Anda di halaman 1dari 7

Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

Evaluasi Laju Korosi Bangunan Beton Bertulang Menggunakan


Linear Polarization Resistance di Daerah Peukan Bada – Aceh Besar

Corrosion Rate Evaluation of Reinforced Concrete Building Using


Linear Polarization Resistance in Peukan Bada – Banda Aceh
Syifaul Huzni1, Hayyu Al Hadi2, M.Ridha3 dan Syarizal Fonna4
1,2,3,4
Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala
Jl. Tgk. Syech Abdurrauf No. 7 Darussalam – Banda Aceh 23111, INDONESIA
e-mail: syifaul@unsyiah.ac.id, hayyue.elhadie@gmail.com

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi laju korosi (corrosion rate) pada baja tulangan dalam beton
dari bangunan rumah yang terkena tsunami 2004. Penelitian dilakukan pada satu unit rumah yang terendam air laut
ketika tsunami terjadi di wilayah Peukan Bada - Aceh Besar. Terdapat 4 kolom dan 1 balok yang mewakili setiap sisi-
sisi rumah untuk dilakukan pengukuran. Pengukuran potensial korosi pada permukaan beton menggunakan half-cell
potential meter untuk mencari lokasi yang memiliki risiko korosi paling tinggi. Pada lokasi ini dilakukan
pengevaluasian laju korosi menggunakan metode Linear Polarization Resistance (LPR). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai laju korosi yang didapatkan adalah berkisar dari yang paling rendah yaitu 0,88 µm/y sampai yang paling
tinggi yaitu 5,64 µm/y. Nilai kerusakan relatif untuk 4 kolom dan 1 balok pada bangunan tersebut adalah 8%. Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi bangunan yang diteliti berada dalam keadaan tidak aman.
Pencegahan peningkatan potensial korosi pada baja dalam beton perlu dilakukan untuk menghindari kegagalan secara
tiba-tiba pada bangunan tersebut dalam kurun waktu tertentu.

Kata kunci: Linear polarization resistance, beton bertulang, potensial korosi, tsunami.
Abstract - This ressearch aims to evaluate the corrosion rate of the steel reinforcement in the concrete of houses
affected by the 2004 tsunami . The study was conducted on a house submerged by sea water when the tsunami occurred
in Peukan Bada - Aceh Besar. There are 4 columns and 1 beam representing the house to be measured. Measurement of
corrosion potential on the surface of concrete using half-cell potential meter to find a location that has the highest risk
of corrosion. At this location, the corrosion rate were evaluated using Linier Polarization Resistance (LPR). The
results show that the corrosion rate is in the range of 0,88 μm/y to 5,64 μm/y. Relative damage value of 4 columns and
1 beam in the building is 8%. From these studies, it can be concluded that the condition of the building is in a state of
insecured. The prevention of a increasing potential of steel in concrete is needed to avoid a sudden failure of the
building within a certain time in the future.

Keywords: Linear polarization resistance, reinforced concrete, corrosion potential, tsunami.

I. Pendahuluan struktur beton akan menyebabkan keretakan pada beton


Musibah gempa bumi dan tsunami telah terjadi dan keruntuhan secara tiba-tiba.
sepuluh tahun silam di kawasan Aceh Besar. Peristiwa Penelitian sebelumnya telah melakukan pengukuran
tersebut menyebabkan rumah penduduk yang berada di korosivitas korosi pada beton bertulang pada bangunan
Peukan Bada – Aceh Besar terendam air laut dalam terkena tsunami 2004 yang berada dikawasan Peukan
kurun waktu tertentu. Efek dari terendamnya bangunan Bada - Aceh Besar dengan menggunakan metode half-
beton bertulang tersebut adalah tersisanya ion-ion cell potential mapping. Pengukuran dilakukan tahun
klorida di dalam beton. Sifat porositas dari beton 2009 dan dilanjutkan kembali tahun 2012. Hasil dari
bertulang menyebabkan ion-ion klorida tersebut dapat pengukuran half-cell potential meter menunjukkan
masuk hingga sampai kepermukaan baja tulangan. Ion- level risiko korosi pada tahun terakhir penelitian berada
ion klorida dapat merusak lapisan pasif antara beton dalam keadaan menengah (intermediate risk) [2,3].
dan baja tulangan, dan pada akhirnya akan memicu Akan tetapi, metode tersebut masih memiliki
terjadinya korosi pada baja tulangan. Korosi yang kelemahan yaitu hanya memberikan keluaran berupa
terjadi dapat mengurangi kualitas baja dan mengurangi risiko bukan kondisi aktual korosi dari bangunan
kekuatan masa layanan beton yang diperkuatnya dalam tersebut. Sementara itu, diduga telah terjadi
menahan beban yang nantinya didukung oleh beton peningkatan korosi pada bangunan yang terendam air
tersebut [1]. Jika tidak dilakukan perawatan pada laut tsunami 2004 setelah sepuluh tahun tsunami.
Untuk itu diperlukan satu metode lain yang mampu

