Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN 3

PENANGANAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

3.1 Panduan umum penanganan bahan berbahaya dan beracun


Penanganan bahan berbahaya dan beracun memiliki risiko yang tinggi terhadap
kesehatan dan lingkungan. Prinsip kehati-hatian (precautionary principle) harus
selalu dipegang oleh para pelaku penanganan. Oleh karena itu sangatlah
penting untuk selalu mengetahui risiko sebelum suatu aktivitas penanganan
dilakukan. Sekali lagi, jangan melakukan penanganan bahan berbahaya
apapun sebelum kita mengetahui risiko bahayanya. Penanganan bahan
berbahaya dan beracun hanya boleh dilakukan oleh orang yang kompeten atau
telah memperoleh pelatihan yang sesuai.

Beberapa langkah penting yang harus dilakukan diantaranya adalah:


1. Buatlah daftar seluruh bahan berbahaya dan beracun yang disimpan.

2. Untuk setiap bahan tersebut ketahui hal-hal berikut:


 Nama
 Kelas bahayanya
 Lembar data keselamatan. Pastikan bahwa format
lembar data keselamatan telah sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pastikan pula bahwa lembar data keselamatan dibuat
dalam bahasa yang dimengerti oleh pemakainya. Format lembar
data keselamatan yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
dapat dilihat pada lampiran 1 bab ini.
 Ringkasan bahaya sesuai dengan lembar data
keselamatan

3. Lakukan analisis risiko dengan mengkaji lembar data keselamatan, yang


mencakup:
 Karakteristik fisik dan kimia bahan
 Kuantitas bahan yang disimpan
 Wujud/fasa bahan berbahaya dan beracun
 Risiko bahan, frasa risiko dan frasa keselamatannya. Frasa Risiko
(risk phrase) adalah frasa yang menggmbarkan tentang risiko
bahaya dari suatu bahan. Sedangkan Frasa Keselamatan (Sarety
Phrase) menggambarkan secara singkat upaya-upaya
keselamatan apa yang harus dilakukan berkaitan dengan risiko

Bagian 3 – Hal. 1 dari 25


bahaya suatu bahan. Frasa risiko dan frasa keselamatan dapat
dilihat pada lampiran 2 dan 3 dari bab ini.
 Cara penyimpanan dan penanganan, termasuk bahan yang saling
tidak sesuai

4. Lakukan pengendalian risiko. Misalnya hirarki sebagai berikut:


 Melakukan eliminasi penggunaan bahan, misalnya mengganti
proses kimia dengan proses fisika.
 Mengganti (substitusi) dengan bahan yang risikonya lebih kecil
 Meminimumkan jumlah penggunaan dan penyimpanan
Pemisahan/penjauhan bahan berbahaya dan beracun dari
aktivitas manusia
 Pengendalian teknis
 Pengendalian Admisitratif
 Penggunaan peralatan pelindung diri, yang merupakan pilihan
terakhir

5. Dokumentasi upaya pengendalian yang telah dibuat.

6. Lakukan peninjauan kembali, dan revis bila diperlukan, bila terjadi


perubahan-perubahan terhadap sistem penyimpanan bahan, termasuk
perubahan jenis dan kuantitas bahan berbahaya dan beracun yang
disimpan.

3.2 Sistem penyimpanan

Lakukan perencanaan sistem penyimpanan, misalnya dengan membuat peta


tata letak penyimpanan bahan berbahaya dan beracun sesuai dengan
klasifikasi dan risiko bahayanya. Indikasikan pula dimana letak peralatan
kesiagaan dan tanggap darurat serta peralatan pelindung diri.

Terapkan sistem masuk-awal keluar-awal (first-in first-out) untuk menghindari


terjadinya penyimpanan dalam waktu lama yang dapat menyebabkan suatu
bahan menjadi kadaluwarsa.

3.3 Kesaling-sesuaian (compatibility) dan pemisahan (segregation).

Bahan berbahaya dan beracun harus disimpan berdasarkan kesaling-


sesuaianya. Susun blok-blok penyimpanan sesuai dengan kesaling-

Bagian 3 – Hal. 2 dari 25


sesuaiannya dan pemisahannya. Bahan yang tidak saling sesuai harus
dipisahkan untuk menghindari munculnya risiko bahaya karena terjadinya
kontak atau pencampuran. Selalu perhatikan petunjuk lembar data keselamatan
berkaitan dengan bahan yang tidak saling sesuai beserta penanganannya.

Pada tabel di bawah dapat dilihat ketidaksesuaian antara berbagai jenis bahan
berbahaya dan beracun.

Tabel Ketidaksesuaian
Gas Korosif

Gas Inert

Beracun
Reaktif Terhadap Air

“Tidak-Beracun & Berabahaya”


Gas Mudah Menyala

Gas Pengoksidasi

Bahaya Reaktif Lainnya

Pengoksidasi

Mudah Menyala

Asam Pengoksidasi & Inorganik

Asam Organik

Basa
Gas Beracun

X X X X X X X X X X Gas mudah Menyala


X X X Gas Korosif
X X Gas Beracun
X X X X X X C Gas Pengoksidasi
Gas Inert
X X X X X X X Reaktif Terhadap Air
X X X X X X Bahaya Reaktif
Lainnya
X X X X C Pengoksidasi
X Mudah Menyala
X X C Asam Pengoksidasi
dan Inorganik
X Asam Organik
Basa
Beracun
“Tidak – Beracun &
Berbahaya”

X Sangat tidak sesuai – simpan pada bagian yang terpisah dengan ketahanan
terhadap api selama 2 jam
C Jauhkan dari bahan organik (setidak-tidaknya dengan jarak 1 meter)
Tidak sesuai – pisahkan setidaknya pada jarak 1 meter
Memisahkan penyimpanan mungkin tidak diperlukan – lihat MSDS

3.4 Penanganan dan Penyimpanan Bahan Mudah Menyala

Bagian 3 – Hal. 3 dari 25


Bahan mudah menyala termasuk
bahan yang akan menangkap api
pada kondisi temperature normal.

