Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa merupakan suatu sindroma atau perilaku yang secara klinis
bermakna terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress dan
disabilitas atau disertai peningkatan risiko kematian yang menyakitkan, nyeri,
disabilitas atau sangat kehilangan kebebasan (Videbeck, 2010). Secara umum,
klasifikasi gangguan jiwa menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dibagi
menjadi dua bagian, yaitu 1) gangguan jiwa berat/ kelompok psikosa dan 2)
gangguan jiwa ringan meliputi semua gangguan mental emosianal yang berupa
kecemasan, panik, gangguan alam perasaan, dan sebagainya. Untuk skizofrenia
masuk dalam kelompok gangguan jiwa berat (Nasir, 2011). Skizofrenia
merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku
psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan
interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart, 2006).

Menurut World Health Organization (WHO), masalah gangguan jiwa di


seluruh dunia sudah menjadi masalah yang serius dan patut untuk di
perhatikan. Hal ini di nyatakan dengan paling tidak ada satu dari empat orang
mengalami masalah mental emosional. Adapun data World Health Organization
(WHO) tahun 2016 menyatakan bahwa terdapat sekitar 32 juta orang menderita
depresi, 60 juta orang menderita bipolar, 21 juta orang menderita gangguan
skizofrenia, serta 47,5 juta orang menderita dimensia (Kemenkes RI, 2016). Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan, prevalensi skizofrenia/psikosis
di Indonesia sebanyak 6,7 per 1000 rumah tangga. Artinya, dari 1.000 rumah
tangga terdapat 6,7 rumah tangga yang mempunyai anggota rumah tangga (ART)
pengidap skizofrenia/psikosis. 

Secara umum, hasil riset riskesdas 2018 juga menyebutkan sebanyak


84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Namun, yang
meminum obat tidak rutin lebih rendah sedikit daripada yang meminum obat
secara rutin. Tercatat sebanyak 48,9% penderita psikosis tidak meminum obat
secara rutin dan 51,1% meminum secara rutin. Sebanyak 36,1% penderita yang
tidak rutin minum obat dalam satu bulan terakhir beralasan merasa sudah sehat.
Sebanyak 33,7% penderita tidak rutin berobat dan 23,6% tidak mampu membeli
obat secara rutin. (databoks.katadata.co.id diperoleh pada tanggal 16/07/2020).

Menurut Doengoes (2007) gangguan skizofrenia dapat menyebabkan


perubahan kemapuan/kesiapan seseorang untuk merawat diri. Penyakit ini
ditandai dengan ketidakmampuan menilai realita, dimana penderita sering
mendengar suara bisikan, berperilaku aneh, dan punya kepercayaan yang salah
yang tidak dapat dikoreksi. Akibatnya, mereka akan mengalami kemunduran
dalam berbagai aspek kehidupan seperti pekerjaan, hubungan sosial dan
kemapuan merawat diri, yang bisa menyulitkan kehidupan pribadi, keluarga,
maupun kehidupan sosial penderitanya. Buntutnya, mereka cenderung
menggantungkan sebagian besar aspek kehidupannya pada orang lain.

Berdasarkan hal tersebut, proses penyembuhan pada pasien gangguan jiwa


harus dilakukan secara holistik dan melibatkan anggota keluarga keluarga dalam
hal ini merupakan unit terkecil dan paling dekat yang menjadi pengasuh dan
memiliki tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan di rumah sakit,
persiapan pulang serta perawatan di rumah Salah satu sasaran asuhan yang
terpenting dalam keperawatan adalah keluarga. Keluarga berperan dalam
menentukan cara asuhan yang diperlukan anggota keluarga yang mengalami sakit.
Family Approach mengarah pada penggalian dan pemberdayaan potensi keluarga
yang baik secara mandiri ataupun bantuan orang lain untuk mengatasi masalah
kesehatan yang dihadapi anggota keluarga (Muhlisin, 2012).

Salah satu faktor penyebab kekambuhan pasien skizofrenia adalah perilaku


keluarga yang tidak tahu cara menangani pasien skizofrenia di rumah. Perawatan
di rumah sakit tidak akan bermakna apabila tidak dilanjutkan dengan perawatan di
rumah. Untuk dapat melakukan perawatan yang baik dan benar, keluarga perlu
mempunyai bekal pengetahuan tentang penyakit yang dialami penderita, salah
satunya adalah gangguan fungsi kognitif. Oleh sebab itu, orang terdekat penderita
seperti keluarga, pengasuh, dan masyarakat berperan sangat penting dalam
penanganan penderita skizofrenia. Salah satu faktor yang memengaruhi
kekambuhan pada penderita skizofrenia adalah pengetahuan keluarga. Keluarga
diharapkan dapat lebih mengerti, mengetahui dan memahami dan pada akhirnya
dapat berperan secara aktif sebagai pendukung utama penderita.

2. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan literature riview?
b. Apakah yang dimaksud dengan dukungan keluarga?
c. Apakah yang dimaksud dengan zkizofrenia?
d. Bagaimana dukungan keluarga terhadap pasien dengan skizofrenia?

3. TUJUAN
a. Diharapkan dapat memahami tentang literature riview
b. Diharapkan dapat mengetahui tentang peran dukungan keluarga
c. Diharapkan dapat mengetahui tentang pasien dengan skizofrenia
d. Diharapkan dapat mengetahui tentang penerapan dukungan keluarga
terhadap pasien dengan skizofrenia.
BAB II
LITERATURE RIVIEW

2.1. Pengertian Literature Riview


Literatur Review adalah uraian tentang teori, temuan dan bahan penelitian
lain yang diperoleh dari bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan
penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan
masalah yang ingin diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Videbeck, Sheila L. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Jakarta : EGC
Kementerian Kesehatan RI. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015.

databoks.katadata.co.id › datapublish. diperoleh pada tanggal 16/07/2020 Nasir, A., &


Muhith, A. (2011). Dasardasar keperawatan jiwa: pengantar dan teori. Jakarta: Salemba
Medika. Stuart. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Ed. 5. Jakarta: EGC; 2006.

Anda mungkin juga menyukai