Anda di halaman 1dari 13

NAMA : AINUL LATIFAH

NIM : 061930400075

KELAS : 2KA

MK : PRAKTIKUM TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

HARI/TANGGAL : SENEN, 13 JULI 2020

PROSES ELEKTROKOAGULASI LIMBAH LOUNDRY


Elektrokimia adalah suatu disiplin ilmu yang menggunakan elektronika
(listrik) dan kimia sebagai basis ilmu. Ilmu ini diterapkan untuk memahami proses
korosi logam, baterai, elektrolisis, dan fuel cell. Aplikasi metode elektrokimia
untuk lingkungan dan laboratorium pada umumnya didasarkan pada proses
elektrolisis, yakni terjadinya reaksi kimia dalam suatu sistem elektrokimia akibat
pemberian arus listrik dari suatu sumber luar. Proses ini merupakan kebalikan dari
proses Galvani, di mana reaksi kimia yang berlangsung dalam suatu sistem
elektrokimia dimanfaatkan untuk menghasilkan arus listrik, misalnya dalam sel
bahan bakar (fuel-cell). Aplikasi lainnya dari metode elektrokimia selain
pemurnian logam dan elektroplating adalah elektroanalitik, elektrokoagulasi,
elektrokatalis, elektrodialisis dan elektrorefining. Pada artikel ini akan dibahas
aplikasi elektrokimia secara khusus mengenai elektrokoagulasi.

Elektrokoagulasi merupakan proses yang dilewati oleh arus listrik pada


air. Hal tersebut telah dibuktikan betapa efisiennya proses tersebut untuk
menghilangkan kontaminan di dalam air. Elektrokoagulasi mempunyai efisiensi
yang tinggi dalam penghilangan kontaminan dan biaya operasi yang rendah.
Proses ini berdasarkan pada prinsip ilmu dimana adanya respon air yang
mengandung kontaminan terhadap medan listrik melalui reaksi reduksi dan
oksidasi dan dapat menghilangkan beberapa kation berat 99% serta dapat
mengurangi mikroorganisme dalam air. Beberapa ion-ion lainnya dan koloid-
koloid dapat dihilangkan.

Proses elektrokoagulasi merupakan gabungan dari proses elektrokimia dan


proses flokulasi-koagulasi. Proses ini diduga dapat menjadi pilihan metode
pengolahan limbah radioaktif dan limbah B3 cair fase air alternatif mendampingi
metode-metode pengolahan yang lain yang telah dilaksanakan. Kelebihan proses
elektrokoagulasi untuk mengolah limbah cair adalah pada proses ini tidak ada
penambahan kimia. Proses elektrokoagulasi disusun meliputi proses equalisasi,
elektrokimia, sedimentasi dan proses filtrasi.
Proses elektrokoagulasi meliputi beberapa tahap yaitu proses equalisasi,
proses elektrokimia (flokulasi-koagulasi) dan proses sedimentasi. Proses
equalisasi dimaksudkan untuk menyeragamkan limbah cair yang akan diolah
terutama kondisi pH, pada tahap ini tidak terjadi reaksi kimia. Elektrokoagulasi
seringkali dapat menetralisir muatan-muatan partikel dan ion, sehingga bisa
mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan konsentrasi lebih rendah
dari yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan dapat menggantikan
dan/atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang mahal (garam logam,
polimer).  Meskipun mekanisme elektrokoagulasi mirip dengan koagulasi kimiawi
dalam hal spesies kation yang berperan dalam netralisasi muatan-muatan
permukaan, tetapi karakteristik flok yang dihasilkan oleh elektrokoagulasi berbeda
secara dramatis dengan flok yang dihasilkan oleh koagulasi kimiawi. Flok dari
elektrokoagulasi cenderung mengandung sedikit ikatan air, lebih stabil dan lebih
mudah disaring. (Woytowich, 1993)

Reaksi Elektrokoagulasi
Sebuah arus yang dilewatkan ke elektroda logam maka akan mengoksidasi
logam (M) tersebut menjadi logam kation (M+), sedangkan air akan mengalami
reduksi menghasilkan gas hidrogen (H2) dan ion hidroksi (OH). Persamaan reaksi
elektrokoagulasi adalah sebagai berikut :

M                                       à        M+ + ne     :     Anoda ………………….. (1)

2 H2O + 3e                        à        2OH- + H2 :     Katoda …………………. (2)

Kation menghidrolisis di dalam air membentuk sebuah hidroksi dengan


spesies dominan yang tergantung pada kondisi pH larutan.

