Anda di halaman 1dari 22

MENGANALISIS ETIKA AKUNTAN PUBLIK PADA KASUS

KAP PURWANTONO, SUNGKORO, & SURJA DAN PT HANSON


INTERNASIONAL

Dosen Pengampu : Ridwan Zulfi Agha SE., M.Ak

Disusun Oleh

Elza Adha Shahilla J0314201281


Jauza ‘a ar rafii J0314201258
Jojorma Sri Riziki Br Saragih J0314201015
Nini Khamsi J0314202318

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


IPB UNIVERSITY
2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ” Menganalisis Kasus Kap Purwantono, Sungkoro, & Surja Dan Pt Hanson
Internasional” dengan tepat waktu. Makalah ini ditulis dengan tujuan untuk
menyelesaikan tugas proyek dari Bapak Ridwan Zulfi Agha SE., M.Ak pada mata
kuliah Pengauditan di Sekolah Vokasi IPB.
Makalah disusun berdasarkan hasil pengumpulan data yang kami lakukan
dari berbagai sumber. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang
setulustulusnya kepada Bapak Ridwan Zulfi Agha SE., M.Ak, selaku dosen mata
kuliah Pengauditan. Adapun tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan, wawasan serta pemahaman kami terkait program studi yang kami
tekuni. Serta kami juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan makalah ini. Makalah ini masih belum sempurna, hal itu
disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang ada. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi makalah
yang lebih sempurna di lain waktu.

Bogor, 27 Mei 2022

Penulis

ii
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………….1

Latar Belakang …………………………………………………………………….1

Rumusan Masalah …………………………………………………………………2

Tujuan ……………………………………………………………………………..2

BAB II Metode Penelitian …………………………………………………………4

Metode Pengumpulan Data ………………………………………………………..4

Waktu dan Tempat Penelitian ……………………………………………………..4

Tinjauan Pustaka …………………………………………………………………..4

BAB III Pembahasan …………………………………………………………….11

Profil Perusahaan…………………………………………………………………11

Profil KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dan PT. Hansen Internasional ……...11
Kronologi kasus KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dan PT. Hansen
Internasional. …………………………………………………………………….12
Etika akuntan public di Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro, &
Surja pada kasus ini ………………………………………………………………12
Prinsip-prinsip Etika Bisnis pada kasus Sherly Jakom, KAP Purwantoro, Sungkoro,
& Surja dan PT Hansol Internasional ……………………………………………15
Penyelesaian Kasus Sherly Jakom, KAP Purwantoro, Sungkoro, & Surja dan PT
Hansol Internasional ……………………………………………………………..16

BAB IV PENUTUP ……………………………………………………………...18

Kesimpulan………………………………………………………………………18

Saran ………………………………………………...…………………………..18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejatinya, laporan keuangan adalah komponen penting dalam sebuah
entitas. Laporan keuangan digunakan untuk banyak hal seperti pengambilan
keputusan, pelaporan kepada pemerintah serta untuk mencari dana dari para
investor. Keadaan laporan keuangan yang tidak sesuai dengan keadaan yang
semestinya menjadi hal buruk yang bisa saja terjadi contohnya seperti salah
dalam pengambilan keputusan hingga di berikan sanksi oleh pemerintah.
Kelalaian dalam pelaporan keuangan inilah yang seharusnya bisa di perbaiki
melalui pengauditan atau proses mengumpulkan dan mengeveluasi bukti
mengenai informasi laporan keuangan yang diterima kemudian ditentukan dan
dilaporkan berdasarkan derajat kesesuaian antara informasi yang didapatkan
dengan kriteria yang telah di tetapkan.
Auditor yang mengaudit laporan keuangan haruslah auditor yang
kompeten dan independent karena penggunaan laporan keuangan ini bukan
hanya demi kepentingan satu pihak akan tetapi demi kepentingan banyak pihak.
Bagian lain yang terpenting dari seorang auditor adalah etika. Etika
auditing adalah suatu sikap dan perilaku mentatati ketentuan dan norma
kehidupan yang berlaku dalam suatu proses yang sistematis untuk memperoleh
dan menilai bukti-bukti secara objektif, yang berkaitan dengan asersi- asersi
tentang tindakan- tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi. Kode Etik Akuntan
Indonesia diterbitkan secara paralel oleh IAI dan IAMI, serta oleh IAPI dengan
nama Kode Etik Profesi Akuntan Publik.
Pada kenyataan yang sebenarnya atau keadaan dilapangan, banyak
auditor yang masih salah dalam mengaudit sebuah laporan keuangan, baik itu
disengaja atuapun tidak disengaja. Ketika seoarang auditor salah dalam
memberikan opini terhadap entitas yang diaudit, maka sanksilah yang akan
diterima oleh auditor tersebut karena dianggap merugikan banyak pihak yang
disebabkan oleh keputusannya.