Contoh bahan mudah menyala:


aseton, benzene, dan bensin.

Pertimbangan Tempat Penyimpanan


- Perhatian utama ketika
menyimpanan bahan mudah
menyala adalah memisahkan-
nya dengan bahan pengoksidasi.
Mareka harus dipisahkan
dengan meng-gunakan tembok
tahan api. Bahan mudah
menyala juga harus tersimpan
secara terpisah dari bahan
korosif, reaktif terhadap air,
bahaya reaktif lainnya, beracun
dan kebanyakan tabung
bertekanan. Lihat tabel ketidak
sesuaian untuk penjelasan lebih
lanjut.
Contoh lemari penyimpan bahan mudah
menyala
- Penyimpanan bahan piroforik
harus terpisah dari bahan yang mudah menyala.

- Pisahkan antara organik yang mudah menyala dan anorganik yang mudah
menyala.

- Simpan di tempat yang dingin, kering, dan berventilasi baik, jauhkan dari
sumber panas dan api termasuk percikan, api, pipa-pipa panas dan sinar
matahari secara langsung.

- Bahan mudah menyala harus disimpan pada wadah dari pemasok


(supplier) atau menggunakan wadah yang sesuai.

Bagian 3 – Hal. 4 dari 25


- Misalnya dengan kemasan logam dan disimpan dalam lemari cairan mudah
menyala. Pastikan agar pintu lemari ini selalu tertutup bila tidak
dipergunakan.

- Sebaiknya tidak menyimpan lebih dari 3 lemari cairan mudah menyala


dapat disimpan dalam satu bagian tahan api. Dan tidak menyimpan lebih
dari 500 L bahan mudah menyala di tiap lemari.

- Memiliki sistem pembumian (grounding) untuk mencegah adanya listrik


statis.

- Beberapa bahan mudah menyala membutuhkan penyimpanan pada kondisi


temperatur tertentu. Alat pendingin mungkin dibutuhkan. Jangan gunakan
alat pendingin ruangan biasa, gunakan alat pendingin yang tahan ledakan
untuk penyimpanan.

- Tempat penyimpanan bahan mudah menyala harus dapat dengan mudah


dijangkau oleh pasukan pemadam kebakaran.

- Tanda-tandan “Dilarang Merokok” dan “Tidak ada sumber penyala” harus


dipaang dan dapat mudah dilihat dengan jelas disetiap tempat
penyimpanan bahan mudah mneyala.

- Memastikan bahwa semua kemasan dalam kondisi tertutup rapat.

- Jangan menyimpan kertas, kardus, atau bahan dapat terbakar lainnya di


area tempat penyimpanan bahan mudah menyala.

Pertimbangan Penanganan
- Bahan mudah menyala harus disimpan jauh dari sumber penyalaan, seperti
api, percikan atau peralatan yang dapat menimbulkan percikan listrik.

- Fasilitas penerangan harus dirancang untuk mengurangi sumber-sumber


penyalaan.

- Ventilasi yang cukup dibutuhkan ketika kita menyimpan bahan mudah


menyala. Uap mudah menyala baru akan dapat menyala bila berada pada
batasan mudah menyala. Batasan mudah menyala mengacu pada
konsentrasi maksimum dan minimum dari uap mudah menyala di udara
yang dapat menyala.

Bagian 3 – Hal. 5 dari 25


- Pastikan sistem grounding terpasang dengan baik untuk mencegah adanya
listrik statis.

- Jangan pernah menggunakan bensin atau jenis pelarut mduah menyala


lainnya sebagai bahan pemberih.

- Hilangkan semua materi mudah terbakar dari lokasi penyimpanan.

3.5 Penanganan dan Penyimpanan Bahan Pengoksidasi

Bahan pengoksidasi adalah bahan yang menghasilkan oksigen atau bahan


pengoksidasi lainnya, yang berperan dalam terjadinya proses terbakarnya
bahan lain.

Contoh bahan pengoksidasi: Natrium hipokhlorat, Oksigen, Hidrogen peroksida.

Pertimbangan Penyimpanan:
- Simpan di tempat yang dingin, kering, dan berventilasi baik, jauhkan dari
sumber panas dan penyalaan termasuk percikan, api, pipa panas, dan sinar
matahari secara langsung.

- Perhatian utama yang diberikan ketika akan menyimpanan bahan ini adalah
memisahkannya dari bahan bakar, yang kita kenal dengan bahan mudah
menyala, harus disimpan sejauh mungkin. Semua bahan mudah terbakar
harus disimpan terpisah dari bahan pengoksidasi. Bahan ini juga harus
dipisahkan penyimpanannya dengan kebanyakan tabung gas bertekanan,
bahan yang reaktif terhadap dengan air, jenis bahan reaktif berbahaya
lainnya, korosif, agen pereduksi kuat, dan bahan organik. Lihat tabel
ketidaksesuaian untuk lebih jelasnya.

- Bahan ini dapat bereaksi dengan hebat dengan satu dengan lainnya. Lihat
lembar data keselamatan untuk informasi lebih khusus lainnya.

- Beberapa jenis bahan pengoksidasi membutuhkan kondisi penyimpanan


pada temperatur tertentu. Alat pendingin ruangan mungkin dibutuhkan
disini. Jangan gunakan alat pendingin ruangan biasa, gunakan alat
pendingin yang tahan ledakan untuk penyimpanan.

Bagian 3 – Hal. 6 dari 25


- Bahan pengoksidasi harus ditempatkan dalam di atas baki dan disimpan di
dalam lemari yang terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar.

- Beberapa jenis asam kuat juga merupakan bahan pengoksidasi, sehingga


harus diperlakukan sama (misalnya dijauhkan dari sumber bahan bakar).

