Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PROGRAM INOVASI

Penggunaan Software Asuhan Keperawatan Dalam Meningkatkan efektifitas


dan efisiensi pendokumentasian

OLEH :
Hera Wahyuni 89190006
Mia Amelia 89190010
Astika Makatita 89190001
Sita Havita Yunita 89190015
Mochammad Fajar Azimat 89190019
Hildegardis Orlin SP 89190011
Panji Agung Nugraha 89190001
Risti Yunus 89190025
Lesa Sriyani 89190028
Rismawati Samadi 89190003
Putri Rahayu R. Achmad 89190027
Rini Gustini 89190029
Stesia Lobiua 89190005

PROGRAM PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ARS BANDUNG
2020
Abstrak

Perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam penggunaan layanan kesehatan.


Perawat sebagai salah satu petugas kesehatan dalam mengatasi masalah
memerlukan pedoman sistem informasi yang sistematis dan efisien, salah satunya
adalah diagnosa dan intervensi berbasis aplikasi. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi efektif dan efisien penggunaan software di Ruang rawat inap RS
S. Metode pencarian jurnal melalui google scholar dengan kata kunci “pengaruh
penggunaan aplikasi” dan “pendokumentasian askep”. Hasil yang didapatkan dari
pencarian kata kunci tersebut didapatkan jurnal sebanyak 2.040. Kesimpulan :
Berdasarkan hasil analisis dari 3 jurnal mengenai Penggunaan Software Asuhan
Keperawatan kelompok merekomendasikan penggunaan berbasis android dengan
menggunakan aplikasi P-Askep dalam upaya untuk meningkatkan mutu dan
kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Saran perawat perlu melakukan
pelatihan mengenai penggunaan aplikasi P-Askep ini.

Kata kunci : “pengaruh penggunaan aplikasi” dan “pendokumentasian askep”


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan pengetahuan dan teknologi membuat orang berpikir lebih
kritis, termasuk dalam penggunaan layanan kesehatan, oleh karena itu Perawatt
sebagai salah satu petugas kesehatan diwajibkan untuk melakukan dokumentasi
yang baik tentang asuhan keperawatan agar ketika ada masalah yang muncul
antara pasien dan perawat, dokumentasi dapat digunakan sebagai bukti otentik
yang dapat melindungi perawat dan pasien. Menulis dokumentasi yang akurat dan
lengkap memudahkan perawat untuk mengidentifikasi masalah sehingga mereka
dapat memberikan intervensi yang sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh
pasien dan secara tidak langsung akan meningkatkan mutu layanan perawatan.
Menurut Depkes RI, salah satu indikator mutu dokumentasi asuhan keperawatan
dapat dilihat dari kelengkapan dokumentasi keperawatan yang dilakukan oleh
perawat. Menulis dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap dan tidak akurat
dapat mengurangi mutu layanan keperawatan. Menulis dokumentasi keperawatan
yang tidak sesuai dengan standar akan menyebabkan kesalahan diagnosis dan
pelaksanaan tindakan yang tidak tepat (Nursalam, 2011). Ketidaklengkapan
dokumen dan ketidakpatuhan dengan standar yang ditentukan akan membuat sulit
untuk membuktikan bahwa tindakan keperawatan telah dilakukan dengan benar
(Hidayat, 2004).
Perawat dalam mengatasi masalah di atas memerlukan pedoman
dokumentasi atau sistem informasi yang dapat mengakomodasi data yang
dibutuhkan secara sistematis dan efisien, salah satunya adalah pedoman
pendokumentasian diagnosa dan intervensi berbasis android yang berisi data
diagnosa dan intervensi keperawatan yang merujuk pada sepuluh kasus besar
penyakit di Rumah Sakit SM, dan berdasar NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association), Depkes RI, SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia), Q-DIO (Quality of Nursing Diagnosis Intervention and Outcomes)
dan NIC (Nursing Intervention Classification), serta NOC (Nursing Outcome
Classification). Penerapan pedoman dokumentasi berbasis android merupakan
upaya untuk meningkatkan mutu dan kelengkapan dokumentasi asuhan
keperawatan, terutama dokumentasi diagnosa dan intervensi keperawatan.
Aplikasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan oleh perawat dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan sehingga dapat menghemat waktu, lebih
praktis dan mudah diterapkan dan dapat membantu dokumentasi kearah standar.
Aplikasi ini meningkatkan akurasi dan efisiensi penulisan dokumentasi
keperawatan, memfasilitasi komunikasi antara perawat ketika merawat pasien,
dan mencegah kesalahan pengobatan (Efendi, 2017).
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sebuah sistem computer
yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan
kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur administrasi
untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat dan akurat. Saat ini Sistem
Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer rumah sakit (SIMRS) merupakan
sarana pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk
mendukung pengelolaan operasional rumah sakit (Ammenwerth, at al, 2011).
Sistem informasi keperawatan adalah kombinasi dari ilmu komputer, ilmu
informasi, dan ilmu keperawatan yang dirancang untuk membantu manajemen
dan proses data keperawatan, informasi, dan pengetahuan untuk mendukung
praktik keperawatan dan pemberian perawatan (Hariyati, Kobayashi, & Sahar,
2018). Sistem informasi yang tepat akan meningkatkan kontinuitas asuhan dan
kualitas asuhan keperawatan (Hariyati et al., 2018). Nursing Management
Information Systems efektif dalam menghemat waktu dan berguna dalam asuhan
keperawatan (Choi, Yang, & Lee, 2014).

