhan pendidikan di Indonesia sebagaimana disebutkan
pasar kerja dan dinamika percepatan perubahan dalam Undang-undang Sistem Pendidikan
yang terjadi pada dunia usaha dan dunia industri. Nasional Nomor 2 Tahun 1989 pasal 11 ayat 3
Dalam konteks perkembangan dan perubahan menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah
yang terjadi dalam masyarakat Indonesia dewasa merupakan pendidikan yang mempersiapkan
ini, daya saing bangsa tergantung pada peserta didik untuk dapat bekerja pada bidang
pengetahuan dan keterampilan tenaga kerjanya tertentu. Hal yang sama disebutkan dalam pasal
dan untuk membuat tenaga kerja 1 Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990
berpengetahuan dan berketerampilan tergantung bahwa yang dimaksud dengan pendidikan
pada kualitas pendidikan dan pelatihan, terutama menengah kejuruan ialah pendidikan pada
pendidikan kejuruan. Tenaga kerja yang terlatih jenjang pendidikan menengah yang
dan terampil tentu akan dapat meningkatkan mengutamakan pengembangan kemampuan
nilai tambah produk yang dihasilkan melalui peserta didik untuk melaksanakan jenis
ciri-ciri peningkatan produktivitas, pengurangan pekerjaan tertentu. Selanjutnya dalam Peraturan
biaya produksi, hasil yang diperoleh berkualitas Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 Pasal 3, ayat
tinggi, dan investasi dapat kembali dalam waktu 2, antara lain dinyatakan bahwa Pendidikan
yang relatif lebih cepat (rate of return). Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan
Disamping itu lembaga pendidikan kejuruan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


29
siswa untuk memasuki lapangan kerja serta didirikan Unit Produksi yang beroperasional
mengembangkan sikap professional. secara profesional”. Disamping itu, muara
Mengacu kepada Undang-Undang dan lulusan dari pendidikan di SMK pada dasarnya
Peraturan Pemerintah di atas, maka akar tidak hanya dicetak untuk dapat bekerja secara
pendidikan menengah kejuruan sesungguhnya professional di dunia industri, namun juga
adalah tersedianya lapangan kerja bagi bekerja secara mandiri melalui berwirausaha
tamatannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam bidangnya.
maka pendidikan menengah kejuruan tidak Hadirnya unit produksi pada SMK dapat
dapat dipisahkan dari Dunia Usaha/Dunia memberikan pengalaman kerja nyata (real to
Industri/Dunia Kerja sebagai institusi penyerap work) bagi siswanya agar menguasai kompetensi
tenaga kerja. Oleh karena itu pendidikan produktif secara profesional. Di samping itu,
menengah kejuruan hendaknya dirancang, siswa juga dipersiapkan untuk menjadi pribadi-
dilaksanakan, dan dievaluasi secara terkait (link) pribadi wirausahawan agar tamatannya tidak
dengan Lapangan kerja (DU/DI). sehingga hanya menjadi pencari kerja (job seeker) tetapi
hasilnya benar-benar sesuai, cocok atau sepadan juga dapat menjadi pencipta lapangan kerja (job
(match) dengan tuntutan dan kebutuhan Dunia creator). Kompetensi kewirausahaan tersebut
Usaha/Dunia Industri/Dunia Kerja. salah satunya dapat diperoleh melalui
Namun ironisnya, fenomena yang pembelajaran di unit produksi/jasa sekolah. Hal
berkembang yang dialamatkan kepada lembaga ini pun sejalan dengan pernyataan Priseiden RI,
pendidikan kejuruan dewasa ini adalah kurang bahwa jiwa wirausaha harus dipupuk sejak kecil
mampunya lembaga pendidikan menyiapkan sehingga pendidikan nasional tidak hanya
sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh melahirkan para pencari kerja tetapi pencipta
masyarakat, dalam hal ini pasar kerja terutama lapangan kerja. (Kominfo Newsroom, 2009: 1)
dunia industri. Ketidakmampuan ini dikandung Pada dasarnya unit produksi merupakan
pengertian tidak adanya kesesuaian kualifikasi suatu program upaya peningkatan mutu sekolah
antara output pendidikan dengan realitas yang dirancang sebagai wadah menciptakan
tuntutan dunia industri yang sangat maju dengan lulusan yang berjiwa wirausaha dan peningkatan
pesatnya. kemampuan serta keterampilan sumberdaya
Untuk mampu mencapai kualifikasi dan manusia, siswa dan guru, disamping sebagai
kompentensi yang dibutuhkan DUDI, maka suatu usaha untuk mengoptimalkan penggunaan
Sekolah Menengah Kejuruan perlu merancang fasilitas sekolah yang dapat memberikan nilai
kegiatan konkrit yang relevan dengan kebutuhan tambah bagi sekolah.
siswa ketika belajar dan setelah lulus kelak. Unit produksi sekolah terutama dapat
Berkaitan dengan penyiapan tenaga kerja ini, berperan dalam pembekalan keterampilan
secara eksplisit disebutkan dalam Peraturan produksi yang sesuai dengan kebutuhan tenaga
Pemerintah Nomor 29 tahun 1990 pada pasal 29 kerja pada pasar industri, oleh karena itu
ayat 2, bahwa: ”Untuk mempersiapkan siswa pengelolaan unit produksi sekolah memerlukan
SMK menjadi tenaga kerja, pada SMK dapat kemampuan manajerial untuk berinovasi dalam