- Peroksida kelas khusus dari pengoksidasi yang membutuhkan


pertimbangan khusus sehubungan dengan ketidakstabilan dan
kereaktifannya yang tinggi. Kontak dengan material mudah terbakar dan
mudah menyala akan menghasilkan pembakaran secara spontan.
Peroksida organik sangat tidak stabil, secara kontinyu akan terurai, serta
menghasilkan panas dan gas yang mudah menyala sehingga akan terjadi
ledakan. Bahan ini sensitif terhadap panas, cahaya, gesekan, dan
benturan. Bahan ini pada dasarnya adalah bahan yang sangat mudah
sekali menyala. Peroksida organik harus dijauhkan dari bahan pereduksi
dan oksidator kuat lainnya.

- Peroksida anorganik dapat juga sangat reaktif terhadap air.

Pertimbangan Penanganan
- Jangan mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam kemasan asalnya.
Jumlah air yang sangat sedikit saja yang masuk ke dalam kemasan dapat
menyebabkan ledakan.

- Jangan sampai material ini berkontak dengan sumber penyalaan, seperti


api, percikan yang dihasilkan dari peralatan listrik. Juga percikan yang
berasal dari gesekan seperti penghancuran logam, atau bahkan listrik
statis.

- Jangan sampai material ini berkontak dengan bahan organik.

- Banyak oksidator yang sangat sensitif terhadap guncangan, hal ini harus
diperhatikan dalam penanganan.

- Eyewash station dan safety shower harus tersedia di area dimana bahan
kimia ini digunakan.

Bagian 3 – Hal. 7 dari 25


3.6 Penyimpanan dan Penanganan Bahan Reaktif
Kelompok ini ditujukan untuk bahan-bahan yang dapat bereaksi hebat apabila
berkontak dengan udara, atau terkena guncangan, terjadi kenaikan temperatur
atau tekanan.

Contoh bahan reaktif: asam pikrit, boron, alumunium khlorida

Pertimbangan Tempat Penyimpanan:


- Simpan di tempat yang dingin, kering, dan berventilasi baik, jauhkan dari
sumber panas dan api termasuk percikan, api, pipa-pipa panas dan sinar
matahari secara langsung.

- Bahan ini tidak saling sesuai dengan hampir semua kelompok (lihat tabel
ketidaksesuaian), dan harus disimpan secara terpisah.

- Bahan yang masuk ke dalam kelompok ini dapat bereaksi satu dengan
lainnya. Setiap lembar data keselamatan bahan harus dibaca dan
dimengerti sebelum akan menentukan tempat penyimpanan bahan kimia
ini.

- Bahan ini hanya boleh disimpan di dalam kemasan yang direkomendasikan


oleh pemasok. Memindahkan bahan kimia ke dalam kemasan yang tidak
sesuai dapat menimbulkan bahaya.

- Beberapa jenis bahan reaktif membutuhkan kondisi penyimpanan pada


temperatur tertentu. Alat pendingin ruangan mungkin dibutuhkan disini.
Jangan gunakan alat pendingin ruangan biasa, gunakan alat pendingin
yang tahan ledakan untuk penyimpanan.

- Beberapa jenis bahan ini memerlukan inhibitor untuk mencegah terjadinya


reaksi hebat dalam penyimpanannya.

- Melakukan pengawasan terhadap penyimpanan wadah bahan ini secara


berkala untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda telah terjadi suatu
reaksi atau kerusakan pada kemasan.

- Simpan sesedikit mungkin bahan ini dalam ruang penyimapan.

Bagian 3 – Hal. 8 dari 25


Pertimbangan Penanganan
- Bahan ini dapat bereaksi hebat dengan udara, cahaya, atau jenis bahan
kimia lainnya. Tindakan pencegahan khusus terdapat di dalam setiap LDK
untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.

- Kontainer yang digunakan untuk bahan ini yang sensitiv terhadap kejutan
harus dilakukan secara hati-hati untuk mencegah terjadinya guncangan
atau gesekan. Jangan pernah menjatuhkan, menyeret, atau
menggelindingkan kemasan ini.

- Menghindari bahan ini agar tidak berkontak dengan sumber penyalaan,


seperti api, percikan dari peralatan listrik, percikan yang berasal dari
gesekan seperti penghalusan logam, atau bahkan dari listrik statis.

- Jangan mengembalikan sisa bahan ini ke dalam kemasan asalnya. Jumlah


air yang sangat sedikit saja yang masuk ke dalam kemasan dapat
menyebabkan ledakan.

- Semua peralatan yang akan berkontak dengan bahan ini harus dalam
kondisi yang bersih, bebas dari semua kotoran, dan kering.

- Bekerjalah dengan jumlah bahan ini yang sesedikit mungkin.

3.7 Penyimpanan Bahan Reaktif terhadap Air

Bahan yang reaktif terhadap air adalah bahan yang ketika berkontak dengan
air, secara spontan menjadi mudah menyala, atau menghasilkan gas yang
mudah menyala atau beracun. Reaktif terhadap air adalah kelas khusus dari
bahan berbahaya dan beracun karenanya bahan ini membutuhkan kondisi-
kondisi khusus dalam penyimpanannya. Bahan ini dapat dikenali melalui tanda
peringatan “tidak bersesuaian dengan air”, “bereaksi hebat dengan air,” atau
“berbahaya jika basah,” yang dapat kita temui di dalam LDK atau pada label
bahan.

Contoh bahan reaktif terhadap air: logam natrium, litium aluminium hidrida,
kalsium oksida

Bagian 3 – Hal. 9 dari 25


Pertimbangan Tempat Penyimpanan
- Perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan bahan ini tidak
bereaksi dengan air. Bahan kimia ini sering disimpan di dalam caira minyak
bumi untuk mencegah berkontak dengan air. Hanya gunakan wadah tahan
air yang disarankan oleh pemasok. Memindahkan bahan ini ke dalam
wadah yang tidak berkesesuaian dapat memunculkan risiko bahaya.

- Simpan bahan kimia reaktif terhadap air jauh dari kelompok bahan-bahan
kimia lainnya, termasuk bahan pengoksidasi, mudah menyala, korosif, dan
material lainnya yang mengandung air. Lihat tabel ketidaksesuaian.

- Bahan ini harus disimpan berjauhan dengan sistem perpipaan dan


peralatan mengandung air lainnya.

- Bahan kimia yang reaktif terhadap air harus disimpan di dalam tempat yang
dingin kering, dan area yang berventilasi baik yang tidak dilengkapi dengan
sistem sprinkler air. Fasilitas tempat penyimpanan ini harus bersifat tahan
terhadap panas dan tahan air. Area ini harus terbebas dari panas dan
sumber penyalaan termasuk percikan, api, pipa panas, dan sinar matahari
secara langsung.

- Gunakan alat pemadam kebakaran yang sesuai dengan bahan yang reaktif
terhadap air.

- Beberapa jenis bahan yang reaktif terhadap air memerlukan kondisi kedap
udara. Gas inert mungkin dibutuhkan. Perhatikan LDK bahan kimia.

- Melakukan pengawasan secara berkala terhadap penyimpanan bahan ini


untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda telah terjadi suatu reaksi
atau kerusakan pada kemasan.

- Simpan sesedikit mungkin bahan kimia jika memungkinkan.

- Tanda-tanda peringatan harus ditempatkan dan harus dapat dilihat dengan


jelas, memberikan petunjuk kepada petugas pemadam kebakaran
mengenai keberadaan bahan kimia yang reaktif terhadap air.

Bagian 3 – Hal. 10 dari 25


Pertimbangan Penanganan
- Bahan-bahan ini tidak boleh sampai berkontak dengan air. Larutan bahan
kimia, wastafel, udara, dan kelembaban kulit adalah contoh sumber air
yang tidak boleh sampai berkontak dengan bahan kimia ini.

- Jangan mengembalikan sisa bahan kimia ke dalam kemasan asalnya.


Jumlah air yang sangat sedikit saja yang masuk ke dalam kemasan dapat
menyebabkan ledakan.

- Semua peralatan yang akan berkontak dengan bahan kimia ini harus dalam
kondisi yang bersih, bebas dari semua kotoran, dan kering.

- Bekerjalah dengan jumlah bahan kimia ini yang sesedikit mungkin.

3.8 Penyimpanan dan Penanganan Bahan Beracun

Bahan beracun adalah bahan yang dapat menyebabkan kematian atau bahaya
terhadap kesehatan jika material ini tertelan, terhirup, atau terserap oleh kulit
kita. Banyak bahan kimia yang tergolong klasifikasi-klasifikasi lain yang juga
bersifat beracun.

Contoh bahan beracun: sianida, timbal, dan DDT.

Pertimbangan penyimpanan
- Bahan beracun harus disimpan terpisah dari bahan mudah menyala,
oksidator, reaktif terhadap air, dan jenis bahaya reaktif lainnya. Lihat tabel
ketidaksesuaian.
-
- Bahan beracun harus disimpan di tempat yang dingin, kering, dan
berventilasi baik, jauh dari sumber panas dan sumber penyalaan.

- Penampung kedua (second containment) yang tidak mudah pecah


disarankan untuk digunakan untuk bahan kimia yang sangat beracun,
mudah menguap, atau karsinogenik (penyebab kanker). Ventilasi yang
sangat baik harus digunakan.

- Pisahkan bahan organik beracun (yang mengandung unsur karbon) dan


bahan anorganik beracun.

Bagian 3 – Hal. 11 dari 25


- Tanda-tanda peringatan harus dipasang untuk memperingatkan bila ada
sifat bahaya karsinogenik yang ditimbulkan oleh bahan tesebut.

Pertimbangan Penanganan
- Hindari berkontak langsung dengan kulit, saluran pernafasan, atau bahkan
tertelan walaupun dalam jumlah yang sangat kecil. Pengawasan teknis
perlu diterapkan untuk menghindari terjadinya kontak dengan tubuh kita.

- Buatkan suatu langkah supaya tidak terjadi kontak dengan wajah, mata
ataupun mulut. Merokok, menggaruk, atau menggigit kuku tangan dapat
menyebabkan paparan oleh bahan ini.

- Bahan beracun, khususnya cairan beracun yang mudah menguap, hanya


dapat ditangani dalam suatu area dengan sistem ventilasi khusus, misalnya
dalam ruang asam.

- Melakukan cara kerja yang aman. Cuci tangan dan lengan setelah bekerja
dengan bahan kimia ini. Untuk jenis bahan-bahan kimia tertentu, pekerja
diwajibkan untuk mandi terlebih dahulu sebelum mereka pulang ke rumah.

- Safety shower dan eyewash station harus diletakkan berdekatan dengan


tempat dimana bahan kimia ini digunakan.

- Area yang diperuntukkan untuk aktifitas makan harus terpisah dari area
bekerja.

3.9 Penyimpanan dan Penanganan Bahan Korosif

Korosif adalah bahan yang apabila terjadi kontak, akan secara kimiawi merusak
organ tubuh, logam, dan jenis material lainnya. Korosif biasanya diklasifikasikan
berdasarkan nilai pH nya. Batasan pH ada pada range 0 sampai 14, dan ini
adalah indokator seberapa kuat nilai korosifitas suatu bahan. pH 7 adalah
netral, dibawah pH 7 adalah kondisi asam, dan di atas pH 7 adalah kondisi
basa. Semakin jauh nilai pH dari 7 bahan tersebut akan relatif semakin korosif.

a. Asam anorganik dan pengoksidasi


Asam dapat diidentifikasi melalui pH yang sangat rendah (kurang dari 2),
dan informasi ini dapat didapatkan di dalam LDK bahan yang bersangkutan.

