Anda di halaman 1dari 7

Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-

Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK


Negeri 1 Tambelangan

ANALISIS KESIAPAN PEMBELAJARAN E-LEARNING SAAT


PANDEMI COVID-19 DI SMK NEGERI 1 TAMBELANGAN

ANALYSIS OF E-LEARNING READINESS DURING THE COVID-19


PANDEMIC AT SMK NEGERI 1 TAMBELANG
Syamsul Jamal
SMK Negeri 1 Tambelangan
Samsul60175@yahoo.com

Abstract
The purpose of this study was to find out how e-learning Learning Readiness during the COVID-19
pandemic at SMK Negeri 1 Tambelang in six aspects of readiness (student readiness, teacher
readiness, infrastructure readiness, management support, school culture, and trends in face-to-
face).The E-Learning Readiness model used in this study is the Teddy & Swatman Model (2006)
using six readiness factors. The six factors are the readiness of students, teacher readiness,
infrastructure, management support, school culture and the tendency of face-to-face learning.
Student readiness factor obtained value of 3,8 on scale of 5. According to the table of ranges of
values and categories (Aydin & Tasci 2005: 2015) that with these values is declared ready but
requires a slight increase. Teacher readiness factors, management support factors and School
Culture Factors score of 4.2. According to the table of ranges of values and categories (Aydin &
Tasci 2005: 2015) that with these values ready for the application of e-learning can be continued.
Only 1 factor that is not ready and needs improvement is the e-learning tendency factor with an ELR
value of 3.3

Keywords: e-learning, e-learning readiness

Abstrak
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Kesiapan Pembelajaran e-learning
saat pandemic COVID-19 di SMK Negeri 1 Tambelangan dalam enam aspek kesiapan (kesiapan
peserta didik, kesiapan guru, kesiapan infrastruktur, dukungan managemen, budaya sekolah, dan
kecenderungan terhadap tatap muka). Model E-Learning Readiness yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Model Teddy & Swatman (2006) menggunakan enam faktor kesiapan. Enam
faktor tersebut adalah kesiapan peserta didik, kesiapan guru, infrastruktur, dukungan managemen,
budaya sekolah dan kecenderungan pembelajaran tatap muka. Faktor kesiapan peserta didik
diperoleh nilai sebesar 3,8 dalam skala 5. Menurut tabel rentang nilai dan kategori (Aydin & Tasci
2005 : 2015) bahwa dengan nilai tersebut dinyatakan siap tetapi membutuhkan sedikit peningkatan.
Faktor kesiapan guru, Faktor dukungan management serta faktor budaya sekolah diperoleh nilai
sebesar 4,2. Menurut tabel rentang nilai dan kategori (Aydin & Tasci 2005 : 2015) bahwa dengan
nilai tersebut siap penerapan e-learning dapat dilanjutkan. Hanya 1 faktor yang tidak siap dan perlu
peningkatan adalah Faktor Kecenderungan pembelajaran e-learning dengan nilai ELR sebesar 3,3

Kata Kunci : e-learning, e-learning readiness

PENDAHULUAN Konsep Merdeka dan Belajar menurut


Kementerian Pendidikan dan hemat penulis dapat dipersepsikan sebagai
Kebudayaan (Kemendikbud) selaku leading upaya untuk menciptakan suatu lingkungan
sektor pendidikan nasional yang berperan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas
penting dalam mewujudkan kualitas SDM dari berbagai hambatan terutama tekanan
Indonesia, menindaklanjutinya dengan psikologis. Bagi guru dengan memiliki
mengeluarkan berbagai kebijakan penting, kebebasan lebih fokus untuk memaksimalkan
diantaranya kebijakan pendidikan “Merdeka pada pembelajaran guna mencapai tujuan
Belajar”, yang digulirkan oleh Mendikbud (goal oriented) pendidikan nasional, namun
Nadiem Anwar Makarim [1]. tetap dalam rambu kaidah kurikulum. Bagi

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [16]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

siswa bebas untuk berekspresi selama berlangsung salah satu faktor psikologi yang
menempuh proses pembelajaran di sekolah, ada didalamnya adalah kesiapan.
namun tetap mengikuti kaidah aturan di Kesiapan adalah keseluruhan kondisi
sekolah. Siswa bisa lebih mandiri, bisa lebih seseorang yang membuatnya siap untuk
banyak belajar untuk mendapatkan suatu memberi respons/jawaban di dalam cara
kepandaian, dan hasil dari proses tertentu terhadap suatu situasi [3]. Kesediaan
pembelajaran tersebut siswa berubah secara untuk memberi respons atau bereaksi.
pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, Kesediaan itu timbul dari dalam diri
tingkah laku, keterampilan, dan daya seseorang dan juga berhubungan dengan
reaksinya, sejalan dengan apa yang kematangan, karena kematangan berarti
diamanatkan dalam tujuan UU Sisdiknas kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.
Tahun 2003, yakni; untuk mengembangkan Kesiapan ini perlu diperhatikan dala proses
potensi peserta didik agar menjadi manusia belajar, karena jika siswa belajar dan padanya
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, akan lebih baik [3].
berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi Suatu pengembangan e-learning
warga negara yang demokratis serta didalamnya terdapat proses analisis yang
bertanggungjawab [2]. sangat penting yang akan menentukan
Memasuki pertengahan bulan maret yaitu langkah pengembangan selanjutnya.
tanggal 16 maret 2020 masa jaga jarak atau Kesiapan e-learning dikelompokkan menjadi
physical distancing dalam menghadapi enam faktor yaitu (1) kesiapan peserta didik
pandemi Covid-19 ini diberlakukan di (2) kesiapan guru (3) infrastruktur (4)
wilayah seluruh Provinsi Jawa Timur, dukungan managemen (5) budaya sekolah (6)
membuat banyak sekolah diliburkan, kecenderungan pembelajaran tatap muka [4].
sehingga anak belajar dan beraktivitas di SMK Negeri 1 Tambelangan adalah salah
rumah. Namun, ini bukan berarti hanya satu sekolah menengah kejuruan yang sudah
tinggal diam dan duduk manis di rumah. banyak dikenal di propinsi Jawa Timur
Aktivitas belajar tetap harus dilaksanakan khususnya di Kabupaten Sampang dengan
antara pendidik dan peserta didik. Keadaan prestasi dan fasilitasnya. Mengetahui tingkat
ini memaksa melakukan interaksi secara kesiapan terhadap pembelajaran online yang
digital untuk menyapa peserta didik dan akan diterapkan diharapkan sekolah dapat
memberikan materi dan tugas yang harus menentukan langkah selanjutnya yang akan
siswa lakukan di rumah. Jika setiap pendidik diambil. Tingkat kesiapan pada setiap
dan peserta didik mampu melakukannya kategori yang diuji selain dapat mengetahui
bersama, maka proses belajar mengajar tetap tingkat kesiapan secara keseluruhan, dapat
dapat terlaksana dengan baik. Menyikapi diketahui juga kategori kesiapan yang masih
kondisi stay at home akibat pandemi Covid- rendah. Tingkat kesiapan pada kategori yang
19, guru benar-benar harus mampu masih rendah akan ditindaklanjuti dan tingkat
menyajikan pembelajaran dengan kesiapan pada kategori tinggi akan
menggunakan teknologi atau biasa kita sebut dipertahankan. Sehingga pihak sekolah dapat
dengan pembelajaran e-learning. melakukan efisiensi dalam management
Namun tidak serta merta pembelajaran sekolah.
online dapat langsung digunakan dalam suatu Permasalahan dan tujuan dalam
lingkungan sekolah, berhasil tidaknya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pencapaian tujuan pendidikan banyak bagaimana Kesiapan Pembelajaran e-
bergantung kepada proses belajar yang learning saat pandemic COVID-19 di SMK
dialami peserta didik. Ref. [3] Negeri 1 Tambelangan dalam enam aspek
mengungkapkan dalam proses belajar yang kesiapan (kesiapan peserta didik, kesiapan
berpengaruh bagi tujuan pendidikan yang guru, kesiapan infrastruktur, dukungan

