Pertemuan 3
Pertemuan 3
Semua pengetahuan harus memiliki objek, yang terdiri atas objek formal dan material. Objek
formal Pancasila adalah suatu sudut pandang tertentu dalam pembahasan Pancasila atau dengan
kata lain dari sudut pandang apa Pancasila itu dibahas.
Sudut pandang ilmiah dalam mengkaji Pancasila bersifat interdisipliner, artinya melibatkan
berbagai sudut pandang yang relevan dan mendukung seperti sudut pandang historis (sejarah),
yuridis (hukum), filosofis atau kultural (budaya), dan lain-lain.
Objek material Pancasila adalah suatu objek yang merupakan sasaran kaji atau bahasan
Pancasila, baik yang bersifat empiris maupun non-empiris. Pancasila merupakan hasil budaya
bangsa Indonesia. Dengan demikian, bangsa Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam
bermasyarakat dan bernegara adalah objek material dari Pancasila atau asal mula nilai-nilai
Pancasila. Objek material yang bersifat non-empiris merupakan objek yang lebih bersifat
abstrak, tidak dapat diindera secara langsung seperti nilai-nilai moral, religius yang tercermin di
dalam kepribadian, sifat karakter dan pola budaya bangsa Indonesia.
Objek material yang bersifat empiris adalah hasil-hasil kongkrit yang mencerminkan nilai-nilai
moral, perilaku, karakter, pola budaya bangsa Indonesia sejak dahulu sampai sekarang.
Contohnya peninggalan sejarah zaman kuno berupa prasasti, candi-candi, bangunan-bangunan,
naskah-naskah kuno, peninggalan zaman menjelang dan sesudah kemerdekaan berupa naskah-
naskah sidang, lembaran negara dan sebagainya yang menunjukkan adanya nilai-nilai Pancasila
di dalamnya.
2. Bermetode
Ada beberapa metode yang digunakan dalam pembahasan Pancasila, antara lain: analitiko
sintetik (perpaduan antara analisis dan sintesis), hermeneutika (metode untuk menemukan
makna), dan koherensi historis.
3. Bersistem
c. bagian-bagian yang termuat dalam sistem saling berhubungan dan saling ketergantungan
d. dalam suatu sistem termuat adanya maksud dan tujuan tertentu (bersama)
Pengkajian Pancasila secara ilmiah harus merupakan satu kesatuan yang utuh. Terlebih lagi
pancasila sebagai rumusan bangsa Indonesia memang sudah tersusun secara utuh, satu kesatuan
majemuk tunggal, yaitu kelima sila baik rumusannya, inti sila-sila Pancasila merupakan satu
kebulatan dan kesatuan.
Pancasila sebagai objek pemahaman ilmiah bersifat koheren tanpa ada pertentangan satu sama
lain sehingga makna di dalamnya menunjukkan adanya suatu kesatuan sistem.
4. Bersifat universal
Kebenaran pengetahuan ilmiah harus bersifat umum atau universal, artinya tidak terbatas ruang
dan waktu. Dalam kaitannya dengan Pancasila dapat diketahui bahwa hakikat ontologis sila-sila
Pancasila adalah besifat universal atau dengan kata lain esensi sila-sila Pancasila itu tidak
terbatas oleh ruang dan waktu dapat diterapkan di mana saja.