Bagian 3 – Hal. 12 dari 25


Asam anorganik adalah asam yang tidak mengandung unsur karbon.
Biasanya juga bahan ini dikenal dengan nama asam mineral.
b. Asam organik
Asam organik kuat adalah asam (pH di bawah 2) yang mengandung unsur
karbon.
c. Basa
Basa kuat dapat dikenali dengan nilai pH di atas 12,5. Biasanya mereka
juga dikenal dengan “kaustik” atau “alkali”.

Contoh bahan korosif:


Asam inorganic/pengoksidasi : asam nitrat, asam sulfat
Asam organic : asam asetat, asam format
Basa : natrium hidroksida, ammonia

Pertimbangan Tempat Penyimpanan


- Simpan asam anorganik/pengoksidasi, asam organik, semua jenis basa
secara terpisah. Asam harus disimpan di dalam lemari asam khusus. Asam
nitrat harus disimpan terpisah dari jenis asam lainnya, terkecuali lemari
tempat penyimpanan telah memiliki rancangan khusus untuk
pemisahannya.

- Simpan korosif jauh dari bahan mudah menyala, reaktif terhadap air,
bahaya reaktif lainnya, pengoksidasi, dan materi organic.

- Asam organik dapat disimpan bersama dengan organik mudah menyala.

- Peringatan yang berlaku bagi bahan pengoksidasi juga berlaku bagi asam
pengoksidasi seperti asam nitrat dan asam perklorat.

- Bahan korosif harus disimpan pada tempat yang dingin, kering, dan
berventilasi baik, jauh dari sumber penyalaan dan panas.

- Simpan bahan korosif pada temperatur yang disarankan. Asam asetat akan
membeku pada temperatur dibawah temperatur ruangan (16°C), dan
berpotensi akan menghancurkan kemasan.

- Bahan korosif harus disimpan dengan menggunakan baki (sebagai


penampung kedua atau second containment) yang terbuat dari bahan anti

Bagian 3 – Hal. 13 dari 25


korosi, dan harus dapat menampung volume cairan yang ada di dalam
kemasan, pada saat botol pecah atau terjadi ceceran.

- Periksa penyimpanan botol-botol kemasan dari tanda-tanda korosi, dan


segera ganti botol jika diperlukan.

- Beri label setiap larutan asan dan basa yang disimpan.

Pertimbangan Penanganan
- Perawatan khusus harus dilakukan untuk menjamin bahwa bahan kimia ini
tidak akan berkontak dengan kulit atau mata. Alat pelindung diri harus
selalu digunakan.

- Gunakan cerobong asap atau sistem ventilasi yang efektif lainnya ketika
sedang menangani bahan korosif, walaupun bahan ini tidak akan menguap
ke udara. Gas-gas yang mudah menyala, seperti gas hydrogen, dapat
dihasilkan melalui reaksi kontak dengan bahan ini.

- Asam perklorat adalah bahan berbahaya khusus dan memerlukan sendiri


suatu sistem fume hood yang terbuat dari bahan tidak mudah terbakar.
Sistem exhaust harus secara rutin di inspeksi supaya tidak terjadi
akumulasi asam perklorat ataupun perklorat. Asam perklorat akan meledak
apabila bereaksi dengan bahan organic dan peroksida.

- Ketika akan melarutkan asam dengan air, jangan pernah menambahkan air
kedalam asam. Hal ini akan menimbulkan reaksi yang sangat hebat dan
menghasilkan panas yang tinggi. Selalu tambahkan asam ke dalam air,
secara pelahan, sambil diaduk.

- Eyewash station dan safety shower harus tersedia di lokasi di mana bahan
kimia ini digunakan.

- Jangan sampai terjadi pencampuran bahan yang saling tidak sesuai,


misalnya bahan organik.

- Buka dan tutup kemasan bahan korosif secara perlahan.

- Asam hydrofluoric sangatlah korosif dan dapat masuk menembus kulit, dan
menyebabkan cedera parah. Bila memungkinkan, hindari bekerja dengan

Bagian 3 – Hal. 14 dari 25


bahan ini, dan peringatan khusus harus diberikan ketika akan menangani
bahan ini.

3.10 Penyimpanan dan Penanganan Gas Bertekanan

Gas bertekanan adalah gas-gas yang dipadatkan dan disimpan pada tekanan
tinggi dalam tabung gas. Dikarenakan bahaya yang akan timbul seiring dengan
penyimpanan gas-gas bertekanan, kelompok gas ini akan dibagi ke dalam sub-
sub kelompok berdasarkan jenis-jenis bahaya lain yang dimilikinya.

Untuk pertimbangan tempat penyimpanan, gas bertekanan harus dibagi


menjadi 2 sub kelompok, yaitu:
a. Gas mudah menyala
Gas-gas mudah menyala (misalnya gas hidrogen dan asetilen) adalah gas
yang bisa menyebabkan api jika dinyalakan atau terjadi peningkatan
temperatur yang tinggi.
b. Gas tidak mudah menyala
Gas inert/non-reaktif (misalnya gas helium, karbondioksida, nitrogen) gas
pengoksidasi (misalanya gas oksigen, klorin), gas beracun (misalnya gas
hidrogen sulfida, klor), dan dan gas korosif (misalnya gas nitrogen dioksida,
klor) termasuk ke dalam kategori ini.

Pertimbangan Tempat Penyimpanan:


- Karena tekanannya yang tinggi,
tabung gas bertekanan harus
disimpan secara terpisah dari semua
cairan dan bahan padat berbahaya &
beracun (beberapa pengecualian
dapat dilakukan, sebagai contoh gas
beracun dapat disimpan dengan
padatan dan cairan beracun – lihat
table ketidaksesuaian).