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


30
pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya unit produksi. Padahal secara operasional,
fasilitas, serta pengelolaan kegiatan belajar penyelenggaraan unit produksi disamping
mengajar siswa agar unit produksi secara bertujuan untuk mendapatkan keuntungan juga
optimal dapat mendukung pelaksanaan program sebagai wadah pembelajaran siswa. Sehingga
unit produksi. Unit produksi juga merupakan hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan
suatu usaha incorporated-intrapreneur atau pembelajaran melalui unit produksi.
suatu wadah kewirausahaan sekolah yang Disamping itu pula keterlibatan siswa
mempunyai kewenangan khusus dari pimpinan dalam penyelenggaraan unit produksi belum
sekolah kepada pengelola untuk secara terlaksana secara optimal. Kegiatan siswa dalam
demokratis melakukan tugas dan tanggung unit produksi hanya sebatas menangani
jawabnya. Karena unit produksi adalah wadah pekerjaan yang bersifat praktis, belum sampai
kewirausahaan di sekolah, maka dalam kepada manajemen pengelolaannya. Hal ini
pelaksanaannya harus dikelola untuk diperkuat oleh Widiarto (1997) menyatakan
dikembangkan dalam suatu wadah usaha. bahwa peran siswa dalam kegiatan unit produksi
Agar unit produksi sekolah dapat menjadi masih relatif kecil, sebatas menangani pekerjaan
sumber pembelajaran dan pendanaan pendidikan yang bersifat praktis, dan dari segi jumlahnya
maka perlu dikelola secara profesional. masih sedikit sekali, yaitu sekitar 2%.
Disamping itu akan memberikan keuntungan, Dari penjelasan tersebut terlihat adanya
seperti dijelaskan pada strategi Dikmenjur 2000- kesenjangan antara kebijakan dengan
2005, keuntungannya meliputi: (1) menambah operasional penyelenggaraan unit produksi
penghasilan SMK yang dapat digunakan untuk sebagai bagian dari model pembelajaran
meningkatkan kesejahteraan warganya; (2) kewirausahaan di SMK guna menciptakan
memperbaiki dan meremajakan fasilitas sekolah; lulusan yang memiliki sikap berwirausaha dan
(3) mendekatkan relevansi program kejuruan memiliki kompetensi keahlian. Dari hasil pra
dengan kebutuhan dunia industri; dan (4) survei penelitian yang dilakukan pada tanggal 25
menyiapkan siswa berlatih kerja secara nyata Desember 2010 hingga 30 Desember 2010 di
dan bertanggung jawab, karena hasil kerjanya tiga tempat yang menjadi rekomendasi para ahli
akan dijual di pasaran umum. yaitu SMK Negeri 3 Klaten, SMK Negeri 6
Namun kenyataannya kemajuan unit Yogyakarta, dan SMK Negeri 4 Yogyakarta
produksi masih lamban, belum tertanamnya didapatkan bahwa pengelolaan unit produksi
wawasan bisnis di SMK, langkanya sumberdaya sebagai salah satu fasilitas pembelajaran
manusia yang mampu dan sanggup mengelola kewirausahaan yang baik adalah SMK Negeri 6
unit produksi serta kurangnya dukungan dari Yogyakarta.
pihak-pihak pengelola SMK, (Wardiman, 1998: Hasil pra survey di SMK Negeri 6
107). Hambatan lainnya adalah lemahnya Yogyakarta menunjukkan bahwa: 1) terdapat
manajemen pengeloalaan unit produksi sehingga unit produksi dalam program studi jasa boga di
unit produksi berjalan apa adanya, hanya sekolah tersebut yang dijadikan tempat
memenuhi aturan bahwa SMK harus memiliki pengalaman praktis (practical experience) bagi