Kation bermuatan tinggi mendestabilisasi beberapa partikel koloid dengan


membentuk polivalen polihidroksi komplek. Senyawa komplek ini mempunyai
sisi yang mudah diadsorbsi, membentuk gumpalan (aggregates) dengan polutan.
Pelepasan gas hidrogen akan membantu pencampuran dan pembentukan flok.
Flok yang dihasilkan oleh gas hidrogen akan diflotasikan kepermukaan reaktor.

Ada beberapa macam interaksi spesies larutan pada proses


elektrokoagulasi, yaitu :
a. Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (elektrophoresis) dan
penggabungan ( aggregation) untuk membentuk senyawa netral.
b. Kation atau ion hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan
Logam kation berinteraksi dengan OH membentuk hidroksi yang
mempunyai sisa yang mengabsorbsi polutan( bridge coagulation)
c. Hidroksi membentuk struktur besar dan membersihkan polutan
(sweep coagulation) oksidasi polutan sehingga menggurangi
toxicitinya.Penghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelombang
udara

Proses ini dapat mengambil lebih dari 99%nkation beberapa logam berat
dab dapat juga membunuh mikroorganisme dalam air. Proses ini juga dapat
mengendapkan koloid – koloid yang bermuatan dan menghilangkan ion – ion lain,
koloid – koloid dan emuldi dalam jumlah signifikan ( Renk,1989,
Duffey,1983,Fraco 1974).

Aplikasi yang potensial pada bidang pertanian dan perbaikan kualitas


hidup masyarakat pedesaan adalah untuk menghilangkan bakteri patogen dalam
air minum dan untuk dekontaminasi air pencuci pada pemrosesan makanan.

Koagulasi adalah salah satu operasi fisiokimia terpenting ang digunakan


dalam pengolahan air. Ini adalah sebuah proses yang digunakan untuk destibilisasi
dan penggumpulan partikel – partikel kecil menjadi partikel yang lebih besar.
Kontaminan-kontaminan air seperti ion-ion (logam berat) dan koloid (organik dan
anorganik) terdapat dalam larutan utamanya disebabkan oleh muatan listrik.
Molekul koloid dapat didestabilisasi dengan cara menambahkan ion-ion yang
muatannya berlawanan dengan muatan koloid tersebut (Benefield, et al.,1982).

Destabilisasi koloid tesebut akan menghasilkan flok dan kemudian


dipisahkan dengan flotasi, sedimentasi dan/atau filtrasi. Koagulasi dapat diperoleh
dengan cara kimia maupun listrik. Koagulasi kimiawi sekarang ini menjadi
kurang diminati karena biaya pengolahan yang tinggi, menghasilkan volume
lumpur yang besar, pengelompokan logam hidroksida sebagai limbah berbahaya,
dan biaya untuk bahan kimia yang membantu koagulasi.  Koagulasi kimiawi telah
digunakan selama puluhan tahun untuk mendestabilisasi suspensi dan untuk
membantu pengendapan spesies logam yang terlarut. Alum, lime, dan/atau
polimer-polimer lain adalah koagulan-koagulan kimia yang sering
digunakan.  Proses ini, bagaimanapun, cenderung menghasilkan sejumlah besar
lumpur dengan kandungan ikatan air yang tinggi yang dapat memperlambat
proses filtrasi dan mempersulit proses penghilangan air (dewater). Proses ini juga
cenderung meningkatkan kandungan TDS dalam effluent, sehingga menyebabkan
proses ini tidak dapat digunakan dalam aplikasi industri.(Benefield, 1982)

Elektro-koagulasi seringkali dapat menetralisir muatan-muatan partikel


dan ion, sehingga bisa mengendapkan kontaminan-kontaminan, menurunkan
konsentrasi lebih rendah dari yang bisa dicapai dengan pengendapan kimiawi, dan
dapat menggantikan dan/atau mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia yang
mahal (garam logam, polimer).  Meskipun mekanisme elektro-koagulasi mirip
dengan koagulasi kimiawi dalam hal spesies kation yang berperan dalam
netralisasi muatan-muatan permukaan, tetapi karakteristik flok yang dihasilkan
oleh elektro-koagulasi berbeda secara dramatis dengan flok yang dihasilkan oleh
koagulasi kimiawi. Flok dari elektro-koagulasi cenderung mengandung sedikit
ikatan air, lebih stabil dan lebih mudah disaring. (Woytowich, 1993)

Mekanisme Proses Elektrokoagulasi

Sebuah reaktor elektrokoagulasi adalah sel elektrokimia dimana anoda


korban (biasanya menggunakan aluminium atau besi) digunakan sebagai agen
akoagulan (Matteson et al). Secara simultan, gas-gas elektrolit dihasilkan
(hidrogen pada katoda).

