Anda di halaman 1dari 10

Nama : Yusuf Nehemia

NPM : 2017310040
Tugas : Sistem Pengendalian Manajemen

INSTRUKSI TUGAS SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN


11 NOVEMBER 2019

1. Pelajari bahan-bahann mengenai Balanced Scorecard (BSC) dari


berbagai sumber, termasuk dari paper terlampir oleh Koroy (2004).
2. Cari contoh dari penerapan BSC up suatu organisasi baik profit maupun
non profit dan uraikan secara mendalam penerapannya dengan
menjawab pertanyaan:
a. Apakah penerapan BSC direncanakan oleh manajemen dan apa
motivasinya
b. Apakah manfaat-manfaat yang diperoleh oleh organisasi dalam
menerpakan BSC.
c. Apa kesulitan atau kendala yang dihadapi organisasi dalam
menerapkan BSC.
3. Tuliskan jawaban anda dalam bentuk makalah/paper.

Latar Belakang
Dengan adanya persaingan global, perusahaan dihadapkan pada
penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya. Penentuan strategi akan
dijadikan sebagai landasan dan kerangka kerja untuk mewujudkan sasaran-
sasaran kerja yang telah ditentukan oleh manajemen. Oleh karena ini
dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh
mana strategi dan sasarn yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja
memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan dengan
dilakukannya penilaian kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu
strategi dan penerapannya dalam kurun waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat
mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih terdapat dalam perusahaan,
untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
Balanced Scorecard menggambarkan adanya keseimbangan antara
tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang, antara ukuran keuangan dan
nonkeuangan, antara indicator leading. Balanced Scorecard cukup
komprehensif untuk memotivasi eksekutif dalam mewujudkan kinerja dalam
keempat perspektif tersebut, agar keberhasilan keuangan yang dihasilkan
bersifat berkesinambungan.
Konsep Dasar Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard (BSC) dikembangkan dan diperkenalkan
oleh Robert Kaplan dan David Norton pada tahun 1992 untuk membantu
akuntan manajemen memberikan lebih banyak informasi tentang keberhasilan
perusahaan dalam menerapkan strategi. Dengan menerapkan balanced
scorecard, akuntan manajemen dapat melakukan lebih dari memprediksi
keuntungan (sebagai bagian dari anggaran) atau memberikan informasi untuk
keputusan tentang harga produk atau membeli peralatan baru. BSC juga
memberikan informasi untuk membantu manajer dan investor menilai seberapa
dekat perusahaan bergerak mencapai berbagai tujuan dan sasarannya. Balanced
scorecard merupakan sistem manajemen strategis yang menterjemahkan visi
dan strategi organisasi ke dalam tujuan dan ukuran operasional.
Mula-mula BSC digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran kinerja
eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi
keuangan. Kemudian berkembang menjadi luas yaitu empat prespektif, yang
kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat
perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan.
BSC adalah suatu mekanisme sistem manajemen yang mampu menerjemahkan
visi dan strategi organisasi ke dalam tindakan nyata di lapangan. BSC adalah
salah satu alat manajemen yang terbukti telah membantu banyak perusahaan
dalam mengimplementasikan strategi bisnisnnya. (Widilestari, 2011, hal. 86-
87)
Balanced scorecard terdiri dari dua kata: (1) kartu skor (scorecard) dan (2)
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat
skor hasil kinerja perusahaan. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan di masa depan. Melalui kartu ini
skor yang hendak diwujudkan perusahaan di masa depan dibandingkan dengan
hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan
evaluasi atas kinerja perusahaan diukur serta berimbang dari dua aspek
keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, maupun
internal dan eksternal.
Keseimbangan (balanced) disini menunjuk pada adanya kesetimbangan pada
perspektif-perpektif yang akan diukur, yaitu antara perpektif keuangan dan
perspektif nonkeuangan sebagai berikut:
1. Perspektif pelanggan, yaitu untuk menjawab pertanyaan bagaiman
customer memandang perusahaan.
2. Perspektif internal, untuk memjawab pertanyaan pada bidang apa
perusahaan memiliki keahlian.
3. Perspektif inovasi dan pembelajaran, untuk menjawab pertanyaan
apakah perusahaan mampu berkelanjutan dan menciptakan value.
4. Perspektif keuangan, untuk menjawab pertanyaan bagaimana
perusahaan memandang pemegang saham. (Hayati, 2011, hal. 63)

BSC memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimiliki sistem strategi


manajemen tradisional. Strategi manajemen tradisional hanya mengukur kinerja
organisasi dari sisi keuangan saja dan lebih menitik beratkan pengukuran pada
hal-hal yang bersifat tangible, namun perkembangan bisnis menuntut untuk
mengubah pandangan bahwa hal-hal intangible juga berperan dalam kemajuan
organisasi. BSC menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen
strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif. Keunggulan
pendekatan BSC dalam sistem perencanaan strategis adalah mampu
menghasilkan rencana strategis, yang memiliki karakteristik sebagai berikut (1)
komprehensif, (2) koheren, (3) seimbang dan (4) terukur. (Widilestari, 2011,
hal. 87)
Pengukuran kinerja perusahaan yang menggunakan pendekatan kinerja
tradisional di era perekonomian saat ini sudah tidak efektif, karena hanya
meniali dari segi keuangan, sedangkan kondisi pada non keuangan belum
terpenuhi dan tidak difokuskan penyebab dan dampaknya untuk kelangsungan
perusahaan. Kenyataannya, kondisi non keuangan yang berkaitan dengan
manajemen kinerja pada intern perusahaan berpengaruh besar pada keuntungan
perusahaan, salah satunya berkaitan dengan kepuasan pelanggan dan loyalitas
pegawai dalam suatu proses bisnis. Kelemahan dari pengukuran kinerja
tradisional atau dalam segi kauangan adalah ketidakmampuannya memberikan
gambaran yang komprehensif mengenai kinerja perusahaan.
Pengukuran kinerja yang efektif mampu menilai keseluruhan perspektif
dalam perusahaan di mana pengukuran kinerja tersebut terangkum dalam suatu
sistem pengukuran strategis yakni Balanced Scorecard. Balanced
Scorecard (BSC) merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja
keuangan secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial
performance). (Solichah, 2015, hal. 2)
Kapla and Norton (1992) menyatakan bahwa strategi yang berhasil harus
mencakup empat prespektif.
1. Perspektif keuangan: menggunakan ukuran kerja keuangan seperti laba
bersih dan pendapatan.
2. Perspektif pelanggan: mempertimbangkan kepuasan pelanggan dan
seberapa baik perusahaan bersaing melawan pesaingnya dalam
memenuhi kepuasan pelanggan.
3. Perspektif proses bisnis internal: mempertimbangkan seberapa baik
perusahaan mengembangkan, memproduksi, dan menyerahkan produk
dan jasa.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan: mengevaluasi kemampuan
karyawan untuk berubah dan melakukan perbaikan diri. (Salman, 2016,
hal. 256)
Balanced Scorecard merupakan suatu kartu skor yang digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan,
dan untuk mencatat skor hasil kinerja yang sesungguhnya dicapai oleh
seseorang. Berdasarkan pengalaman dalam perusahaan yang
mengimplementasikan balanced scorecard, diketahui bahwa terjadi perbaikan
kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena seluruh
karyawan di dalam perusahaan mengerti secara jelas bahwa aktifitas yang
mereka lakukan berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian visi dan misi
serta strategi perusahaan. Atau dengan kata lain bahwa aktifitas strategi telah
menjadi kegiatan seluruh karyawan dalam perusahaan. Sehingga mereka
menjadi satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan dengan suatu
hubungan yag terjadi dalam perusahaan.
Balanced scorecard memiliki beberapa kegunaan, yaitu: mengklarifikasi dan
menghasilkan konsesus tentang strategi, menyelaraskan berbagai tujuan
departemen dan pribadi dengan strategi perusahaan, mengaitkan berbagai
tujuan strategik dengan sasaran jangka panjang dan anggaran tahunan,
mengidentifikasikan dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategik,
mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk mempelajari dan
memperbaiki strategi. (Sari, 2015, hal. 29-30)
Pada dasarnya, pengembangan Balanced Scorecard baik pada sektor swasta
maupun publik dimaksudkan untuk memberikan kepuasan bagi para pelanggan.
Perbedaannya dapat dilihat dari tujuan maupun pihak-pihak berkepentingan.
Penerapan Balanced Scorecard pada sektor bisnis dimaksudkan untuk
meningkatkan persaingan (competitiveness), sedangkan untuk sektor publik
lebih menekankan pada nilai misi dan pencapaian (mission, value,
effectivennes). Dari aspek keuangan, untuk sektor bisnis akan mengutamakan
keuntungan, pertumbuhan dan pangsa pasar, sedangkan sektor publik
dimaksudkan untuk pengukuran produktivitas dan tingkat efisien. (Tillah, 2010,
hal. 2-3)
Ada dua perbedaan yang mendasar antara pengukuran tradisional dengan
pendekatan balance scorecard pada perspektif internal, yaitu pendekatan
tradisional lebih menekankan pada controlling dan melakukan perbaikan
terhadap proses yang ada dengan lebih memfokuskan pada variance reports,
sebalinya pada pendekatan balance scorecard, penekanannya diletakkan pada
penciptaan proses baru yang ditujukan pada customer and financial
objectives. (Rivai, 2010, hal. 619)
Sebagai konsekuensi dari perbedaan antara sistem manajemen tradisional dan
sistem manajemen tradisional semata-mata digunakan sebagai alat
pengendalian, sedangkan pelaporan pada sistem manajemen strategis balance
scorecard digunakan sebagai alat strategis. Perbedaan keduan bentuk sistem
manajemen ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini:

Manajemen Tradisional Manajemen Balance Scorecard


1.       Pengendalian melalui anggran. 1.      Umpan-balik dan pembelajaran.
2.       Berfokus pada fungsi-fungsi dalam2.      Berfokus pada tim fungsional
organisasi. silang.
3.       Mengabaikan pengukuran kinerja3.      Pengukuran kinerja terintegrasi
atau pengukuran kinerja dilakukan yang dilakukan berdasarkan
secara terpisah. hubungan sebab-akibat.
4.       Informasi fungsional tunggal. 4.      Informasi fungsional silang dan
disebarluaskan ke seluruh fungsi
dalam organisasi. (Rivai, 2010, hal.
609)

Manfaat dan Keunggulan Balanced Scorecard


Balanced scorecard memberi manfaat bagi organisasi dalam beberapa cara:
1. Menjelaskan visi organisasi.
2. Menyelaraskan organisasi untuk mencapai visi.
3. Mengintegrasikan perencanaan strategis dan alokasi sumber daya.
4. Meningkatkan efektivitas manajemen dengan menyediakan informasi
yang tepat untuk mengarahkan perubahan.
Empat keunggulan yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan balanced
scorecard adalah komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur.
1. Komprehensif  ( comprehensive)
Sebelum konsep balanced scorecard lahir, perusahaan beranggapan
bahwa perspektif keuangan adalah perspektif yang paling tepat untuk
mengukur kinerja perusahaan. Setelah balanced scorecard berhasil
diterapkan, para eksekutif perusahaan baru menyadari bahwa perspektif
keuangan sesungguhnya merupakan hasil dari tiga perspektif lainnya, yaitu
pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Pengukuran
yang lebih holistik, luas, dan menyeluruh (komprehensif) ini berdampak
pada perusahaan untuk lebih bijak dalam memilih strategi perusahaan dan
memberikan kemampuan bagi perusahaan itu untuk memasuki area bisnis
yang lebih kompleks.
2. Koheren (coherence)
Di dalam balanced scorecard ada istilah hubungan sebab akibat (causal
relationship). Setiap perspektif (keuangan, customer, proses bisnis, dan
pembelajaran-pertumbuhan) mempunyai tujuan atau sasaran strategis (strategic
objective). Tujuan atau sasaran strategis ini merupakan keadaan atau kondisi
yang akan diwujudkan di masa yang akan datang yang merupakan penjabaran
dari tujuan perusahaan. Tujuan atau sasaran strategis untuk setiap perspektif
harus dapat dijelaskan dengan hubungan sebab akibat. Misalnya
pertumbuhan Return on Investment (ROI) ditentukan oleh meningkatnya
kualitas pelayanan kepada customer, pelayanan kepada customer bisa
ditingkatkan karena perusahaan menerapkan teknologi informasi yang tepat
guna dan keberhasilan penerapan teknologi informasi ini didukung oleh
kompetensi dan komitmen dari karyawan. Hubungan sebab akibat ini
disebut koheren.
3. Seimbang (balanced)
Keseimbangan sasaran strategis yang dihasilkan dalam empat perspektif
meliputi sasaran jangka pendek dan sasaran panjang yang berfokus pada faktor
internal dan eksternal. Keseimbangan dalam balanced scorecard juga tercermin
dengan selarasnya scorecard karyawan dengan scorecard perusahaan sehingga
sehingga setiap personal yang ada di dalam perusahaan bertanggung jawab
memajukan perusahaan.
4. Terukur (measured)
Dasar pemikiran bahwa setiap perspektif dapat diukur adalah adanya
keyakinan bahwa ‘if we can measure it, we can manage it, if we can manage it,
we can achieve it’ artinya ketika perusahaan dapat mengukur sesuatu,
perusahaan dapat mengelolanya dan jika perusahaan dapat mengelola sesuatu,
perusahaan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Sasaran strategis yang sulit
diukur seperti pada perspektif customer, proses bisnis internal, serta
pembelajaran dan pertumbuhan, melalui balanced scorecard dapat dikelola
karena setiap perspektif dapat ditentukan ukuran yang tepat.
Kesulitan dan kendala
Balanced scorecard sebagai sistem pengukuran kinerja perusahaan
mempunyai beberapa kelemahan menurut Anthony dan Govindarajan
(2005:180) adalah sebagai berikut :
1. Korelasi yang buruk antara ukuran perspektif non-finansial dan
hasilnya.
Tidak ada jaminan bahwa keuntungan masa depan akan mengikuti
pencapaian target dalam perspektif non-finansial. Mungkin ini adalah
masalah terbersar dalam Balanced scorecard karena terdapat asumsi
bahwa keuntungan masa depan tidak mengikuti atau berkaitan dengan
pencapaian tujuan non-finansial.

2. Terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result)


Manajer adalah yang paling bertanggung jawab terhadap kinerja
keuangan. Hal ini menyebabkan manajer lebih peduli terhadap aspek
finansial dibandingkan aspek lainnya.
3. Tidak ada mekanisme perbaikan (no mechnism for improvement)
Banyak perusahaan dalam memperbesar tujuan mereka tidak memiliki
alat untuk meningkatkannya. Ini adalah salah satu kelemahan Balanced
scorecard. Tanpa metode untuk peningkatan, peningkatan tidak disukai
untuk terjadi meskipun sebaik apapun tujuan baru tersebut.
4. Ukuran-ukuran tidak diperbaharui (measures are not up to date)
Banyak perusahaan tidak memiliki mekanisme formal untuk meng-
update ukuran untuk mencocokkan dengan perubahan strategi. Hasilnya
perubahan masih menggunakan ukuran yang berbasis strategis lama.
5. Terlalu banyak pengukuran (measurement overload)
Tidak ada jawaban untuk pertanyaan seberapa kritis ukuran yang
seseorang manajer dapat ukur pada saat bersamaan tanpa kehilangan
fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan mengabaikan ukuran yang
sangat penting dalam mencapai sukses. Bila terlalu banyak, akan
menimbulkan resiko manajer bisa kehilangan fokus dan mencoba untuk
melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.
6. Kesulitan dalam menetapkan trade-off (difficult in estabilishing trade
off)
Beberapa perusahaan mengkombinasikan ukuran non-finansial dengan
finansial dalam satu laporan dan memberikan bobot pada masing-
masing ukuran . Tapi Balanced scorecard tidak menampilkan bobot
yang jelas pada masing-masing ukuran. Tidak adanya bobot tersebut,
menjadi sangat sulit untuk menggabungkan aspek finansial dan non-
finansial.
Balanced scorecard merupakan sistem pengukuran kinerja yang cocok
digunakan dalam manajemen kontemporer yang memanfaatkan secara
teknologi informasi dalam bisnis. Teknologi informasi tidak menentukan apa
yang harus dikerjakan pekerja tetapi teknologi ini menyediakan kebebasan dan
kemudahan bagi pemakainya untuk mewujudkan kreativitas mereka. Dalam
zaman teknologi informasi ukuran kinerja harus tidak lagi ditujukan untuk
mengendalikan tindakan personel, tetapi diarahkan untuk pemotivasian
personel.
Disamping itu, sifat Balanced scorecard yang memperluas perspektif yang
dicakup (komprehensif) mewajibkan personel untuk membangun hubungan
sebab akibat (koheren) menyeimbangkan sasaran strategi yang dihasilkan oleh
sistem perencanaan strategi (seimbang) dan memudahkan pencapaian sasaran
strategi karena sifatnya yang dapat diukur (terukur) menjadikan Balanced
scorecard suatu alat ukur kinerja yang sangat membantu pihak perusahaan
dalam memantau seluruh komponennya.
Daftar Pustaka
https://tipsserbaserbi.blogspot.com/2017/03/keunggulan-dan-kelemahan-balanced-
scorecard.html

https://16aksyaclompat.blogspot.com/2018/03/makalah-balanced-scorecard.html

Anda mungkin juga menyukai