47
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

menggambarkan kondisi aktual laju korosi yang terjadi


pada baja tulangan dalam beton seperti dengan metode
linear polarization resistance (LPR).
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi laju
korosi dari bangunan beton bertulang pasca sepuluh
tahun tsunami 2004 di daerah Peukan Bada – Aceh
Besar dengan menggunakan metode LPR.

II. Metode Penelitian


Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih
dahulu dilakukan peninjauan bangunan sebagai objek
penelitian dan persiapan alat. Tahapan penelitian akan
di jelaskan sebagai berikut:
Gambar 3. High impedence multimeter
a. Peninjauan Bangunan Objek Penelitian Untuk mencari letak tulangan dan sengkang
Sebelum dilakukan penelitian, terlebih dahulu digunakan alat profometer 5+ seperti pada Gambar 4.
dilakukan peninjauan bangunan yang menjadi objek Untuk mengukur nilai potensial korosi pada beton
penelitian. Peninjauan dilakukan pada rumah penduduk bertulang digunakan alat digital half-cell potential
di Peukan Bada - Aceh Besar tanggal 15 Juli 2015 meter. Lokasi yang memiliki risiko korosi tertinggi dari
sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 1. hasil pengukuran half-cell maka dilakukan
pengevaluasian laju korosi menggunakan metode LPR.
Alat high impedence multimeter dan
potensiostat/galvanostat telah dikalibrasi guna
mendapatkan hasil yang akurat.

Gambar 1. Lokasi objek penelitian di peukan Bada


Aceh Besar

b. Persiapan Alat
Alat yang digunakan adalah potensiostat
/galvanostat untuk mengontrol arus yang akan Gambar 4. profometer 5+
diberikan seperti pada Gambar 2.
III. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Kolom pada Bangunan Objek Penelitian
Penentuan kolom pada bangunan dilakukan pada
setiap sisi rumah yaitu pada tampak depan, tampak
belakang, tampak samping kanan dan tampak samping
kiri seperti terlihat pada Gambar 5. Bangunan tersebut
merupakan rumah penduduk yang berada di Peukan
Bada Aceh Besar yang telah direnovasi. Tanda panah
menunjukkan kolom yang dilakukan pengevaluasian.
Gambar 2. Galvanostst/Potensiostat Ketika tsunami terjadi, rumah ini terendam air laut ± 4
m. Rumah ini terletak sekitar 1,8 km dari bibir pantai.
Gambar 3 menunjukkan digital multimeter yang
digunakan untuk membaca keluaran potensial listrik
pada pengukuran dengan metode LPR. Peralatan lain
yang digunakan adalah reference electrode sebagai
sensor potensial hasil polarisasi baja tulangan, dan
counter electrode untuk memudahkan suplai arus yang
diberikan oleh galvanostat.

48
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

4. Aplikasi Metode Linear Polarization Resistance


Pengukuran dengan metode LPR dilakukan dengan
set-up peralatan seperti pada Gambar 8. Data yang
diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai potensial
(E), arus (I) yang dikontrol menggunakan alat
Galvanostat / potensiostat dan densitas arus (i) hasil
perhitungan antara arus dan luas penampang tulangan
sepanjang counter electrode.