B. Tujuan
Untuk mengidentifikasi software yang efektif dan efesien yang sesuai dengan
ruang rawat inap dewasa RS S.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Pengertian Dokomentasi Keperawatan


Menurut Carpeniton ( 1999 ) , merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
rumit dan sangat beragam serta memerlukan waktu yang cukup banyak dalam
prosespembuatannya. Perkiraan waktu pembuatan dokomentasi asuhan
keperawatan mencapai 35 – 40 menit, hal ini dikarenakan perawat sering
melakukan pencatatan yang berulang - ulang atau duplikatif. Walaupun
demikian, terkadang dokumentasi keperawatan yang dihasilkan masih sering
kurang berkualitas. Dokumentasi merupakan bukti tertulis yang didalamnya
mencerminkan data – data akurat tentang klien dan mencapai makna penting
dalam aspek Hukum ( Widjayanti, 2011 ). Jadi, dapat disimpulkan bahwa
dokomentasi keperawatan adalah tindakan mencatat setiap data yang dicatat untuk
mengetahui , atau memantau dan menyimpulkan asuhan keperawatan.

2.2 Tujuan Dokomentasi Keperawatan


Dokumentasi keperawatan yang lengkap adalah prasyaratan dalam
melaksanakan perawatan yang baik dan untuk efesiensi dari kerja sama dan
komunikasi antara profesi kesehatan dalam pelayanan kesehatan yang
profesional. Dimana dokumentasi keperawatan yang lengkap dan akurat akan
memudahkan disiplin ilmu lain untuk menggunakan informasi di dalamnya.
Dokumentasi digunakan untuk memudahkan alur dan koordinasi dalam perawatan
pasien selain itu dokumentasi yang lengkap dan akurat merupakan sesuatu yang
penting yang berhubungan dengan kualitas pelayanan.
Menurut Depkes RI, salah satu indikator mutu dokumentasi asuhan
keperawatan dapat dilihat dari kelengkapan dokumentasi keperawatan yang
dilakukan oleh perawat. Menulis dokumentasi keperawatan yang tidak lengkap
dan tidak akurat dapat mengurangi mutu layanan keperawatan. Menulis
dokumentasi keperawatan yang tidak sesuai dengan standar akan menyebabkan
kesalahan diagnosis dan pelaksanaan tindakan yang tidak tepat (Nursalam, 2011).

