Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,Ida

Sang Hyang Widhi Wasa, atas rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis

dapat menyelesaikan praktek kemahiran dan keterampilan hukum (PKKH)

periode XXXII TAHUN 2016 dan sekaligus dapat menyusun laporan akhir

PKKH yang berjudul PENANGKAPAN TERSANGKA TIDAK PIDANA

NARKOTIKA ( STUDI KASUS POLDA BALI). Laporan ini disusun untuk

memenuhi tugas akhir PKKH sebagai hasil rangkuman pengamatan selama

mengikuti praktek di Kepolisian Daerah Bali (POLDA).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penulis dalam penyusunan laporan serta bimbingan selama

mengikuti kegiatan di POLDA Bali, antara lain:

1. Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Udayana.

2. -----------------------------selaku Ketua Panitia PKKH.

3. ---------------------------selaku Kapolda Bali.

4. ----------------------------selaku Wakapolda Bali.

5. -----------------------------selaku Direktur Reserse Kriminal Umum Polda

Bali.

6. ----------------------------selaku Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum

Polda Bali.

7. Kompol. I Ketut Dana Suasta, SH selaku Pembimbing Institusi Polda

Bali.

i
8. AKBP Ni Putu janawati, SH, MH selaku Kabag Wasidik Narkoba Polda

Bali.

9. AKBP Ida Bagus Nuardana Manuaba, SH selaku Kabag Wasidik Dit.

Reskrimum Polda bali.

10. Para Penyidik di Lingkungan Polda Bali.

11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Satria selaku korti, Santi, Ragil, Windu,

Gung diki, adi surya, fajar dan yang lainya.

12. Serta keluarga saya dirumah, teman terdekat saya dan pihak-pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan

dukungan secara formil, materiil, maupun mental. Terima kasih atas

kebersamaan, kerjasamanya sehingga dapat menyelesaikan laporan ini

secara tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekuarangan dalam penulisan

laporan tugas akhir ini karena keterbatan waktu, pengetahuan, dan kemampuan

yang terbatas penulis miliki. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang

sifatnya positif sangat diharapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis

dan pembaca.

Denpasar, Mei 2015

Hormat saya,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR..i

DAFTAR ISI...iii

DESKRIPSI KELEMBAGAAN TEMPAT PKKHv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Rumusan Masalah3

1.3 Tinjauan Pustaka..3

1.4 Tujuan penulisan..4

1.4.1 Tujuan Umum..4

1.4.2 Tujuan Khusus.4

1.5 Manfaat penulisan5

1.6 Metode Penulisan.5

1.6.1 Pendekatan Masalah.6

1.6.2 Sumber Data.6

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data...7

1.6.4 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data..7

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Analisis.8

2.2 Solusi......15

iii
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.16

3.2 Saran...17

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR INFORMAN

LAMPIRAN LAMPIRAN

iv
DESKRIPSI TEMPAT PKKH

Sebelum memasuki latar belakang masalah dari laporan akhiryang

diangkat, maka ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu kelembagaan tempat

melakukan Praktek Kemahiran dan Keterampilan Hukum (PKKH) sebagai

salah satu syarat kelulusan. Pada Praktek Ketrampilan dan Kemahiran Hukum

Fakultas Hukum Universitas Udayana periode XXX tahun 2015 ini saya

ditempatkan di POLDA BALI yang beralamat di Jl.Wr.Supratman No.7

Denpasar. Polda merupakan satuan pelaksanaan utama kewilayahan yang

berada di bawah POLRI.

STRUKTUR ORGANISASI POLDA BALI BERDIRI DARI :

1. Pimpinan terdiri dari :

KAPOLDA ( Kepala Kepolisian Daerah )

WAKAPOLDA ( Wakil Kepala Kepolisian Daerah )

2. Unsur Pengawasan dan Pembantu Pimpinan atau Pelayanan terdiri dari :

ITWASDA ( Inspektorat Pengawas Daerah )

BID. PROPAM ( Bidang Profesi dan Pengamanan )

BID. HUMAS ( Bidang Hubungan Masyarakat )

BID. KUM ( Bidang Hukum )

Bidang Teknologi dan Informasi Kepolisian Republik Indonesia

RO. OPS ( Biro Oprasi )

RO. RENA ( Biro Perencanaan dan Anggaran )

v
RO. SDM ( Biro Sumber Daya Manusia )