Gambar 5. Rumah penduduk Peukan Bada Aceh Besar

2. Penentuan Baja Tulangan dan Sengkang di dalam


Beton
Penentuan letak baja tulangan dan sengkang di
dalam beton adalah dengan menggunakan alat
Profometer5+ . Caranya dengan meletakkan detektor
pada permukaan kolom yang telah ditentukan secara
horizontal untuk titik sengkang dan vertikal untuk titik
tulangan secara berulang-ulang sehingga dapat
ditandai. Pembentukan grid dilakukan setelah baja
tulangan dan sengkang di dalam beton diketahui. Grid
tersebut dibuat menggunakan kapur dan penggaris
sehingga membentuk kotak-kotak persegi empat di Gambar 8. Set up peralatan LPR
setiap sisi pada kolom yang diteliti seperti terlihat pada
Gambar 6. Metode LPR menggunakan pergeseran
kesetimbangan reaksi elektrokimia (polarisasi) dengan
mengalirkan sejumlah arus listrik ke elektroda. untuk
mendapatkan potensial korosi. Polarisasi tersebut
diaplikasikan pada luas tertentu baja tulangan (A)
sehingga densitas arus (iapp ) dapat ditentukan dengan
persamaan [4,5]
I
𝑖𝑎𝑝𝑝 =
A

Data densitas arus dan potensial korosi bagi


daerah anodik dan kotodik diplot sehingga diperoleh
Gambar 6. Pembentukan grid kurva polarisasinya. Gambar 9 merupakan contoh
sketsa dari kurva polarisasi yang dimaksud.
3. Pengukuran Nilai Potensial Korosi
Pengukuran potensial korosi dilakukan
menggunakan alat Digital Half-Cell Potential Meter
yang terlihat pada Gambar 7. Hasil pengukuran
potensial korosi tersebut dapat menggambarkan lokasi
yang memiliki risiko korosi tertinggi. Pada lokasi
risiko korosi tertinggi ini dilakukan pengukuran laju
korosi menggunakan metode LPR.

Gambar 9. Sketsa kurva polarisasi [6]

Melalui kurva polarisasi yang telah didapatkan,


besarnya tahanan polarisasi (Rp) dapat dihitung dengan
persamaan berikut :
∆E
Rp =
∆iapp

Gambar 7. Half-cell potential meter

49
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

Keterangan : balok yang dievaluasi laju korosinya menggunakan


Rp : Tahanan polarisasi (Ω.m2) metodel LPR.
∆E : Perubahan Potensial (Volt) Hasil pengujian dengan menggunakan metode
∆iapp : Selisih densitas arus yang terukur (A/m2) LPR terhadap kolom-kolom dan balok rumah tersebut
dipaparkan sebagaimana berikut ini :
Tahanan polarisasi berkaitan erat laju korosi yang
digambarkan dengan besar arus korosi (i corr ) melalui
hubungan persamaan :
B
icorr =
Rp

Dimana, B adalah nilai konstanta yang ditentukan


dari slope tafel anodik dan katodik dengan nilai
0,074 V [7].

Selanjutnya untuk menentukan laju korosi (CR) dari


baja tulangan digunakan persamaan :
𝑎𝑖𝑐𝑜𝑟𝑟
𝐶𝑅(𝑚𝑝𝑦) = 𝐾
𝑛𝐷
Gambar 10. Skema denah rumah di daerah Peukan
Keterangan : Bada
𝑎 : berat atom logam fe (55,85 gr/mol)
i corr : densitas arus (µA/cm2) Kolom 1 sisi 1
D : densitas logam fe (7,86 gr/cm3)
Kolom satu sisi satu beserta kurva polarisasinya
K : Konstanta (0,129 mpy) ditunjukkan dalam Gambar 11. Nilai potensial yang
n : nomor electron yang hilang untuk (untuk fe
didapat dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah
adalah 2) sebesar -131 mV pada polarisasi katodik dan -73 mV
pada polarisasi anodik. Nilai laju korosinya yaitu 1,22
Tahapan terakhir yaitu menentukan kerusakan µm/y.
relatif yang terjadi pada bangunan beton bertulang
dengan menggunakan persamaan:

𝐷𝑎𝑤𝑎𝑙 − 𝐷𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
𝐷𝑟𝑒𝑙 = × 100 %
𝐷𝑎𝑤𝑎𝑙

Keterangan :
D rel : Nilai kerusakan relatif struktural
D awal : Diameter awal tulangan
D aktual : Diameter aktual tulangan

Kerusakan relatif dari beton bertulang dapat


dianalisa dengan menggunakan kriteria yang terdapat
dalam Tabel 1. Gambar 11. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 1
sisi 1
Tabel 1. Kerusakan relatif beton bertulang
1. Kolom 1 sisi 2
Gambar 12 menunjukkan kolom satu sisi dua
beserta kurva polarisasinya. Nilai potensial yang
didapat dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah
sebesar –108 mV pada polarisasi katodik dan pada
polarisasi anodik sebesar –52 mV. Nilai laju korosinya
yaitu 1,35 µm/y.

IV. hasil dan pembahasan


Gambar 10 menunjukkan sketsa denah rumah di
Peukan Bada yang menjadi objek penelitian. Pada
gambar tersebut juga ditunjukkan kolom-kolom dan

50
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

Kolom dua sisi satu beserta kurva polarisasinya


ditunjukkan dalam Gambar 15. Pengukuran dilakukan
pada bagian bawah kolom. Nilai potensial yang didapat
dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah sebesar -136
mV pada polarisasi katodik dan pada polarisasi anodik
sebesar -105 mV. Nilai laju korosi yang didapatkan
yaitu 1,60 µm/y.

Gambar 12. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 1


sisi 2

2. Kolom 1 sisi 3
Kolom satu sisi tiga beserta kurva polarisasinya
ditunjukkan dalam Gambar 13. Nilai potensial yang
didapat dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah
sebesar – 100 mV pada polarisasi katodik dan sebesar - Gambar 15. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 2
66 mV pada polarisasi anodik. Nilai laju korosinya sisi 1
adalah 1,27 µm/y.
5. Kolom 2 sisi 2
Kolom dua sisi dua beserta kurva polarisasinya
ditunjukkan dalam Gambar 16. Nilai potensial yang
didapat dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah
sebesar -132 mV pada polarisasi katodik dan pada
polarisasi anodik sebesar -98 mV. Nilai laju korosinya
yaitu 4,65 µm/y.

Gambar 13. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 1


sisi 3

3. Kolom 1 sisi 4
Gambar 14 menunjukkan kolom satu sisi empat
beserta kurva polarisasinya. Nilai potensial yang
didapat dengan suplai arus terkecil 0,5 µA adalah
sebesar -104 mV pada polarisasi katodik dan pada
polarisasi anodik sebesar -51 mV. Nilai laju korosinya
yaitu 0,88 µm/y. Gambar 16. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 2
sisi 2

6. Kolom 2 sisi 3
Gambar 17 menunjukkan kolom dua sisi tiga
beserta kurva polarisasinya. Dengan suplai arus terkecil
0,5 µA Nilai potensial yang didapat adalah sebesar -
335 mV pada polarisasi katodik dan sebesar -198 mV
pada polarisasi anodik. Nilai laju korosinya adalah 1,00
µm/y.

Gambar 14. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 1


sisi 4

4. Kolom 2 sisi 1

51
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

sebesar -128 mV. Nilai laju korosinya adalah sebesar


1,81 µm/y.

Gambar 17. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 2


sisi 3
Gambar 20. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 4
7. Kolom 2 sisi 4
Kolom dua sisi empat beserta kurva polarisasinya 10. Balok 1
ditunjukkan dalam Gambar 18. Dengan suplai arus
Balok satu beserta kurva polarisasinya ditunjukkan
terkecil 0,5 µA, nilai potensial yang didapat adalah
dalam Gambar 21. Dengan suplai arus terkecil 0,5 µA,
sebesar -126 mV pada polarisasi katodik dan pada
nilai potensial yang didapat adalah sebesar -116 mV
polarisasi anodik sebesar –90 mV. Nilai laju korosinya
pada polarisasi katodik dan sebesar -108 mV untuk
adalah 1,81 µm/y.
polarisasi anodik. Nilai laju korosinya adalah 5,64
µm/y.

Gambar 18. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 2


sisi 4

8. Kolom 3
Kolom tiga beserta kurva polarisasinya ditunjukkan
dalam Gambar 19. Nilai potensial yang didapat dengan Gambar 21. Linierisasi kurva polarisasi untuk balok 1
suplai arus terkecil 0,5 µA adalah sebesar -144 mV
pada polarisasi katodik dan pada polarisasi anodik
sebesar -128 mV. Nilai laju korosinya adalah 2,56 Gambar 22 menunjukkan grafik seluruh nilai laju
µm/y. korosi untuk k olom-kolom dan balok yang diteliti.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa laju korosi
paling tinggi terjadi pada balok 1, sedangkan laju
korosi paling rendah terjadi pada kolom 1 sisi 4.