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


31
siswa; 2) unit produksi sekolah telah mengacu menghambat perubahan. Penelitian ini dilakukan
pada standar keahlian yaitu standar keahlian Jasa di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Pemilihan ini
Boga; 3) unit produksi sekolah telah mengelola dilatarbelakangi dengan kelengkapan dan
sumber daya sekolah untuk menghasilkan kemapanan dalam penyelenggaraan unit
barang atau jasa secara rutin yang akan dijual produksi sebagai salah satu bentuk
untuk mendapatkan keuntungan financial; 4) pembelajaran. Waktu penelitian ini dilaksanakan
melibatkan siswa dalam kegiatan operasionalnya pada bulan Desember sampai dengan Maret
yang dapat menjadi sarana pelatihan nyata (on tahun ajaran 2010/2011.
the job training) bagi siswa maupun staff Subjek penelitian ini adalah penanggung
pengajar; 5) terdapat proses pembelajaran jawab unit produksi, pengelola unit produksi,
kewirausahaan dalam kegiatan unit produksi dan pelaksana unit produksi SMK Negeri 6
yaitu dengan pemberian modal usaha kepada Yogyakarta. Sebagai key informan untuk
siswa; 6) menjalin kemitraan dengan institusi mendapatkan data mengenai proses
pasangan dalam mengembangkan unit produksi pembelajaran melalui penyelenggaran unit
sekolah. produksi dan perkembangan kompetensinya
Untuk itu diperlukan penelitian tentang adalah kepala SMK Negeri 6 Yogyakarta.
proses pembelajaran kewirausahaan melalui Dalam penelitian ini peneliti
penyelenggaraan unit produksi di SMK Negeri 6 mengumpulkan data menggunakan metode
Yogyakarta yang meliputi: 1) konsepsi guru wawancara, observasi, dan dokumentasi. analisis
terhadap pembelajaran kewirausahaan; 2) data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
kompetensi kewirausahaan yang dikembangkan Analysis Interactive Model dari Miles dan
dalam kegiatan unit produksi jasa boga; 3) Huberman (1985: 23) yang membagi kegiatan
proses pembelajaran kewirausahaan melalui analisis menjadi beberapa bagian yaitu:
kegiatan unit produksi jasa boga yang meliputi pengumpulan data, pengelompokan menurut
strategi, pelaksanaan, dan monitoring dan variabel, reduksi data, penyajian data,
evaluasi pembelajaran. memisahkan outlier data, dan penarikan
kesimpulan atau verifikasi data.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan HASIL PENELITIAN
kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus Konsepsi Guru terhadap Pembelajaran
Kewirausahaan
(case study). Menurut Robert E. Stake (Denzin
Dalam pendidikan di SMK tidak dapat
& Lincoln, 2009: 299) studi kasus bukanlah
melepaskan diri dari pendidikan kewirausahaan,
sebuah pilihan metodoligis, namun lebih sebagai
karena salah satu lulusannya selain diarahkan
pilihan objek yang diteliti. Muhadjir (1996: 38)
untuk bekerja dalam dunia industri juga
menjelaskan bahwa penelitian studi kasus
disiapkan untuk dapat menciptakan lapangan
didasarkan ketajaman peneliti melihat
kerja baru di bidangnya melalui berwirausaha.
kecenderungan, pola arah, interaksi banyak
Untuk membentuk siswa menjadi seorang
faktor dan hal lain yang memacu atau
wirausaha tidaklah cukup hanya berbekal bakat

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


32
yang dimiliki oleh siswa, namun juga siswa jenjang pendidikan termasuk SMK telah
harus memiliki pengetahuan mengenai segala mendukung dalam penanaman nilai-nilai
aspek usaha yang akan ditekuninya. Siswa dapat kewirausahaan bagi siswa. Karena nilai-nilai
mengembangkan bakatnya melalui pendidikan kewirausahaan merupakan bagian dari nilai-nilai
di sekolahnya. Hal ini sekaligus membantah dasar pendidikan karakter yaitu seperti
anggapan bahwa kewirausahaan merupakan bertanggungjawab, disiplin, kerja keras, kreatif,
bakat bawaan sejak lahir, sehingga tidak dapat dan mandiri. Nilai-nilai tersebut dapat
dipelajari dan diajarkan. diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap
Oleh karenanya model dan sistem mata pelajaran. Sehingga penanaman nilai-nilai
pendidikan di SMK harus menunjang untuk kewirausahaan dapat diaplikasikan secara luas,
menciptakan tenaga-tenaga wirausaha baru tidak hanya diterapkan pada mata pelajaran
melalui pendidikan kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan saja tapi juga dapat
kewirausahaan diharapkan mampu mengasah diintegrasikan dalam mata pelajaran lain baik
kemampuan nalar dan bakat kewirausahaan kelompok mata pelajaran normatif, adaptif,
siswa agar bisa membuka lapangan pekerjaan maupun produktif.
baru. Realisasinya, sekolah telah mengupayakan
Kondisi ini dapat dicapai bila pendidikan untuk menyusun kurikulum dengan
kewirausahaan yang diberikan kepada siswa memasukkan nilai-nilai kewirausahaan kedalam
bukanlah sekedar pengajaran teori semata, pendidikan karakter bangsa. Nilai-nilai tersebut
namun juga aplikasi langsung yaitu dengan cara telah termuat di dalam kurikulum dalam bentuk
melibatkan siswa langsung dalam kegiatan nyata hidden curriculum. Namun sejauh ini, upaya
berwirausaha. Kesadaran akan pentingnya tersebut belum mampu membentuk siswa untuk
pendidikan kewirausahaan ini telah disadari oleh menjadi seorang wirausaha, termasuk mata
para pendidik di SMK Negeri 6 Yogyakarta. Hal pelajaran teori kewirausahaan. Oleh karenanya
ini tercermin dalam proses pembelajaran yang diperlukan kegiatan belajar kewirausahaan yang
telah menyelenggarakan kegiatan unit produksi riil atau nyata, yaitu dengan melibatkan siswa
sebagai salah satu fasilitas belajar siswa dalam dalam kegiatan unit produksi sekolah.
melatih keterampilan produktif dan keterampilan Penanaman nilai-nilai kewirausahaan dan
berwirausaha dengan aplikasi langsung. pengetahuan yang didapatkan siswa dalam mata
Menurut Singh (1998: 48) bahwa pelajaran normatif, adaptif dan produktif akan
penyelenggaraan unit usaha sekolah (unit diaplikasikan secara nyata oleh siswa dalam
produksi) efektif dalam mengembangkan kegiatan belajar di unit produksi. Sehingga dapat
keterampilan berwirausaha untuk memenuhi dikatakan pembelajaran unit produksi
kebutuhan masyarakat dan dalam merupakan muara pembelajaran kewirausahaan
pengembangan barang atau jasa yang bagi siswa. Dengan demikian, pembelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. nilai-nilai kewirausahaan tidak hanya dilakukan
Disamping itu, hadirnya kebijakan tentang pada tataran kognitif, tetapi menyentuh pada
implementasi pendidikan karakter pada setiap internalisasi, dan pengamalan nyata dalam