2.3 Dokumentasi Secara Manual


Pendokumentasian asuhan keperawatan yang berlaku di beberapa rumah
sakit di Indonesia umumnya masih menggunakan pendokumentasian tertulis.
Pendokumentasian tertulis ini sering membebani perawat karena perawat harus
menuliskan dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu
banyak untuk mengisinya. Permasalahan lain yang sering muncul adalah biaya
pencetakan form mahal sehingga sering form pendokumentasian tidak tersedia.

Pendokumentasian secara tertulis dan manual juga mempunyai kelemahan


yaitu sering hilang. Pendokumentasian yang berupa lembaran-lembaran kertas
sering terselip. Pendokumentasian secara tertulis juga memerlukan tempat
penyimpanan dan menyulitkan untuk pencarian kembali jika sewaktu-waktu
pendokumentasian tersebut diperlukan. Dokumentasi yang hilang atau terselip di
ruang penyimpanan akan merugikan perawat. Hal ini karena tidak dapat menjadi
bukti legal jika terjadi suatu gugatan hukum, sehingga perawat berada pada posisi
yang lemah dan rentan terhadap gugatan hukum.

Komponen model dokumentasi keperawatan:


1. Komunikasi
Kapan saja perawat melihat pencatatan kesehatan, perawat memberi
dan menerima pendapat dan pemikiran. Untuk lebih efektif penyaluran ide
tersebut, perawat memerlukan ketrampilan dalam menulis. Ketrampilan
dokumtasi yang efektif memungkinkan perawat untuk
mengkonsumsikan kepada tenaga kesehatan lainya dan menjelaskan apa
yang sudah, sedang, dan yang akan dikerjakan oleh perawat.

2. Dokumentasi Proses Keperawatan


Dokumentasi adalah bagian integral proses, bukan sesuatu yang
berbeda dari metode problem- solving. Dokumentasi proses keperawatan
mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, tindakan. Perawat
kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien terhadap tindakan
yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga
kesehatan lainnya.
3. Standar dokumentasi
Perawat memerlukan suatu ketrampilan untuk dapat memenuhui
standar yang sesuai.standar dokumentasi adalah suatu peryataan tentang
kualitas kualitas dengan adanya standar dokumentasi memberikan
informasi bahwa adanya suatu ukuran terhadap kualitas
dokumentasi keperawatan.

2.4 Dokumentasi Keperawatan Berbasis Tehnologi Kumputer

Pesatnya kemajuan tehnologi saat ini telah menjadikan tehnologi disegala


bidang sebagai basic / dasar pergerakan kegiatan oprasional seluruh aspek dan
institusi serta perusahaan. Pelayanan juga memegang peran penting dalam strategi
pemasaran seluru aspek bisnis. Perkembangan pengetahuan dan teknologi
membuat orang berpikir lebih kritis, termasuk dalam penggunaan layanan
kesehatan, oleh karena itu Perawatt sebagai salah satu petugas kesehatan
diwajibkan untuk melakukan dokumentasi yang baik tentang asuhan keperawatan
agar ketika ada masalah yang muncul antara pasien dan perawat, dokumentasi
dapat digunakan sebagai bukti otentik yang dapat melindungi perawat dan pasien.

