Anda di halaman 1dari 11

DERMATOFITOSIS

Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit jamur pada jaringan yang mengandung zat tanduk, seperti
kuku, rambut, dan stratum korneum pada epidermis, yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita.1

Etiologi

Dermatofitosis termasuk kelas Fungi imperfecti, yang terbagi dalam 3 genus, yaitu
Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton.2 Yang terbanyak ditemukan di Indonesia adalah
Trichophyton rubrum. Dermatofita yang lain adalah Epidermophyton floccosum, Tricophyton
mentagrophytes, Microsporum canis, Microsporum gypseum, Tricophyton concentricum,
Tricophyton schoenleini dan Tricophyton tonsurans.1

Gambaran Klinis

Golongan jamur dermatofita dapat menyebabkan kelainan yang khas. Satu jenis dermatofita
dapat menghasilkan bentuk klinis yang berbeda, bergantung pada lokalisasi anatominya. Bentuk-
bentuk klinis tersebut adalah tinea kapitis, tinea favosa, tinea korporis, tinea imbrikata, tinea kruris,
tinea manus et pedis dan tinea unguium.1 Selain itu terdapat juga tinea barbe, dermatofitosis pada
dagu dan jenggot; tinea aksilaris pada ketiak, tinea fasialis pada wajah dan tinea inkognito yang
berarti dermatofitosis dengan bentuk klinis tidak khas oleh karena telah diobati dengan steroid
topikal kuat.2

Diagnosis2

Pada sediaan kulit dan kuku dengan 1 tetes larutan KOH 20 % yang terlihat adalah hifa,
sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat dan bercabang, maupun spora berderet (artospora)
pada kelainan kulit lama dan/atau sudah diobati.

Pada sediaan rambut dengan 1 tetes larutan KOH 10 % yang terlihat adalah spora kecil (mikrospora)
atau besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau di dalam rambut
(endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut.

TINEA KAPITIS 1

Definisi

Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh
jamur golongan dermatofita.

Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh spesies dermatofita dari genus Trichophyton dan Microsporum,
misalnya T.violaceum, T.gourvili, T.mentagrophytes, T.tonsurans, M.audonii, M.Canis dan
M.ferrugineum.

Gambaran Klinis

Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak, yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan
misalnya anjing dan kucing. Keluhan penderita berupa bercak pada kepala, gatal dan sering disertai
rontoknya rambut di tempat lesi tersebut.

Ada 3 bentuk klinis dari tinea kapitis:

1. “Grey patch ringworm”: merupakan tinea kapitis yang biasanya disebabkan oleh genus
Microsporum dan ditemukan pada anak-anak. Penyakit ini biasanya dimulai dengan timbulnya
papula merah kecil di sekitar folikel rambut. Papula ini kemudian melebar dan membentuk bercak
pucat karena adanya sisik. Penderita mengeluh gatal, warna rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat
lagi. Rambut menjadi mudah patah dan juga mudah terlepas dari akarnya. Pada daerah yang
terserang oleh jamur terbentuk alopesia setempat dan terlihat sebagai “grey patch”. Bercak abu-abu
ini sulit terlihat batas-batasnya dengan pasti, bila tidak menggunakan lampu Wood. Pemeriksaan
dengan lampu Wood memberikan fluoresensi kehijau-hijauan sehingga batas-batas yang sakit dapat
terlihat jelas.

2. Kerion: merupakan tinea kapitis yang disertai dengan reaksi peradangan yang hebat. Lesi
berupa pembengkakan menyerupai sarang lebah, dengan serbukan sel radang disekitarnya. Kelainan
ini menimbulkan jaringan parut yang menetap. Biasanya disebabkan jamur zoofilik dan geofilik.

3. “Black dot ringworm”: adalah tinea kapitis dengan gambaran klinis berupa terbentuknya
titik-titik hitam pada kulit kepala akibat patahnya rambut yang terinfeksi tepat di muara folikel.
Ujung rambut yang patah dan penuh spora terlihat sebagai titik hitam. Biasanya disebabkan oleh
genus Tricophyton.

grey patch ringworm kerion black dot ringworm


Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis, pemeriksaan dengan lampu Wood, dan
pemeriksaan mikroskopis rambut langsung dengan KOH. Pada pemeriksaan mikroskopis, akan
terlihat spora di luar rambut (ectotrics) atau di dalam rambut (endotrics).

Diagnosis Banding

Tinea kapitis sering dikelirukan dengan berbagai penyakit, seperti psoariasis vulgaris,
dermatitis seboroik dan alopesia areata.

Terapi

Pengobatan pada anak biasanya diberikan per oral dengan griseofulvin 10-25 mg/kg berat
badan per hari selama 6 minggu. Dosis pada orang dewasa adalah 500 mg/hari selama 6 minggu.
Penggunaan antijamur topikal dapat mengurangi penularan pada orang yang ada di sekitarnya.

Selain antijamur, pada bentuk kerion dapat diberikan kortikosteroid dalam jangka pendek,
misalnya prednison 20 mg /hari selama 5 hari dengan pertimbangan bahwa obat tersebut dapat
mempercepat resolusi dan menghindarkan terjadinya reaksi id.

II. TINEA FAVOSA1

Definisi

Tinea favosa adalah infeksi jamur kronis, terutama oleh T.schoenleini, T.violaceum dan
M.gypseum. Penyakit ini merupakan bentuk lain tinea kapitis, yang ditandai oleh skutula berwarna
kekuningan dan bau seperti tikus (mousy odor) pada kulit kepala. Biasanya, lesinya menjadi sikatrik
alopesia permanen.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis mulai dari gambaran ringan, berupa kemerahan pada kulit kepala dan
terkenanya folikel rambut tanpa kerontokan, hingga skutula dan kerontokan rambut, serta lesi
menjadi lebih merah dan lebih luas. Setelah itu, terjadi kerontokan rambut luas, kulit mengalami
atrofi dan sembuh dengan jaringan parut permanen.
tinea favosa pada anak-anak

Diagnosis

Berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan mikroskopis langsung, dengan menemukan


miselium, “air bubbles” yang bentuknya tidak teratur. Pada pemeriksaan dengan lampu Wood
tampak fluoresensi hijau pudar (“dull green”).

Terapi

Prinsop pengobatan sama dengan tinea kapitis. Untuk menghilangkan skutula dan debris,
higiene harus dijaga dengan baik.

III. TINEA KORPORIS1

Definisi

Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (glaborous skin) di
daerah muka, badan, lengan dan tungkai.

Etiologi

Penyebab tersering penyakit ini adalah T.rubrum dan T.mentagrophytes.

Gambaran klinis
Bentuk klinis biasanya berupa lesi yang terdiri atas bermacam-macam eflorosensi kulit,
berbatas tegas dengan konfigurasi anular, arsinar atau polisiklik. Bagian tepi lebih aktif dengan tanda
perdangan yang lebih jelas. Daerah sentral biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara
di tepi lesi makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh, tetapi
tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar.

Tinea korporis yang menahun ditandai dengan sifat kronik. Lesi tidak menunjukkan tanda-
tanda radang yang akut. Kelainan ini biasanya terjadi pada bagian tubuh dan tidak jarang bersama-
sama dengan tinea kruris. Bentuk kronik yang disebabkan oleh T.rubrum kadang-kadang terlihat
bersama dengan tinea unguium.

tinea korporis pada punggung dan lengan

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis dan lokalisasinya, serta pemeriksaan


kerokan kulit dan larutan KOH 10-20 % dengan mikroskop untuk melihat hifa atau spora jamur.

Diagnosis Banding

Tinea korporis mempunyai gambaran klinis yang mirip dengan pitiriasis rosea, psoariasis,
lues stadium II, morbus Hansen tipe tuberkuloid, dan dermatitis kontak.

Terapi

Pengobatan sistemik berupa griseofulvin dosis 500 mg/hari selama 3-4 minggu; dapat juga
ketokonazol 200 mg/hari selama 3-4 minggu; itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu; atau
terbinafin 250 mg/hari selama 2 minggu. Pengobatan dengan salep Whitfeld masih cukup baik
hasilnya. Dapat juga diberikan tolnaftat, tolsiklat, haloprogin, siklopiroksolamin, derivat azol, dan
naftifin HCl.

IV. TINEA IMBRIKATA1

Definisi

Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang
memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa
gatal.

Etiologi

Penyakit ini disebabkan jamur dermatofita T.concentricum.

Gambaran Klinis

Penyakit ini dapat menyerang seluruh permukaan kulit yang tidak berambut, sehingga sering
digolongkan dalam tinea korporis. Lesi bermula sebagai makula eritematosa yang gatal, kemudian
timbul skuama yang agak tebal dan konsentris dengan susunan seperti genting. Lesi makin lama
makin melebar tanpa meninggalkan penyembuhan di bagian tengah.

tinea imbrikata pada lengan

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang sangat khas berupa lesi konsentris.

Diagnosis Banding

Diagnosis bandingnya ialah eritroderma dan pemfigus foliaseus.

Terapi
Pengobatan sistemik griseofulvin dengan dosis 500 mg/hari selama 4 minggu. Sering terjadi
kambuh setelah pengobatan, sehingga memerlukan pengobatan ulang yang lebih lama. Obat
sistemik lain adalah ketokonazol 200 mg/hari, itrakonazol 100 mg/hari dan terbinafin 250 mg/hari
selama 4 minggu.

Pengobatan topikal tidak begitu efektif karena daerah yang terserang luas. Dapat diberikan
preparat yang mengandung keratolitik kuat dan antimikotik, misalnya salep Whitfeld, Castellani
paint, atau campuran salisilat 5 % dan sulfur presipitatum 5 %, serta obat-obat antimikotik
berspektrum luas.

V. TINEA KRURIS1

Definisi

Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan
sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah.

Etiologi

Penyebab umumnya adalah E.floccosum, kadang-kadang dapat juga disebabkan oleh


T.rubrum. Keluhan penderita adalah rasa gatal di daerah lipat paha sekitar anogenital.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis biasanya berupa lesi simetris di lipat paha kanan dan kiri, namun dapat juga
unilateral. Mula-mula lesi ini berupa bercak eritematosa dan gatal, yang lama kelamaan meluas
hingga skrotum, pubis, glutea, bahkan sampai seluruh paha. Tepi lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama
dan terkadang disertai banyak vesikel-vesikel kecil.
tinea kruris pada lipat paha dan paha

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gambaran klinis yang khas dan ditemukannya elemen
jamur pada pemeriksaan kerokan kulit dengan mikroskopik langsung memakai larutan KOH 10-20 %.

Diagnosis Banding

Tinea kruris dapat menyerupai dermatitis seboroik, kandidosis kutis, eritrasma, dermatitis
kontak dan psoariasis.

Terapi

Pengobatan sistemik menggunakan griseofulvin 500 mg/hari selama 3-4 minggu. Obat lain
adalah ketokonazol. Pengobatan topikal memakai salep Whitfeld, tolnaftat, tolsiklat, haloprogin,
siklopiroksolamin, derivat azol dan naftifin HCl.

VI. TINEA MANUS ET PEDIS1

Definisi

Tinea manus et pedis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita
di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta
daerah interdigital.

Etiologi

Penyebab tersering adalah T.rubrum, T. mentagrophytes dan E.floccosum.

Gambaran Klinis
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa yang setiap hari harus memakai sepatu
tertutup dan pada orang yang sering bekerja di tempat yang basah, mencuci, bekerja di sawah dan
sebagainya. Keluhan penderita bervariasi mulai dari tanpa keluhan sampai mengeluh sangat gatal
dan nyeri karena terjadinya infeksi sekunder dan peradangan.

Dikenal 3 bentuk klinis yang sering dijumpai, yaitu:

1. Bentuk intertriginosa. Manifestasi kliniknya berupa maserasi, deskuamasi dan erosi pada
sela jari. Tampak warna keputihan basah dan dapat terjadi fisura yang terasa nyeri bila
tersentuh. Infeksi sekunder oleh bakteri dapat menyertai fisura tersebut dan lesi dapat
meluas sampai ke kuku dan kulit jari. Pada kaki, lesi sering mulai dari sela jari III, IV dan V.
2. Bentuk vesikular akut. Penyakit ini ditandai terbentuknya vesikel-vesikel dan bula yang
terletak agak dalam di bawah kulit dan sangat gatal. Lokasi yang sering adalah telapak kaki
bagian tengah dan kemudian melebar serta vesikelnya memecah. Infeksi sekunder dapat
memperburuk keadaan ini.
3. Bentuk moccasin foot. Pada bentuk ini seluruh kaki dari telapak, tepi, sampai punggung kaki
terlihat kulit menebal dan berskuama. Eritem biasanya ringan, terutama terlihat pada bagian
tepi lesi.

bentuk intertriginosa bentuk vesikular akut moccasin foot

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan gambaran klinis dan pemeriksaan kerokan


kulit dengan larutan KOH 10-20 % yang menunjukkan elemen jamur.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding adalah hiperhidrosis, akrodermatitis, kandidosis, serta lues stadium II.

Terapi
Pengobatan pada umumnya cukup topikal saja dengan obat-obat antijamur untuk bentuk
interdigital dan vesikular. Lama pengobatan 4-6 minggu. Bentuk moccasin foot yang kronik
memerlukan pengobatan yang lebih lama, paling sedikit 6 minggu dan kadang-kadang memerlukan
antijamur per oral, misalnya griseofulvin, itrakonazol, atau terbenafin.

VII. TINEA UNGUIUM1

Definisi

Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur golongan
dermatofita.

Etiologi

Penyebab penyakit yang sering adalah T.mentagrophytes dan T.rubrum.

Gambaran Klinis

Dikenal 3 bentuk gejala klinis, yaitu:

1. Bentuk subungual distalis. Penyakit ini mulai dari tepi distal atau distolateral kuku. Penyakit
akan menjalar ke proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang rapuh.
2. Leukonikia trikofita atau leukonikia mikofita. Bentuk ini berupa bercak keputihan di
permukaan kuku yang dapat dikerok untuk membuktikan adanya elemen jamur.
3. Bentuk subungual proksimal. Pada bentuk ini, kuku bagian distal masih utuh, sedangkan
bagian proksimal rusak. Kuku kaki lebih sering diserang daripada kuku tangan.

subungual distalis subungual proksimal leukonikia trikofita


Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan kerokan kuku dengan KOH
10-20 % atau dilakukan biakan untuk menemukan elemen jamur.

Diagnosis Banding

Dignosis banding dari tinea unguium adalah kandidosis kuku, psoariasis kuku dan
akrodermatitis.

Terapi

Pengobatan penyakit ini memakan waktu yang lama. Pemberian griseofulvin 500 mg/hari
selama 3-6 bulan untuk kuku jari tangan dan 9-12 bulan untuk kuku jari kaki merupakan pengobatan
standar. Pemberian itrakonazol atau terbenafin per oral selama 3-6 bulan juga memberikan hasil
yang baik. Bedah skalpel tidak dianjurkan terutama untuk kuku jari kaki, karena jika residif akan
menggangu pengobatan berikutnya. Obat topikal dapat diberikan dalam bentuk losio atau kombinasi
krim bifonazol dengan urea 40 % dan dibebat.

Anda mungkin juga menyukai