1
Pada dasarnya kesalahan auditor kerap kali ada kaitannya dengan
kesalahan entitas itu sendiri atau biasa disebut dengan auditi. Auditi yang
terkadang memang sengaja untuk menutupi keadaan keuangan yang sebenarnya
demi kepentingan sendiri. Aturan-aturan dalam proses auditing ini ditetapkan
dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Oleh karena pemaparan diatas, penulis tertarik untuk menganalisis etika
akuntan publik pada kasus Sherly Jakom auditor dari KAP Purwantono,
Sungkoro, & Surja Dan Pt Hanson Internasional.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis memaparkan rumusan
masalah yaitu sebagai berikut :
1) Bagaimana Profil singkat KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dan PT.
Hansen Internasional?
2) Bagaimana Kronologi Kasus pelanggaran Kode Etik yang dilakukan oleh
KAP Purwantono, Sungkoro, & Surja?
3) Bagaimana etika akuntan publik di Kantor Akuntan Publik (KAP)
Purwantono, Sungkoro, & Surja pada kasus ini?
4) Bagimana prinsip-prinsip Etika Bisnis pada Kasus Sherly Jakom, KAP
Purwantoro, Sungkoro, & Surja dan PT Hansol Internasional?
5) Bagaimana keputusan penyelesaian Kasus Sherly Jakom, KAP Purwantoro,
Sungkoro, & Surja dan PT Hansol Internasional?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalha yang telah diuraikan diatas, maka penulis
memiliki tujuan penulisan makalah sebagai berikut :
1) Memaparkan Profil Singkat KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dan PT.
Hansen Internasional.
2) Menjelaskan kronologi kasus KAP Purwantono, Sungkoro & Surja dan PT.
Hansen Internasional.
3) Menganalisis etika akuntan public di Kantor Akuntan Publik (KAP)
Purwantono, Sungkoro, & Surja pada kasus ini.

2
4) Menjelaskan prinsip-prinsip Etika Bisnis pada Kasus Sherly Jakom, KAP
Purwantoro, Sungkoro, & Surja dan PT Hansol Internasional
5) Menjelaskan keputusan penyelesaian Kasus Sherly Jakom, KAP
Purwantoro, Sungkoro, & Surja dan PT Hansol Internasional

3
BAB II
METODE PENELITIAN
Metode Penelitian pada makalah ini adalah metode penelitian deskriptif.
Penelitian ini dapat dikatakan deskriptif karena melalui penelitian ini, peneliti
berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian tanpa memberikan perlakuan
khusus terhadap peristiwa tersebut.
2.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumen, yang mana peneliti mengambil sumber penelitian atau objek dari
dokumen atau catatan dari peristiwa yang sudah berlalu, baik dalam bentuk
tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Adapun jenis data
dalam penelitian ini adalah Data kualitatif yang merupakan data berbentuk
narasi atau deskripsi yang bertujuan untuk menjelaskan suatu fenomena.
Berdasarkan sumbernya, data pada penelitian ini adalah data sekunder. Data-
data tersebut diperoleh tidak melalui tangan pertama responden atau
narasumber, melainkan dari tangan kedua, tangan ketiga, dan seterusnya.
Data yang didapatkan pada penelitian ini merupakan data yang diambil dari
internet yang dipublikasi dan memunculkan fenomena baru di masyarakat.

2.2 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu dan tempat penelitian makalah ini adalah pada hari Jumat 27 Mei
2022 di Jalan Tatapakan III No. 19 Bantarjati, Kota Bogor, Jawa Barat.

2.3 Tinjauan Pustaka


A. Definisi Akuntan Publik
Mathius Tandiontong (2016) menyatakan bahwa akuntan publik
sebagai akuntan independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar
pembayaran tertentu, kadang disebut akuntan ekstern. Mereka bekerja
secara bebas dan pada umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Untuk
dapat berpraktik sebagai akuntan publik atau mendirikan kantor akuntan,
Akuntan Publik harus memperoleh izin dari departemen keuangan.