Beberapa material elektroda dapat dibuat dari aluminium, besi, stainless


steel dan platina. Pada penelitian ini anoda yang digunakan adalah aluminium.
Persamaan (3) menjelaskan pelarutan anode seng :

Al3+ + 3e− ↔ Al .......................................................................... (3)
Secara simultan, reaksi katodik biasanya terjadi perubahan hidrogen.
Reaksi ini terjadi pada katoda dan tergantung pada pH netral atau alkali, hidrogen
diproduksi melalui persamaan (4) :

2H2O+ 2e− → OH− +H2 .......................................................... (4)

Ketika dalam kondisi asam, persamaan (5) dapat menjelaskan dengan baik
perubahan hidrogen pada katoda.

2H+ +2e− → H2 ...................................................................... (5)

Gambar 1.Ilustrasi reaksi elektroagulasi dan gambar 2.  Skema reaktor


elektrokoagulasi
Ada beberapa macam interaksi spesies dalam larutan pada proses
elektrokoagulasi, yaitu :

Migrasi ke elektroda yang bermuatan berlawanan (electrophoresis) dan


penggabungan (aggregation) untuk membentuk senyawa netral.Kation  atau  ion
hidroksi (OH-) membentuk endapan dengan polutan.Logam kation berinteraksi
dengan OH membentuk hidroksi, yang mempunyai sisi yang mengadsorbsi
polutan (bridge coagulation)Hidroksi membentuk struktur besar dan
membersihkan polutan (sweep coagulation)Oksidasi polutan sehingga mengurangi
toxicitinyaPenghilangan melalui elektroflotasi dan adhesi gelembung udara.

Proses elektrokoagulasi

Pada proses elektrokimia akan terjadi pelepasan Al3+ dari plat elektrode


(anoda) sehingga membentuk flok Al(OH)3 yang mampu mengikat kontaminan
dan partikel-partikel dalam limbah. Reaksi yang terjadi pada proses ini adalah

Gambar 3. Proses Elektrokoagulasi

Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus
listrik searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi
elektrolit, dimana ion positif (kation) bergerak ke katoda dan menerima elektron
yang direduksi dan ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan
elektron yang dioksidasi. Katoda Ion H+ dari suatu asam akan direduksi menjadi
gas hidogen yang akan bebas sebagai gelembung-gelembung gas.
Koagulasi dan flokulasi adalah metode tradisional pada pengolahan air
limbah. Pada proses ini bahan koagulan seperti alum atau feri klorida dan bahan
aditif lain seperti polielektrolit ditambahkan dengan dosis tertentu untuk
menghasilkan persenyawaan yang berpartikel besar sehingga mudah dipisahkan
secara fisika. Ini merupakan proses dengan tahap yang banyak sehingga
memerlukan area lahan yang luas dan ketersediaan bahan kimia secara terus
menerus (continous). Sebuah metode yang lebih efisien dan murah untuk
mengolah air limbah dengan jenis polutan yang bervariatif serta meminimisasi
bahan aditif adalah diperlukan dalam managemen keberlanjutan air.
Elektrokoagulasi adalah metode pengolahan yang mampu menjawab
permasalahan tersebut.

Faktor yang mempengaruhi elektrokoagulasi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses elektrokoagulasi ini antara lain :

a. Kuat arus

Pengolahan limbah nikel dengan rapat arus 40, 50, 60, dan 70
mA/cm2 menghasilkan penurunan kontaminan nikel sebesar 95% dan Cu sebesar
98% pada rapat arus 70 mA/cm2. Ini dikarenakan rapat arus merupakan elektron
yang berpindah setiap satuan luas. Sehingga semakin besar rapat arus maka
elektron yang berpindah maka semakin besar, hal ini akan menyebabkan
pembentukan koagulan yang terbentuk akan semakin banyak. Menurut Koparal
and Ogutveren (2002) umumnya rapat arus yang digunakan pada interval 10 – 150
A/m2. Perbedaan kuantitas rapat arus yangdigunakan tergantung pada perbedaan
kondisi aplikasi (Rachmanita, 2010)

b. Jenis Elektrode

Pada penelitian yang dilakukan ada 3 elektrode yang digunakan yaitu Fe, Zn,
serta Al. Setiap jenis elektrode ini memberikan pengaruh yang berbeda-beda.
Hasil terbaik pada penelitian ini di dapat pada logam Al dengan penurunan TSS
sebesar 95,3%, sedangkan untu Fe terjadi penurunan sebesar 94,39% dan Zn
sebesar 91,96%. Penggunaan jenis elektrode ini dipengaruhi kereaktifan logam
serta pembentukan koagulan untuk mengikat kotoran yang ada.