Seiring kebutuhan teknologi yang semakin pesat sangat mutlak diperlukan


diberbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang kesehatan dalam hal ini
Rumah Sakit. Perkembangan tehnologi di dalam bidang kesehatan telah
melahirkan pemikiran bahwa Dokumentasi asuhan keperawatan dapat dilakukan
dengan lebih cepat, mudah, dan sistematis. Dengan dokumentasi Keperawatan
yang tehnologi komputer akan memudahkan dan mempercepat
pendokumentasian asuhan keperawatan yang dibuat. Sehingga Pencatatan dan
pelaporan menjadi lebih akurat, lebih lengkap, lebih menghemat waktu dan
perawat akan lebih sering berada di samping pasien.
2. 5 Pendokumentasian Keperawatan Berbasis Elektronik
Dunia keperawatan di Indonesia terus berkembang, seiring dengan
meningkatnya strata pendidikan keperawatan di Indonesia dan akses informasi
yang sangat cepat di seluruh dunia. Hal itu membawa dampak pada kemajuan
proses keperawatan, termasuk dalam dokumentasi
keperawatan. Dokumentasi keperawatan yang sebelumnya manual, bergeser
kearah digital yang menggunakan media – media elektoronik. Dokumentasi
Keperawatan berbasis Elektronik bukan hanya membantu dalam dokomentasi
keperawatan, tapi juga digunakan untuk sistem informasi menejemen rumah sakit
sehingga aktivitas asuhan keperawatan dapat termonitor dalam sebuah data base
rumah sakit.
Perawat dalam mengatasi masalah di atas memerlukan pedoman
dokumentasi atau sistem informasi yang dapat mengakomodasi data yang
dibutuhkan secara sistematis dan efisien, salah satunya adalah pedoman
pendokumentasian diagnosa dan intervensi berbasis android yang berisi data
diagnosa dan intervensi keperawatan yang merujuk pada sepuluh kasus besar
penyakit di Rumah Sakit SM, dan berdasar NANDA (North American
NursingDiagnosis Association), Depkes RI, SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia), Q-DIO (Quality of Nursing Diagnosis Intervention and
Outcomes) dan NIC (Nursing Intervention Classification), serta NOC (Nursing
OutcomeClassification). Penerapan pedoman dokumentasi berbasis android
merupakan upaya untuk meningkatkan mutu dan kelengkapan dokumentasi
asuhan keperawatan, terutama dokumentasi diagnosa dan intervensi keperawatan.
Aplikasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan oleh perawat dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan sehingga dapat menghemat waktu,
lebihpraktis dan mudah diterapkan dan dapat membantu dokumentasi kearah
standar. Aplikasi ini meningkatkan akurasi dan efisiensi penulisan dokumentasi
keperawatan, memfasilitasi komunikasi antara perawat ketika merawat pasien,
dan mencegah kesalahan pengobatan (Efendi, 2017).
2.6. Manfaat Pendokomentasian Berbasis Tehnologi dan Elektronik

Suatu studi idiselenggarakan di University medical center Heidelberg


selama 18 bulan. Hasil dari studi  menunjukkan adanya  suatu peningkatan yang
penting tentang kwantitas dan kwalitas dokumentasi. Aspek positif meliputi
kelengkapan dari dokumentasi keperawatan, aspek yang formal dan  peningkatan
kwalitas hubungan antar  perawat. Aspek yang negatif adalah berkaitan dengan
contens dari rencana keperawatan (Cornelia,et all ,2007).

Electronik health Record dilaporkan memiliki manfaat sebagai berikut yaitu :

1. Penghematan biaya dari penggunaan kertas untuk pencatatan


2. Tidak perlu gudang yang besar dalam penyimpanan arsip
3. Penyimpanan data (Record) pasien  menjadi lebih lama
4. EHR yang dirancang dengan baik akan  mendukung ototnomi yang dapat
dipertanggung jawabkan
5. Membantu dalam mencari informasi yang cepat sehingga dapat membantu
dalam pengambilan keputusan yang cepat juga
6. Meningkatkan produktivitas bekerja
7. Mengurangi kesalahan dalam menginterprestasikan pencatatan.

Gurley L, Advantages and Disadvantages of the Electronic Medical


Record terdapat beberapa keuntungan utama dari dokumentasi berbasis komputer
yaitu:

a) Standarisasi, terdapat pelaporan data klinik yang standar yang mudah dan
cepat diketahui
b) Kualitas, meningkatkan kualitas informasi klinik dan sekaligus meningkatkan
waktu perawat berfokus pada pemberian asuhan
c) Accessibility & legibility, mudah membaca dan mendapat informasi klinik
tentang semua pasien dan suatu lokasi
BAB III
ANALISIS JURNAL