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [17]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

managemen, budaya sekolah, dan berkelompok, sehingga antar peserta didik


kecenderungan terhadap tatap muka). dengan dikelompokkan untuk mengerjakan
tugas akan melakukan komunikasi lebih
E-learning banyak dengan peserta didik yang lain.
E-learning merupakan segala aktivitas Kelemahan lain seperti mahalnya
pengembangan dapat menggunakan
belajar yang menggunakan bantuan teknologi
framework yang disediakan secara gratis.
elektronik, yang dapat diaplikasikan dalam
pendidikan konvensional dan pendidikan E-Learning Readiness
jarak jauh [5]. E-learning adalah kegiatan Model e-learning readiness banyak
pendidikan atau pembelajaran melalui media dikembangkan model yang dikemukakan
elektronik [6]. Pendapat lain mengemukakan dalam Referensi [10] adalah salah satu model
readiness dengan tujuh kategori dalam
bahwa e-learning adalah metode
penilaiannya. Ref. [11] mengemukakan
pembelajaran baru berupa perpaduan antara beberapa komponen kesiapan penggunaan E-
teknologi jaringan dan multimedia yang learning yaitu (1) kesiapan urusan (2)
dikawinkan dengan pedagogi dan andragogy kesiapan teknologi (3) kesiapan pelatihan (4)
[7]. E- learning merupakan pembelajaran kesiapan kultur (5) kesiapan manusia (6)
yang memanfaatkan dukungan teknologi kesiapan finansial.
internet. Dalam e-learning, pengajar tidak E-learning readiness yang dikemukakan
Ref. [12] menggunakan delapan kategori
sekedar menggunggah materi pembelajaran
dalam penilaian kesiapan yaitu (1)
yang bisa diakses secara online oleh peserta psychological readiness yang
didik, tetapi pengajar juga melakukan mempertimbangkan cara pandang terhadap
evaluasi, menjalin komunikasi, pengaruh inisiatif E-learning. faktor ini
berkolaborasi, dan mengelola aspek-aspek merupakan faktor penting yang harus
pembelajaran lainnya [8]. dipertimbangkan dan memiliki peluang
tertinggi untuk sabotase proses
Dalam pembelajaran e-learning terjadi
implementasi (2) sociosilogical readiness
interaksi yang melibatkan siswa, pengajar mempertimbangkan aspek interpersonal
dan konten [7]. Interaksi siswa-siswa, lingkungan dengan program yang akan
interaksi siswa-konten, interaksi konten- diimplementasikan (3) environmental
konten, interaksi pengajar-konten, interaksi readiness yang mempertimbangkan operasi
pengajar-pengajar, dan interaksi pengajar kekuatan besar pada stakeholders, baik dalam
siswa. maupun luar organisasi (4) human resources
readiness yang mempertimbangkan
Wildavsky dalam Referensi [6]
ketersediaan dan rencana system dukungan
mengemukakan tentang kelemahan sumber daya manusia (5) finanscial readiness
pembelajaran online yaitu minumnya yang mempertimbangkan besarnya anggaran
frekuansi kontak dan sosialisai antar siswa dan proses alokasi (6) technological skill
dalam proses pembelajaran. E-learning yang readiness yang mempertimbangkan
dilakukan jarak jauh tentu akan mengurangi kompetensi teknis yang akan diamati dan
frekuensi kontak baik antar peserta didik atau diukur (7) equipment readiness yang
mempertimbangkan kepemilikan peralatan
peserta didik dengan guru karena dapat
yang sesuai (8) content readiness yang
dilakukan pada ruang dan waktu yang mempertimbangkan konten pembelajaran
berbeda sehingga sosialisasi yang dilakukan dan sasaran pembelajaran.
juga akan berkurang. Pendapat lain mengenai Penilaian kesiapan penggunaan E-
kelemahan E-learning dikemukakan dalam learning juga dapat menggunakan model
Ref. [9] yaitu mahalnya pengembangan yang dikemukakan dalam Ref. [4] model ini
banyak digunakan di negara berkembang
dalam E-learning dan kurangnya waktu
dengan empat faktor yaitu teknologi, inovasi,
untuk mengikuti course dalam E-learning. manusia dan pengembangan diri. Model E-
Beberapa kelemahan diatas dalam hal learning Readiness ini dapat digunakan untuk
kurangnya sosialisasi peserta didik dapat dapat menentukan tingkat kesiapan E-
diatasi dengan tugas yang diberikan oleh guru learning pada organisasi atau sekolah.
dalam pembelajaran dilakukan secara

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [18]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

Penjabaran faktor ELR yang dikemukakan pada tanggal 23 -29 Maret 2020. Populasi dan
dalam Ref. [4] adalah (1) faktor teknologi (2) sampel adalah sebanyak 28 guru yang
faktor inovasi (3) faktor manusia (4) faktor terdaftar di web:
pengembangan diri. https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go.id
Ref. [13] mengemukakan terdapat model [15].
E-Learning Readiness yang dikemukakan Penelitian ini menggunakan kuesioner
oleh Teddy and Swatman. Dalam model yang yang berisi 34 pertanyaan. Pertanyaan
dikembangkan Teddy & Swatman, kesiapan berdasarkan model Teddy & Swatman untuk
penerapan E-learning dapat dilihat dari dua enam faktor yaitu kesiapan peserta didik,
tingkatan pendidikan yaitu sekolah dasar dan kesiapan guru, infrastruktur, dukungan
sekolah menengah. Perbedaan guru wanita managemen, budaya sekolah dan
dan guru laki-laki juga menjadi pertimbangan kecenderungan pembelajaran tatap muka
dalam menentukan kesiapan E-learning, [13].
selain itu jurusan atau kelas yang ada dalam Semua pertanyaan akan dinilai
tingkatan sekolah khususnya sekolah menggunakan skala penilaian yang
menengah menjadi faktor kesiapan guru dikemukakan dalam Ref. [4]. Skala penilaian
dalam menerapkan E-learning. Faktor yang tersebut berupa empat kategori yaitu (1) Siap
dikemukakan lebih sederhana, terdiri dari dan penerapan dapat dilaksanakan (2) Siap
enam faktor yang dijabarkan ke dalam 23 tetapi membutuhkan sedikit peningkatan (3)
item. Enam faktor tersebut adalah sebagai Tidak siap dan membutuhkan sedikit
berikut: 1. Kesiapan Peserta Didik, 2. peningkatan (4) Tidak siap dan
Kesiapan Guru, 3. Kesiapan Infrastruktur, 4. membutuhkan banyak peningkatan
Faktor Dukungan Management Sekolah, 5.
Faktor Budaya sekolah, 6. Faktor
Kecenderungan terhadap Pembelajaran Tatap
Muka.