4
Akuntan publik dapat memberikan jasa yang diantaranya pemeriksaan
(audit), perpajakan (tax services), konsultan manajemen (management
advisory services), akuntansi (accounting services).
B. Auditor
Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pendidikan,
pengetahuan keahlian, dan keterampilan yang memadai. Auditor adalah
sebuah profesi ketika seseorang mampu untuk menyatakan pendapat
kewajaran dalam semua hal yang material berdasarkan aturan atau prinsip
yang berlaku. Sama halnya dengan auditor keuangan, auditor keuangan
diklasifikasikan dalam tiga kategori berdasarkan siapa yang
mempekerjakan mereka, yaitu, auditor eksternal, auditor internal, dan
auditor pemerintah (Arum, 2018:12) :
1) Auditor Eksternal
Auditor eksternal adalah auditor yang dipekerjakan oleh
Kantor Akuntan Publik (KAP). Auditor eksternal merupakan pihak
luar yang bukan merupakan karyawan perusahaan, berkedudukan
independen, dan tidak memihak baik terhadap auditee-nya maupun
terhadap pihak-pihak yang berkepentingan dengan auditee-nya
(pengguna laporan keuangan). Auditor eksternal memperoleh
imbalan (fee) berdasarkan kontrak dengan pihak perusahaan yang
diaudit/auditee. Auditor eksternal menyatakan opini atas laporan
keuangan perusahaan auditee yang terdapat dalam laporan audit
independen. Auditor eksternal biasanya melakukan kegiatan audit
mendekati tanggal neraca dan dalam jangka waktu tiga sampai
empat bulan, atau sesuai dengan kebutuhan organisasi/perusahaan
untuk satu kali penugasan audit.
2) Auditor Internal
Auditor internal adalah pegawai dari perusahaan yang diaudit
dan mendapatkan gaji dari perusahaan. Auditor internal melibatkan
diri dalam suatu kegiatan penilaian independen dalam lingkungan
perusahaan sebagai bentuk jasa bagi perusahaan. Auditor internal
biasanya melakukan audit kepatuhan dan audit operasional. Auditor

5
internal juga memberikan rekomendasi untuk perbaikan bagi
perusahaan. Auditor internal biasanya melakukan audit selama
setahun 2 kali sesuai dengan kebutuhan organisasi atau perusahaan.
3) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah merupakan auditor yang bekerja di
bawah instansi pemerintah. Ia bertugas untuk melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit
organisasi pemerintah. Auditor pemerintah berstatus sebagai
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan digaji oleh negara. Dalam
melakukan kegiatan audit maka auditor pemerintah berpedoman
pada Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) dan Standar
Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).
C. Etika Profesi Akuntan
Menurut Mardiasmo, etika adalah salah satu unsur utama dari profesi
yang menjadi landasan bagi akuntan dalam menjalankan kegiatan
profesionalnya. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk bertindak sesuai
dengan kepentingan publik. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai
organisasi profesi akuntan di Indonesia telah memiliki Kode Etik IAI yang
merupakan amanah dari AD/ART IAI dan peraturan yang berlaku, yaitu
Keputusan Menteri Keuangan No. 263/KMK.01/2014 tentang Penetapan
Ikatan Akuntan Indonesia Sebagai Organisasi Profesi Akuntan. Kode Etik
IAI tersebut perlu untuk dimutakhirkan dengan perkembangan saat ini dan
ketentuan kode etik akuntan profesional yang berlaku secara internasional.
Kode Etik Akuntan Indonesia diadopsi dari Handbook of
International Code of Ethics for Professional Accountants 2018 edition yang
diterbitkan oleh International Ethics Standard Board For Accountants
(IESBA) dari International Federation of Accountants (IFAC). Sebagai
salah satu pendiri dan anggota IFAC, maka IAI berkewajiban untuk
mematuhi kode etik tersebut sebagai bagian dari kepatuhannya (statements
of membership of obligation).
Dalam proses penyusunan Kode Etik Akuntan Indonesia ini, IAI
berkolaborasi dengan IAPI dan IAMI sesuai dengan Nota Kesepahaman