No Author, Sample Instrumen TeknikAnalisa Intervensi Hasil Keterbatasan


. Tahun, Data
Tempat
1 Atmanto, Sampel: Instrumen adalah Sebelum  setiap perawat  mutu  Perawar yang
A. P.,
35 perawat di lembar untuk menerapkan cukup mengunduh dokumentasi menggunakan
Aggorowati
, A., & ruang rawat inap melihat intervensi, aplikasi P-Askep sebelum aplikasi P-
Rofii, M,
kelas III karakteristik penelitian di play store / intervensi pada Askep ini harus
2020,
STIKES responden, mengadakan google drive kelompok mengikuti
Cendekia
KriteriaInklusi kuesioner Q-DIO pre-test sehingga dapat intervensi dan pelatihan
Utama
Kudus : untuk menilai mutu menggunakan dengan mudah kelompok  Penggunaan
Semua dokumentasi kuesioner Q- mengakses atau kontrol dengan aplikasi P-
responden yang asuhan DIO untuk membuka nilai rata-rata Askep
terdaftar dalam keperawatan yang dua kelompok. pedoman 1,31 ± 0,471 mengandalkan
penelitian ini memiliki 40 Kemudian dan pada android dari
secara sukarela pertanyaan dan P- dilanjutkan  pedoman dalam kelompok setiap perawatt
setuju untuk Askep aplikasi pelatihan 1 hari, aplikasi untuk kontrol dengan sehingga kurang
berpartisipasi berbasis android 3 hari bantuan mendokumentasik rata-rata 1,46 ± menjamin
dan memberikan memiliki pedoman untuk an asuhan 0,505, p-nilai kerahasiaan data
persetujuan untuk implementasi, keperawatan 0,223 (p-value> pasien.
tertulis setelah mendokumentasika dan 1 bulan berbasis 10 kasus 0,05) diperoleh.  Dibutuhkan
mendapat n diagnosis dan implementasi penyakit terbaik artinya tidak pendukung yang
penjelasan intervensi independen oleh Rumah Sakit SM ada perbedaan baik dalam
tentang keperawatan perawat. Data pada tahun 2018 antara 2 ruangan seperti
penelitian dibandingkan yang mengacu kelompok penggunaan
dengan pada NANDA, sebelum jaringan internet
menggunakan SDKI, NIC-NOC, intervensi. yang kuat dan
uji berpasangan dan Q-DIO Sedangkan kapasitas Hp
Wilcoxon. setelah yang cukup
Semua analisis intervensi pada untuk
statistik kelompok mendownload
dilakukan intervensi nilai
dengan rata-rata adalah
menggunakan 1,97 ± 0,169
SPSS untuk dan kelompok
Windows. kontrol dengan
rata-rata 1,11 ±
0,323, p-
value0,000 (p-
value<0,05),
yang berarti
bahwa terdapat
perbedaan
antara 2
kelompok
setelah
intervensi.
 Berdasarkan
hasil uji
Wilcoxon
setelah dan
sebelum
intervensi
kepada
kelompok
intervensi dan
kelompok
kontrol, hasil
yang diperoleh
(pvalue=0,000<
0,05), yang
berarti ada
perbedaan pada
kelompok
intervensi
sebelum dan
sesudah
intervensi
diberikan, ini
dapat diartikan
sebagai panduan
dokumentasi
diagnose
keperawatan
berbasis
Android dan
intervensi yang
secara efektif
meningkatkan
mutu
dokumentasi
diagnosa dan
intervensi
keperawatan.
2. Swedarma, Sampel : Uji akurasi aplikasi Penelitian ini  Pengembangan  Berdasarkan  pembuatan
E., &
sampel model dengan one aplikasi dengan hasil uji programyang
Dwidasmar
a, D. sebanyak menggunakan uji group pre-post menggunakan wilcoxon di cukup lama
(2019).
35perawat algoritma, test design Sistem Metode dapat diperoleh sehingga belum
Universitas
Udayana, kebutuhan dengan SDLC (System bahwa secara semua
Bali
Kriteria inklusi formal/non formal intervensi Depelopment Life statistik terdapat komponen
: perawat yang berdasarkan pemberian Cycle), perubahan nilai dalam Nursing
bertugas di persepsi instalasi sistem  Dataset akan antara sebelum Interventions
Rumah Sakit perawatterhadap catatan disimpan di dalam dan sesudah Classification(N
Umum Bangli aplikasi sistem keperawatan lokal basis data pemberian IC), dan
catatan elektronik dalam perangkat aplikasi Nursing
keperawatan bentuk computer programsebanya Outcomes
elektronik dokumentasi  pembaharuan k32 responden Classification(N
asuhan dataset yang dapat (91,42%) OC)terinput
keperawatan diunduh dari mengalami dalam program
pada komputer server yang telah peningkatan tersebut.
ruangan perawat disediakan dengan nilai, 3
berbasis MySQL responden
kemampuan (8,58%)
keamanannya nilainya
sangat bisa tetap.sedangkan
dihandalkan. nilai yang turun
MySQL juga tidak ada.Nilai
mampu sig< 0,005
menangani data mengindikasika
bervolume besar n bahwa sistem
catatan
keperawatan
elektronikberpe
ngaruh terhadap
kinerja perawat
dalam
memberikan
asuhan
keperawatan di
Rumah Sakit.
3. Setyaningru Sampel :  HAIs (Hospital Analisis  Sistem  kepuasan  Aplikasi ini
m, I., perawat Acquired hubungan pengawasan HAIs perawatsebe- hanya berfokus
Hariyati, R. sebanyak 25 Infections) menggunakan ini diinstal di lum dan pada
T. S., & perawat. dilakukan Wilcoxon, komputer ruangan sesudah dokuemntasi
Novieastari dengan sedangkan sehingga perawat menggunakan angka kejadian
, E. (2016). Kriteria Inklusi menyesuaikan kepuasan dapat mengakses sistem penga- infeksi di
Universitas : pada lembar perawat sebelum mengguna-kan wasanHAIs Rumah sakit
Indonesia perawat yang pengawasan dan sesudah username dan berbasis  Hanya
bekerja di ruang HAIs yang penggunaan password. komputer, menampilkan
rawat inap sudah pengawasanHAI  Hasil dokumentasi dimana terjadi jumlah kejadian
penyakit dalam diterapkan di s berbasis hasil observasi peningkatan saja, be-lum
dan bedah di rumah sakit komputer pasien ter-sebut nilaimean dari dapat merinci
salah satu rumah  Data kepuasan menggu-nakan dapat dicetak 62,68 menjadi secara langsung
sakitJakarta pengguna uji t dependen. untuk kelengkapan 87,44(p=0,01) siapa saja pasien
dikumpulkan doku-mentasi yang artinya yang terkena
menggunakan rekam medis. bahwa terdapat HAIs
kuesioner  Sistem ini juga perbedaan rerata  Perawat
kepuasan dilengkapi dengan yang bermakna mendapatkan
pengguna yang sistem pencarian antara kepu- pe-latihan dan
terdiri dari 25 nama pasien untuk asan pendampingan
pertanyaan. memudahkan serta perawatsebelum cara
dapat mencetak dan sesudah penggunaan
laporan pasien menggu-nakan sistem
 Pendampingan sistem berbasis pengawasan
dilakukan pada komputer. HAIs berbasis
masing-masing kompute
perawat dengan
cara memasukkan
data pasien yang
sedang dirawat
sampai perawat
mampu mengisi
secara mandiri.
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari 3 jurnal yang di analisis bahwa kelompok menyarankan
Ruang rawat inap RS S melakukan dokumentasi asuhan keperawatan yang
berbasis android dengan menggunakan aplikasi P-Askep dalam upaya untuk
meningkatkan mutu dan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan. Hal ini
sesuai dengan jurnal Atmanto (2020) mengenai “efektifitas pedoman
pendokumentasian diagnosa dan intervensi keperawatan berbasis android terhadap
peningkatan mutu dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap”. Selain aplikasi
P-Askep mudah di download di playstore Aplikasi ini dapat diakses melalui play
store / google drive. Aplikasi ini dibuat menarik dan mudah dipasang karena
aplikasi ini hanya membutuhkan ruang / memori 3,23 MB sehingga semua
perawat dapat menginstal pada smartphonemereka dan membuatnya lebih mudah
bagi perawat untuk menggunakannya.
Pendokumentasian diagnosa dan intervensi berbasis android ini juga berisi
data diagnosa dan intervensi keperawatan yang merujuk pada sepuluh kasus besar
penyakit di Rumah Sakit SM, dan berdasar NANDA (North American Nursing
Diagnosis Association), Depkes RI, SDKI (Standar Diagnosa Keperawatan
Indonesia), Q-DIO (Quality of Nursing Diagnosis Intervention and Outcomes)
dan NIC (Nursing Intervention Classification),serta NOC (Nursing Outcome
Classification). Sehingga dengan penerapan pedoman dokumentasi berbasis
android ini dapat membantu meningkatkan mutu dan kelengkapan dokumentasi
asuhan keperawatan, terutama dokumentasi diagnosa dan intervensi keperawatan.
Aplikasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan oleh perawat dalam
mendokumentasikan asuhan keperawatan sehingga dapat menghemat waktu, lebih
praktis dan mudah diterapkan dan dapat membantu dokumentasi kearah standar.
Aplikasi ini meningkatkan akurasi dan efisiensi penulisan dokumentasi
keperawatan, memfasilitasi komunikasi antara perawat ketika merawat pasien,
dan mencegah kesalahan pengobatan.
Berikut Gambaran Aplikasi P-Askep dari google playstore :
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dari 3 jurnal mengenai Penggunaan Software