METODE PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Penelitian ini menggunakan metode
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa,
kejadian yang terjadi pada saat sekarang [14].
Penelitian ini bertujuan untuk Gambar 1. Skala penilaian kesiapan
menggambarkan suatu keadaan kesiapan pengunaan Pembelajaran e-learning
sekolah dalam penerapan e-learning di saat
pandemic COVID-19. Tabel 1. Rentang Nilai dan Kategori [4].
Model yang digunakan dalam penelitian Rentang Kategori
ini adalah model untuk mengukur kesiapan Nilai
penerapan E-learning. Model Teddy & 1 ≤ 𝑥 ≤ 2,6 Tidak siap, membutuhkan
Swatman menggunakan enam faktor banyak peningkatan
kesiapan. Enam fator tersebut adalah 2,6 ≤ 𝑥 Tidak siap, membutuhkan
kesiapan peserta didik, kesiapan guru, ≤ 3,4 sedikit peningkatan
infrastruktur, dukungan managemen, budaya 3,4 ≤ 𝑥 Siap, tetapi membutuhkan
sekolah dan Kecenderungan pembelajaran e- ≤ 4,2 sedikit peningkatan
learning Model ini akan memberikan skor 4,2 ≤ 𝑥 ≤ 5 Siap, penerapan E-
atau nilai kesiapan pada tiap faktor dan learning dapat dilanjutkan
kesiapan penggunaan E-learning di sekolah
secara keseluruhan. Model ini cocok HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan di Indonesia banyak Uji Validitas dan Reliabilitas
dikembangkan untuk instansi- instansi di Uji validitas dan Reliabilitas instrumen
negara berkembang [13]. diperlukan agar dalam pertanyaan kuisioner
Penelitian ini dilaksanakan di SMK yang peneliti ajukan ke responden bisa
Negeri 1 Tambelangan yang dilaksanakan dikatakan valid. Uji validitas dan realiabiitas

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [19]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

menggunakan uji pearson product moment Data yang diperoleh dari responden
dengan software SPSS. Berikut tabel hasil uji sebanyak 28 guru kemudian dianalisis
validitas dan reliabilitas. dengan menggunakan model E-learning
Readiness yang dikemukakan dalam Ref. [4].
Tabel 2. Hasil uji validitas dan reliabilitas Angket penelitian ini memiliki 34 pertanyaan
Item-Total Statistics dengan alternatif jawaban “Sangat Setuju”
Squared Cronbach's dengan skor 5, “Setuju” dengan skor 4,
Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Multiple Alpha if Item “Netral” dengan skor 3, “Tidak setuju”
Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Correlation Deleted dengan skor 2, dan “Sangat Tidak Setuju”
Q1 130,68 251,263 ,721 . ,968 dengan skor 1. Tujuan penggunaan angket
Q2 130,86 252,127 ,644 . ,968 pada penelitian ini adalah untuk mengetahui
Q3 130,93 252,291 ,616 . ,969 respon guru terhadap kesiapan penggunaan
Q4 130,75 253,676 ,691 . ,968 Pembelajaran e-learning di SMK Negeri 1
Q5 130,57 253,069 ,590 . ,969 Tambelangan. Berikut kami sajikan data
Q6 130,61 252,840 ,577 . ,969
berupa grafik.
Q7 130,64 251,497 ,671 . ,968
Q8 130,68 253,856 ,656 . ,968
Q9 131,11 243,581 ,717 . ,968
Q10 130,96 248,258 ,652 . ,969
Q11 130,43 251,587 ,752 . ,968
Q12 130,32 252,967 ,776 . ,968
Q13 130,39 249,655 ,753 . ,968
Q14 130,39 250,840 ,695 . ,968
Q15 130,36 252,312 ,742 . ,968
Q16 130,36 253,275 ,688 . ,968
Q17 130,32 254,152 ,703 . ,968
Q18 130,43 250,476 ,813 . ,968
Q19 130,68 247,411 ,649 . ,969
Q20 130,50 251,889 ,718 . ,968
Q21 130,57 246,476 ,842 . ,967
Q22 130,50 251,444 ,742 . ,968
Q23 130,57 251,810 ,651 . ,968
Q24 130,50 250,111 ,814 . ,968
Q25 130,82 248,671 ,625 . ,969
Q26 130,43 248,921 ,693 . ,968
Gambar 2. Kesiapan Pembelajaran e-
Q27 130,46 251,295 ,719 . ,968
Q28 130,43 251,069 ,780 . ,968
learning di SMK Negeri 1 Tambelangan.
Q29 130,54 249,369 ,808 . ,968
Q30 130,61 249,951 ,712 . ,968
Faktor kesiapan peserta didik diperoleh
Q31 130,50 249,815 ,830 . ,968
nilai sebesar 3,793. Menurut tabel rentang
Q32 130,43 254,180 ,610 . ,969 nilai dan kategori bahwa dengan nilai tersebut
Q33 131,14 251,757 ,439 . ,970 dinyatakan siap tetapi membutuhkan sedikit
Q34 131,39 246,914 ,677 . ,968 peningkatan [4]. Dari 10 pertanyaan
Jumlah sampel adalah 28 maka DF = N-2 kuisioner yang perlu ditingkatkan adalah
= 28 dengan probabilitas 0,05 maka didapat masih adanya siswa kesulitan mengakses
Rtabel sebesar 0,3172. Dari tabel untuk nilai internet dengan ELR sebesar 3,464 ini
corrected item-total correlation mempunyai disebabkan letak geografis dari SMK Negeri
nilai lebih besar dari Rtabel sehingga 34 Tambelangan berupa pegunungan sehingga
pertanyaan kuisioner tersebut dikatakan masih ada letak blank signal. Selain itu yang
Valid. Sedangkan untuk uji reliabilitas perlu peningkatan adalah peserta didik perlu
instrumen menggunakan nilai Cronbach’s lebih intens kerjasama kelompok saat
Alpha if item deleted dimana semua nilai mengerjakan tugas harian pada pembelajaran
yang tersaji di tabel adalah lebih dari Rtabel e-learning dengan nilai ELR sebesar 3, 607.
sebesar 0,3172, sehingga reliabilitas Dan juga pada faktor kesiapan siswa ini yang
keseluruhan instrumen sudah Valid. perlu ditingkatkan adalah pengaturan waktu
dalam penggunaan e-learning dengan nilai
E-Readiness (ELR) ELR sebesar 3,643, sehingga guru masih
perlu mengingatkan ke siswa agar selalu aktif
dalam pengerjaan tugas harian di e-learning.

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [20]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

Aspek Kesiapan guru diperoleh nilai faktor dukungan management dan faktor
sebesar 4,2. Menurut tabel rentang nilai dan budaya sekolah dan satu faktor lainnya yaitu
kategori Ref. [4] bahwa dengan nilai tersebut faktor Kecenderungan pembelajaran e-
siap penerapan e-learning dapat dilanjutkan. learning masuk dalam kategori tidak siap
Tetapi dari 10 pertanyaan kuisioner yang tetapi membutuhkan peningkatan.
perlu diperhatikan adalah akses internet
dengan nilai ELR sebesar 3,893. Letak DAFTAR PUSTAKA
geografis dari SMK Negeri 1 Tambelangan [1]. Sekretariat GTK. (18 Februari 2020).
mempunyai pengaruh adanya blank signal. Merdeka Belajar. Dikutip dari
Faktor Infrastruktur diperoleh nilai https://gtk.kemdikbud.go.id/read-
sebesar 3,979. Menurut tabel rentang nilai news/merdeka-belajar
dan kategori dalam Ref. [4] bahwa dengan
nilai tersebut dinyatakan siap tetapi [2]. Kompas.com. 12 Desember 2019.
membutuhkan sedikit peningkatan. Yang Gebrakan Merdeka Belajar, Berikut 4
perlu ditingkatkan adalah kecepatan akses Penjelasan Mendikbud Nadiem.
internet dengan nilai ELR sebesar 3,75. Dikutip dari https://edukasi.
Sinyal akses internet masih terdapat blank kompas.com/read/2019/12/12/125917
signal dengan letak geografis yang tidak 71/gebrakan-merdeka-belajar-berikut-
mendukung. 4-penjelasan-mendikbud-
Faktor dukungan management dan nadiem?page=all.
budaya sekolah masing-masing diperoleh
nilai sebesar 4,2. Menurut tabel rentang nilai [3]. Slameto. (2013). Belajar dan Faktor-
dan kategori bahwa dengan nilai tersebut siap Faktor yang Mempengaruhinya.
penerapan e-learning dapat dilanjutkan[4]. Jakarta: Rineka Cipta
Faktor Kecenderungan pembelajaran e-
learning diperoleh nilai sebesar 3,304. [4]. Teddy, & Swatman, P. M. C. (2006).
Menurut tabel rentang nilai dan kategori E-learning Readiness of Hong Kong
dalam Ref. [4] bahwa dengan nilai tersebut Teachers. The Journal of Education
dinyatakan tidak siap tetapi membutuhkan Research University of South
sedikit peningkatan. Dari 2 pertanyaan yang Australia
diajukan memang untuk guru dan siswa
[5]. Rusman. (2013). Model-Model
masih perlu sosialisasi dan pelatihan tentang
Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo
e-learning, sehingga untuk management
Persada.
sekolah memberikan waktu yang fleksibel
untuk pelatihan e-learning dan sosialisasi [6]. Wena, M. (2009). Strategi
untuk guru dan siswa. Pembelajaran Inovatif Kontemporer.
Jakarta: Bumi Angkasa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan [7]. Sutopo, A. H. (2012). Teknologi
pembahasan tingkat kesiapan penerapan e- Informasi dan Komunikasi dalam
learning di SMK Negeri 1 Tambelangan, Pendidikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
maka dapat disimpulkan bahwa SMK Negeri
1 Tambelangan memiliki hasil skor ELR 3,45 [8]. Surjono, D. H. (2013). Membangun
termasuk dalam kategori siap dalam Course E-learning Berbasis Moodle.
penerapan e-learning, namun membutuhkan Yogyakarta: UNY Press.
sedikit peningkatan pada beberapa faktor. 6
faktor yang diajukan menunjukkan 2 faktor [9]. Schreurs, J., & Al-Huneidi, A. M.
siap namun membutuhkan sedikit (2012). E-Learning Readiness in
peningkatan, 2 faktor tersebut adalah Organizations. International Journal
kesiapan peserta didik, dan kesiapan of Advanced Corporate Learning
infrastruktur. Sedangkan 3 faktor siap (iJAC), 5, 4–7.
penerapan e-learning dapat dilanjutkan. Ini
merupakan modal dasar dalam kesiapan [10]. Haney, D. (2002). Assessing
pembelajaran e-learnng saat pandemic Organizational Readiness for E-
COVID-19 di SMKN 1 Tambelangan. 3 Learning: 70 Questions To Ask.
faktor tersebut adalah faktor kesiapan guru,

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [21]
Syamsul Jamal Analisis Kesiapan Pembelajaran E-
Learning Saat Pandemi Covid-19 di SMK
Negeri 1 Tambelangan

Performance Improvement, 41(4), 8–


13. http://doi.org/10.1002/widm.45

[11]. Saekow, A., & Samson, D. (2011). E-


learning Readiness of Thailand
Universities Comparing to the USA’s
Cases. International Journal of E-
Education, E-Business, E-
Management and E-Learning, 1(2),
126–131.

[12]. Chapnick, S. (2000). E-Learning


Readiness Assessment. Retrieved
January 1, 2016, from
http://www.researchdog.com.

[13]. Teddy, & Swatman, P. M. C. (2006).


E-learning Readiness of Hong Kong
Teachers. The Journal of Education
Research University of South
Australia.

[14]. Sudjana, N., & Ibrahim, R. (2001).


Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algesindo.

[15]. Direktorat Jenderal Pendidikan Anak


Usia Dini, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan. 2020.
Data Pokok Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dikutip dari
https://dapo.dikdasmen.kemdikbud.go
.id

Jurnal Nalar Pendidikan ISSN: 2339-0794


Volume 8, Nomor 1, Jan-Jun 2020 Halaman [22]

Anda mungkin juga menyukai