6
antara IAI, IAPI, dan IAMI tentang Kerjasama Pengembangan Profesi
Akuntan di Indonesia yang didukung oleh PPPK Kementerian Keuangan.
Tujuannya supaya terjadi sinergi antar organisasi profesi akuntan dan
menciptakan keseragaman ketentuan etika bagi seluruh akuntan di
Indonesia.
Ciri pembeda profesi akuntansi adalah kesediaannya menerima
tanggung jawab untuk bertindak bagi kepentingan publik. Tanggung jawab
Akuntan tidak hanya terbatas pada kepentingan klien individu atau
organisasi tempatnya bekerja. Oleh karena itu, Kode Etik ini berisi
persyaratan dan materi aplikasi yang memungkinkan Akuntan untuk
memenuhi tanggung jawab mereka untuk bertindak dalam melindungi
kepentingan publik.
Prinsip perilaku profesional mensyaratkan Akuntan untuk mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Beberapa yurisdiksi mungkin
memiliki ketentuan yang berbeda atau melampaui ketentuan yang
ditetapkan dalam Kode Etik. Akuntan harus menyadari perbedaan tersebut
dan mematuhi ketentuan yang lebih ketat kecuali dilarang oleh peraturan
perundang-undangan.
Akuntan yang mengidentifikasi terjadinya pelanggaran terhadap
ketentuan lain dalam Kode Etik harus mengevaluasi signifikansi
pelanggaran dan dampaknya terhadap kemampuan Akuntan untuk
mematuhi prinsip dasar etika. Akuntan juga harus:
a) Sesegera mungkin mengambil tindakan yang diperlukan untuk
mengatasi konsekuensi dari pelanggaran secara memadai.
b) Menentukan apakah akan melaporkan pelanggaran tersebut
kepada pihak yang relevan.
Lima prinsip dasar etika untuk Akuntan yang ada di dalam Kode
Etik Akuntan Indonesia yang di keluarkan pada tahun 2020 adalah sebagai
berikut :
(a) Integritas
Integritas artinya bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Integritas menyiratkan berterus terang dan selalu

7
mengatakan yang sebenarnya. Akuntan tidak boleh secara sengaja
dikaitkan dengan laporan, komunikasi, atau informasi lain ketika
Akuntan percaya bahwa informasi tersebut:
i. Berisi kesalahan atau pernyataan yang menyesatkan secara
material;
ii. Berisi pernyataan atau informasi yang dibuat secara tidak hati-
hati; atau
iii. Terdapat penghilangan atau pengaburan informasi yang
seharusnya diungkapkan, sehingga akan menyesatkan
(b) Objektivitas
Akuntan harus mematuhi prinsip objektivitas yang mensyaratkan
Akuntan tidak mengompromikan pertimbangan profesional atau bisnis
karena adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain. Akuntan tidak boleh melakukan aktivitas
profesional jika suatu keadaan atau hubungan terlalu memengaruhi
pertimbangan profesionalnya atas aktivitas tersebut.
(c) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Menjaga kompetensi profesional mensyaratkan suatu kesadaran
yang berkelanjutan dan pemahaman atas perkembangan teknis,
profesional, serta bisnis yang relevan. Pengembangan profesional
berkelanjutan memungkinkan Akuntan untuk mengembangkan dan
mempertahankan kemampuan bekerja secara kompeten dalam
lingkungan profesional.
Akuntan harus patuh terhadap prinsip kompetensi dan kehati-hatian
profesional yang mensyaratkan Akuntan untuk :
i. Mencapai dan mempertahankan pengetahuan dan keahlian
profesional pada level yang disyaratkan untuk memastikan
bahwa klien atau organisasi tempatnya bekerja memperoleh
jasa profesional yang kompeten, berdasarkan standar
profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan

8
ii. Bertindak sungguh-sungguh dan sesuai dengan standar
profesional dan standar teknis yang berlaku.
(d) Kerahasiaan
Akuntan harus terus mematuhi prinsip kerahasiaan bahkan
setelah berakhirnya hubungan antara Akuntan dan klien atau organisasi
tempatnya bekerja. Ketika berganti pekerjaan atau memperoleh klien
baru, Akuntan berhak menggunakan pengalaman sebelumnya, tetapi
tidak diperkenankan menggunakan atau mengungkapkan informasi
rahasia yang diperoleh atau diterima sebagai hasil dari hubungan
profesional atau bisnis.
(e) Perilaku Profesional
Akuntan harus mematuhi prinsip perilaku profesional, yang
mensyaratkan Akuntan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan menghindari perilaku apa pun yang diketahui atau
seharusnya diketahui yang dapat mendiskreditkan profesi. Akuntan
tidak boleh terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apa pun yang
diketahui merusak atau mungkin merusak integritas, objektivitas, atau
reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan prinsip dasar
etika. Perilaku yang mungkin mendiskreditkan profesi termasuk
perilaku yang menurut pihak ketiga yang rasional dan memiliki
informasi yang memadai, sangat mungkin akan menyimpulkan bahwa
perilaku tersebut mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi
baik profesi
Akuntan mungkin menghadapi suatu situasi ketika mematuhi salah
satu prinsip dasar etika, akan bertentangan dengan mematuhi satu atau lebih
prinsip dasar etika lainnya. Dalam situasi demikian, Akuntan mungkin
mempertimbangkan untuk berkonsultasi, secara anonim jika diperlukan,
dengan:
a) Pihak lain dalam Kantor atau organisasi tempatnya bekerja.
b) Pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola.
c) Asosiasi profesi
d) Regulator.