Gambar 19. Linierisasi kurva polarisasi untuk kolom 3


9. Kolom 4
Gambar 17 menunjukkan kolom empat beserta
kurva polarisasinya. Dengan suplai arus terkecil
0,5 µA, nilai potensial yang didapat adalah -186 mV
pada polarisasi katodik dan pada polarisasi anodik

52
Proseding Seminar Nasional Rekayasa (SNTR) II Tahun 2015

Gambar 22. Grafik perbandingan nilai laju korosi di Peukan Bada-Aceh Besar

Melalui hasil pengukuran diameter tulangan


menggunakan profometer 5+ pada titik pengujian laju Ucapan Terima Kasih
korosi maka dapat ditentukan nilai kerusakan relatif Penelitian ini di danai melalui hibah bersaing 2015
dari kolom-kolom atau balok yang diteliti. Kerusakan dengan nomor kontrak 101/UN11.2/LT/SP3/2015
relatif dihitung dengan menggunakan persamaan yang
telah dijelaskan sebelumnya. Tabel 2 menunjukkan Daftar Pustaka
nilai kerusakan relatif dari kolom-kolom dan balok [1] Wibowo dan Gunawan, P., 2007, “Pengaruh
yang telah diteliti. Berdasarkan kriteria yang telah
Korosi Baja Tulangan Terhadap Kuat Geser
dijelaskan sebelumnya maka kolom-kolom dan balok
yang diteliti berada dalam keadaan yang tidak aman. Balok Beton Bertulang”, Media Teknik Sipil.
[2] Mulya. T.D.T., 2013, “Pemetaan Korosi Beton
Tabel 2. Kerusakan relatif beton bertulang pada rumah Bertulang pada Rumah Penduduk Setelah Tujuh
penduduk di Peukan Bada Tahun Pasca Tsunami 2004”, Tugas Akhir Teknik
nilai Mesin, Unsyiah, Banda Aceh.
CR [3] Fachrizal, M., 2010 “Pemetaan Korosi Baja
Daerah Kolom kerusakan
(µm/y)
relatif (%) Tulangan Rumah Penduduk Yang Terendam Air
Kolom 1 S1 1,22 8% Laut pada Saat Tsunami 2004”, Tugas
Akhir,Teknik Mesin, Unsyiah, Banda Aceh
Kolom 1 S2 1,35 8%
[4] Law, D.W., Millard, S.G., Bungey, J.H., 2000.
Kolom 1 S3 1,27 8%
Linear Polarisation Resistance Measurements
Kolom 1 S4 0,88 8% Using a Potentiostatically Controlled Guard Ring,
Kolom 2 S1 1,60 8% NDT&E International, 33: 15–21.
Peukan
Bada Kolom 2 S2 4,65 8% [5] Kurnia, R.D.I., 2014, “Studi Laju Korosi Tulangn
Kolom 2 S3 1,00 8% Pada Beton Ringan Busa”, Tesis, Magister Teknik
Kolom 2 S4 1,81 8% Sipil, Unsyiah, Banda Aceh.
Kolom 3 2,56 8% [6] Broomfield, J.P., 2007, Corrosion of Steel in
balok 1 5,64 8%
Concrete, Understanding, Investigation and
Repair, 2nd Ed. Taylor & Francis.
kolom 4 1,81 8%
[7] Poursaee, A., 2010. Potentiostatic transient
technique, a simple approach to estimate the
corrosion current density and Stern–Geary
V. Kesimpulan constant of reinforcing steel in concrete, Cement
Hasil pengevaluasian bangunan beton bertulang and Concrete Research, 40 : 1451–1458.
rumah penduduk di Peukan Bada – Aceh Besar
menunjukkan nilai laju korosi berkisar antara
0,88 µm/y dan 5,64 µm/y. Nilai kerusakan relatif
untuk bangunan tersebut adalah 8 % yang
menunjukkan bahwa bangunan tersebut berada dalam
keadaan tidak aman. Pengendalian korosi pada baja
tulangan dalam beton perlu dilakukan untuk
menghindari kegagalan secara tiba-tiba pada bangunan
tersebut akibat fenomena korosi.

53

Anda mungkin juga menyukai