RO. SARPRAS ( Biro Sarana dan Prasarana )

Staf Pribadi Umum

Pelayanan Markas

3. Unsur Pelaksanaan Tugas Pokok terdiri dari :

SPKT ( Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu )

DIT. INTEL ( Direktorat Intel )

DIT. RESKRIMUM ( Direktorat Reserse Krimnal Umum )

DIT. RESKRIMSUS ( Direktorat Reserse Kriminal Khusus )

DIT. NARKOBA ( Direktorat Reserse Narkoba )

Satuan Brimob

DIT. BINMAS ( Direktorat Pembinaan Masyarakat )

DIT. SABRAHA ( Direktorat Sabraha )

DIT. LANTAS ( Direktorat Lalu Lintas )

DIT. PAMOBVIT ( Direktorat Pengamanan Obyek Vital )

DIT. POL AIR ( Direkorat Polisi Perairan )

DIT. TAHTI ( Direktorat Tahanan dan Barang Bukti )

4. Unsur Pelaksanaan Tugas Pokok terdiri dari :

Sekolah Kepolisian Negara ( SPN )

Bidang Keuangan

Bidang Kedokteran dan Kesehatan

vi
Dapat juga membawahi 8 Polres dan 1 Polrestadi Denpasar yaitu :

1) Polresta Denpasar

2) Polres Buleleng

3) Polres Tabanan

4) Polres Gianyar

5) Polres Klungkung

6) Polres Bangli

7) Polres Karangasem

8) Polres Jembrana

9) Polres Badung

Dit. Reskrimum Polda Bali membawahi 4 ( empat ) Subdit yang

dipimpim olh kepala sub.direktorat ( KASUBDIT ) , dan di setiap subdit terdiri

5 ( lima ) unit, yakni meliputi : Unit 1, Unit 2, Unit 3, Unit 4, dan Unit 5.

Disetiap unit juga dikepalai oleh ( KANIT ) Kepala Unit dengan beranggotakan

( PANIT ) Perwira Unit serta anggota unit lainnya, berikut ini penjabarannnya :

1. SUBDIT I, Mengenai Kasus Tindak Pidana Keamanan Negara

Sub I, merupakan Satuan Operasional yang dalam hal ini khusus

membawahi 5 ( lima ) unit, yaitu :

Kanit I ( Handak dan Senpi ), Kanit II ( Pemilu atau Pamilukada ),

Kanit III

( Berimplikasi Kontijensi ), Kanit IV ( Terorime ), Kanit V

( Pembakaran Pempakaran dan Pencemaran Nama Baik ).

vii
2. SUBDIT II, Menangani Kasus Tindak Pidana Harta Benda

(Harda), Bangunan dan Tanah ( Bangtah )

Sub II, yang membawahi 5 ( lima ) unit, yaitu : Kanit I ( Harta Benda ),

Kanit II

( Bangunan ), Kanit III ( Tanah ), Kanit IV ( Tipu Gelap ), Kanit IV

( Pemalsuan ).

3. SUBDIT III, Mengenai Kasus Tindak Pidana Kejahatan ( Jatanras)

Kanit I ( Pembajakan dan Sandera ), Kanit II ( Pembunuhan dan

Penganiayaan ), Kanit III ( Curnmor ), Kanit IV ( Premanisme dan

Pencurian ), Kanit V ( Perudian ).

4. SUBDIT IV, Mengenai Kasus Tindak Pidana Renakta

Sat IV, menyelenggarakan kegiatan tindak pidana umum yang berkaitan

dengan remaja, anak, wanita, asusila, dan tenaga kerja, yang

membawahi 5 ( lima ) unit, yaitu :

Kanit I ( Remaja, Anak dan Wanita), Kanit II ( Perdagangan dan

Penyelundupan

Manusia ), Kanit III ( Asusila ), Kanit IV ( KDRT ), Kanit V ( Tenaga

Kerja).

Dalam pelaksanaan tugas Dit.Reskrimum menyelenggarakan fungsi

sebagai berikut :

1) Pembinaan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan tindak

pidana umum, identifikasi, dan laboratorium forensik lapangan.

viii
2) Pelayanan dan perlindungan khusus kepada remaja, anak, dan

wanita baik sebagai pelaku maupun korban sesuai dengan

ketentuan perundang undangan.

3) Pengidentifikasian untuk kepentingan penyidik dan pelayanan

umum.

4) Penganalisisan kasus beserta penanganannya serta mmpelajari

dan mengkaji efektifitas pelaksanaan tugas Dit. Reskrimum

Polda Bali.

5) Pengumpulan dan pengolahan data serta menyajikan informasi

dan dokumentasi program kegiatan Dit. Reskrimum Polda Bali

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi ini dimana perkembangan itu selalu

diikuti proses penyesuaian diri yang kadang-kadang proses tersebut terjadi

secara tidak seimbang. Dengan kata lain, pelanggaran terhadap norma-

norma tersebut semakin sering terjadi dan kejahatan semakin bertambah,

baik jenis maupun bentuk polanya semakin kompleks. Perkembangan

masyarakat itu disebabkan karena ilmu pengetahuan dan pola pikir

masyarakat yang semakin maju dan masyarakat berusaha mengadakan

pembaharuan-pembaharuan di segala bidang. Namun kemajuan teknologi

tidak selalu berdampak positif, bahkan ada kalanya berdampak negatif.

Maksudnya adalah dengan kemajuan teknologi juga ada peningkatan

masalah kejahatan dengan menggunakan modus-modus baru yang lebih

canggih.

Akhir-akhir ini kejahatan narkotika dan obat-obatan terlarang

yang dilakukan dengan modus operandi yang tinggi dan teknologi yang

canggih, aparat penegak hukum di harapkan mampu mencegah dan

menanggulangi kejahatan tersebut guna meningkatkan moralitas dan

kualitas sumber daya manusia di Indonesia khususnya bagi generasi

penerus bangsa.1

1
A. Hamzah dan RM. Surachman, 1994, Kejahatan Narkotika dan Psikotropika,
Sinar Grafika, Jakarta, h. 6.

1
Diantara aparat penegak hukum yang juga mempunyai peran

penting terhadap adanya kasus tindak pidana narkotika ialah penyidik,

dalam hal ini penyidik POLRI. Sesuai dengan Undang-Undang Rebuplik

Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisisan Negara Republik

Inodesia yang memiliki fungsi sebagai pemerintahan negara dibidang

keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan,

pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Dengan demikian penyidik

diharapkan mampu membantu proses penyelesaian terhadap kasus

pelanggaran tindak pidana narkotika.

Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009

tentang Narkotika, dimana di dalamnya diatur sanksi hukumnya serta hal-

hal yang diperbolehkan. Keberlakuan Undang-Undang ini sangatlah

tergantung pada seluruh jajaran penegak hukum, dalam hal ini seluruh

intansi yang terkait langsung, yakni penyidik Kepolisian Negara Republik

Indonesia (POLRI) serta para penegak hukum yang lainnya. Di sisi lain hal

yang sangat penting adalah perlu adanya kesadaran hukum dari seluruh

lapisan masyarakat guna menegakkan kewibawaan hukum dan khususnya

terhadap Undang-Undang Narkotika.

Seringkali muncul berbagai sorotan, kritikan dan kecaman yang

dialamatkan kepada penyidik / Polri oleh masyarakat dalam menangani

suatu kasus. Masyarakat menilai bahwa penyidik / Polri kurang transparan,

kurang adil bahkan sering dituduh memainkan suatu kasus dengan imbalan

berupa uang, untuk mencegah terjadinya penyimpangan dan

penyalahgunaan wewenang oleh peyidik/penyidik pembantu, diatur

2
manajemen penyidikan dengan Standar Operasional Prosedur ( SOP ).

Berdasarkan uraian diatas maka penulis sangat tertarik untuk mengangkat

sebuah judul laporan PENANGKAPAN TERSANGKA TIDAK

PIDANA NARKOTIKA (STUDI KASUS DI POLDA BALI) agar

mengetahui lebuh jauh tentang penagkapan

1.2 Rumusan Masalah

2 Bagaimana mekanisme penangkapan tersangka tindak pidanan

narkotika di wilayah hukum Polda Bali ?

3 Apa kendala yang dialami dalam proses penangkapan tindak pidana

narkotika ?

3.1 Tinjauan Pustaka

Narkotika adalah zat yang bisa menimbulkan pengaruh-pengaruh

tertentu bagi mereka yang menggunakan dengan memasukkannya kedalam

tubuh. Pengaruh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,

rangsangan semangat dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan.2

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang

kepolisisan negara, menjelaskan Penyidikan adalah serangkaian tindakan

penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

tersangkanya.

2
Soedjono Dirdjosisworo, 1987, Hukum Narkotika Indonesia, Cetakan ke-1, P.T.
Alumni, Bandung, h-7.

3
Pada Pasal 1 angka 20 Kitab Undang-Undang Hukum Acara

Pidana, Penangkapan adalah suatu tindak penyidik berupa pengekangan

sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat

cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau

peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur undang-undag ini

Menurut erlangga persoalan narkotika bukan merupakan kejahatan

kriminal biasa, melainkan kejahatan terorganisir. Kejahan narkotika sudah

merupakan persoalan kenegaraan dan juga merupakan kejahtan

transnasional. Dimungkinkan peredaran narkotika bertujuan melemahkan

posisi suatu negara dengan merusak generasi mudanya.3

1.4 Tujuan Penulisan

Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui mekanisme dan upaya kepolisian dari segi

praktek dilapangan, serta memperoleh pengalaman dan

pengetahuan yang mendalam mengenai tugas dan tanggungjawab

kepolisian sebagai aparat penagak hukum.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui proses pada tingkat penyidikan Tindak Pidana

Narkotika di Polda Bali.

3
H. Hadiman, 1999, menguak misteri maraknya narkoba di indonesia,
jakarta, hal.43

4
2. Mengetahui kendala dalam proses tingkat penyidikan tindak pidana

narkotika.

1.5 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan laporan akhir praktek kemahiran

dan keterampilan hukum (PKKH) ini sebagai berikut :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penulisan laporan akhir praktek kemahiran dan keterampilan

hukum (PKKH) ini bermanfaat untuk mengetahui bagaimana prosedural

kepolisian terhadap penangkapan tindak pidanan narkotika pada tingkat

penyidikan.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penulisan laporan akhir praktek kemahiran dan keterampilan

hukum (PKKH) ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan kepada para

pembaca yang ingin memahami peran kepolisian dalam hal penangkapan

dan hambatan-hamabatan yang di alami oleh kepolisian dalam hal tindak

pidana narkotika.

1.6 Metode Penulisan

Dalam menyusun laporan ini penulis mengunakan metode penulisan

sebagai berikut :

5
1.6.1 Jenis Penulisan

Penulis dalam menyusun laporan akhir PKKH ini menggunakan

pendekatan Yuridis Empiris. Pendekatan secara yuridis yakni pendekatan

yang dilandaskan berdasarkan peraturan-peraturan Hukum yang berlaku

dengan mengaitkan pada permasalahan yang terjadi di lapangan.

Sedangkan pendekatan empiris merupakan suatu pendekatan yang

dilakukan berdasarkan hasil penelitian langsung dilapangan yakni pada

tempat praktek di Polda Bali serta hasil wawancara dengan petugas

satuan narkotika.

1.6.2 Sumber Data

1. Data primer

Data primer adalah data yang di dapat langsung dari para informan

sebagai sumber utama yang dimana penulis melakukan praktek di

Polda Bali.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data-data yang bersumber dari litelatur dan

perundang-undangan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang

akan dibahas antara lain :

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana.

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang

Kepolisian Republik Indonesia

6
c. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang

Narkotika

1.6.3 Tehnik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tehnik pengumpulan data

primer yaitu mempergunakan tehnik wawancara kepada informan di Polda

Bali. Sedangkan data sekunder bersumber dari buku, literatur-literatur

mengenai materi permasalahan yang akan dibahas.

1.6.4 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh dari penelitian laporan tersebut kemudian

diolah secara kualitatif dengan cara mengumpulkan data yang ada dalam

kenyataannya dengan menonjolkan permasalahan yang ada dan dilengkapi

dengan hasil wawancara sehingga memperoleh kesimpulan secara

deskriptif analitis yaitu menguraikan, menjelaskan, serta menggambarkan

data yang didapat dan disajikan dengan pembahasan

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Mekanisme penangkapan tindak pidana narkotika

penangkapan sesuai dengan Pasal 1 butir 20 KUHAP memberikan

definisi sebagai berikut. Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik

berupa pengekangan kebebasan sementara waktu tersangka atau terdakwa

apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan

dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-

undag ini.4 Unsur-unsur penangkapan terdiri dari pengekangan sementara

waktu kebebasan, tersangka atau terdakwa, terdapat cukup bukti, guna

kepentingan penyidikan, penuntutan, peradilan.5

Penangkapan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika berbeda halnya dengan

penangkapan dalam KUHAP, dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika dijelaskan dalam Pasal 76 ayat 1

pelaksanaan kewenang sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 75 huruf G

dilakukan paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam terhitung sejak

surat penangkapan diterima penyidik. Ayat 2 penangkapan sebagaimana

dimaksud (1) dapat diperpanjang paling lama 3 x 24 (tiga kali dua puluh

empat) jam. Apabila penagkapan dilakukan lewat dari waktu yang di

4
Andi hamzah,2008, Hukum Acara Pidana Indonesia, sinar grafika,
jakarta hal.128
5
Leden marpaung, 2009, Proses Penanganan Perkara Pidana, sinar
grafika, jakarta, hal.109

8
tentukan penangkapan dianggap tidak sah dan sebagai konsekuensinya

tersangka harus dibebaskan demi hukum

Proses penangkapan tindak pidana narkotika, sesuai dengan hasil

wawancara saya dengan AKBP NI PUTU JANAWATI sebagai berikut :

a. Adanya laporan dari masyarakat

b. Melakukan penyelidikan atas kebenaran laporan serta keterangan

tentang adanya penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika

c. Dibuatkannya surat perintah penyelidikan dan surat perintah tugas,

d. Melakukan pemeriksaan terhadap orang atau korporasi yang diduga

melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan

Prekursor Narkotika.

e. Memanggil orang untuk didengar keterangannya sebagai saksi.

f. Melakukan penggeledahan bada maupun penggeledahan tempat,

dalam hal ini polisi wajib memberikan kesempatan untuk diperiksan

terlebih dahulu, untuk mengurangi adanya tindak penipuan terhadap

barang bukti dan perlu adanya saksi mata untuk memperkuat alat

bukti.

g. Menyita barang bukti baik elektronik maupun barang bukti yang

terkait dengan tindak pidana narkotikan untuk selanjutnya dibawa

kekantor polisi untuk pemeriksaan lebih lanjut.

h. Menangkap orang yang diduga melakukan penyalahgunaan dan

peredaran gelap Narkotika.

9
i. Selanjutnya, melakukan uji laboratorium forensik terhadap sampel

dan barang bukti Narkotika untuk membuktikan apakah barag

tersebut mengandung zat-zat kimia yang merupakan narkotika.

j. Setelah proses penyelidikan selesai, dibuatkan berkas hasil

penyelidikan barulah dilakukan dilakukan penindakan denga

pertama-tama gelar perkara.

10
ALUR MEKANISME PENGUNGKAPAN TINDAK PIDANA
NARKOBA

SUMBER LAPORAN ANALISIS


INFORMASI INFORMASI PENELITIAN
(TERBUKA/
TERTUTUP)

PENYELIDIKAN

- OBSERVASI
- SURVAILANCE SPRIN LIDIK
- UNDERCOVER AGENT REN LIDIK
- UNDERCOVER BUY
- CONTROLLED DELIVERY
- PHONE INTERCEPT

LAP HASIL
LIDIK

GELAR
PERKARA

PUTUSAN GELAR PERKARA : PUTUSAN GELAR PERKARA :

TIDAK CUKUP BUKTI UNTUK CUKUP BUKTI UNTUK


DILAKUKAN KE PROSES SIDIK DILAKUKAN KE PROSES SIDIK

TERSANGKA DILEPAS DEMI LENGKAPI MIDIK ......


HUKUM (BA PELEPASAN PEMBERITAHUAN KPD
TSK) KELUARGA TSK TTG
BB NARKOBA MENJADI TANGKAP & TAHAN THD TSK
BARNAG TEMUAN PEMBERKASAN PERKARA
BB BUKAN NARKOBA KIRIM BP KE JPU ........SP2HP
DIKEMBALIKAN KEPADA BP P-21 .........SP2HP
TSK (BA PENGEMBALIAN PELIMPAHAN BP,TSK, & BB
BB) KE JPU ........... SP2HP

11
Adapun teknik-teknik dari penyidikan dalam hal mengungkap pelaku tindak

pidana narkotika, yaitu sebagai berikut :

1. Observasi.

Pengertian observasi yaitu meninjau atau mengamat-amati suatu

tempat, keadaan atau orang untuk mengetahui baik hal-hal yang biasa

maupun yang tidak biasa dan kemudian hasilnya dituangkan dalam

suatu laporan.

2. Surveillance (pembuntutan)

Pengawasan terhadap orang , kenderaan dan tempat atau obyek yang

dilakukan secara rahasia , terus-menerus dan kadang -kadang bcrselang

untuk memperoleh infbrmasi kegiatan dan identifikasi oknum.

Infbrmasi yang diperoleh dalam melakukan pembututan digunakan

untuk mengidentiflkasi sumber , kurir dan penerima narkoba.

3. Undercover Agent ( Penyusupan Agen )

Operasi penyusupan dalam tindak pidana narkoba sangat diperlukan

hal ini disebabkan tindak pidana narkoba merupakan tindak pidana

yang terorganisasi.

4. Pembelian Terselubung ( undercover buy)

Pembelian terselubung atau undercover buy adalah suatu teknik

khusus dalam penyelidikan kejahatan narkoba, dimana seorang

informan atau anggota polisi (dibawah selubung), atau pejabat lain yang

12
diperbantukan kepada polisi ( di bawah selubung ), bertindak sebagai

pembeli dalam suatu transaksi gelap jual beli narkoba, dengan maksud

pada saat terjadi hal tersebut, si penjual atau perantara atau orang-orang

yang berkaitan dengan supply narkoba dapat ditangkap beserta barang

bukti yang ada padanya.

5. Penyerahan Narkoba Yang Dikendalikan ( Controlled Dellivery )

Penyerahan yang dikendalikan ( Controlled Dellivery ) adalah suatu

teknik khusus dalam penyidikan kejahatan narkotika tahap penyelidikan

dan terjadi penangguhan/ penangkapan/penahanan/pensitaan, barang

bukti, dimana seorang tersangka yang mau bekerja sama dengan polisi

atau informan atau pejabat lain ( undercover agent ) dibenarkan/narkoba

tersebut pada penerimanya, dengan maksud pada saat penerimaan dapat

ditangkap orang-orang yang terlibat kejahatan narkoba beserta barang

buktinya.6

6. Penyadapan phonecell (phone intercept)

Teknik Penyadapan phonecell (phone intercept) adalah suatu

tindakan khusus dalam peneyelidikan pelaku kejahatan narkotika

dengan cara melakukan penyadapan phonecell dari pelaku tindak

pidana narkotika, dimana informasi tentang transaksi dan keberadaan

6
http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8979-langkah-langkah-penyidik-
dalam-penyelesaian-tindak-pidana-narkoba.html, 16:20, Kamis,12 Mei 2016

13
pelaku kejahatan narkotika dapat diketahui, dengan demikian

mempermudah dalam penangkapan pelaku.

2.2 Kendala dalam proses penagkapan tindak pidana narkotika di

Polda Bali :

Dalam pelaksanaan penangkapan tindak pidana narkotika, dari hasil

wawancara saya dengan AKBP NI PUTU JANAWATI mengatakan kendala

dalam proses penangkapan tindak pidan narkotika di Polda Bali adalah :

- Padasaat penangkapan tersangka di lapangan, Target Oprasi

sudah di ketahui keberadaanya, seluruh anggota telah menyebar,

namun tidak berani melakukan penangkapan karena tidak

mengetahui keberadaan barang bukti.

- Target Oprasi telah ditangkap beserts barang bukti yang ada

padanya, nsmun pada saat dilakukannya cek Laboratorium

Forensik POLRI. ternyata barang bukti tersebut bukan

merupakan Narkotika namun barang bukti tersebut merupakan

barang palsu (gula pasir yang dihaluskan, dan daun kenikir yang

kering).

- Dilakukan penggeledahan pada orang yang diduga pengguna

maupun pengedar Narkotika barang bukti tidak ada padanya

namun disimpan ditempat lain.

14
2.3 Solusi

Untuk mengatasi kendala dalam melakukan penangkapan tindak pidana

narkotika :

Berdasarkan masalah yang ada dalam penagkapan tindak pidana

narkotika pada saat ini adalah kerjasama masyarakat dan pihak terdekat dari

pelaku maupun korban. Peran masyarakat sungguh penting karena di dalam

peredaran narkotika banyak masyarakat yang mengatahui namun tidak

berani mengungkapkan, serta peran keluarga dan pihak terdekat juga

diperlukan dalam memberikan informasi tentang peredaran dan

penyalahgunaan narkotika di masyarakat agar dapat diatasi oleh Kepolisisan

Negara Republik Indonesia untuk dilakukan penanggulangan, pencegahan

maupun rehabilitasi terhadap korban (generasi penerus bangsa).

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan dengan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Mekanisme penangkapan tindak pidana narkotika berawal dari

informasi langsung maupun tidak langsung, selanjutnya dilakukan

analisis penelitian terhadap informasi tersebut, setelah itu dilakukan

penyelidikan dengan cara observasi, survailance, undercover,

controlled delivery, phone intercept, apabila terbukti dilakukan

pengkapan. Kewenangan penagkapan hanya dapat dilakukan 1x24 (satu

kali dua puluh empat) jam, namun dalam tindak pidana narkotika

dijelaskan dalam pasal 76 Undang-Undang nomor 35 tahun 2009

tentang narkotika, kewenagan penangkapan paling lama 3 x 24 (tiga

kali dua puluh empat) jam terhitung sejak surat penangkapan diterima

penyidik. Dan dalam ayat (2) dijelaska dapat diperpanjang paling lama

3 x 24 (tiga kali dua puluh empat) jam. dalam mekanisme penangkapan

pelaku tindak pidana narkotika haruslah sesuai dengan Standar

Operasional Prosedur sebagai pedoman bagi Penyidik dalam

pelaksanaan penyidikan maupun penyelidikan tindak pidana Narkotika.

2. Dengan keberadaan Undang-Undang Nomor. 35 Tahun 2009 tentang

narkotika diharapkan dapat membuat jera para pelaku tindak pidana

narkotika karena sanksi yang diatur di dalamnya mengatur tegas

tentang kejahatan-kejahatan narkotika.

16
3.2 Saran

Berikut ini dikemukakan beberapa saran yang mungkin dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat penyelesaian perkara tindak

pidana narkotika antara lain :

1. Agar pelaksanaan penyidikan tindak pidana Narkoba sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

dilaksanakan secara profesional, cepat, tuntas dan akuntabel serta

menggunakan administrasi penyidikan yang seragam

2. Perlu dipikirkan peningkatan secara terus menerus teknik-teknik

dalam mengungkap tindak kejahatan narkotika, untuk membantu

proses penyelidikan guna memberikan titik terang suatu

kejahatan narkotika melalui barang bukti. Mengingat tindak

kejahatan narkotika yang semakin hari semakin canggih dengan

berbgai cara-cara baru, Perlu dilakukannya tindakan pencegahan

(preventif) dan penaggulangan (represif) terhadap

penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

3. Perlu meningkatkan jalinan kerjasama antara instansi-instansi

terkait dan tidak lepas juga bantuan dari masyarakat dalam

koordinasi penyalah gunaan maupun peredaran gelap narkotika,

agar dapat mempermudah penagkapan pelaku tindak pidana

narkotika.

17
DAFTAR PUSTAKA

Buku Literatur :

1. A. Hamzah dan RM. Surachman, 1994, Kejahatan Narkotika dan

Psikotropika, Sinar Grafika, Jakarta, h. 6.

2. Soedjono Dirdjosisworo, 1987, Hukum Narkotika Indonesia,

Cetakan ke-1, P.T. Alumni, Bandung, h.7.

3. H. Hadiman, 1999, menguak misteri maraknya narkoba di

indonesia, jakarta, hal.43

4. Andi hamzah,2008, hukum acara pidana indonesia, sinar grafika,

jakarta hal.128

5. Leden marpaung, 2009, proses penanganan perkara pidana, sinar

grafika, jakarta, hal.109

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang

Hukum Acara Pidana.

Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Undang-Undang Nomor. 35 tahun 2009 tentang Narkotika.

Web :

http://tulisanterkini.com/artikel/artikel-ilmiah/8979-langkah-

langkah-penyidik-dalam-penyelesaian-tindak-pidana-narkoba.html, 16:20,

kamis, 12 mei 2016

18
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : AKBP. Ni Putu Janawati, SH, MH

Jabatan : Kabag Wasidik Narkoba

1. Nama : Kompol. I Ketut Dana Suasta, SH

Jabatan : Kasubbag Minops Ditreskrimum

19
LAMPIRAN-LAMPIRAN

20
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai