Identitas Pasien
Usia : 48 tahun
Agama : Islam
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Keluhan tambahan :
Pasien datang ke IGD RSIJ Sukapura dengan keluhan nyeri perut kanan bawah sejak 3
hari SMRS. Nyeri perut dirasakan seperti ditusuk-tusuk dan terjadi tiba-tiba, pasien
juga merasakan, nyeri pada ulu hati disertai mual tetapi tidak sampai muntah dan
lemas. BAK dan BAB tidak ada keluhan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
• Nadi : 80 x/mnt
• Pernapasan : 18 x/mnt
Status Generalisata
Pemeriksaan kepala
• Kepala : normochepal
Pemeriksaan leher
Pemeriksaan dada
Pemeriksaan Abdomen
• Abdomen : sedikit cembung, supel, jejas (-), nyeri tekan epigastrium (+),
mcburney (+), defans muscular (+), bising usus (+) normal, hepar tidak teraba, lien
tidak teraba
Status Lokalis
Regio Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), mcburney (+), defans muscular (+)
Pemeriksaan Penunjang (08-08-2018)
Ranitidin 50mg
Ondansentron 4mg
Ketorolac 30 mg
Petidine 50 mg
Midazolam 2 mg
Ketalar 4 mg
Asam traneksamat 1000 mg
• Respirasi : control
• Posisi : terlentang
• Cairan : RL
• Berat Badan : 64 Kg
Maintanance
• 2cc/kgBB/Jam
• 2 x 64 = 128 cc/Jam
• 8 x maintenance
- Kesadaran
- Tanda Vital
- Keseimbangan cairan
T : 360C
SpO2 : 100 %
Kesan : Baik
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan preoperatif, kami dapat menentukan status pasien adalah ASA II
dengan interpretasi bahwa pasien kemungkinan memiliki penyakit sistemik ringan atau
sedang. Selain itu, kita juga memberikan edukasi kepada pasien untuk puasa ± 8 jam sebelum
operasi.
Keadaan pre-operative
Pasien datang dengan kesadaran composmentis dan telah mengalami program puasa
selama 8 jam. Tekanan darah 130/90 mmHg, nadi 90 x/menit. Hb : 12,7gr/ dl.
Durante Operative
Teknikanastesi yang digunakan adalah spinal anestesi dengan alas an operasi yang
dilakukan pada bagian tubuh inferior, sehinggacukup memblok bagian tubuh inferior
saja. Obat anastesi yang diberikan pada pasien ini adalah Bunascan spinal 20 mg
(berisi bupivakain).
Sebagai analgetik digunakan ketorolac 30 mg disuntikan IV. Ketorolac merupakan
nonsteroid anti inflamasi (OAINS) yang bekerja menghambat sintesis prostaglandin
efek analgetik yang setara dengan 50 mg pethidin atau 12 mg morphin, tetapi memiliki
durasi kerja yang lebih lama serta lebih aman daripada analgetik opioid karena tidak
ada evidence depresi nafas pada clinical trial.
Ondansetron juga di berikan untuk mengurangi mual.
Diberikan Ranitidin akan menurunkan produksi asam lambung tersebut dengan cara
memblok langsung sel penghasil asam lambung termasuk kedalam golongan obat H2
histamine blocker.
Clopedin50 mg tersedia dalam bentuk sediaan injeksi, menggandung pethidin sebagai
senyawa aktifnya. Diindikasikan sebagai pereda rasa nyeri yang hebat, misalnya nyeri
sesudah operasi.
Untuk mengganti kehilangan cairan tubuh diberikan cairan RL setelah selesai operas
PEMBAHASAN
ANESTESI REGIONAL
1. Blok Sentral (Blok Neuroaksial), yaitu meliputi blok spinal, epidural, dan kaudal.
Tindakan ini sering dikerjakan.
2. Blok Perifer (Blok Saraf), misalnya blok pleksus brachialis, aksiler, analgesia regional
intravena, dll.
Analgesia Spinal
Analgesia spinal (intratekal, intradural, subdural, subaraknoid) ialah pemberian obat anestetik
local kedalam ruang subaraknoid. Anestesi spinal diperoleh dengan cara menyuntikkan
anestetik local kedalam ruang subaraknoid.
Indikasi
◦ Bedah panggul
◦ Bedah obstetric-ginekologi
◦ Bedah urologi
◦ Pada bedah abdomen atas dan bedah pediatric biasanya dikombinasi dengan anesthesia
umum ringan
Indikasi Kontra Absolut
Pasien menolak
Infeksi ditempat suntikan
Waktu pembekuan memanjang, penyakit perdarahan, anti coagulant therapy
Hypovolemia berat, syok
Fasilitas resusitasi minim
TIK meninggi
Kurang pengalaman/ tanpa didampingi konsultan anestesia
Pada dasarnya persiapan untuk analgesia spinal sama seperti persiapan pada anesthesia umum.
Daerah sekitar tempat tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
kelainanan atomis, tulang punggung, atau pasien gemuk sekali sehingga tak teraba tonjolan
prosesus spinosus. Selain itu diperlukan hal-hal di bawah ini:
2. Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang punggung dan lain-lainya.
1. Peralatan monitor
3. Jarum spinal: Dengan ujung tajam (ujung bamboo runcing, Quincke-Babcock) atau
jarum spinal dengan ujung pensil (pencil point, white care)
Posisi duduk atau posisi tidur lateral decubitus dengan tusukan pada garis tengah ialah posisi
yang paling sering dikerjakan.
1. Setelah dimonitor, tidurkan pasien misalnya dalam posisi decubitus lateral. Buat
pasien membungkuk maksimal agar prosesus spinosus mudah teraba. Posisi lain ialah
duduk.
2. Tentukan tempat tusukan misalnya L2-L3, L3-L4, atau L4-L5. Tusukan L1-L2atau di
atasnya berisiko trauma terhadap medulla spinalis.
4. Berikan estetik local pada tempat tusukan (misalnya dengan lidokain 1-2% 2-3ml.
5. Cara tusukan median atau paramedian. Untuk jarum spinal besar 22 G, 23 G, atau 25
G dapat langsung digunakan. Sedangkan untuk yang kecil 27 G atau 29 G, dianjurkan
menggunakan introducer. Tusukkan introduser sedalam kira-kira 2 cm agak sedikit
kearah sefal, kemudian masukkan jarum spinal berikut madrinnya kelubang jarum
tersebut. Setelah resistensi menghilang, madrin jarum spinal dicabut dan keluar likuor,
pasang semprit berisi obat dan obat dapat dimasukkan pelan-pelan (0,5 ml/s).
Lidokain (Xylobain,
Lignokain)
- 2% plain 1.006 Isobarik 20-100 mg (2-5ml)
-5% dalam 1.033 Hiperbarik 20-5- mg (1-2ml)
Dekstrosa 7,5%
Bupivakain
(Markain)
- 0.5% dalam air 1.005 Isobarik 5-20 mg (1-4 ml)
- 0.5% dalam 1.027 Hiperbarik 5-15 mg (1-3 ml)
Dekstrosa 8.25%
Komplikasi Tindakan
1. Hipotensi berat
Akibat blok simpatis, terjadi ‘venous pooling’. Pada dewasa dicegah dengan
memberikan infuse cairan elektrolit 1000 ml atau koloid 500 ml sebelum tindakan.
2. Bradikardi
Dapat terjadi tanpa disertai hipotensi atau hipoksia, terjadi akibat blok sampai T-2
3. Hipoventilasi
Akibat paralis sisaraf frenikus atau hipoperfusi pusat kendali napas
4. Trauma pembuluh darah
5. Trauma saraf
6. Mual- muntah
7. Gangguan pendenganran
8. Blok spinal tinggi, atau spinal total.
No Kriteria Score