Contoh pengamanan gas bertekanan


- Gas mudah menyala harus terpisah untuk mencegah tabung terguling
dari semua gas yang tidak mudah atau terjatuh.
menyala (gas pengoksidasi, korosif,
dan beracun). Memisahkan gas mudah menyala dari gas pengoksidasi

Bagian 3 – Hal. 15 dari 25


adalah prioritas utama, oleh karena itu harus disimpan sejauh mungkin satu
dengan lainnya.

- Tabung gas bertekanan harus disimpan di tempat yang dingin, kering, dan
berventilasi baik, jauh dari sumber panas dan sumber penyalaan termasuk
percikan, api, pipa panas, dan sinar matahari secara langsung. Tabung gas
tidak boleh terpapar pada temperatur lebih besar dari 52°C.

- Ruang tempat penyimpanan yang menyimpan bahan gas mudah menyala,


beracun, korosif, atau pengoksidasi harus dipisahkan dari bangunan
lainnya dengan menggunakan gas-tight fire separation.

- Ventilasi alami harus terdapat di dalam tempat penyimpanan, bersama-


sama dengan sistem ventilasi mekanik.

- Semua tabung gas bertekanan, termasuk tabung gas yang kosong, harus
disimpan dalam posisi tegak berdiri dan terpasang kuat pada dinding atau
konstruksi yang kuat lainnya dengan menggunakan rantai atau tali
pengikat.

- Ketika tabung ini tidak digunakan, penutup valve/katup di atas silinder harus
dengan aman ditempatkan untuk melindungi valve/katup tersebut.

- Tabung gas bertekanan yang telah kosong harus diberi label yang sesuai
dan disimpan secara terpisah dari tabung yang masih berisi. Valve/katup
tabung gas kosong harus dalam kondisi tertutup.

- Pastikan bahwa silinder dan valve/katup tidak bocor. Tabung yang


mengalami kebocoran harus dipindahkan keluar ruangan, dan pemasok
harus segera dihubungi. Bergantung kepada isi dari tabung, tim tanggap
darurat perlu untuk dihubungi.

Pertimbangan Penanganan
- Jangan pernah menjatuhkan tabung gas, atau jangan sampai tabung-
tabung ini jatuh atau menghantam satu dengan yang lain.

- Ketika memindahkan tabung bertekanan, gunakan hand cart atau troli yang
dapat menjamin atau mengamankan tabung bertekanan sehingga tabung
ini tidak akan terjatuh. Jangan pernah menyeret atau menggulingkan
tabung bertekanan dengan menggunakan sisi-sisi tabung sebagai tumpuan.

Bagian 3 – Hal. 16 dari 25


- Selalu membuka valve dengan perlahan.

- Gunakan regulator yang sesuai dengan masing-masing tabung gas


bertekanan. Jangan gunakan adaptor atau jenis modifikasi lainnya.
Regulator harus segera dijauhkan dari tabung gas bertekanan kosong
dengan segera.

- Sangat penting untuk diketahui


bahwa seluruh gas bertekanan,
termasuk gas inert, menghasilkan
gas berbahaya. Tabung bertekanan
berada pada kondisi tekanan yang
tinggi, sehingga berpotensi untuk
meledak. Gas-gas yang terlepas ke
udara, khususnya dalam area yang
kedap udara, dapat mengurangi
konsentrasi oksigen di udara sampai
tingkat yang dapat membahayakan.
Perhatian khusus harus dilakukan
Contoh penyimpanan tabung gas
ketika menangani tabung gas
yang tidak menggunakan pengaman.
bertekanan. Risiko jatuh/terguling cukup tinggi.
Hindari kondisi ini
- Jangan sepenuhnya mengosongkan tabung gas. Untuk memastikan
kontaminan tidak memasuki tabung
bertekanan, sisakan tekanan sampai
mendekati 10 psi.

- Jangan gunakan pelumas atau


minyak pada valve/katup atau
regulator.

3.11 Petunjuk tertulis

Sediakan petunjuk tertulis dan Contoh alat pemadam api ringan


terdokumentasi berkaitan dengan (APAR) yang dilengkapi dengan
penanganan bahan berbahaya dan petunjuk tertulis pengoperasiannya.
beracun, diantaranya adalah:
 Peta tata letak penyimpanan

Bagian 3 – Hal. 17 dari 25


 Formulir dan catatan tentang bahan kimia yang disimpan
 Tata cara penanganan bahan berbahaya dan beracun
 Tata cara kesiagaan dan tanggap darurat
 Petunjuk bahan yang tidak saling sesuai
 Lembar data keselamatan
 Petunjuk penggunaan peralatan pelindung diri

3.12 Pengemasan
3.12.1 Persyaratan Umum Pengemasan
Secara umum, seluruh bahan berbahaya dan beracun harus diberi kemasan
yang sesuai dan memadai sehingga mampu mencegah dan meminimalkan
risiko bahaya yang dapat timbul, baik kepada manusia maupun lingkungan
sekitarnya. Pengemasan bahan berbahaya dan beracun berkaitan dengan
beberapa aktivitas, diantaranya apabila bahan berbahaya dan beracun
tersebut:
1. dihasilkan,
2. diangkut,
3. diedarkan, dan
4. disimpan
maka bahan tersebut harus dikemas sesuai dengan klasifikasinya.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan berkenaan dengan pengemasan adalah:

 Wadah dan kemasan bahan berbahaya dan beracun harus dalam


keadaan baik dan aman, tidak rusak, cacat, atau bocor.

 Kemasan yang rusak:


o Dikemas ulang apabila dapat dilakukan;
o Apabila tidak dapat dikemas ulang, wajib melakukan
penanggulangan sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan
atau kerusakan lingkungan dan atau keselamatan manusia
o Berkaitan dengan peredaran bahan berbahaya dan beracun,
departemen perdagangan mensyaratkan bahwa pengemasan
ulang hanya dapat dilakukan oleh Distributor Terdaftar Bahan
Berbahaya (DT B2)

 Untuk bahan berbahaya yang diedarkan di Indonesia maka bahan


berbahaya tersebut menggunakan kemasan berdasarkan ketentuan
yang berlaku serta persyaratan International Maritime Dangerous Goods

Bagian 3 – Hal. 18 dari 25


Code (IMDG Code/United Nation Standard). Hal ini berdasarkan
persyaratan dari Menteri Perdagangan.

 Apabila suatu kemasan bahan berbahaya dan beracun mengalami


kerusakan dan kemaan tersebut tidak dapat dipergunakan kembali,
maka kemasan rusak tersebut harus diperlakukan sebagai limbah bahan
berabahaya dan beracun (limbah B3).

3.12.2 Persyaratan spesifik kemasan asbes


Untuk asbes, berlaku persyaratan spesifik sebagai berikut:
 Pembungkus atau kantong yang digunakan untuk tempat asbes harus
tidak dapat ditembus debu asbes
 Kemasan yang telah rusak (bocor, berkarat, atau tidak dapat digunakan
kembali) diperlakukan sebagai limbah B3

3.12.3 Persyaratan spesifik kemasan bejana tekanan


Untuk bejana tekanan, persyaratan yang harus dipenuhi adalah:

 Bahan dan konstruksi bejana tekanan harus cukup kuat dan memenuhi
syarat

 Bejana tekanan baru yang tidak mempunyai sambungan dan dibuat dari
baja leleh harus bebas dari lekuk-lekuk gilingan atau lekuk-lekuk tarik,
keriput-keriput dan cacat lainnya.

 Setiap botol baja harus dilengkapi dengan katup penutup yang baik
kecuali bagi botol-botol yang dirangkaikan satu sama lainnya
diperbolehkan memakai satu katup penutup bersama, jika dari sudut
keselamatan dapat dipertanggungjawabkan

 Bejana yang berisi gas atau gas campuran yang dapat menimbulkan tekanan
lebih tinggi dari yang diperbolehkan harus diberi tingkap pengaman atau alat
pengaman sejenis yang dapat bekerja dengan baik.

 Ketentuan warna kemasan untuk bejana tekanan:


 zat asam, harus dicat biru muda;
 gas yang mudah terbakar harus dicat warna merah;
 gas yang beracun harus dicat warna kuning;

Bagian 3 – Hal. 19 dari 25


 gas yang beracun dan juga mudah terbakar harus dicat warna
kuning dan merah.

3.13 Penanganan kemasan

 Pastikan agar kemasan selalu


dalam keadaan tertutup bila sedang
tidak digunakan.
 Simpan kemasan pada permukaan
yang tahan terhadap karakteristik
bahan yang diletakkan diatasnya. Penempatan kemasan bahan kimia
 Pastikan bahwa kebocoran di dalam rak dengan menggunakan
kemasan tidak menimbulkan nampan yang berfungsi sebagai
dampak buruk terhadap kemasan penampung kedua.
lain.
 Bahan berbentuk cair tidak boleh disimpan di atas bahan berbentuk
padat.
 Letakkan kemasan gelas pada tempat yang rendah untuk menghindari
risiko pecah bila terjatuh. QuickTime™ and a
TIFF (Uncompressed) decompressor
are needed to see this picture.

 Tampung atau lakukan pengemasan ulang bila terjadi kerusakan


kemasan.

Rak penyimpan kemasan dengan


3.14 Penumpukan kemasan penandaan yang informatif.

Penumpukan kemasan harus memperhatikan kestabilan tumpukan tersebut.


Tinggi tumpukan tidak boleh melampaui dari 3 meter 1 kecuali bila digunakan rak
untuk mencegah ketidakstabilan bagian paling bawah dari tumpukan. Kemasan
yang dapat ditumpuk tinggi harus diberi tanda untuk memberikan informasi
tumpukan maksimum yang izinkan. Penempatan kemasan harus menghindari
kemungkinan terguling atau tumpahnya bahan berbahaya dan beracun ke
bagian penyimpanan lain, terutama bahan yang tidak saling sesuai.

3.15 Peralatan

1
UNEP, Storage of Hazardous Material

Bagian 3 – Hal. 20 dari 25


Gunakan peralatan yang memadai dalam
aktivitas bongkar, muat, dan/atau
pemindahan bahan berbahaya dan beracun.
Peralatan tersebut harus dilengkapi dengan
pengaman dan dibuat sedemikian rupa
sehingga tidak akan menimbulkan bahaya
QuickTime™ and a

kebakaran atau ledakan atau bahaya


TIFF (Uncompressed) decompressor
are needed to see this picture.

lainnya.

3.16 Pemindahan

 Aktivitas pemindahan bahan


berbahaya dan beracun (penuangan, Penumpukan kemasan yang
pemompaan, pengambilan, dan tidak memperhatikan kestabilan
sejenisnya) sebaiknya tidak dilakukan tumpukan. Risiko kemasan
pada tempat penyimpanan. Dengan terguling cukup besar.
kata lain, sediakan lokasi khusus
untuk aktivitas ini.

 Sediakan penampung tumpahan


dan/atau ceceran dengan kapasitas
yang memadai.

 Pemindahan harus dilakukan QuickTime™ and a


TIFF (Uncompressed) decompressor
are needed to see this picture.

sedemikian rupa sehingga dapat


meminimalkan timbulnya uap, debu,
percikan, ceceran, atau tumpahan.

 Bila terkait dengan uap yang mudah


menyala, jauhkan sumber pemicu
nyala dari lokasi tersebut, termasuk
Penumpukan kemasan pada
melakukan pencegahan terjadinya
rak lebih memastikan
listrik statis. kestabilan tumpukan.

3.17 Tata laksana yang baik (good housekeeping)

Bagian 3 – Hal. 21 dari 25


 Larangan. Makan, minum dan merokok harus dilarang di dalam ruang
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun

 Aktivitas tata laksana.