9
e) Penasihat hukum.
Namun demikian, konsultasi semacam itu tidak membebaskan
Akuntan dari tanggung jawabnya untuk menggunakan pertimbangan
profesional dalam menyelesaikan konflik tersebut atau (jika perlu) dan
kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, untuk melepaskan diri
dari permasalahan yang memunculkan konflik. Akuntan didorong untuk
mendokumentasikan substansi permasalahan, rincian dari setiap
pembahasan, keputusan yang dibuat, dan alasan atas keputusan tersebut.
D. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis
a. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah prinsip kemandirian, kebebasan, dan
tanggung jawab. Ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil
keputusan mandiri, melakukan tindakan sesuai dengan apa yang
diyakini, bebas dari tekanan, hasutan, ataupun ketergantungan kepada
pihak lain. Singkatnya, prinsip otonomi merupakan sikap dan
kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dilakukan
harus sesuai dengan apa yang dijanjikan atau dikatakan dan mendorong
kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, ataupun
perjanjian yang telah disepakati. Oleh karena itu, kegiatan bisnis tidak
akan bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak didasarkan atas
kejujuran, seperti:
➢ Jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak.
➢ Jujur dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga
yang sebanding.
➢ Jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Profil Perusahaan
1. KAP Purwantono, Sungkoro, & Surja
KAP Purwantono, Sungkoro, & Surja beralamatkan di Indonesia Stock
Exchange Building Tower 2, lantai 7, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta
Selatan, 12190. Adapun Informasi tambahan sebagai berikut :
• STT No. 255/STT/IX/2015 Tanggal 9/1/2015 12:00:00 AM.
• Ijin No. 603/KM.1/2015 Tanggal 7/14/2015 12:00:00 AM.
• Status KAP sudah Terdaftar di BPK RI.
2. PT Hanson International
PT. Hanson International Tbk (MYRX) bergerak di bidang industri,
perdagangan umum, jasa dan pengembangan. Perusahaan mulai beroperasi
secara komersial pada tahun 1973. Kegiatan Perusahaan saat ini hanya
melakukan investasi di anak perusahaannya. PT. Hanson International
beralamatkan di Mayapada Tower, lantai 21, Jl. Jend. Sudirman Kav. 28
Jakarta Selatan, 12920.
3.2. Kronologi Kasus pelanggaran etika Kantor akuntan Publik (KAP) Purwantono,
Sungkoro, & Surja dan PT. Hansel Internasional
Kasus ini bermulai ketika Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun
2019 mengenakan sanksi kepada kantor akuntan publik partner dari Ernst and
Young (EY) karena dinilai tak teliti dalam penyajian laporan keuangan PT
Hanson International. Atas kesalahan ini OJK memberikan sanksi membekukan
Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun. Deputi Komisioner Pengawas
Pasar Modal I Djustini Septiana dalam suratnya mengatakan Sherly Jokom dari
Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro dan Surja terbukti
melanggar udang-undang pasar modal dan kode etik profesi akuntan publik dari
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI).
Sherly terbukti melakukan pelanggaran Pasal 66 UUPM jis. paragraf A
14 SPAP SA 200 dan Seksi 130 Kode Etik Profesi Akuntan Publik - Institut
Akuntan Publik Indonesia. OJK menilai KAP ini melakukan pelanggaran