c. Waktu

Percobaan elektrokoagulasi dengan variasi waktu 10, 15, 20, 25. dan 30 menit.
Dalam elektrokoagulasi semakin lama waktu proses maka penurunan parameter
pencemaran akan semakin baik. Ini juga sesuai hukum faraday yang menyatakan
semakin lama waktu proses maka akan semakin banyak koagulan yang terbentuk.
Semakin banyak koagulan yang terbentuk maka semakin baik penurunan
parameter pencemaran.

d.      Jarak

Pada penelitiannya menggunakan variasi jarak 0,5 ,1,5 dan 2,5 cm. Hasil
dari penelitian tersebut menunjukan bahwa jaraak 0,5 cm memberikan hasil
terbaik untuk penuruan parameter TSS sebesar 81,73%. Jarak memepengaruhi
hambatan listrik yang terbentuk,semakin besar jarak maka semakin besar
hambatan listrik yang terbentuk.

 Desalinasi

Desalinasi adalah proses pemisahan yang digunakan untuk mengurangi


kandungan garam terlarut dari air garam hingga level tertentu sehingga air dapat
digunakan. Proses desalinasi melibatkan tiga aliran cairan, yaitu umpan berupa air
garam (misalnya air laut), produk bersalinitas rendah, dan konsentrat bersalinitas
tinggi. Produk proses desalinasi umumnya merupakan air dengan kandungan
garam terlarut kurang dari 500 mg/l, yang dapat digunakan untuk keperluan
domestik, industri, dan pertanian. Hasil sampingan dari proses desalinasi
adalah brine. Brine adalah larutan garam berkonsentrasi tinggi (lebih dari 35000
mg/l garam terlarut).

Terdapat beberapa cara dan metode desalinasi diantaranya :

1. Metode Vacuum Distillation.

Prinsipnya yaitu dengan memanaskan air laut untuk menghasilkan


uap air, yang selanjutnya dikondensasi untuk menghasilkan air
bersih. Distilasi merupakan metode desalinasi yang paling lama dan paling
umum digunakan.

Distilasi adalah metode pemisahan dengan cara memanaskan air


laut untuk menghasilkan uap air, yang selanjutnya dikondensasi untuk
menghasilkan air bersih. Berbagai macam proses distilasi yang umum
digunakan, seperti multistage flash, multiple effect distillation, dan vapor
compression umumnya menggunakan prinsip mengurangi tekanan uap
dari air agar pendidihan dapat terjadi pada temperatur yang lebih rendah,
tanpa menggunakan panas tambahan.

Proses kerja destilasi ini mulanya air laut dihisap oleh pompa
ejektor yang terdapat dipantai. Kemudian, air laut tersebut dimasukan ke
dalam alat penukar gas (heat exchanger). Pada tahap ini, air laut
dipanaskan oleh air panas dari panas buang diesel atau boiler limbah
biomassa pada suhu 80 oC. Selanjutnya, air tersebut divakumkan pada
tekanan udara kurang dari 1 atm.

Pada kondisi hampa udara (vakum) yang tinggi dan suhu rendah
tersebut sebagian dari air laut menguap. Dimana, uap bertekanan rendah
dari tempat lain mendapat pendinginan dari air laut yang dimasukkan dari
cerobong terpisah. Pada saat itulah, uap berkondensasi menjadi air tawar.

Air laut yang sudah hangat akan mengalir dari saluran keluar
pendingin. Dan selanjutnya akan masuk ke dalam heat exchanger sebagai
air umpan. Uap tekanan rendah yang timbul di dalam heat exchanger
mengalir masuk ke dalam evaporator. Begitu pula dengan air sisa buangan
yang kental.

Selanjutnya, uap air itu didinginkan oleh air laut dan berkondensasi
menjadi air tawar. Hasil air tawar di kondensor itu kemudian dipompa
keluar oleh condensate pump. Kemudian, air tersebut dialirkan ke tangki
persedian air tawar. Sementara sisa air buangan dikeluarkan secara teratur
oleh water ejector.

Sedangkan mengenai kadar garam dari air destilat (air yang


dihasilkan dari proses destilasi ini) secara terus menerus dipantau
oleh salinity indicator. Sebuah solenoid valve dipasang pada saluran keluar
pompa air destilasi.
Umumnya kadar garam yang dimiliki oleh air destilat ini maksimal
sebesar 10 ppm. Artinya, kualitas air yang dihasilkan dari proses ini sangat
bagus.

2.  Reverse Osmosis (RO)

Metode lain desalinasi adalah dengan menggunakan membran.


Terdapat dua tipe membran yang dapat digunakan untuk proses desalinasi,
yaitu reverse osmosis (RO) dan electrodialysis (ED). Pada proses
desalinasi menggunakan membran RO, air pada larutan garam dipisahkan
dari garam terlarutnya dengan mengalirkannya melalui membran water-
permeable. Permeate dapat mengalir melalui membran akibat adanya
perbedaan tekanan yang diciptakan antara umpan bertekanan dan produk,
yang memiliki tekanan dekat dengan tekanan atmosfer. Sisa umpan
selanjutnya akan terus mengalir melalui sisi reaktor bertekanan
sebagai brine. Proses ini tidak melalui tahap pemanasan ataupun
perubahan fasa. Kebutuhan energi utama adalah untuk memberi tekanan
pada air umpan. Desalinasi air payau membutuhkan tekanan operasi
berkisar antara 250 hingga 400 psi, sedangkan desalinasi air laut memiliki
kisaran tekanan operasi antara 800 hingga 1000 psi.

Dalam praktiknya, umpan dipompa ke dalam container tertutup,


pada membran, untuk meningkatkan tekanan. Saat produk berupa air
bersih dapat mengalir melalui membran, sisa umpan dan
larutan brine menjadi semakin terkonsentrasi. Untuk mengurangi
konsentrasi garam terlarut pada larutan sisa, sebagian larutan
terkonsentrasi ini diambil dari container untuk mencegah konsentrasi
garam terus meningkat.

Sistem RO terdiri dari 4 proses utama, yaitu (1) pretreatment,


(2) pressurization, (3) membrane separation, (4) post teatment
stabilization.
Contoh data pengamatan limbah loundry

Rendah : 24,2 volt , 0,11A

Suhu Awal ( ◦c) pH Awal Turbidity ( FNU,NTU)

31 6 8,15

Rendah : 21,7 volt , 20A

Suhu Awal ( ◦c) pH Awal Turbidity ( FNU,NTU)

34 6 14,4

Tinggi : 29,9 volt , 0,13A

Suhu Awal ( ◦c) pH Awal Turbidity ( FNU,NTU)

30 6 8,15

Tinggi : 29,7 volt, 0,13A

Suhu Awal ( ◦c) pH Awal Turbidity ( FNU,NTU)

35 6 18,8

Pembahasan

Pengolahan limbah air laundry dengan menggunakan metode


elektrokoagulasi, dengan parameter yang dianalisa antara lain pH, suhu, dan
turbidity. Proses elektrokoagulasi terbentuk melalui pelarutan dari anoda yang
kemudian berinteraksi secara simultan dengan ion hidroksida dan gas hidrogen
yang di hasilkan dari katoda. Rentang waktu yangdigunakan 30 menit untuk setiap
analisa dengan volt yang berbeda dari rendah dan tinggi.

Pada teganggan rendah volt awal sebesar 24,2 V kemudian mengalami


penurunan sehingga volt yang dihasilkan sebesar 21,7 V, dan mengalami kenaikan
suhu dari 31ºC menjadi 34ºC, kekeruhan dari 8,15 FNU NTU menjadi 14,4 FNU
NTU sebelum dilakukan flokulasi-koagulasi / sedimentasi.

Pada pEngukuran dengan teganggan tingi juga mengalami perubahan


seperti padateganggan rendah, dapat dilihat pada lampiran data pengamatan.
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi elektrokoagulasi antara lain rentang
waktu, kuat arus, jenis elektroda yang digunakan, serta jarak elektroda tersebut.
Besarnya jarak antara elektroda mempengaruhi hambatan elektrolit, semakin besar
hambatan akan sebanding dengan besarnya jarak elektroda, sehingga arus akan
semakin kecil.

VII. Grafik

Kuat Arus vs Suhu


36
35
34
33
32 Tegangan rendah
Suhu

31 Tegangan tinggi
30
29
28
27
0,11 0,13 0,14 0.20
Ampere

Ampere vs Turbidity
20
18
16
14
12
Turbidity

Tegangan rendah
10
Tegangan tinggi
8
6
4
2
0
0.11 0.13 0.14 0.20
Ampere
pH vs Ampere
7
6

5
4 Tegangan rendah
pH

3 Tegangan tinggi

0
0.11 0.13 0.14 0.20
Ampere

Anda mungkin juga menyukai