 Sediaan harus di inspeksi secara berkala untuk melihat apakah ada
kebocoran, kerusakan kemasan, ceceran, apakah prinsip masuk-
awal keluar awal telah digunakan.

 Lantai harus tetap dijaga supaya bersih dan tidak licin.

 Kemasan kosng bahan berbahaya dan beracun harus dikeluarkan


dari gudang.

 Pastikan semua marka, simbol, label, rambu, dan penandaan berada


dalam kondisi baik dan mudah dilihat dan dibaca.

 Setelah melakukan pekerjaan, termasuk perawatan, semua material


dan peralatan yang tidak digunakan kembali harus segera
dibersihkan.

 Lakukan pemeliharaan seluruh peralatan dan bagian secara berkala


(ventilasi, pencahayaan, tanggul, saluran pengumpul, peralatan
listrik, alarm, sistem penanggulangan keadaan darurat, peralatan
pelindung diri).

3.18 Pelatihan

Seperti jenis operasi lainnya, pelatihan kerja, termasuk pelatihan keselamatan


penanganan bahan berbahaya dan beracun harus juga dilakukan dalam
penyimpanan dan penangan bahan tersebut.

Pengelola tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus secara


berkala melakukan:
o pertemuan keselamatan (safety meeting) tentang penyimpanan dan
penanganan bahan berbahaya dan beracun;
o pelatihan peyimpanan dan penanganan bahan berbahaya dan beracun
secara aman;

Bagian 3 – Hal. 22 dari 25


o uji coba dan pengkajian prosedur penyimpanan dan penanganan bahan
berbahaya dan beracun, termasuk uji coba, simulasi, dan pengkajian
prosedur kesiagaan dan tanggap darurat.

Seseorang yang akan bekerja di tempat penyimpanan bahan berbahaya dan


beracun tidak boleh diizinkan bekerja pada tempat tersebut, baik melakukan
penyimpanan atau penanganan bahan berbahaya, sebelum mendapatkan
pelatihan minimal seperti di atas.

Pengelola juga harus menyiapkan tim kesiagaan dan tanggap darurat serta
melakukan pelatihan terhadap seluruh anggota tim agar tim memiliki
kompetensi yang memadai dalam menghadapi keadaan darurat.

Selain persyaratan di atas, beberapa persyaratan yang berkaitan dengan


kompetensi dan pelatihan tenaga kerja yang berkaitan dengan pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun adalah sebagai berikut:

 Setiap importir importir bahan berbahaya dan importir terdaftar bahan


berbahaya wajib mempunyai tenaga ahli di bidang pengelolaan
bahan berbahaya dan beracun.

 Untuk kegiatan yang memiliki risiko besar wajib melakukan


penunjukan petugas keselamatan dan kesehatan kerja (K3) kimia
dan ahli K3 kimia di tempat kerja.

 Menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang:


(1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul
dalam tempat kerjanya; (2) Semua pengamanan dan alat-alat
perlindungan yang diharuskan dalam semua tempat kerjanya; (3)
Alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan; (4)
Cara-cara dan sikap yang aman dalam melaksanakan pekerjaannya.

 Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada


dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan
pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan
kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama dalam
kecelakaan

 Pekerja wajib diberikan pengetahuan mengenai pertolongan pertama


pada kecelakaan

Bagian 3 – Hal. 23 dari 25


 Jumlah sumber daya manusia dengan kualifikasi yang memenuhi
persyaratan harus memadai jumlahnya.

3.19 Pemeriksaan Medis dan Pemeliharaan Keselamatan dan Kesehatan

Tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun adalah tempat kerja yang
memiliki risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang cukup tinggi. Untuk
memelihara keselamatan dan kesehatan kerja para operator yang bekerja
beberapa persyaratan harus dipenuhi. Diantaranya adalah:

 Wajib menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dengan melibatkan


peran tenaga kerja

 Wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala untuk pekerja yang


menangani bahan berbahaya dan beracun. Selain secara berkala,
pemeriksaan kesehatan dilakukan kepada tenaga kerja baru yang
diterima dan tenaga kerja yang akan dipindahkan. Pemeriksaan
kesehatan ini harus relevan dengan bahan berbahaya dan beracun yang
ditangani oleh pekerja.

3.20 Pencatatan, inspeksi, dan pelaporan

Pengelola fasilitas penyimpanan atau operator harus mendokumentasikan


semua catatan dari mulai tanggal, jenis, lokasi, dan jumlah bahan berbahaya
dan beracun yang dibawa masuk, disimpan, dan dikeluarkan dari tempat
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun. Pencatatan ini perlu dilakukan
agar pelacakan aktivitas yang terkait dengan pengelolaan bahan berbahaya
dan beracun dapat dilakukan.

Berkaitan dengan pencatatan, inspeksi, dan pelaporan, pengelola tempat


penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus:
 Memeriksa sistem penyimpanan bahan berbahaya dan beracun untuk
memastikan bahwa sistem tersebut dalam kondisi yang baik;

 Memeriksa bahan berbahaya yang diterima dari pemasok untuk


memastikan bahwa bahan tersebut telah disertai dengan dokumen yang
sah dan sesuai dengan peraturan yang berlaku, memeriksa ketersediaan

Bagian 3 – Hal. 24 dari 25


lembar data keselamatan dan label, serta memastikan kemasan dalam
kondisi baik.

 Mencatat jumlah dan karakteristik bahan berbahaya yang diterima dari


suplier dan merekamnya kedalam formulir catatan, log book, atau media
pencatat lain.

 Mencatat aktivitas penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran bahan


berbahaya dan beracun.

 Membuat dan melaksanakan progam pemantauan berkala terhadap


seluruh bahan berbahaya yang disimpan serta peralatan yang digunakan
untuk menangani bahan tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa
semua bahan terkelola secara baik.

 Menyiapkan laporan pengelolaan bahan berbahaya dan beracun.


***

Bagian 3 – Hal. 25 dari 25

Anda mungkin juga menyukai