11
karena tak cermat dan teliti dalam mengaudit laporan keuangan tahun PT
Hanson International untuk tahun buku 31 Desember 2016.
Kesalahan tidak hanya terdapat pada Sherly Jakum, melainkan PT.
Hansen Internasional. Kesalahan yang dilakukan perusahaan adalah tak
profesional dalam pelaksanaan prosedur audit terkait apakah laporan keuangan
tahunan perusahaan milik Benny Tjokro mengandung kesalahan material yang
memerlukan perubahan atau tidak atas fakta yang diketahui oleh auditor setelah
laporan keuangan diterbitkan. Kesalahan yang dimaksud OJK adalah adanya
kesalahan penyajian (overstatement) dengan nilai mencapai Rp 613 miliar
karena adanya pengakuan pendapatan dengan metode akrual penuh (full acrual
method) atas transaksi dengan nilai gross Rp 732 miliar.
Selain itu, dalam laporan keuangan tersebut juga tak mengungkapkan
adanya Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) atas kavling siap bangun
(KASIBA) tertanggal 14 Juli 2019 yang dilakukan oleh Hanson International
sebagai penjual.

3.3.Etika akuntan publik Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Sungkoro, &
Surja
A. Integritas
Integritas artinya bersikap lugas dan jujur dalam semua hubungan
profesional dan bisnis. Sikap Integritas dari seorang auditor sangat
penting adanya karena sikap integritas itu sendiri dapat meningkatkan
kualitas audit yang dihasilkan. Semakin tinggi sikap integritas maka
semakin tinggi juga kualitas audit yang dihasilkan. Begitupun
sebaliknya, semakin rendah sikap integritas maka semakin rendah juga
kualitas audit yang dihasilkan
Pada kasus ini, pihak akuntan publik dari KAP Purwantono,
Sungkoro, dan Surja yang merupakan salah satu partner Ernst & Young
tidak menerapkan prinsip integritas. Alasannya adalah karena selama
mengaudit Laporan Keuangan Tahunan (LKT) PT Hanson
Internasional, Sherly Jokom memberikan pendapat wajar tanpa
pengecualian, meskipun pada realitanya dia tidak mengetahui mengenai

12
Perjanjian Pengikatan Jual Beli Kaveling Siap Bangun (PPJB KASIBA)
tanggal 14 Juli 2020 dan kondisi LKT PT Hanson Internasional yang
terdapat kesalahan atas penjualan KASIBA dengan nilai gross sebesat
Rp732 M oleh pihak direktur dan direktur utama PT Hanson
Internasional atau bisa dibilang pada dasarnya pihak akuntan publik
tidak mempunyai itikad buruk.
B. Objektivitas
Objektivitas merupakan suatu kualitas yang memberikan nilai
atas jasa yang diberikan anggota. mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak dan jujur secara intelektual. Pada objektivitas, akuntan
tidak mengompromikan pertimbangan professional atau bisnis karena
adanya bias, benturan kepentingan, atau pengaruh yang tidak
semestinya dari pihak lain.
Pada kasus ini, sebenarnya pihak akuntan publik menerapkan
objektivitas karena akuntan publik tidak memihak kepada PT Hanson,
walaupun dia tidak dapat mendeteksi kesalahan pada LKT PT Hanson
Internasional dan tidak mengetahui adanya PPJB KASIBA 14 Juli 2016
yang dilakukan oleh para direktur utama dan direktur PT Hanson
Internasional.
C. Kompetensi dan Kehati-hatian Professional
Kompetensi dan Kehati-hatian Professional artinya mencapai dan
mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesional pada level yang
disyaratkan untuk memastikan bahwa klien atau organisasi tempatnya
bekerja memperoleh jasa profesional yang kompenten, berdasarkan
standar profesional dan standar teknis terkini serta ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi dan kehati – hatian
professional juga merupakan tindakan dengan sungguh – sungguh dan
sesuai standar profesional dan standar teknis yang berlaku.
Pada kasus ini, akuntan publik telah melanggar prinsip
kompetensi dan kehati – hatian professional karena dia tidak cermat
dalam menggunakan kemahiran profesionalisme terkait pelaksanaan
audit SA 560 yang menentukan apakah LKT PT Hanson Internasional

13
per 31 Desember 2016 terdapat kesalahan material yang memerlukan
perubahan atau tidak atas fakta yang diketahui oleh akuntan publik
setelah laporan keuangan diterbitkan.
D. Kerahasiaan
Seorang auditor harus bisa menjaga kerahasiaan informasi
ataupun hubungan dengan klien. Dilarang keras memberitahukan
informasi tanpa seizin dari klien kecuali ada ketentuan hukum yang
mengharuskan auditor untuk mengungkapkan informasinya
Pada kasus ini, pihak para direktur utama dan direktur PT Hanson
Internasional merahasiakan kepada berbagai pihak bahwa mereka
mengetahui kesalahan LKT PT Hanson Internasional per 31 Desember
2016 atas penjualan KASIBA dan juga tidak menyampaikan PPJB
KASIBA 14 Juli 2016 kepada akuntan publik, sehingga mengakibatkan
pendapatan pada LKT PT Hanson Internasional menjadi overstated
dengan nilai material sejumlah Rp613 M dan membuat OJK menjadi
tersesat dan tidak dapat menggunakan kewenangannya untuk
memerintah PT Hanson Internasional melakukan koreksi atas
pengakuan pendapatan pada LKT PT Hanson Internasional. Oleh karena
itu, akuntan publik bisa dikatakan telah menerapkan prinsip kerahasiaan
kepada kliennya.
E. Perilaku Profesional
Seorang akuntan dituntut untuk selalu professional dalam setiap
pekerjaan yang dilakukan dan tidak terdistrak oleh komponen-
komponen diluar dari urusan objek yang di audit. Menerapkan prosedur
audit yang sesuai sehingga keputusan yang di buat pun menjadi tepat.
Pada kasus ini, Sherly Jakom tidak atau belum profesional dalam
mengaudit auditinya karena masih adanya kesalahan dalam mengaudit
laporan keuangan. Sherly Jakom memang sudah mengikuti seluruh
prosedur audit yang sesuai, tapi salah dalam mengambil keputusan
adalah komponen terpenting dan komponen yang penting yang bersifat
material terlewatkan oleh Sherly Jakom.

14
3.4. Prinsip-prinsip Etika Bisnis Pada Kasus Kantor Akuntan Publik (KAP)
Purwantono, Sungkoro, & Surja dan PT Hansol Internasional
1. Prinsip Otonomi
Prinsip otonomi adalah prinsip kemandirian, kebebasan, dan
tanggung jawab. Ini berkaitan dengan kemampuan untuk mengambil
keputusan mandiri, melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diyakini,
bebas dari tekanan, hasutan, ataupun ketergantungan kepada pihak lain.
Singkatnya, prinsip otonomi merupakan sikap dan kemampuan manusia
untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya
tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Pada kasus ini, Benny Tjokro selaku direktur utama, Adnan Tabrani
selaku direktur dari PT Hanson Internasional tidak menerapkan prinsip
otonomi karena telah terbukti melakukan kesalahan penyajian LKT PT
Hanson Internasional tahun 2016 terkait penjualan Kavling Siap Bangun
(KASIBA) dengan nilai gross Rp732 M atau bisa dikatakan melanggar
standar akuntansi keuangan 44 tentang akuntansi aktivitas real estat dan
tidak menyampaikan PPJB KASIBA 14 Juli 2016 kepada akuntan publik,
sehingga mengakibatkan pendapatan perusahaan naik tajam. Serta, Sherly
Jokom selaku auditor PT Hanson Internasional dari KAP Purwantono,
Sungkoro, dan Surja juga tidak menerapkan prinsip otonomi karena tidak
cermat dalam melakukan audit LKT PT Hanson Internasional.
2. Prinsip Kejujuran
Prinsip kejujuran menanamkan sikap bahwa apa yang dilakukan
harus sesuai dengan apa yang dijanjikan atau dikatakan dan mendorong
kepatuhan dalam melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, ataupun
perjanjian yang telah disepakati. Oleh karena itu, kegiatan bisnis tidak akan
bisa bertahan lama dan berhasil jika tidak didasarkan atas kejujuran
Pada kasus ini, pihak direktur utama dan direktur PT Hanson
Internasional tidak menanamkan prinsip kejujuran karena mengetahui
kesalahan penyajian LKT PT Hanson Internasional tahun 2016 terkait
penjualan Kavling Siap Bangun (KASIBA) dengan nilai gross Rp732 M
atau bisa dikatakan melanggar standar akuntansi keuangan 44 tentang

15
akuntansi aktivitas real estat dan tidak menyampaikan PPJB KASIBA 14
Juli 2016 kepada akuntan publik, sehingga dapat dikatakan perbuatan
mereka tersebut merupakan salah satu bentuk untuk membohongi atau
menipu pihak lain (seperti akuntan publik maupun nasabah yang
memberikan pinjaman uang kepada PT Hanson Internasional) sebagai
kepentingan perusahaannya.
3.5. Penyelesaian Kasus Sherly Jakom, KAP Purwantoro, Sungkoro, & Surja dan
PT Hansol Internasional
Pada kasus ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menjatuhkan sanksi denda
sebesar Rp5 miliar kepada Benny Tjokrosaputro karena terbukti melakukan
manipulasi laporan keuangan PT Hanson International tahun 2016. Saat itu, ia
menjabat sebagai Direktur Utama Hanson Internasional. Deputi Komisioner
Pengawas Pasar Modal I Djustini Septiana menjelaskan perseroan terbukti
melanggar Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 44 tentang Akuntansi
Aktivitas Real Estat (PSAK 44). Hal itu terutama dalam penjualan Kavling Siap
Bangun (Kasiba) senilai Rp732 miliar. Diketahui ternyata perusahaan properti
itu mengakui pendapatan tersebut dengan metode akrual penuh pada laporan
keuangan tahun 2016. Namun, perseroan tidak mengungkapkan Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Kavling Siap Bangun di Perumahan Serpong Kencana
tertanggal 14 Juli 2016 (PPJB 14 Juli 2016) terkait penjualan Kasiba pada
laporan keuangan 2016.
Atas perbuatan itu, OJK menyatakan Benny Tjokrosaputro melanggar
Pasal 107 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM)
dan bertanggung jawab atas kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan
(LKT) PT Hanson International Tbk per 31 Desember 2016.
Tak hanya kepada Benny Tjokro, OJK juga menjatuhkan denda kepada
PT Hanson International sebesar Rp500 juta. Perseroan juga wajib melakukan
perbaikan dan penyajian kembali atas laporan keuangan per 31 Desember 2016
paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi. OJK juga menjatuhkan
denda kepada Direktur Hanson Internasional Adnan Tabrani sebesar Rp100
juta. Sementara itu, Sherly Jokom selaku Akuntan Publik yang mengaudit
laporan keuangan perseroan dikenakan sanksi administratif berupa Pembekuan

16
Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama 1 tahun terhitung setelah ditetapkannya
surat sanksi.
Benny Tjokrosaputro melunasi denda sebesar Rp5 miliar terkait
pelanggaran manipulasi laporan keuangan tahun 2016. Deputi Komisioner
Pengawas Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi mengatakan Hanson International
dan Direktur Hanson Internasional Adnan Tabrani juga telah memenuhi
dendanya.
Namun demikian, PT. Hansen Internasional meminta perpanjangan
waktu penyajian ulang (restatement) laporan keuangan. Sebelumnya, dalam
sanksi yang dijatuhkan perusahaan wajib melakukan perbaikan dan penyajian
kembali atas laporan keuangan per 31 Desember 2016 paling lambat 14 hari
setelah ditetapkannya surat sanksi, atau tanggal 22 Agustus 2019.

17
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu :
• Kasus pelanggaran etika Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwanto,
Sungkoro, & Surja dan PT. Hanson International terjadi karena KAP
Purwantono, Sungkoro, & Surja tak cermat dan teliti dalam mengaudit
laporan keuangan PT Hanson International untuk tahun buku 31 Desember
2016 yang mengandung kesalahan material karena adanya manipulasi
laporan keuangan pada PT Hanson International tahun 2016 yang tidak
diketahui oleh KAP Purwanto, Sungkoro, & Surja.
• Ketidaktelitian KAP Purwanto, Sungkoro, & Surja dalam mengaudit PT.
Hanson International melanggar prinsip dasar etika KAP mengenai
integritas dan kompetensi dan kehati-hatian professional.

4.2. Saran
KAP Purwanto, Sungkoro, & Surja harus lebih teliti saat mengaudit
laporan keuangan perusahaan agar kasus kecurangan yang dilakukan oleh
PT. Hanson International tidak terulang kembali yang mana merugikan
kedua belah pihak yang terlibat maupun pihak lainnya yang merupakan
pengguna laporan keuangan.

18
Daftar Pustaka
IAI. 2020. Kode Etik Akuntan Indonesia. IAPI. Inonesia
Wareza, Monica. 2019. Lagi-lagi KAP Kena Sanksi OJK, Kali Ini Partner EY.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190809100011-17-90855/lagi-
lagi-kap-kena-sanksi-ojk-kali-ini-partner-ey . 2022.
Wicaksono, Adhi. 2019. Sulap Lapkeu, Mantan Dirut Hanson International
Didenda Rp5 M. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190809145515-
92-419879/sulap-lapkeu-mantan-dirut-hanson-international-didenda-rp5-m.
2022.

19

Anda mungkin juga menyukai