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


33
bentuk keterlibatan siswa untuk mengelola yang dikembangkan oleh sekolah dalam
usaha di unit produksi. pembelajaran di unit produksi, identifikasi
Dalam pembelajarannya, unit produksi tersebut dengan cara wawancara, observasi, dan
memiliki tujuan jangka pendek (short term) dan dokumentasi selama proses pengambilan data di
jangka panjang (long term). Tujuan jangka lapangan. Mengacu pada definisi kompetensi
pendek dari pembelajaran unit produksi yaitu yang diungkapkan oleh Martinis (2005: 127)
sebagai sumber dana sekolah yang didapatkan bahwa kompetensi adalah kemampuan dasar
dari keuntungan produksi, keuntungan tersebut yang dapat dilakukan oleh para siswa pada tahap
digunakan untuk biaya operasional sekolah. pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Maka
Sedangkan tujuan jangka panjangnya yaitu kompetensi kewirausahaan tersebut dijabarkan
untuk membentuk siswa menjadi self-employee, kedalam tiga kelompok besar yaitu pengetahuan,
yaitu pemberi kerja bagi dirinya dan orang lain sikap, dan keterampilan seorang wirausaha.
dengan berwirausaha. Pertama; pengetahuan kewirausahaan. Dari
Hal ini terlihat bahwa meskipun unit hasil penelitian, dalam proses pembelajaran di
produksi merupakan pembelajaran berbasis unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta
bisnis atau perolehan keuntungan namun tetap sebagian besar guru menyadari bahwa
mengedepankan nilai edukasinya, yaitu proses pengetahuan yang dikembangkan hanya bersifat
pembelajaran bagi siswa dalam melatih pengetahuan teknis. Kondisi ini serupa dengan
keterampilan produktif dan keterampilan pernyataan Gibb (Fayolle, 2007: 74) bahwa
berwirausaha. dalam pendidikan formal sebagian besar
pembelajarannya hanya memusatkan pada
Kompetensi Kewirausahaan yang
Dikembangkan proses transfer explicit knowledge. Sedangkan
Kompetensi kewirausahaan yang akan pengetahuan yang bersifat tacit knowledge
dikembangkan akan dijadikan sebagai landasan belum banyak disadari oleh guru, padahal
melakukan proses pembelajaran dan penilaian pengetahuan ini sangat penrting dalam
siswa. Namun sayangnya, saat ini kompetensi membentuk karakter seorang wirausaha. Namun
kewirausahaan yang dikembangkan dalam demikian pengetahuan yang bersifat tacit
pembelajaran di unit produksi belum tertuang knowledge sudah diajarkan atau dikembangkan
dan bahkan belum terkonsep dalam perencanaan oleh guru pada pembelajaraan kewirausahaan
pembelajaran di unit produksi. Meskipun melalui kegiatan unit produksi, baik disadari
kompetensi tersebut belum terkonsep namun maupun tidak disadari dalam proses
proses pembelajaran kewirausahaan sudah penyampaiannya. Misalnya ketika guru
berjalan yaitu dengan adanya penanaman nilai- memberikan tugas kepada siswa dalam
nilai kewirausahaan yang dilakukan oleh guru mengelola usaha kelompok dengan pemberian
kepada peserta didik yang bermuara pada modal untuk dikembangkan, maka sebenarnya
pengembangan kompetensi kewirausahaan. saat itu guru telah mengajarkan secara tidak
Dalam hal ini peneliti telah melakukan langsung kepada siswa bahwa uang dipandang
identifikasi terhadap kompetensi kewirausahaan sebagai suatu sumber daya, bukan tujuan akhir

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


34
usaha. Uang atau laba yang diperoleh oleh siswa (keterampilan berelasi), conceptual skill
akan dikelola secara proaktif dan dijadikan (keterampilan konseptual), decision making skill
sumber daya dalam mengembangkan usahanya (keterampilan pengambilan keputusan) , time
secara terus menerus. management skill (keterampilan mengatur
Adapun pengetahuan kewirausahaan yang waktu), dan leadership skill (keterampilan
dikembangkan meliputi self knowledge dan kepemimpinan). Dalam hal ini keterampilan
practical knowledge. Self knowledge merupakan produktif atau keterampilan kejuruan sesuai
pengetahuan yang bersifat tacit knowledge yang dengan kompetensi keahlian sudah termasuk
berkaitan dengan pengetahuan tentang jenis dalam technical skill. Sedangkan yang lainnya
usaha yang akan dijalankan dan pengetahuan merupakan keterampilan pendukung.
dasar tentang kewirausahaan. Sedangkan
Proses Pembelajaran Kewirausahaan di Unit
practical knowledge merupakan pengetahuan Produksi
yang bersifat explicit knowledge yang berkaitan Adanya asumsi bahwa kewirausahaan tidak
dengan pengetahuan yang bersifat praktis seperti dapat dipelajari dan diajarkan karena hanya
pengetahuan tentang teknik memasak dan dapat dilakukan melalui pengalaman langsung
memproduksi, quality control product, dan sudah merupakan bakat yang dibawa sejak
pembukuan, dan pemasaran. lahir adalah salah besar. Karena pada
Kedua; sikap kewirausahaan. Sikap hakekakatnya kewirausahaan merupakan
kewirausahaan yang dikembangkan meliputi disiplin ilmu yang dapat dipelajari dan
etos kerja, kemandirian, disiplin, dan kreatif dan diajarkan. Seperti halnya pernyataan menurut
inovatif. Penanaman nilai-nilai tersebut Suryana (2009:10) bahwa kewirausahaan
sangatlah penting dan sudah mulai ditanamkan merupakan disiplin ilmu yang mempelajari
kepada siswa dalam pembelajaran tentang nilai, kemampuan, dan perilaku
kewirausahaan melalui kegiatan unit produksi. seseorang dalam menghadapi tantangan hidup
Hal ini dianggap penting karena secara umum untuk memperoleh peluang dengan berbagai
sikap kewirausahaan sangat dibutuhkan dalam resiko yang mungkin dihadapinya.
mempertahankan kelangsungan hidup manusia, Oleh karenanya unsur-unsur
terlebih dalam menjalankan usaha di bidang tata pembelajarannya harus dirancang sebaik-
boga.. baiknya agar benar-benar dapat menciptakan
Ketiga; keterampilan kewirausahaan. seorang wirausaha dalam bidangnya. Disamping
Berbekal pengetahuan dan sikap kewirausahaan itu, proses pembelajaran dalam pendidikan
saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan kewirausahaan harus diarahkan kepada
bekal keterampilan. Beberapa keterampilan pemanfaatan nyata terhadap pengetahuan dan
kewirausahaan yang dikembangkan dalam kemampuan untuk bekal hidup peserta didik di
pembelajaran kewirausahaan melalui kegiatan tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Hal ini
Unit Produksi Jasa Boga SMK Negeri 6 menjadi tantangan bagi dunia pendidikan untuk
Yogyakarta diantaranya adalah technical skill dapat merancang desain proses pembelajaran
(keterampilan teknis), human relations skill sebaik dengan pengalaman nyata (hands-on

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


35
experiences), Hjorth (Fayolle, 2007: 50). Dan dikarenakan kegiatan unit produksi merupakan
salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di luar kelas
dengan cara melibatkan siswa langsung ke yang belum merumuskan tujuan instruksional
dalam kegiatan nyata dalam berwirausaha (by dalam pembelajarannya dan juga program ini
doing) atau dengan cara magang terlepas dari kegiatan intrakurikuler. Hal inilah
(apprenticeship), Itkonen (Stenström & Tynjälä, yang menyebabkan pembelajaran kewirausahaan
2009: 160). melalui kegiatan unit produksi belum terkonsep
Sejauh ini dalam proses pembelajaran dengan matang.
kewirausahaan, internalisasi atau penanaman
Strategi Pembelajaran
nilai-nilai kewirausahaan kepada siswa dalam
Meskipun kegiatan unit produksi terlepas
kegiatan unit produksi sudah dilakukan oleh
dari Kegiatan Belajar Mengajar di kelas dan
para guru, namun masih belum banyak disadari
belum ada tujuan instruksional yang jelas dalam
sepenuhnya oleh para guru bahwa apa yang
pembelajarannya namun sudah diterapkan
dilakukannya merupakan bagian dari proses
beberapa strategi dalam proses
pembelajaran kewirausahaan. Sebenarnya
pembelajarannya. Beberapa upaya merumuskan
munculnya ketidaksadaran guru tersebut dipicu
strategi pembelajaran tersebut dapat terlihat dari
oleh ketidaktahuan guru terhadap konsep
upaya yang telah dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran kewirausahaan. Dalam
pembelajaran di unit produksi yaitu:
pembelajarannya, seorang guru lebih terfokus
Pertama; menentukan sasaran atau tujuan
pada pencapaian kemampuan aspek kognitif dan
pembelajaran. Sasaran atau tujuan dari
psikomotorik kewirausahaan siswa seperti
pembelajaran kewirausahaan melalui kegiatan
pengetahuan dan keterampilan produktif atau
unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta yaitu
kejuruan di bidang tata boga dan melupakan
untuk membentuk siswa menjadi seorang
pencapaian kemampuan aspek sikap (afektif).
entrepreneur dalam bidangnya. Salah satu upaya
Padahal penanaman sikap kewirausahaan
yang dilakukan yaitu dengan melibatkan siswa
tersebut adalah hal yang terpenting untuk
dalam pengelolaan usaha secara langsung di unit
membentuk karakter seorang wirausaha. Mana
produksi sekolah. Dan siswa sudah sejak dini
mungkin seseorang dapat mengelola sebuah
dikenalkan dengan berwirausaha, sejak kelas
usaha dengan berbekal kemampuan pengetahuan
satu (X) mereka sudah dilibatkan dalam kegiatan
dan keterampilan saja tanpa memiliki
unit produksi sekolah. Meskipun keterlibatan
kemampuan dalam aspek sikap seperti kreatif
mereka hanya terbatas pada pekerjaan teknis
dan inovatif, mandiri, berani mengambil resiko,
yang ringan, seperti mencuci piring, mengepel,
dan yang lainnya.
menyiapkan bahan, dan inventaris bahan dan
Target pencapaian kompetensi
alat.
kewirausahaan siswa yang belum terkonsep
Kedua; menentukan pendekatan
dalam kegiatan unit produksi dan kurangnya
pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dalam
kesadaran guru dalam proses pembelajaran
kegiatan unit produksi yang digunakan adalah
kewirausahaan melalui kegiatan unit produksi
pendekatan Production Based Training (PBT),

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


36
pendekatan ini menekankan pada proses Seperti halnya pernyataan Carrier (Fayolle,
pembelajaran keterampilan yang dirancang dan 2007: 150) bahwa pendekatan pembelajaran
dilaksanakan berdasarkan prosedur kerja yang berdasarkan pengalaman dapat mendukung
sesungguhnya untuk menghasilkan barang atau untuk memperoleh keterampilan, kompetensi,
jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau dan sikap kewirausahaan, disamping itu pula
konsumen. Dalam hal ini siswa diarahkan agar dapat memperkuat integrasi perolehan
dapat menghasilkan barang atau jasa di bidang kompetensi lebih dari sekedar teori dan
boga. Produk yang dihasilkan dari kegiatan unit pengetahuan teknis. Dalam konteks tersebut
produksi ini berupa produk makanan dan siswa dilibatkan langsung dalam 4 kegiatan
minuman (food and beverage product), yaitu mengetahui (knowing), berpikir (thinking),
sedangkan jasa yang ditawarkan berupa jasa melakukan (doing), dan berpartisipasi
catering dan jasa pelatihan (training course) (participating). Adapun beberapa model
seperti pelatihan table manner. pembelajaran yang diterapkan dalam
Ketiga; menentukan model pembelajaran. pembelajaran di unit produksi SMK Negeri 6
Secara garis besar implementasi pembelajaran Yogyakarta yaitu: 1) Model pembelajaran inside
kewirausahaan di SMK Negeri 6 Yogyakarta production; 2) Model pembelajaran outside
dibagi menjadi 3 bagian, yaitu; 1) production; 3) Model pembelajaran mobile
Kewirausahaan, 2) Pengelolaan Usaha, 3) dan canteen.
Unit Produksi. Model pembelajaran di unit Pertama; model pembelajaran inside
produksi dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu: production. Model pembelajaran inside
1) Inside Production; 2) Outside Production; 3) production ini menerapkan agar siswa
Mobile Canteen. Model pembelajaran inside memproduksi produk di unit produksi sekolah,
production diimplementasikan dalam 4 kegiatan dengan menggunakan fasilitas sekolah. Model
unit produksi, yaitu: 1) Production Kitchen pembelajaran ini diterapkan pada 4 unit produksi
(PK); 2) Sanggar pattiseri; 3) Kantin kenari 4; jasa boga, yaitu di Production Kitchen (PK),
dan 4) Kantin siswa. Sanggar Pattiseri, Kantin Kenari 4, dan Kantin
Siswa.
Pelaksanaan Pembelajaran
Kedua; model pembelajaran outside
Pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan
production. Model pembelajaran ini
yang dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan
mengarahkan siswa untuk dapat merintis usaha
unit produksi jasa boga bervariasi, hal ini
sendiri maupun kelompok dengan membentuk
dilakukan agar proses pembelajaran
usaha kelompok, prinsip kerja yang digunakan
kewirausahaan tidak monoton dan
adalah berproduksi di luar sekolah, dengan kata
membosankan bagi siswa. Model pembelajaran
lain siswa membuat produk dengan
yang digunakan yaitu dengan melibatkan siswa
menggunakan fasilitas pribadi yaitu di rumah
langsung dalam pengalaman belajar nyata yaitu
masing-masing. Dalam hal ini posisi siswa
mengelola sebuah usaha di bidangnya. Hal ini
adalah sebagai pengelola dan pemilik usaha
sangat efektif dalam mengarahkan siswa untuk
sekaligus pelaksana usaha tersebut. Model
mencapai kompetensi yang dikembangkan.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


37
pembelajaran ini sangat tepat untuk membentuk inside production dimonitoring oleh dua orang
karakter wirausaha, dan bahkan sebagian besar guru, sedangkan unit produksi yang lainnya
kompetensi yang dikembangkan termuat dalam dimonitoring oleh satu orang guru. Peran guru
proses pembelajaran dengan menggunakan sebagai tim monitoring selain mengontrol
model pembelajaran outside production. Dengan jalannya operasional kegiatan unit produksi juga
model pembelajaran ini siswa diajarkan dalam memantau kemajuan belajar siswa yang terlibat
merintis sebuah usaha kelompok, mulai dari dalam kegiatan unit produksi. Disamping itu
menyusun ide usaha hingga pada juga guru sebagai quality control product atas
pengembangannya. Oleh karenanya sebagai hasil produksi siswa, hasil produksi siswa akan
prasyarat untuk mengikuti pembelajaran ini mendapat pengontrolan agar tetap memiliki
siswa harus memiliki beberapa kompetensi kualitas produk yang baik.
dasar, dimana kompetensi dasar tersebut sudah Berdasarkan dari hasil data penelitian yang
didapatkan oleh siswa pada saat kelas X yaitu diperoleh, pelaksanaan monitoring terhadap
pengetahuan kewirausahaan, keterampilan kemajuan belajar siswa dapat dilihat dari dua
mengolah makanan, dan keterampilan aspek yaitu monitoring terhadap kinerja siswa
menyajikan makanan. (performance monitoring) dan monitoring
Ketiga; model pembelajaran mobile terhadap hasil produksi siswa (product
canteen. Model pembelajaran kewirausahaan ini monitoring). Menurut Salim Peter (Husaini
menerapkan konsep penjualan dengan Usman, 2009: 488) bahwa kinerja digunakan
menggunakan counter/stand non permanen. apabila seseorang menjalankan tugas atau proses
Sejauh ini pelaksanaan model pembelajaran dengan terampil sesuai dengan prosedur dan
tersebut baru terimplementasikan di lingkungan ketentuan yang ada. Sedangkan produknya dapat
sekolah, padahal Kepala SMK Negeri 6 berupa layanan jasa ataupun barang. Sehingga
Yogyakarta mengharapkan agar model antara kinerja dan produk memiliki keterkaitan
pembelajaran ini dapat berekspansi ke luar satu sama lain, kinerja yang baik dari siswa akan
lingkungan sekolah. dapat menciptakan produk yang baik pula.
Pelaksanaan evaluasi belajar masih belum
Monitoring dan Evaluasi
dilakukan dengan maksimal, terlebih evaluasi
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi harus
terhadap pencapaian kompetensi kewirausahaan
memberikan manfaat pedagogis, yaitu dalam
siswa. Hal ini karena guru masih menganggap
mendukung sistem pembelajaran (Singh, 1998:
bahwa kegiatan unit produksi merupakan
45). Dari hasil monitoring dan evaluasi dapat
kegiatan belajar siswa yang terlepas dari
dijadikan acuan dalam pelaksanaan
Kegaiatan Belajar Menagajar (KBM) di kelas
pembelajaran berikutnya, hal ini dilakukan agar
dan belum ada tujuan instruksionalnya, sehingga
dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas
tidak diperlukan perangkat belajar yang lengkap
pembelajarannya.
seperti halnya kegiatan pembelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaan monitoring kegiatan
Meskipun demikian, sudah ada upaya-upaya
unit produksi dilakukan oleh guru pembimbing
yang dilakukan oleh guru untuk mengukur
yaitu dari guru produktif. Setiap unit produksi

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


38
kemajuan belajar siswa yaitu dilakukan dengan (time management skill), dan keterampilan
mengukur perolehan keuntungan dari hasil kepemimpinan (leadership skill).
penjualan produk. Sehingga pengukuran
Proses Pembelajaran Kewirausahaan di Unit
kemajuan belajar siswa masih berorientasi pada Produksi
perolehan keuntungan atau disebut juga profit a. Penyusunan strategi pembelajaran dalam
based evaluation dan belum mencapai pada kegiatan unit produksi belum dilakukan, hal
tataran pencapaian kompetensi kewirausahaan ini dikarenakan belum adanya tujuan
siswa. instruksional dalam kegiatan tersebut.
Disamping itu, paradigma yang berkembang
KESIMPULAN
dikalangan guru-guru bahwa kegiatan unit
Konsepsi Guru Tentang Pembelajaran
Kewirausahaan produksi merupakan kegiatan pembelajaran
Dalam membentuk siswa menjadi seorang yang terlepas dari kegiatan intrakurikuler
wirausaha yang mampu menciptakan lapangan sehingga tidak diperlukan desain

kerja baru di bidangnya tidaklah cukup hanya instruksional yang baku dalam
berbekal bakat yang dimiliki oleh siswa, namun pembelajarannya seperti kegiatan
juga siswa harus memiliki pengetahuan pembelajaran di kelas.
mengenai segala aspek usaha yang akan b. Meskipun tujuan instruksional belum
ditekuninya. Untuk mewujudkan hal tersebut terumuskan, namun guru-guru sudah
diperlukan pembelajaran kewirausahaan melakukan internalisasi nilai-nilai
berdasarkan pengalaman nyata yaitu dengan kewirausahaan kepada siswa dalam
cara melibatkan siswa langsung ke dalam pembelajaran kewirausahaan melalui unit
kegiatan nyata berwirausaha (hands-on produksi, namun belum disadari secara
experience), salah satunya yaitu melalui langsung oleh guru bahwa sebetulnya yang
pembelajaran kewirausahaan di unit produksi. dilakukan guru tersebut merupakan bagian
dari penanaman nilai atau kompetensi
Kompetensi Kewirausahaan Yang
kewirausahaan. Upaya penanaman nilai-nilai
Dikembangkan
Kompetensi kewirausahaan yang tersebut sudah dilakukan melalui pelaksanaan

dikembangkan dalam pembelajaran di unit tiga model pembelajaran kewirausahaan di

produksi yaitu 1) pengetahuan kewirausahaan, unit produksi SMK Negeri 6 Yogyakarta

meliputi: self knowledge dan practical yaitu 1) inside production, 2) outside

knowledge; 2) sikap kewirausahaan, meliputi: production, dan 3) mobile canteen.

