Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Kerja
Disusun oleh :
Preseptor:
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha Esa
karena hanya atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan referat
dalam rangka untuk memenuhi salah satu tugas Ilmu Kesehatan Masyarakat,
baik bagi penulis sebagai penyusun maupun bagi pembaca yang membaca referat
pihak yang telah membantu kelacaran penyusunan referat ini, yaitu, Raden
Ganang Ibnusantosa, dr., MMRS. atas bimbingan serta saran-sarannya. Tidak lupa
Penulis sadar bahwa dalam referat ini masih banyak terdapat kesalahan.
Oleh karena itu penulis ingin meminta maaf atas kekurangannya. Saran dan kritik
yang membangun akan penulis terima dengan hati terbuka untuk pembelajaran di
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
1.1 Epidemiologi................................................................................................4
1.2 Patogenesis dan faktor risiko.....................................................................4
1.3 Gejala Klinis................................................................................................5
1.4 Pemeriksaan Penunjang.............................................................................5
1.5 Kriteria Diagnosis.......................................................................................6
1.5.1 Diagnosis Klinis....................................................................................6
1.5.2 Diagnosis Okupasi................................................................................8
BAB II.....................................................................................................................9
2.1 Tatalaksana Medis......................................................................................9
2.2 Tata Laksana Okupasi..............................................................................11
BAB III..................................................................................................................20
PENUTUP.............................................................................................................20
3.1 Komplikasi.................................................................................................20
3.2 prognosis....................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................21
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Epidemiologi
Trauma kimia menjadi penyebab sekitar 10% kunjungan pasien ke Rumah
Sakit dengan keluhan pada mata. Lebih dari 60% trauma terjadi di tempat kerja,
dan 30% terjadi di rumah. Trauma kimia dapat terjadi pada seluruh usia, namun
kebanyakan terjadi pada usia 16-45 tahun. Pria tiga kali lebih sering terkena
dibandingkan wanita, hal ini mungkin akibat predominasi pria dalam pekerjaan
perindustrian, seperti konstruksi dan pertambangan yang risiko tinggi untuk
trauma okular.1
4
daripada asam. Jaringan yang rusak mengeluarkan enzim proteolitik
sebagai bagian dari respons peradangan yang mengarah pada
kerusakan lebih lanjut. Zat alkali dapat menembus ke dalam ruang
anterior menyebabkan pembentukan katarak, kerusakan pada ciliary
body dan kerusakan pada trabecular meshwork.
Kerusakan pada epitel kornea dan konjungtiva dari luka bakar mata
mungkin sangat parah sehingga merusak sel induk limbal pluripoten
yang menyebabkan defisiensi sel induk limbal. Hal ini dapat
menyebabkan kekeruhan dan neovaskularisasi kornea. Terjadi
peningkatan tekanan intraokular (TIO) akut karena penyusutan dan
kontraksi kornea dan sklera. Peningkatan TIO jangka panjang dapat
terjadi dari akumulasi inflamasi di dalam trabecular meshwork, serta
kerusakan pada trabecular meshwork itu sendiri.
Kerusakan konjungtiva dapat menyebabkan jaringan parut yang luas,
iskemia perilimbal, dan kontraktur forniks. Hilangnya sel goblet dan
peradangan konjungtiva dapat membuat permukaan mata rentan
terhadap kekeringan.Malposisi kelopak mata dapat terjadi karena
pembentukan symblepharon yang mengarah ke entropion atau
ektropion cicatrikial.2
3. Faktor risiko
Beresiko tinggi apabila bekerja dengan bahan-bahan kimia, seperti
tukang ledeng, cleaning service, petani, pekerja di kolam renang,
montir, pelukis, konstruksi dan pertambangan.
5
dengan lup atau slit lamp bertujuan untuk mengetahui lokasi luka. Pemeriksaan
oftalmoskopi direk dan indirek juga dapat dilakukan. Selain itu dapat pula pada
organ mata, mekanisme terjadinya kerusakan pada mata, derajat kerusakan
kornea. dilakukan pemeriksaan tonometri untuk mengetahui tekanan intraokular.
Diagnosis banding dari trauma kimia asam adalah trauma kimia basa.
Perbedaannya terdapat pada kerusakan yang ditimbulkan, kemampuan penetrasi
dan prognosisnya
1. Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis
dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri
dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya
halo di sekitar cahaya.
2. Pemeriksaan Fisik
6
integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan pemberian anestesi topikal
Pada pemeriksaan fisik dan oftamologi dapat di jumpai adalah defek epitel
kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh epitel.
Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat di jumpai :
Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi
total sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.
Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang
penyembuhannya tidak baik.
Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini
biasa terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang lebih
dalam.
Kerusakan / jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini
menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan
bola yang telah terkena trauma.
Inflamasi konjungtiva.
Iskemia perilimbus
Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan
berupa kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit
sekitar, serta adanya sel dan flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat
ditemukan keratitis pungtata sampai erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada
stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak merah, melainkan putih karena
7
terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva. Kemosis lebih jelas, dengan
derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta opasitas pada
kornea.4
8
6) Menentukan pajanan dari luar tempat kerja berupa informasi kegiatan
yang dilakukan diluar rumah seperti hobi, pekerjaan rumah, dan
pekerjaan sampingan
7) Langkah terakhir adalah penetuan diagnosis penyakit akibat kerja atau
bukan penyakit akibat kerja berdasarkan enam langkah di atas.5
BAB II
PENATALAKSANAAN
sesegera mungkin. Tujuan utama dari terapi adalah menekan inflamasi, nyeri, dan
selama minimal 30 menit. Jika hanya tersedia air non steril, maka air
dapat digunakan sebelum dilakukan irigasi. Tarik kelopak mata bawah dan
(pH=7.0)
9
Penggunaan Desmarres eyelid retractor dapat membantu dalam
sedang meliputi:
atau glass rod untuk membersihkan partikel, konjungtiva dan kornea yang
eritromisin).
nyeri.
6. Dapat diberikan air mata artifisial (jika tidak dilakukan pressure patch). 6
Tatalaksana untuk trauma kimia derajat berat setelah dilakukan irigasi, meliputi:
10
2. Debridement jaringan nekrotik yang mengandung bahan asing
5. Steroid topikal ( Prednisolon acetate 1%; dexametasone 0,1% 4-9 kali per
pertama karena jika lebih lama dapat menghambat sintesis kolagen dan
terdapat pasien yang tidak sehat maka pasien tidak layak untuk
bekerja.7
Tahap – tahap
11
i. Persiapan tenaga kerja seperti puasa selama 12 jam dan
tekanan darah;
abnormalan;
Pelaporan
pemeriksaan
Definisi :
12
Syarat mengikuti:
Alur Pelaporan :
13
Pertama, Jika peserta mengalami kecelakaan ketika bekerja,
14
Ketiga, formulir BPJS Ketenagakerjaan 3a yang telah diisi
jaminan. 9,10
15
Formulir tahap 2:
16
17
Form yang diberikann dokter:
18
c. Penentuan kecacatan
19
Tindakan ini dilakukan oleh Dokter Penasehat, yaitu dokter
20
21
22
23
B. Tatalaksana Okupasi pada Komunitas Pekerja
kerja. Bahan kimia yang ada di tempat kerja dapat berupa produk akhir atau bahan
baku untuk membuat produk. Bahan kimia lain yang digunakan dapat berupa
pelumas, pembersih, bahan bakar atau produk sampingan. Bahan kimia yang
bahkan bertahun-tahun.5
24
mengenai dampak bahan kimia tersebut. Dari bagaimana wujud bahan
dikendalikan.13
adalah kegiatan memberi tanda berupa gambar atau symbol, huruf atau
25
d) Pemberian informasi mengenai alat pelindung diri yang sesuai dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja dan cara pemakaian alat
seperti masker, sarung tangan dan kacamata.13 Pastikan APD pas dan
nyaman digunakan.
b) Pemeriksaan berkala
c) Pemeriksaan khusus
26
kesehatan pekerja dapat dihubungkan denga lingkungan kerja untuk
BAB III
PENUTUP
3.1 Komplikasi
kerusakan kornea.
dan menurunkan kaar glukosa dan askorbat apabila mengenai mata. Asam
6) Entropion dan phthisis bulbi, komplikasi jangka panjang pada trauma kimia.
7) Kebutaan
27
3.2 prognosis
Iskemik yang terjadi pada pembuluh darah limbus dan konjungtiva menjadi
bahwa prognosis buruk. Prognosis buruk akan terlihat daari gambaran mata
DAFTAR PUSTAKA
28
of Medicine, Opinion in Ophthalmology 2010, 21:317–3211.
2019;10:200–5.
INDONESIA;
11. R. Mohamad Mulyadin MI& KA. Peraturan Pemerintah No.44 Tahun 2015
Kematian. 2013;
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52275/Trauma
Kimia.pdf?sequence=2
29
Lampiran
30