Sejalan dengan perkembangan zaman, usia menarche turut mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari rata-rata 14 tahun menjadi 12,8 tahun (Silva, 2005). Bahkan, sebuah penelitian pada awal tahun 80-an menunjukkan fakta bahwa rata-rata usia menarche adalah 16,2 ± 1,1 tahun (Beall, 1981). Modernisasi dan instanisasi gaya hidup diyakini sebagai faktor yang memegang andil cukup besar dalam penurunan rerata usia menarche. Hal ini dikarenakan kemajuan peradaban diikuti pula dengan perubahan-perubahan pada manusia, mulai dari perubahan pola makan sampai perubahan pola hidup. Data epidemiologi dunia menunjukkan bahwa 29,9% gadis berusia 10-17 tahun mengalami masalah kelebihan nutrisi (Roditis dkk., 2009). Menurut Abudayya dkk. (2009), sebuah penelitian di Amerika menunjukkan hasil bahwa lebih dari 90% remaja selalu makan camilan yang sebagian besar kandungannya adalah lemak di antara setiap waktu makan. Menurut Acharya dkk. (2006), perbaikan nutrisi akan berdampak kepada penurunan usia menstruasi pertama. Menarche dini lebih cenderung ditemui pada wanita dengan status nutrisi yang baik. Hal ini dikarenakan status nutrisi mempengaruhi maturitas sistem endokrin (Uche-Nwachi dkk., 2007). Pada sebuah penelitian di pulau Jawa, didapatkan data bahwa pada tahun 1937 usia menarche rata-rata adalah 14,08 tahun dan pada tahun 1996 sudah menurun menjadi 13,22 (Dewi, 2008). Menurut Winkjosastro (2006) dalam Dewi (2008), usia menarche memang bervariasi tetapi semakin lama usia menarche semakin cepat. Salah satu penyebab hal tersebut adalah perbaikan status nutrisi. Namun, menurut Paath (2005), di Indonesia belum ada penelitian yang menganalisis seberapa jauh status nutrisi mempengaruhi usia menarche.
Universitas Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, khususnya Medan, dijumpai perbedaan usia menarche yang cukup bermakna antara populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas dan populasi dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Rata-rata usia menarche pada remaja putri dengan tingkat kesejahteraan menengah ke atas adalah 11,45 tahun dengan Standard Deviasi (SD) 0,92. Sementara itu, usia menarche pada kelompok dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah adalah 12,19 tahun dengan SD 0,98 (Pulungan, 2009). Di sisi lain, menarche terlampau dini dikaitkan dengan faktor risiko beberapa penyakit keganasan. Menurut Helm (2009), usia menarche dini merupakan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Di samping itu, percepatan usia menarche juga memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium (Chiang, 2008). Menurut Hebra (2008), kolesistitis juga berkaitan dengan usia menarche yang lebih cepat. Belakangan, insiden kanker uterus dan kanker payudara juga dihubungkan dengan usia menarche (Chiang, 2009; Swart, 2010) oleh alasan hormonal, yang dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen. Kecenderungan usia menarche yang semakin dini juga berimplikasi pada risiko terjadinya kehamilan pada usia yang lebih muda (Silva, 2005; Rah dkk., 2009) dan perpanjangan waktu persalinan (MacKibben, 2003). Usia menarche yang terlalu cepat pada sebagian remaja putri dapat menimbulkan keresahan karena secara mental mereka belum siap. Menstruasi juga berarti pengeluaran zat besi, yang mana pada setiap siklus menstruasi sekitar 4 mg zat besi dikeluarkan. Apabila seorang remaja putri mengalami menarche 1 tahun lebih awal maka dia akan kehilangan zat besi sebanyak 48 mg lebih banyak (MacKibben, 2003). Informasi mengenai kecenderungan usia menarche juga merupakan parameter yang penting untuk memprediksi jumlah populasi dalam beberapa tahun ke depan, memperkirakan faktor risiko keganasan organ reproduksi, termasuk pula kejadian osteoporosis (Matkovic dkk., 1997). Rata-rata usia menarche juga bisa dijadikan patokan untuk menentukan abnormalitas dalam menarche. Sampai saat ini, seseorang dikatakan mengalami
Universitas Sumatera Utara
pubertas prekoks (lebih cepat dari normal) apabila menarche terjadi di bawah usia 8 tahun dan mengalami pubertas tarda (terlambat) bila menarche terjadi di atas usia 18 tahun. Kedua keadaan tersebut merupakan keadaan patologis akibat gangguan aksis hipotalamus, hipofisis, dan ovarium. Seiring dengan usia menarche yang terus menurun, bisa jadi patokan usia untuk pubertas patologis juga perlu mengalami penyesuaian (Uche-Nwachi dkk., 2007).
1.2. Rumusan Masalah
Uraian dalam latar belakang memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan: apakah terdapat hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche dengan usia menarche?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Umum Menganalisis hubungan antara status nutrisi dua tahun sebelum menarche dengan usia menarche pada siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 b. Khusus 1. Mengetahui gambaran status nutrisi melalui pola diet rutin siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011 pada masa dua tahun sebelum menarche 2. Mengetahui gambaran usia menarche siswi SMP dan SMA Ahmad Yani Binjai tahun ajaran 2010-2011
1.4. Manfaat Penelitian
1. Bagi Departemen Kesehatan: sebagai bahan masukan mengenai hubungan antara status nutrisi dan usia menarche 2. Bagi pihak sekolah: sebagai pedoman untuk menentukan saat yang tepat memulai pendidikan dan penyuluhan tentang menarche
Universitas Sumatera Utara
3. Bagi siswi: sebagai bahan informasi mengenai gambaran usia menarche dan gambaran status gizi sehingga dapat direncanakan langkah-langkah antisipasi terhadap dampak buruk yang mungkin timbul akibat keadaan yang ada