etos kerja, kemandirian, disiplin, kreatif dan c. Pelaksanaan monitoring pembelajaran

inovatif; 3) keterampilan kewirausahaan, dilakukan dengan dua cara yaitu: 1)

meliputi: keterampilan teknis (technical skill), performance monitoring); dan 2) product

keterampilan berelasi (human relations skill), monitoring. Sedangkan upaya evaluasi yang

keterampilan konseptual (conceptual skill), telah dilakukan terhadap kemajuan belajar

keterampilan pengambilan keputusan (decision siswa dalam mengikuti kegiatan

making skill), keterampilan mengelola waktu pembelajaran di unit produksi yaitu dengan

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012


39
cara mengukur perolehan keuntungan dari murid agar masyarakat dan wali murid lebih
hasil penjualan produk (profit based meningkatkan partisipasinya dalam
evaluation). menerapkan dan mengembangkan
pembelajaran di sekolah.
SARAN
1. Diharapkan kepada Dinas Pendidikan UCAPAN TERIMA KASIH
Nasional Propinsi DIY dan Dinas Pendidikan Penelitian ini merupakan penelitian Hibah Pasca
dan Pengajaran Kota Yogyakarta, agar dapat yang didanai oleh DP3M Dirjen Ditjen Dikti
memberikan pedoman pelaksanaan dalam Kementerian Pendidikan Nasional. Oleh sebab
pengelolaan pembelajaran kewirausahaan itu peneliti mengucapkan terimasih kepada
melalui penyelenggaraan unit produksi pada DP3M Dirjen Ditjen Dikti yang telah
SMK dan sekaligus dapat memberikan memberikan dana dan kesempatan kepada
bantuan modal usaha bagi SMK. peneliti untuk melakukan penelitian di SMK
2. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6 Negeri 6 Yogyakarta. Ucapan terimakasih
Yogyakarta untuk dapat merumuskan ditujukan kepada Prof. Sukamto M.Sc, Ph.D.
kembali desain instruksional dalam selaku Ketua Peneliti Hibah Pasca dan Prof.
pembelajaran kewirausahaan melalui Pardjono, M.Sc., Ph.D yang telah membimbing
kegiatan unit produksi agar tujuan dalam proses penelitian ini.
pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
3. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6
Denzin, Norman. K., & Lincoln, Yvonna S.
Yogyakarta untuk dapat mensinkronkan
(2009). Handbook of qualitative research.
antara mata pelajaran teori kewirausahaan California: Sage Publication.
dengan pembelajaran di unit produksi agar Depdiknas. (1989). Undang-undang RI Sistem
Pendidikan Nasional Nomor 2, tahun
proses pembelajarannya memiliki keterkaitan 1989, tentang Sistem Pendidikan
satu sama lain. Nasional.
4. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6 Depdiknas. (1990). Peraturan Pemerintah RI
Nomor 29, Tahun 1990, tentang
Yogyakarta agar terus melakukan terobosan Pendidikan Menengah.
pembelajaran kewirausahaan dengan Fayolle, Alain. (Eds). (2007). Handbook of
mengkomunikasikan ke berbagai pihak research in entrepreneurship education,
volume 1. UK: Edward Elgar Publishing.
seperti Dinas Pendidikan Nasional Propinsi
Husaini Usman. (2009). Manajemen: teori,
DIY dan Dinas Pendidikan dan Pengajaran praktek, dan riset pendidikan. Jakarta:
Kota Yogyakarta, pengusaha, dermawan dan Bumi Aksara.
lain-lain agar unit produksi dapat menjadi Kominfo Newsroom. (2009). SBY: guru dan
dosen harus kembangkan semangat
sumber pembelajaran kewirausahaan yang wirausaha . Diambil pada tanggal 20
baik. September 2010, dari
http://www.endonesia.com/mod.php?mod
5. Diharapkan kepada pihak SMK Negeri 6 =publisher&op=viewarticle&cid=40&arti
Yogyakarta untuk tetap membangun d=4571
komunikasi dengan masyarakat dan wali

Praksis Pembelajaran Kewirausahaan pada Unit Produksi Jasa Boga


40
Martinis Yamin. (2005). Strategi pembelajaran Singh, Madhu. (1998). School enterprises:
berbasis kompetensi. ciputat: gaung combining vocational learning with
persada press. production. Germany: UNESCO.
Miles, M.B., & Huberman, M.A. (1994). Suryana. (2009). Kewirausahaan: pedoman
Qualitative data analysis: an expanded praktis, kiat dan proses menuju sukses.
sourcebook (2rd ed). London: Sage Jakarta: Salemba Empat.
Publication.
Wardiman Djojonegoro. (1998). Pengembangan
Noeng Muhadjir. (1996). Metodologi penelitian sumberdaya manusia melalui SMK.
kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Jakarta: PT.Jayakarta Agung Offset.
Stenström, M.L., Tynjälä, P. (2009). Towards UNDP. (2009). Human development report.
Integration of work and learning: Diambil pada tanggal 2 Juli 2010, dari
strategies for connectivity and http://hdr.undp.org/en/statistics/data/.
transformation. Finland: Springer.

Jurnal Pendidikan Vokasi, Vol 2, Nomor 1, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai