Anda di halaman 1dari 27

KARYA TULIS ILMIAH

TANTANGAN PENYELIDIKAN KASUS PERDAGANGAN ORANG


DI KABUPATEN SIKKA
(Studi Kasus di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Sikka Tahun 2019- 2021)

Diajukan oleh:

CHAREL PUTRA BUNGAN


NIM: 041332789

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang Di Kabupaten Sikka:


Studi Kasus Di Wilayah Hukum Kepolisian Resort Sikka Tahun 2019-2021,
oleh CHAREL PUTRA BUNGAN. 041332789. charelnoack@gmail.com Telah
disetujui sebagai Karya Tulis Ilmiah.

Menyetujui,
Pembimbing

Arif Maulana, S.H.,M.H


KATA PENGANTAR

Syukur berlimpah penulis haturkan kehadirat Tuhan sumber segala kebaikan


dan kebijaksanaan atas perlindungan-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis berjudul “Tantangan
Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang di Kabupaten Sikka” ini
disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat sarjana (S-1)
Program Studi Ilmu Hukum.
Penyusunan karya tulis ini, penulis telah mendapat banyak bimbingan
dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Prof.Ojat Darojat, M.Bus.,Ph.D. selaku Rektor Universitas Terbuka
2. Dr.Sofjan Aripin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik,, Universitas Terbuka
3. Megafury Apriandhini, S.H., M.H selaku ketua Program Studi Ilmu
Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
4. Arif Maulana, S.H.,M.H selaku pembimbing yang dengan sabar
memberikan petunjuk, koreksi dan saran kepada penulis dalam
menyusun karya tulis ini.
5. Kapolres Sikka beserta jajarannya, atas izin penelitian yang diberikan.
6. Kanit PPA Polres Sikka, atas kesediaan memberikan data saat
wawancara.
7. Keluarga saya yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan
yang ada dalam karya tulis ini, untuk itu saran dan kritik penulis harapkan
demi sempurnanya karya dimasa yang akan datang.

Maumere, Juni 2022


Penulis
DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………………. i
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………. iv
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………………………. v
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………………………………. vi
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………………… vii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………................ 2
1.3 Tujuan dan Manfaat
Penelitian………………………………………………………………. 2
1.4 Asumsi Dasar…….……………………...………………………….. 3
1.5 Kajian Pustaka……………………………………………………….. 3
1.5.1 Konsep Tindak Pidana Perdagangan Orang … 3
1.5.2 Konsep Penyelidikan Penanganan TPPO……… 3
1.6 Metode Penelitian………………………………………………….. 4
1.6.1 Jenis Penelitian…………………………………………… 4
1.6.2 Sumber Data………………………………………………. 4
1.6.3 Cara Pengumpulan Data………………………………. 5
1.6.4 Analisis Data………………………………………………. 5
1.6.5 Tempat dan Waktu Penelitian………………………. 5
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………... 6
2.1 Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang di
Kabupaten Sikka …………………………………………………… 6
2.2 Pembahasan…………………………………….……………………. 7
BAB III PENUTUP ………………………………………………………………………. 8
3.1 Simpulan ………………………………………………………………. 8
3.2 Saran…………………………………………………………………….. 8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………. 9
RIWAYAT HIDUP PENULIS…………………………………………………………………. 11

DAFTAR SINGKATAN

TPPO : Tindak Pidana Perdagangan Orang


GT PP TPPO : Gugus Tugas Pencegahan Perdagangan Tindak
Pidana Perdagangan Orang
NTT : Nusa Tenggara Timur
KPAI : Komisi Perlindungan Anak Indonesia
HAM : Hak Azasi Manusia
TRUK F : Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores
POLRI : Polisi Republik Indonesia
KANIT : Kepala Unit
PPA : Pelayanan Perempuan dan Anak
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model Analisis Data Kualitatif

Gambar 2. Peta Konsep Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang


di Kabupaten Sikka
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pengambilan Data Awal Penelitian


2. Surat Izin Permohonan Penelitian
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindakan memperdagangkan manusia termasuk kejahatan luar
biasa termasuk tindak pindana karena melanggar Hak Asasi (HAM)
Manusia, korban beresiko mengalami gangguan kesehatan fisik,
kesehatan mental dan yang lebih ekstem korban dapat mengalami
kematian, hal ini berpotensi menimbulkan masalah sosial yang bisa
mengganggu stabilitas satu negara (Sekretariat GT PP TPPO, 2018).
Berdasarkan catatan International Organization for Migration (IOM)
tahun 2019 kasus perdagangan orang di Indonesia sebanyak 213 kasus
meningkat pada tahun 2020 menjadi 400 kasus (Handayani,
2021).Tahun 2021 Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
melaporkan tiga puluh lima kasus TPPO dengan korban sebanyak 234
anak, 93% diantaranya merupakan korban kasus prostitusi, 6,6% kasus
eksploitasi ekonomi, dan sisanya adalah korban kasus perdagangan
(KPAI, 2021).
Provinsi Nusa Tenggara Timur provinsi dengan zona merah karena
menempati peringkat tertinggi kasus dan merupakan provinsi tempat
tinggal sebagian besar korban perdagangan orang (Utami, 2019). Tahun
2021 sebanyak 17 kasus TPPO di Kabupaten Sikka yang tidak
diselesaikan hingga saat ini (JPNN, 2022), sehingga aktivis HAM dan Tim
Relawan Untuk Kemanusiaan Flores (TRUK F) melaporkan dan meminta
Polisi Republik Indonesia (POLRI) mengambil alih kasus. Pemerintah
Indonesia telah melakukan antisipasi dan penanganan kasus, yakni oleh
Gugus Tugas Pencegahan Penanganan Tindak Pidana Perdagangan
Orang (GT PP TPPO) di tingkat kabupaten, tingkat provinsi dan tingkat
nasional.
Kepolisian merupakan bagian dari Sub Gugus Tugas PP TPPO
terkait penegakkan hukum. Pejabat kepolisian dalam penegakkan hukum
diberikan wewenang oleh negara melaksanakan penyelidikan sesuai
undang-undang (Sekretariat GT PP TPPO, 2018)
Di Kabupaten Sikka, belum pernah diteliti hambatan pelaksanaan
penyelidikan kasus perdagangan orang, dengan demikian maka
dipandang perlu dilakukan penelitian mengenai ‘Tantangan
Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang di Kabupaten Sikka’

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merumuskan
masalah penelitian. ‘Apakah ada tantangan penyelidikan kasus
perdagangan orang di Kabupaten Sikka?’
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Menjelaskan tantangan penyelidikan kasus perdagangan orang di
Kabupaten Sikka.
1.3.2 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Karya Tulis ini diharapkan bisa memberikan kontribusi untuk
mengembangkan ilmu hukum, khususnya penyelidikan kasus
perdagangan orang.
b. Manfaat Praktis
Karya Tulis ini diharapkan bisa menambah penjelasan bagi
berbagai pihak tentang tantangan penyelidikan kasus
perdagangan orang di Kabupaten Sikka

1.4 Asumsi Dasar


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka asumsi dasar dalam penelitian ini
adalah ada tantangan penyelidikan kasus perdagangan orang di
Kabupaten Sikka.

1.5 Kajian Pustaka


1.5.1 Konsep Tindak Pidana Perdagangan Orang
a. Pengertian Perdagangan Orang
Memperdagangkan manusia merupakan perilaku
seseorang yang merekrut, mengangkut menampung,
mengirim, memindahkan, atau merima orang lain mengancam
dengan kekerasan, melakukan kekerasan, melakukan
penculikan, menyekap, memalsukan, menipu,
menyalahgunakan kekuasaannya menjerat utang, membayar
atau memanfaatkan, sehingga mendapat izin dari warga
negara, yang dapat mengekang atau mengendalikan warga
negara tersebut, dilaksanakan didalam negeri ataupun luar
negeri, dengan maksud eksploitasi atau menyebabkan
seseorang tereksploitasi (Counter Trafficking and Labour
Migration Unit, 2019).
Tindak pidanan perdagangan orang (TPPO) ialah semua
tindakan yang mempunyai komponen tindak pidana yang
ditetapkan dalam undang-undang nomor 21 tahun 2007
(Counter Trafficking and Labour Migration Unit, 2019).

b. Bentuk dan Penyebab Tindak Pidana Perdagangan Orang


Eksploitasi yakni eksploitasi prostitusi atau eksploitai
seksual bentuk lainnya, memperbudak, kerja paksa atau
praktiklainnya yang hamper sama dengan perbudakan, atau
untuk pengambilan bagian-bagian tubuh.
Faktor penyebab terjadinya TPPO antara lain puss
factors di negara/daerah asal yang mendorong korban untuk
pergi meninggalkan negara/ daerahnya dan pulls factor di
negara/ daerah tujuan. Puss factors meliputi 1) Kemiskinan
dan keinginan ingin cepat kaya dapat mendorong seseorang
pergi menemukan pekerjaan ke berbagai daerah tanpa
melmperhatikan risiko dari pekerjaan tersebut; 2) Kurangnya
kesadaran masyarakat saat cari pekerjaan, mereka belum
tahu bahaya trafficking dan taktik yang digunakan untuk
memperdaya korban, 3) Ketidakadilan gender mempengaruhi
peran perempuan dan anak dalam keluarga, anak perempuan
memiliki kesempatan yang lebih rendah untuk mengenyam
pendidikan, harta orang tua hanya diwariskan bagi anak
lelakinya 4) kurangnya pencatatan kelahiran, 5) Korupsi dan
lemahnya penegakkan hukum sehingga oknum apparat
mudah di suap oleh organisasi kejahatan untuk memuluskan
tindak kejahatan perdagangan orang. Pull factors yaitu janji
ekonomi dan permintaan konsumen seks dari negara/ daerah
tujuan (Jebadu, 2020).

c. Kerangka Hukum Terkait Tindak Pidana Perdagangan Orang di


Indonesia
Kerangka hukum terkait TPPO di Indonesia yaitu 1) Undang-
Undang Nomor dua puluh satu Tahun 2007 terkait tindak
pidana perdagangan orang, 2) Undang-Undang Nomor
delapan tahun 1981 terkait hukum acara pidana, 3) Peraturan
Presiden nomor enam puluh sembilan tahun 2008 terkait
Gugus tugas pencegahan penanganan tindak pidana orang
(Counter Trafficking and Labour Migration Unit, 2019). 4)
Penghentian Pemberangkatan Calon Pekerja Migran Indonesia
Asal Nusa Tenggara Timur ke Luar Negeri diatur dalam Surat
Keputusan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor:
357/KEP/HK/2018 tanggal 14 November 2018 (Utami, 2019).

1.5.2 Konsep Penyelidikan Penanganan TPPO


a. Pengertian Penyelidikan
Penyelidikan adalah metode yang dilakukan penyelidik untuk
mendeteksi suatu kasus yang dicurigai merupakan suatu
tindak pidana, sehingga dapat dilaksanakan fungsi penyidikan
sesuai dengan Kitap Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP). Penyelidikan merupakan tindakan awal yang
dilakukan penyelidik sebelum melaksanakan penangkapan,
melakukan penahanan, melakukan penggledahan, melakukan
penyitaan, memanggil, melakukan pemeriksaan dan
meneruskan bukti dokumen korban ke jaksa (Harahap, 2000).

b. Pejabat yang Berwewenang Melakukan Fungsi Penyelidikan


Polisi adalah penyelidik yang diberikan tugas oleh negara
sesuai Pasal 4 KUHAP untuk melaksanakan penyelidikan.
Wewenang pejabat polisi selaku penyelidik meliputi mendapat
laporan dari masyarakat terkait kemungkinan kasus pidana,
mencari informasi dan bahan sebagai bukti, memerintahkan
orang yang mencurigakan untuk berhenti, bertanya juga
melakukan pemeriksaan identitas diri, melakukan tindakan
lainnya sesuai hukum yang berlaku. Penyelidik berdasarkan
penyampaian penyidik dapat melarang orang yang dicurigai
berpergian, menangkap, juga menahan, melakukan
penggledahan, melakukan pemeriksaan, ambil sidik jari dan
gambar orang yang dicurigai, melakukan penyitaan dokumen,
membawa dan menghantarkannya kepada penyidik (Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang
Hukum Acara Pidana, 1981)

c. Kerangka Teoritik
Gambar 2. Peta Konsep Tantangan Penyelidikan
Kasus Perdagangan Orang di Kabupaten Sikka

1.6 Metode Penelitian


1.6.1 Jenis Penelitian
Karya tulis ini merupakan karya tulis hasil penelitian kualitatif
pendekatan perundang-undangan (statute approach) dan studi kasus
(case approach)
1.6.2 Sumber Data
Data dari Kepolisian Resort Sikka dalam karya tulis ini merupakan data
primer dan peraturan perundang-undangan serta dokumen resmi
kepolisian merupakan data sekunder

1.6.3 Cara Pengumpulan Data


Penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan merupakan tehnik
pegumpulan data yang digunakan dalam karya tulis ini
1.6.4 Analisa Data
Terdapat 3 unsur utama analisis kualitatif dalam karya tulis ini yakni
reduksi data, penyajian, dan menarik kesimpulan setelah verifikasi data

Gambar 1. Model Analisis Data Kualitatif (Sumber: (Sugiyono, 2016))

1.6.5 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Polres Sikka, Tanggal 2 Juni 2022

BAB II
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
2.1 Tantangan Penyelidikan Kasus Perdagangan Orang di Kabupaten Sikka
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Unit Pelayanan
Perempuan dan Anak (Kanit PPA) Polres Sikka, Aipda I Nengah Redi Jaya
diketahui penyebab TPPO di Nusa Tenggara Timur (NTT) termasuk
Kabupaten Sikka yaitu 1) Masyarakat belum memiliki kesadaran terhadap
bahaya trafficking, 2) faktor kemiskinan keluarga terjerat hutang 3)
Pendidikan masyarakat yang rendah sehingga mudah terkena tipu daya/
bujukan, 4) Kasus Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang
berakibat perceraian, 5) tidak mendapat perhatian keluarga dan orang
tua, 6) lapangan pekerjaan kurang di daerah NTT, tingkat pendapatan
lebih tinggi di daerah/ negara lain, 7) faktor perkembangan teknologi
terutama media sosial.
Menurut Kanit PPA Polres Sikka tersebut korban dan pelaku TPPO
tidak hanya berasal dari kabupaten Sikka tapi juga dari daerah lain di
daratan Flores. Beberapa korban TPPO dari daerah lain berpindah
melalui Sikka karena akses dari kabupaten Sikka lebih memadai baik
jalur laut atau udara dibandingkan dengan kabupaten lain di NTT.
Kanit PPA Polres Sikka menyampaikan bahwa tidak ada
tantangan yang berarti yang dapat menghambat proses penyelidikan
dugaan terjadinya tindakan perdagangan orang di Sikka tahun 2020-
2021, namun pernah ada hambatan pada tahun 2019. Tantangan
tersebut sebagai berikut: 1) Tahap penyelidikan: setelah petugas
menggagalkan keberangkatan calon pekerja ilegal, calon pekerja
tersebut marah kepada petugas kepolisian dengan mengajukan
pertanyaan apakah pihak kepolisian bisa memberikan pekerjaan kepada
mereka. Pihak kepolisian menyampaikan bahwa semua masyarakat boleh
berangkat ke daerah lain untuk mencari pekerjaan namun semua calon
tenaga kerja harus melengkapi dokumen berkas keberangkatan secara
legal. 2) Tahap Penyidikan: ada kasus TPPO yang prosesnya telah
sampai pada tingkat penyidikan, para saksi dan korban telah dilakukan
pemeriksaan namun ketika Berita Acara Pemeriksaan (BAP) tambahan
sesuai petunjuk Jaksa Penuntut Umum (JPU) banyak saksi dan korban
telah berangkat meninggalkan kabupaten Sikka dengan jalan tidak
bersamaan.
Upaya yang dilakukan kepolisian untuk mengurangi terjadinya
kasus TPPO di Kabupaten Sikka adalah dengan cara memberikan
sosialisasi kepada masyarakat Sikka tentang Undang-Undang TPPO dan
kerugian calon tenaga kerja apabila berangkat dengan cara illegal.
Masyarakat yang berkeinginan bekerja di luar NTT atau di negara lain
harus berangkat secara legal melalui agen resmi dan diketahui
pemerintah.

2.2 Pembahasan
Hasil penelitian diketahui bahwa ada tantangan yang dialami
kepolisian resort Sikka saat proses penyelidikan dan penyidikan,
tantangan tersebut menghambat penetapan pelaku sebagai tersangka
tindak pidana perdagangan orang. Faktor ekonomi dan tergiur janji-janji
dari pelaku bahwa di daerah yang akan dituju korban akan
mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi, menyebabkan korban tidak
mau melapor bahkan menyalahkan pemerintah (kepolisian) akan
kebatalan keberangkatan mereka, masyarakat (korban) tidak menyadari
tentang bahaya trafficking, saksi tidak mau memberikan keterangan di
pengadilan.
Seseorang akan ditetapkan sebagai pelaku tindak pidana
perdagangan orang jika terbukti memenuhi unsur-unsur UU No 21
tahun 2007 yaitu seseorang yang merekrut, mengangkut
menampung, mengirim, memindahkan, atau merima orang lain
mengancam dengan kekerasan, melakukan kekerasan, melakukan
penculikan, menyekap, memalsukan, menipu, menyalahgunakan
kekuasaannya menjerat utang, membayar atau memanfaatkan,
sehingga mendapat izin dari warga negara yang dapat
mengekang atau mengendalikan warga negara tersebut, didalam
negeri ataupun antar negara, dengan maksud eksploitasi atau
menyebabkan seseorang tereksploitasi (Counter Trafficking and
Labour Migration Unit, 2019).
Pelaku akan dimasukkan kedalam kurungan paling cepat
selama tiga tahun dan paling lama kurungan sampai 15 tahun
dengan denda uang seratus dua puluh juta sampai enam ratus
juta. Pelaku yang dimaksudkan sesuai undang-undang tersebut
antara lain Agen resmi atau tidak resmi yang membayar calo
untuk merekrut masarakat untuk bekerja, calo yang bekerjasama
dengan tokoh tokoh di suatu daerah untuk merekrut pekerja dan
mendapat upah dari tiap pekerja yang direkrutnya, Majikan yang
melakukan pemaksaan/ kekerasan kepada pekerja dirumahnya,
orang yang mengelola rumah bordil dan memaksa perempuan
dibawah umur untuk melayani pelanggan, dan Apparat Sipil
Negara yang bekerja sama dalam pemalsuan dokumen yang
dibutuhkan oleh korban (Daud & Sopoyono, 2019)
Studi lapangan ini mendukung hasil penelitian (Utami,
2019) yang menjelaskan bahwa ekonomi masyarakat NTT yang
lemah merupakan akar masalah korban tergiur bekerja di daerah
atau negara lain, bahkan ada orang tua korban yang setuju serta
mengantar anak dibawah umur untuk ikut bekerja. Pengurusan
dokumen yang akan berangkat bekerja secara legal sulit dan lama
sehingga masyarakat NTT memilih berangkat dengan illegal.
Studi lapangan ini juga mendukung hasil penelitian
(Febriyanto, 2010) yang menyimpulkan bahwa problematika
kepolisian dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan adalah
pelaku tidak dapat ditetapkan sebagai tersangka TPPO karena
berkas belum lengkap dan belum memenuhi semua unsur-unsur
pidana sesuai undang-undang nomor 21 tahun 2007.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Tantangan penyelidikan kasus perdagangan orang di wilayah hukum
kepolisian resort Sikka yaitu korban tidak mau melapor, dan saksi
tidak mau memberikan keterangan di pengadilan.
3.2 Saran
Kepolisian bersinergi dengan pemerintah dan Lembaga sosial, terus
berupaya dalam mengefektifkan pencegahan perdagangan orang
salah satunya sosialisasi kepada masyarakat menggunakan media
penyuluhan yang sesuai dengan modus-modus pelaku TPPO
dilapangan. Negara terus meningkatkan ekonomi masyarakat di desa
terutama NTT karena faktor ekonomi merupakan akar masalah
masyarakat tergiur bekerja di daerah atau negara lain. Pemerintah
harus mempermudah pengurusan dokumen masyarakat yang akan
berangkat bekerja secara legal, karena yang menjadi alasan
masyarakat NTT memilih berangkat dengan illegal adalah mengurus
perorangan secara illegal lebih cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Counter Trafficking and Labour Migration Unit. (2019). Petunjuk Teknis Pendataan
Dan Pelaporan Data Tindak Pidana Perdagangan Orang. International
Organization for Migration Indonesia.
Daud, B. S., & Sopoyono, E. (2019). Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku
Perdagangan Manusia Di Indonesia (Application of Criminal Sanctions Against
Human Trafficking in Indonesia). Jurnal Pembangunan Hukum Indonesia, 1(3),
352–365.
Febriyanto, P. D. D. (2010). Problematika dalam pelaksanaan kendala penyidikan
dan penuntutan terhadap tindak pidana perdagangan orang (human
trafficking) di Surakarta [Universitas Sebelas Maret Surakarta].
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/12811/Problematika-dalam-
pelaksanaan-kendala-penyidikan-dan-penuntutan-terhadap-tindak-pidana-
perdagangan-orang-human-trafficking-di-Surakarta
Handayani, I. (2021). Kasus Perdagangan Orang di Indonesia Makin
Mengkhawatirkan. Investor.id. https://investor.id/national/243803/kasus-
perdagangan-orang-di-indonesia-makin-mengkhawatirkan
Harahap, M. Y. (2000). Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP (kedua).
Sinar Grafika.
Jebadu, A. (2020). Perdagangan Manusia Sebagai Kejahatan Global dan Gerakan
Internasional untuk Menghentikannya.
JPNN. (2022). Desak Penyelesaian Kasus TPPO Anak di Sikka.
https://www.jpnn.com/news/desak-penyelesaian-kasus-tppo-anak-di-sikka-
aktivis-ham-mengadu-ke-bareskrim-dan-komisi-iii-dpr
KPAI. (2021). Anak Jadi Korban Prostitusi. databoks.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/03/kpai-217-anak-jadi-
korban-prostitusi-hingga-april-2021

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara


Pidana, (1981). https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/47041/uu-no-8-
tahun-1981
Sekretariat GT PP TPPO. (2018). Pencegahan dan Penindakan Tindak Pidana
Perdagangan Orang.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D . Alfabeta.
Utami, P. N. (2019). Penanganan Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang oleh
Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal HAM, 10(2), 195.
https://doi.org/10.30641/ham.2019.10.195-216

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS


Charel Putra Bungan, lahir di Wangiapu Nusa Tenggara Timur, pada tanggal
17 September 1998. Menyelesaikan pendidikan di TK San carlos Habi lulus
tahun 2004, SD Inpres Habi lulus tahun 2010, SMP Negeri 1 Maumere lulus
tahun 2013, SMA Negeri 2 Maumere lulus tahun 2016, Masuk peguruan
tinggi di Univesitas Terbuka, Fakultas Hukum Ilmu Sosial dan Politik tahun
2019. Penulis merupakan anggota POLRI Direktorat Samapta POLDA NTT
TAHUN 2018 sampai 2021, Anggota Sat Samapta Polres Sikka tahun 2021
sampai saat ini.

Lampiran 2. Surat Izin Permohonan Penelitian

Anda mungkin juga menyukai