Asuhan Keperawatan Dalam Meningkatkan efektifitas dan efisiensi
pendokumentasian asuhan keperawatan, kelompok merekomendasikan
penggunaan berbasis android dengan menggunakan aplikasi P-Askep dalam upaya
untuk meningkatkan mutu dan kelengkapan dokumentasi asuhan keperawatan.
Hal ini sesuai dengan jurnal Atmanto (2020) mengenai “efektifitas pedoman
pendokumentasian diagnosa dan intervensi keperawatan berbasis android terhadap
peningkatan mutu dokumentasi keperawatan di ruang rawat inap”.

5.2. Saran

Penggunaan android dengan aplikasi P-Askep dalam pendokumentasian


asuhan keperawatan diperlukan pemahaman perawat dalam menggunakan
aplikasi, sehingga perlu melakukan pelatihan mengenai penggunaan aplikasi P-
Askep ini.
DAFTAR REFERENSI

Atmanto, a. p., aggorowati, a., & rofii, m. (2020). efektifitas pedoman


pendokumentasian diagnosa dan intervensi keperawatan berbasis
android terhadap peningkatan mutu dokumentasi keperawatan di ruang
rawat inap. jurnal keperawatan dan kesehatan masyarakat cendekia
utama, 9(1), 83-92.

Jonh, S. K., & Bhattacharya, C. (2016). Documentation guidelines based on


expectation of documentation helps accurate documentation among
nurses in psychiatric settings. Asian Journal of Nursing Education and
Research, 6(2), 260

Masithoh, A. R. (2010) Aplikasi Software Asuhan Keperawatan. Fakultas Ilmu


Keperawatan Universitas Indonesia

Setyaningrum, I., Hariyati, R. T. S., & Novieastari, E. (2016). Peningkatan


Kelengkapan Dokumentasi dan Kepuasan Perawat pada Pengawasan
Hospital Acquired Infections (HAIs) Berbasis Komputer. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 19(1), 33-40.

Sulastri, S., & Sari, N. Y. (2018). Metode Pendokumentasian Elektronik dalam


Meningkatkan Kualitas Pelayanan Keperawatan. Jurnal Kesehatan, 9(3),
497-502.

Swedarma, E., & Dwidasmara, D. (2019). Peran Sicantik dalam Meningkatkan


Kinerja Perawat di Rumah Sakit. JURNAL KEPERAWATAN RAFLESIA,
1(1), 1-10.

Anda mungkin juga menyukai